• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI PEMUSIK KERAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP DIRI PEMUSIK KERAS"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

i

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Vigor Wirayodha Hendriwinaya 039114092

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

x

skripsi ini. Demikian pula dengan dukungan material maupun spritual dari orang lain yang menjadikan skripsi ini ada, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapa Yang Bertahta di Kerajaan Surga, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk merasakan hidup...

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dosen pembimbing saya, yang tetap memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi anak bimbingan dalam waktu penyelesaian skripsi yang lama.

4. Ibu Ratri Sunar Astuti S.Psi., M.Si dan ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.

5. Mas Gandung, Mbak Naniek, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi yang telah banyak membantu di sekretariat Psikologi, lab, dan Ruang Baca.

6. Fx. Joko Krisdyanto, Alan Surya Perdana, Priangga Bayu M., V. Conrad; atas bantuannya.

(11)

xi diberikan.

9. Deprigan, Bayu, Conrad, dan Kadek. Teman dekat pertama di Psikologi... 10. SUPERPOP, Donney, Listyo, Angga, Tembel, Dicka, Dudunk, ex.Key.

Nina, dan ex.Bass Aruno. You’re my lastest band...

11. Teman-teman PAT, TN, TO (RIP), KBT, CLZM, ABH, dan Jogja Angler atas semua persahabatan dan rekreasinya.

12. Sisiria yang telah menjadi teman dekat terakhir yang memberi semangat untuk mengakhiri skripsi ini...

13. Maaf buat teman-teman yang belum disebutkan....

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan baik saran maupun kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk karya ini. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Yogyakarta, ...

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

Pernyataan Keaslian Karya...vi

Abstrak... vii

Abstract...viii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademisi...ix

Kata Pengantar... .x

Daftar Isi...xii

Daftar Tabel... .xvi

Daftar Lampiran... .xvii

BAB I. PENDAHULUAN... .1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...8

(13)

xiii

1.Pengertian Konsep Diri...10

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri...11

B. Aspek-aspek dalam Konsep Diri...16

1. Gambaran Diri...16

2. Ideal Diri...16

3. Harga Diri...17

4. Peran...18

5. Identitas...19

C. Penggolongan dan Ciri-ciri Konsep Diri……...20

1. Konsep Diri Tinggi (positif)...20

2. Konsep Diri Rendah (negatif)...23

D.Pemusik Keras...24

1. Musik Keras...24

2. Pemusik Keras dan Perilaku Negatifnya...26

BAB III. METODE PENELITIAN... . . 31

A. Jenis Penelitian... . . .. 31

B. Identifikasi Variabel... . . . 31

C. Definisi Operasional... . . . . 32

(14)

xiv

2. Seleksi Item...37

3. Reliabilitas...43

G. Analisis Data... . . . . 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... . . . 46

A. Persiapan Penelitian... . . . .. 46

1. Perijinan Penelitian... . . . 46

2. Lokasi Penelitian... . . . 46

3. Penentuan Sampel... . . . 46

4. Uji Coba Penelitian... . . . 46

B. Pelaksanaan Penelitian... . . . 47

C. Hasil Penelitian... . . . 48

1. Uji Normalitas... . . . 48

2. Deskripsi Data Penelitian... . . . . 49

3. Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Pemusik Keras... . . . .. 50

D. Pembahasan... . . . 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... . . . .. . 56

A. Kesimpulan... . . . 56

(15)
(16)

xvi

Sebelum Uji Coba...35

Tabel 3.2. Tabel Penyebaran Item-item Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba... . . . .36

Tabel 3.3.Tabel Distribusi Nomor Item Valid Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba (Corrected Item-Total Correction ≥ 0,3)...38

Tabel 3.4.Tabel Distribusi Nomor Item Valid Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba (Corrected Item-Total Correction 0,28)... . . . .39

Tabel 3.5. Tabel Distribusi Item Valid Hasil Uji Coba Skala Konsep Diri Pemusik Keras di DIY... . . . 41

Tabel 3.6. Tabel Distribusi Item Sesungguhnya Skala Konsep Diri Pemusik Keras di DIY...42

Tabel 3.7. Tabel Norma Kategorisasi Jenjang...44

Tabel 3.8. Tabel Norma Kategorisasi Dengan Batasan Angka-angka... 45

Tabel 4.1. Uji Normalitas... . . . 48

Tabel 4.2. Deskripsi Data Penelitian... . . . . . . . . .. 49

Tabel 4.3. Data Usia Pemusik Keras... . . . .. . .50

Tabel 4.4. Data Lama Bermusik Keras...53

(17)

xvii

1. Data Try Out... . . . 60

2. Reliabilitas Try Out... . . . 84

3. Skala Try Out... . . . 86

Lampiran B 1. Data Penelitian... . . . 90

2. Reliabilitas Penelitian... . . . 100

3. Data Statistik Deskriptif... . . . 102

4. Data Penggolongan Tingkat Konsep Diri... . . . 105

5. Uji Normalitas... . . . 106

(18)

1 A. Latar Belakang Masalah

Seiring perjalanannya musik kini tidak hanya dapat dimainkan pada saat upacara-upacara tertentu saja. Musik dapat dimainkan oleh siapa dan kapan saja. Ensensi dari musik sendiri telah meluas yang pada awalnya adalah sebagai sarana pemujaan Sang Pencipta, kini menjadi sarana pemuasan kebutuhan untuk mengekspresikan diri, meluapkan ide, refreshing, bisnis, penyebaran idealisme, atau hal-hal lainnya yang mendasari terciptanya musik. Dapat dikatakan bahwa musik telah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup penting.

Musik dapat dibagi ke dalam beberapa aliran. Pembagian ini berdasarkan dari cepat-lambatnya tempo, harmonisasi, keras-lembutnya suara yang dihasilkan, dan lirik lagu. Beberapa aliran tersebut diantaranya: klasik, rock, pop, jazz, orkestra, tradisional, dan keras. Muncul pandangan-pandangan tertentu pada tiap alirannya. Sebagai contoh musik klasik adalah musiknya orang intelek, yang mana menurut penelitian juga membantu peningkatan kecerdasan pada anak, juga memiliki nilai seni dan ilmiah yang tinggi, berkadar keindahan dan tidak luntur sepanjang massa (Utomo dan Natalia, 1999). Musik rock dan heavy metal (keras) memiliki penikmat yang cenderung brutal (Utomo dan Natalia, 1999).

(19)

asli yang sebelumnya dipopulerkan oleh band The Beatles, Rolling Stones, dan sebagainya (Majalah Popular no.119, 2003). Kemudian muncul aliran musik hard core dan metal yang berkembang hingga sekarang.

Yang dimaksud dengan musik keras oleh peneliti adalah musik yang tergolong dalam jenis hardcore, metal, punk, rock dan “rock ‘n’ roll” yang keras. Oleh karena semakin banyak peminat musik keras, muncul berbagai jenis aliran baru diantaranya reggae hardcore, death metal, thrash metal, grind metal, new metal, hip metal, metallic hardcore ska punk, punk rock, emmo choatix, dan masih

banyak lagi.

Pada tiap aliran (hardcore, metal, dan punk) memiliki komunitas sendiri yang disebut scene (Majalah Hai no.19, 2002). Anggota pada setiap scene memiliki kekhasan sendiri-sendiri terutama dalam hal gaya. Komunitas atau scene ini tersebar diberbagai lapisan masyarakat baik pria maupun wanita mulai dari lapisan bawah seperti pengangguran, pekerja kasar sampai lapisan atas seperti pekerja kantoran dan kaum terdidik seperti pelajar dan mahasiswa.

(20)

Pistols, Steve Jones ”We’re not into music, we’re into chaos!”. Punk 90 persen sikap, selebihnya musik (http://en.wikipedia.org/wiki/Sid_Vicious).

Pada sebagian besar musik keras ini memang tidak memiliki aturan yang pasti dalam teknik bermain musik maupun dalam menikmatinya. Secara permainan asalkan suara yang dihasilkan adalah distorsi keras dan tebal yang cukup memekakkan telinga, lirik yang bertemakan kritik sosial atau kehidupan secara global, serta dibawakan dengan penghayatan penuh maka dapat dikatakan musik itu musik keras. Menurut Ian Antono, gitaris God Bless, generasi awal pemusik rock keras Indonesia, unsur suara distorsi gitar rock yang meraung-raung yang dialihkan ke dalam lirik akan menimbulkan pencitraan serba keras dan sangar (www.kompas.com). Para penikmat musik ini pun tanpa aturan yang jelas saat konser berlangsung, mengekspresikan dirinya entah dengan menari saling membenturkan anggota tubuh secara ngawur atau berteriak-teriak sesuka hatinya.

(21)

kekerasan, rasisme, dan agresi mereka propaganda-kan melalui lirik-lirik lagu yang mengungkapkan perilaku mereka yang rasis, paranoid, dan agresif. Judul-judul lagu dan nama-nama grup musik mereka juga membawa pesan-pesan serupa; dengan nama-nama seperti "Vampire", "White Noise", Battleground", "Razor Edge", dan "White Warriors" (www.kunci.or.id-cultural study yahoo).

Pandangan sebagian masyarakat umum yang beredar, musik keras adalah musik yang brutal dan urakan (Utomo dan Natalia, 1999). Musik semacam ini juga memiliki pengaruh buruk terhadap emosi anak (Utomo dan Natalia, 1999). Banyak orang yang kurang suka dengan musik idealis ini. Banyak orang yang berpandangan negatif terhadap para pemusiknya dan penikmatnya, yang kurang lebih merepresentasikan musik keras itu. Didukung pula dengan dandanan yang menjadi lifestyle mereka yang cenderung meniru idola yang dianggap tidak baik; dengan pakaian bolong, sepatu butut, tattoo, pierching, pemabuk, penikmat seks bebas, membudayakan kekerasan, dan memiliki idealisme yang tinggi yang mungkin menyimpang. Lifestyle semacam itu terlihat jelas pada kehidupan beberapa pemusik keras yang diantaranya adalah Sid Vicious, basis dari band Sex Pistols. Sid kerap kali menjadi dalang kerusuhan baik di atas maupun di bawah

panggung. Dia juga kecanduan narkoba jenis speed, heroin, dan morphin. Sid memiliki keinginan untuk bunuh diri yang besar, namun beberapa kali usahanya ini gagal, hingga akhirnya ia meninggal overdose (http://en.wikipedia.org/wiki/Sid_Vicious).

(22)

saja. Minuman keras, narkoba, dan dentuman musik yang keras seakan menjadi perpaduan yang harmonis dan nyaman bagi pemusik maupun penikmat musik keras saat berlangsungannya konser tersebut. Seperti yang terjadi pada saat pertunjukan Deep Purple pada tahun 2002 di balai sidang Jakarta, bau ganja tercium jelas pada kelas festival meski telah ada penggeledahan sebelumnya dari pihak keamanan (www.kompas.com).

Tidak menutup kemungkinan bahwa keadaan-keadaan seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat menimbulkan korban jiwa. Seperti yang terjadi pada konser band Beside yang beraliran metal core yang berlangsung pada 9 Februari 2008 silam. Beberapa pingsan dan 11 nyawa penonton konser melayang oleh karena berdesakan, terinjak-injak, dan kehabisan oksigen. Menurut www.detikbandung.com, ditemukan juga adanya pembagian minuman dalam botol yang diduga mengandung alkohol, yang mungkin menjadi salah satu penyebab tragedi tersebut.

(23)

Rp.50.000 untuk bisa tampil pada acara tersebut. Dalam penampilannya setiap band dibebaskan melakukan aksi apa saja di atas panggung, asalkan tidak terjadi perkelahian.

Pemusik keras memiliki hasrat yang kuat untuk untuk dapat diterima oleh scene. Mereka cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan scene yang ada. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan individu bisa terlibat dalam tindakan buruk yang telah lama mengakar di dalam scene tersebut, seperti halnya: berbusana kurang sopan dengan pakaian bolong dan sepatu butut, memakai aksesoris pada tubuhnya (tattoo dan pierching), meminum minuman keras, melakukan seks bebas, dan membudayakan kekerasan.

Menurut Astuti, salah satu aspek kepribadian yang sangat mempengaruhi perilaku adalah konsep diri. Pengertian konsep diri yaitu, persepsi atau pandangan sesorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri memegang peran yang sangat menentukan dalam diri seseorang. Karena konsep diri adalah gabungan keyakinan yang dimiliki orang langsung dari mereka sendiri yang mencakup karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Konsep diri juga dapat didefinisikan sebagai gambaran, penilaian, dan cita-cita tentang diri sendiri, yang merupakan hasil dari pengamatan, persepsi, dan pengalaman orang tersebut (Hurlock, 1980).

(24)

sendiri akan mempengaruhi cara dia berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana cara dia melihat realitas yang dihadapinya.

Grinder dan Surakhmad (dalam Astuti, 1996), mengatakan konsep diri berperan penting pada penyesuaian diri terhadap nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mempunyai penerimaan diri yang positif terhadap dirinya sendiri dan hal ini juga mempengaruhi penerimaannya terhadap lingkungan sosialnya. Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung memberi penilaian negatif pula terhadap dirinya. Individu yang memiliki penilaian negatif berupa rasa tidak suka terhadap diri sendiri atau membenci diri sendiri mempunyai kecenderungan untuk membenci orang lain juga. Individu yang sering melakukan agresi terhadap orang lain sesungguhnya proyeksi dari kebencian atau rasa tidak suka terhadap dirinya sendiri (Astuti, 1996). Dapat dikatakan, individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung melakukan tindakan agresi.

(25)

Melihat eksistensi pergerakan pemusik keras dalam menyampaikan ideologi dan menyalurkan emosinya secara bebas, terlihat mereka mendapatkan cukup banyak rintangan yang diantaranya adalah pandangan dari sebagian masyarakat yang menilai buruk terhadap musik tersebut oleh karena pengaruh negatif yang diciptakan dari musik tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin mendapat gambaran seperti apakah konsep diri yang telah dikembangkan oleh para pemusik keras sebagai pelaku terciptanya musik tersebut.

Pentingnya mengetahui tinggi-rendahnya konsep diri pemusik keras adalah sebagai usaha antisipasi terhadap perkembangan ideologi musik keras di barat yang terkesan bebas dan kurang terkendali. Dimana kekerasan, penggunaan narkoba, miras, seks bebas, idealisme yang menyimpang menjadi hal-hal yang terkandung di dalamnya. Diasumsikan, pemusik keras dengan tingkatan konsep diri yang rendah adalah pemusik keras yang memiliki kecenderungan lebih untuk melakukan perilaku-perilaku negatif seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan demikian kita dapat memperoleh gambaran seperti apa konsep diri pemusik keras.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas, masalah yang ingin diteliti adalah “Seperti apakah konsep diri pemusik keras?”

C. Tujuan Penelitian

(26)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam memahami konsep diri pemusik keras di Jogjakarta, serta menambah wacana penelitian yang ada dan menjadi perangsang bagi penelitian selanjutnya.

Untuk komunitas terkait (penikmat musik keras), penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman mengenai konsep diri pemusik keras yang telah berkembang, sehingga nantinya mereka dapat menentukan sendiri apa yang terbaik untuk pribadi dan orang lain.

(27)

10 A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Pengertian konsep diri menurut Hurlock (1980) adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri. Konsep diri ini merupakan gabungan keyakinan yang dimiliki orang langsung dari mereka sendiri yang mencakup karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Konsep diri juga dapat didefinisikan sebagai gambaran, penilaian, dan cita-cita tentang diri sendiri, yang merupakan hasil dari pengamatan, persepsi, dan pengalaman orang tersebut.

Menurut Hurlock (1980) penampilan diri yang baik; kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku yang baik; harmonisasi keluarga; pergaulan positif dengan teman-teman sebaya; kreativitas, dan cita-cita adalah beberapa kondisi yang mempengaruhi konsep diri.

Konsep diri adalah konsep dasar tentang diri sendiri, pikiran, dan opini pribadi, kesadaran tentang apa dan siapa dirinya, dan bagaimana perbandingan antara dirinya dengan orang lain serta bagaimana idealisme yang telah dikembangkannya (Fuhrmann, 1990).

(28)

moral. Persepsi tersebut meliputi sesuatu yang dicita-citakan maupun keadaan yang sesungguhnya.

Menurut Michener dan Delamayer (dalam Prasetyo dan Diana, 2004) konsep diri merupakan struktur kognisi atau perasaan terhadap diri sendiri yang terorganisasi, yang terdiri dari persepsi individu terhadap identitas sosial dan kualitas personal individu dan generalisasi terhadap dirinya sendiri berdasarkan pengalaman individu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran, penilaian, dan cita-cita tentang diri sendiri, yang merupakan hasil dari pengamatan, persepsi, dan pengalaman orang tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

(29)

Menurut Hurlock (1980), konsep diri remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Usia Kematangan

Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Remaja yang matang terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri.

b. Penampilan Diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.

c. Kepatutan Seks

(30)

d. Nama dan Julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.

e. Hubungan Keluarga

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasi diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.

f. Teman-teman Sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompoknya.

g. Kreativitas

(31)

h. Cita-cita

Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah:

a. Latar belakang dan hubungan keluarga

Latar belakang yang dimaksud adalah bagaimana situasi atau kondisi sebuah keluarga, apakah individu tersebut memiliki keluarga harmonis atau tidak harmonis. Keluarga harmonis disini diartikan sebagai keluarga yang memiliki komunikasi antar anggota keluarga serta peranan seseorang dalam keluarga yang baik. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Sikap positif orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan membuat anak merasa tidak berharga.

(32)

sedih, takut, dan gelisahnya kedalam suatu media yang mampu memfasilitasi keinginannya itu, salah satunya adalah musik keras. Pelarian semacam ini cenderung akan merusak konsep diri seseorang, karena biasa diimbangi dengan perilakunya yang buruk pula.

b. Lingkungan sekitar (masyarakat)

Yang dimaksud masyarakat disini adalah masyarakat dimana individu itu tinggal, termasuk di dalamnya adalah teman-teman sepergaulannya. Penilaian dan sikap orang lain terhadap diri seseorang akan mempengaruhi konsep diri orang tersebut. Tekanan untuk menjadi sama dengan lingkungan membuat seseorang merasa tidak nyaman serta ingin melepaskan diri dari tekanan yang ada. Kebebasan dalam bermusik keras bisa menjadi pilihan pengalihan ketidak nyamanan bagi orang tersebut. Apabila kebebasan yang selama ini dia inginkan menjadi kebebasan yang merugikan orang lain, akan membuat konsep diri orang tersebut menjadi buruk.

c. Kreativitas

(33)

yang ada serta kebebasan untuk tidak menjadi “pengikut” bisa menjadi pilihan bagi orang tersebut dalam bermusik.

B. Aspek-aspek dalam Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 1992), konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu:

1. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Dapat dikatakan pula bahwa gambaran diri adalah bagaimana seseorang memandang tubuhnya secara utuh baik saat ini maupun masa lalu.

Pemusik keras tergolong berani menampilkan gambaran dirinya dengan dandanan tubuhnya secara unik saat konser seperti halnya mencat muka-tubuh, memberdirikan-mencat rambut, atau tidak memakai baju untuk memperlihatkan tattonya.

2. Ideal diri

(34)

dapat diartikan juga sebagai pandangan mengenai standar bagi dirinya sendiri dalam berperilaku sesuai dengan apa yang dia inginkan.

Dalam hal ini, sebagian besar musik keras memang tidak memiliki aturan yang pasti dalam teknik bermain musik maupun dalam menikmatinya. Secara permainan asalkan suara yang dihasilkan adalah distorsi keras dan tebal yang cukup memekakkan telinga, lirik yang bertemakan kritik sosial atau kehidupan secara global, serta dibawakan dengan penghayatan penuh sehingga dapat dikatakan ia pemusik keras. Sehingga dapat dikatakan secara gamblang para pemusik keras menyampaikan idenya dan menyalurkan emosinya secara bebas, atau berperilaku sesuai dengan standar pribadinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri, yaitu:

a) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.

b) Faktor budaya yang akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. Kemudian standar ini dibandingkan dengan kelompok teman.

c) Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

3. Harga diri

(35)

Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, perolehan itu berasal dari perasaan dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Jika seseorang sering dicintai dan mendapatkan penghargaan dari orang lain, maka ia akan memiliki harga diri yang tinggi dan juga sebaliknya. Selain itu, harga diri juga dapat diartikan sebagai hasil penilaian seseorang terhadap pemenuhan diri ideal yang berasal dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

Dalam hal ini, pemusik keras menentukan sendiri seperti apa idealnya mereka. Mereka juga akan sangat bangga dan dihargai apabila mampu menghibur para penikmat musik keras baik di panggung atau di media lain, sehingga mereka merasa penting. Pemusik keras juga tergabung dalam kelompok tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok. Dengan keunikan yang dimiliki masing-masing pemusik, mereka mampu mengekspresikan dirinya, menghargai diri sendiri, dan senang kalau dirinya berbeda; ada yang istimewa.

4. Peran

(36)

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan :

a) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang

dilakukan

c) Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban d) Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku

peran

e) Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran

Secara peran dalam masyarakat pemusik keras kurang dapat diterima. Seperti halnya dalam industri rekaman, hanya beberapa event organizer yang mau mengundang, dan pandangan yang kurang

baik dari sebagian masyarakat terhadap lifestyle dan idealisme mereka.

5. Identitas

(37)

Pemusik keras secara pribadi terlihat cukup baik, namun pandangan masyarakat secara umum masih kurang dapat menerima mereka. Hal ini akan diteliti lebih lanjut.

C. Penggolongan dan Ciri-ciri Konsep Diri

Konsep diri dibagi menjadi dua golongan, yaitu: konsep diri tinggi (positif) dan konsep diri rendah (negatif).

1. Konsep diri tinggi (positif)

Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang baik dan menyenangkan. Oleh karena itu, konsep diri tinggi selalu dianggap sinonim dengan gambaran diri yang menyenangkan, konsep diri yang baik atau harga diri yang tinggi (Bruno, dalam Sinurat, 1984). Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan (Keliat, 1992).

Menurut William D. Brooks dan Philips emmert (Rakhmat, 1999), orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai dengan 5 hal, yaitu:

a) Ia yakin atas kemampuannya mengatasi masalah b) Ia merasa setara dengan orang lain

c) Ia menerima pujian tanpa rasa malu

(38)

e) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya

Adler dan kawan-kawan (Trefina, 1990) menjelaskan adanya elemen konsep diri yang positif, yaitu:

a) Rasa aman merupakan bentuk kepercayaan yang kuat akan suatu kebenaran perbuatan dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Kepercayaan ini berhubungan dengan kepercayaan yang relatif kebal terhadap perlawanan orang lain.

b) Penerimaan diri. Seseorang dapat menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya pada umumnya dapat merubah pandangan mereka menjadi lebih mudah menerima pendapat dan perasaan orang lain, dan lebih terbuka.

c) Harga diri tinggi. Orang yang harga dirinya tinggi, biasanya mempunyai popularitas, tidak gugup, terbuka, dan mempunyai rasa percaya diri yang kuat.

Menurut D. E. Hamachek (Rakhmat, 1999), ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif, yaitu:

(39)

b) Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya. c) Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk

mencemaskan apa yang terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.

d) Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.

e) Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau orang lain terhadapnya. f) Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan

bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.

g) Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa bersalah.

h) Ia cenderung menolak usaha orang untuk mendominasinya. i) Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu

(40)

j) Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi permainan, pekerjaan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu. k) Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang

telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain 2. Konsep diri rendah (negatif)

Merupakan gambaran yang tidak menyenangkan, harga diri yang rendah (Derlaga & Fitts, dalam Sinurat, 1984). Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif (Keliat, 1992).

Ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri yang negatif menurut William D. Brooks dan Philips Emmert (Rakhmat, 1999), yaitu:

a) Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam.

b) Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun mungkin ia berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. c) Sikap hiperkritis, yaitu selalu mencela, meremehkan apapun

dan siapapun, tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang.

(41)

sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.

e) Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti yang terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Adler dan kawan-kawan (Trefina, 1990) menjelaskan elemen yang terdapat pada diri seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif, yaitu:

a) Adanya perasaan tidak aman, karena tidak adanya rasa percaya diri sehingga selalu mengkhawatirkan penerimaan orang lain terhadap dirinya.

b) Kurangnya penerimaan diri. Seseorang yang tidak dapat menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya, pada umumnya bersikap kaku dan tertutup.

c) Rendahnya harga diri. Orang yang harga dirinya rendah biasanya tidak popular, gugup, tertutup, dan tidak percaya diri.

D. Pemusik Keras 1. Musik Keras

(42)

kepada pendengarnya. Musik dapat membuat manusia berperilaku tertentu seperti halnya gembira, takut, terharu, tenang, dan gelisah. Bahkan pada musik-musik tertentu dapat meredam stress atau depresi (Utomo dan Natalia, 1999).

Menurut Campbell (dalam Levin, 2000) musik terdiri atas tiga komponen dasar yang paling utama yaitu: tangga nada (pitch), irama (rhytm), dan warna nada (timbre). Tangga nada memiliki hubungan dengan frekuensi nada-nada tertentu dan mempunyai posisi relatif dalam skala musik, dan dapat pula dikatakan sebagai konstruk psikologis. Sedangkan warna nada adalah sesuatu yang membedakan bahwa suatu nada dihasilkan dari suatu alat musik tertentu.

(43)

mengandung unsur enerjik, agresif, cepat, dan brutal. Hal senada juga diutarakan Lester Bangs, wartawan majalah semi-underground Amerika, Creem, tahun 1971, menggunakan istilah punk untuk mendeskripsikan sebuah aliran musik rock yang semrawut, asal bunyi, namun bersemangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa musik keras adalah musik yang menggunakan distorsi gitar yang bebas yang dipadu dengan instrumen lainnya yang tetap mewakili unsur enerjik, agresif, cepat, dan brutal.

2. Pemusik Keras dan Perilaku Negatifnya

Pemusik adalah orang yang pandai memainkan musik atau alat musik (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991). Pemusik keras adalah mereka yang memainkan musik dengan menggunakan distorsi gitar yang bebas yang dipadu dengan instrument lainnya yang tetap mewakili unsur enerjik, agresif, cepat, dan brutal. Pemusik keras banyak menuliskan lagu yang bertemakan kegelisahan hati yang sangat, kesedihan yang mendalam, anti terhadap ideologi tertentu, semangat perjuangan, dan lain-lain.

(44)

style atau pola/cara hidup artis musik keras yang ditiru penggemarnya,

3) gambar-gambar atau simbol-simbol yang digunakan dalam setiap aktivitasnya seperti: konser, periklanan, atau pemasaran, 4) beat musik yang keras dan dinamis, 5) filsafat dan tujuan dari kelompok itu.

Dalam penelitiannya, Bonta (2002) menyebutkan bahwa musik rock (keras) bermula sebagai medium pemberontakan. Pemusik keras aliran ini, (rock) melakukan ajakan subversif, penggulingan kekuasaan dan perubahan secara revolusioner daripada sebuah pengungkapan ketidak setujuan publik yang ditampilkan dengan cara sopan. Band bagi mereka adalah media untuk menyampaikan kritik politik dan sosial (Norman, Koran KOMPAS hal.17, 12 November 2006). Sebagai contoh pada pemusik keras yang ber-idealisme-kan neo-Nazi, yang sebagian besar beraliran rock dan heavy metal, kecintaan mereka terhadap kekerasan, rasisme, dan agresi mereka propaganda-kan melalui lirik-lirik lagu yang mengungkapkan perilaku mereka yang rasis, paranoid, dan agresif. Judul-judul lagu dan nama-nama grup musik mereka juga membawa pesan-pesan serupa; dengan nama-nama seperti "Vampire", "White Noise", Battleground", "Razor Edge", dan "White Warriors" (www.kunci.or.id-cultural study yahoo).

(45)

tradisi dari lingkungan mereka) adalah seks bebas. Dalam pandangan mereka, seks adalah rekreasi. Tanpa adanya hubungan pernikahan, hubungan seksual boleh dilakukan. Selain itu, sebagian besar pemusik keras memperkenalkan penggunaan obat-obatan terlarang dalam bermusik.

(46)

Demikian juga yang terjadi pada beberapa scene lainnya. Lifestyle yang buruk ini juga ditunjukkan oleh pelopor aliran grunge yang juga penyanyi, penulis lagu, dan gitaris dari band Nirvana, Kurt Cobain. Ia juga menjadi pecandu narkoba paduan dari champagne dan rohypnol. Beberapa kali ia keluar masuk panti rehabilitasi, hingga akhirnya ia mengakhiri hidupnya dengan menembakkan pistol ke kepalanya (http://id.wikipedia.org/wiki/Kurt_Cobain). Hal serupa juga terjadi pada Tommy Bollin, gitaris ban Rock keras Deep Purple formasi keempat yang meninggal akibat overdose heroin (www.kompas.com).

Selain seks, obat-obatan terlarang, dan protes atau propaganda tema-tema yang bernuansa okultisme (hal-hal yang berhubungan dengan misteri, mistis) juga banyak dipopulerkan. Seperti pemusik keras dari aliran heavy metal, Marilyn Manson dan Ossie Osbourne, mereka menggambarkan kebenciannya terhadap agama Kristen.

(47)

dan menggulingkannya ke arah penonton yang ada di belakang atau di depannya, juga dilakukan saat pertunjukan musik tersebut.

Selain itu, pemusik keras juga menawarkan ideologi-ideologinya, yang biasanya adalah bentuk dari ketidak senangan atas ideologi yang berlaku, dalam bentuk lagu. Sebagai contoh, potongan lirik lagu yang berjudul surfacing yang dibuat oleh slipknot:

Fuck it all / fuck this world / fuck everything that you stand for /

Don’t belong / don’t exist / don’t give a shit / and don’t ever judge me.

(48)

31 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan keadaan yang terjadi pada saat ini. Pada penelitian ini keadaan yang akan digambarkan adalah tingkat konsep diri pemusik keras. Menurut Mardalis (1990), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi/ada. Penelitian ini tidak menguji atau tidak menggunakan hipotesis, tapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau suatu daerah (Nazir, 1985).

B. Indentifikasi Variabel

(49)

C. Definisi Operasional

Konsep diri adalah adalah gambaran, penilaian, dan cita-cita tentang diri sendiri, yang merupakan hasil dari pengamatan, persepsi, dan pengalaman orang tersebut.

Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 1992), konsep diri terdiri dari 5 aspek yaitu: Pertama. Gambaran diri, adalah persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu, secara sadar maupun tidak. Kedua. Ideal diri, yaitu pandangan individu mengenai bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Ketiga. Harga diri, yang merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapainya dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi diri ideal. Keempat. Peran, adalah pola perilaku, nilai, sikap, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Kelima. Identitas, yang diartikan sebagai kesadaran akan diri sendiri yang merupakan gabungan dari gambaran diri, ideal diri, harga diri, dan peran.

(50)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive random sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan terhadap kelompok

yang telah ditentukan dengan memperhatikan ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 1996)

Penelitian ini dikhususkan pada pemusik keras di Jogjakarta. Pemilihan kota Jogjakarta sebagai tempat penelitian karena Jogjakarta termasuk dalam tiga besar kota (Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta) yang menjadi barometer musik keras. Selain itu Jogjakarta yang merupakan kota pelajar memiliki banyak potensi remaja dan dewasa awal yang berkreasi dalam dunia musik keras. Masa remaja dan dewasa awal adalah masa dimana pemusik keras banyak dijumpai.

Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan karakteristik subjek penelitian sebagai berikut :

1. Subyek telah bermain musik keras selama satu tahun dan masih aktif bermain musik keras

2. Berdomisili di propinsi DIY

3. Berusia remaja (17 - 22 tahun) dan dewasa awal (22 - 40)

E. Metode Pengambilan Data

(51)

metode summated rating. Pada metode ini, subjek diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan yang dirumuskan secara favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau memihak objek yang akan diukur. Penyataan unfavorable adalah penyataan yang tidak mendukung terhadap objek yang hendak diukur.

Pernyataan-pernyataan disusun berdasarkan aspek-aspek dari konsep diri, dengan proporsi yang seimbang antara pernyataan yang favorable dan unfavorable. Alternatif jawaban yang diberi antara lain “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”. Nilai skor bergerak dari angka 4 sampai 1 untuk penyataan yang bersifat favorable dan sebaliknya, nilai skor bergerak dari angka 1 sampai 4 untuk pernyataan yang bersifat unfavorable. Semakin tinggi skor yang didapatkan oleh subjek maka semakin

tinggi pula tingkat konsep diri yang dimilikinya dan sebaliknya semakin rendah skor yang didapatkan oleh subjek maka semakin rendah pula tingkat konsep diri yang dimilikinya.

Peneliti tidak menggunakan alternatif jawaban netral karena bisa saja subjek belum bisa memutuskan jawaban, sehingga memilih jawaban netral. Selain itu, peneliti juga ingin supaya subjek lebih tegas dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang diajukan.

(52)

Tabel 3.1

Tabel Spesifikasi (Blue Print) Skala Konsep Diri Sebelum Uji coba

No. Aspek Indikator Item Total

Fav. Unfav.

1. Gambaran diri Memandang baik ukuran, bentuk, fungsi, dan potensi tubuhnya saat ini dan masa lalu

yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

2 2 16

b.Memiliki pola nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

2 2

c.Memiliki pola sikap yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

2 2

d.Memiliki pola tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

2 2

5. Identitas Memiliki kesadaran akan diri sendiri

8 8 16

(53)

Tabel 3.2

Tabel Penyebaran Item-item Skala Konsep Diri

No. Aspek Indikator Item Total

Fav. Unfav.

1. Gambaran diri

Memandang baik ukuran, bentuk, fungsi, dan potensi tubuhnya saat

diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

63, 67 12, 22 16

b.Memiliki pola nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

30, 41 31, 40

c.Memiliki pola sikap yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

19, 78 17, 64

d.Memiliki pola tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

18, 52 42, 65

(54)

F. Pertanggung Jawaban Mutu 1. Validitas

Validitas merupakan taraf ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi jika alat ukur dapat memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dari pengukuran tersebut. Jika alat ukur menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai alat ukur yang mempunyai validitas yang rendah (Azwar, 2000).

Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity), yaitu pengujian validitas dilakukan dengan mencocokan antara definisi rasional dengan indikator-indikator yang kemudian dijabarkan dalam item-item. Pengujian validitas isi dilakukan dengan professional judgement, yaitu dengan bantuan dosen pembimbing untuk memastikan kualitas item yang hendak diukur.

2. Seleksi Item

Setelah melakukan uji coba, seleksi item dapat dilakukan untuk mendapatkan item-item yang dianggap baik untuk diujikan kembali dalam penelitian.

(55)

Nomor-nomor item yang gugur antara lain item Nomor-nomor: 10, 14, 17, 21, 33, 44, 51, 55, 58, 59, 62, 64, dan 68.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menurunkan standar Corrected Item-Total Correction menjadi ≥ 0,28. Hal ini dilakukan untuk menghidupkan kembali salah satu item yang dianggap penting oleh peneliti.

Berikut ini adalah tabel distribusi item-item yang valid. Tabel 3.3

Tabel Distribusi Nomor Item Valid Setelah Uji Coba (Corrected Item-Total Correction 0,3)

No. Aspek Indikator Item Total

Fav. Unfav.

1. Gambaran diri

Memandang baik ukuran, bentuk, fungsi, dan potensi tubuhnya saat

diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

63, 67 12, 22 14

b.Memiliki pola nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

30, 41 31, 40

c.Memiliki pola sikap yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

19, 78 -

d.Memiliki pola tujuan yang diharapkan dari seseorang

(56)

berdasarkan posisinya di masyarakat

5. Identitas Memiliki kesadaran akan diri sendiri diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat, gugur kedua-keduanya. Apabila salah satu dibiarkan kosong maka indikator memiliki pola sikap yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

harus dihilangkan. Hal ini bertentangan dengan asumsi peneliti bahwa indikator tersebut termasuk penting, sehingga peneliti menurunkan standar Corrected Item-Total Correction menjadi ≥ 0,28 agar indikator tersebut tidak hilang. Setelah dilakukan analisis item kembali, terpilih 70 item dengan Corrected Item-Total Correction ≥ 0,28 yang dianggap baik. Sedangkan sebanyak 10 item yang memiliki Corrected Item-Total Correction ≤ 0,28 dianggap gugur. Nomor-nomor item yang gugur antara lain item nomor: 10, 14, 17, 21, 33, 44, 55, 59, 62, dan 68. Berikut ini adalah tabel distribusi item-item yang valid dengan Corrected Item-Total Correction ≥ 0,28.

Tabel 3.4

Tabel Distribusi Nomor Item Valid Setelah Uji coba (Corrected Item-Total Correction 0,28)

No. Aspek Indikator Item Total

Fav. Unfav.

1. Gambaran diri

Memandang baik ukuran, bentuk, fungsi, dan potensi tubuhnya saat ini dan masa lalu

(57)

c.Memiliki cita-cita 27, 49 61

diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

63, 67 12, 22 15

b.Memiliki pola nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

30, 41 31, 40

c.Memiliki pola sikap yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

19, 78 64

d.Memiliki pola tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

18, 52 42, 65

5. Identitas Memiliki kesadaran akan diri sendiri

(58)

Tabel 3.5

Tabel Distribusi Item Valid Hasil Uji Coba Skala Konsep Diri Pemusik Keras di DIY

No. Aspek Indikator Item Total

Fav. Unfav.

1. Gambaran diri

Memandang baik ukuran, bentuk, fungsi, dan potensi tubuhnya saat ini dan masa lalu

6 6 12 diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

2 2 12

b.Memiliki pola nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

1 1

c.Memiliki pola sikap yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

1 1

d.Memiliki pola tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

2 2

5. Identitas Memiliki kesadaran akan diri sendiri

6 6 12

(59)

Tabel 3.6

Tabel Distribusi Item Sesungguhnya Skala Konsep Diri Pemusik Keras di DIY

No. Aspek Indikator Item Total

Fav. Unfav.

1. Gambaran diri

Memandang baik ukuran, bentuk, fungsi, dan potensi tubuhnya saat ini dan masa lalu

1, 7,

c.Memiliki cita-cita 21 44

d.Memiliki nilai yang ingin

c.Memiliki kekuatan 35 36

d.Memiliki keteladanan 4, 5 18, 60 4. Peran a.Memiliki pola perilaku yang

diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

45, 49 9, 16 12

b.Memiliki pola nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

31 24

c.Memiliki pola sikap yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

14 46

d.Memiliki pola tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

13, 38 32, 47

(60)

3. Reliabilitas

Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi merupakan suatu pengukuran yang dapat dipercaya dan dapat digunakan dengan hasil yang konsisten pada waktu yang berbeda untuk tujuan penelitian yang sama (Azwar, 2000).

Tinggi rendahnya reliabilitas dapat dilihat dari tingginya nilai koefisien reliabilitas yang mendekati nilai satu yang menunjukkan bahwa pengukuran itu semakin baik. Pengukuran reliabilitas ini dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan satu bentuk skala sikap pada sekelompok responden (single-triad administration). Pengukuran koefisien reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan teknik Alpha Cronbach.

Uji reliabilitas terhadap 80 item pada uji coba skala konsep diri yang telah dilakukan menghasilkan koefisien alpha sebesar 0,923. Angka koefisien alpha hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa kuisioner konsep diri tersebut dapat diandalkan untuk pengambilan data penelitian. G. Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang didapat dianalisis secara statistik menggunakan analisis yang meliputi penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum, mean teoretis, mean empiris dan standar deviasi, serta penghitungan persentase.

(61)

untuk menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Menurut Azwar (1999) penentuan kategorisasi jenjang adalah berdasarkan standar deviasi dan mean teoretik sebagai berikut:

X minimum teoritik : skor paling rendah yang mungkin diperoleh subyek pada skala, yaitu : 1

X maksimum teoritik : skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subyek pada skala, yaitu : 4

Range : luas jarak sebaran antara nilai maksimum dan nilai minimum Standar Deviasi (σ) : luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam 6 satuan deviasi standar

Mean (µ) : mean teoritis yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum

Tabel 3.7

Tabel Norma Kategorisasi Jenjang

Norma Kategori

(µ + 1,0σ) ≤ x Tinggi

(µ - 1,0σ) ≤ x < (µ + 1,0σ) Sedang

x < (µ + 1,0σ) Rendah

Keterangan:

X : Skor total subyek

µ : Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan skor maksimum

(62)

Bila dimasukkan dalam hitungan akan diperoleh hasil sebagai berikut : X min : 60 x 1 = 60

X mak : 60 x 4 = 240 Range : 240 – 60 = 180 SD : 180 / 6 = 30

µ : (240 + 60) / 2 = 150

Dengan demikian jika nilai SD (σ) adalah 30 dan Mean (µ) adalah 150, maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:

Tabel 3.8

Tabel Norma Kategorisasi Dengan Batasan Angka-Angka

Norma Kategori

(150 + 1,0 . 30) ≤ x Tinggi (150 – 1,0 . 30) ≤ x < (150 + 1,0 . 30) Sedang

x < (150 – 1,0 . 30) Rendah

(63)

46 A. Persiapan Penelitian

1. Perijinan Penelitian

Pada penelitian ini tidak dibutuhkan perijinan. Pemusik keras yang diteliti tidak tergabung dalam kelompok yang resmi maupun berbadan hukum. Pengambilan data dapat diambil secara informal.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa tempat, diantaranya adalah studio musik Rock Star, Gong, dan Rick. Penelitian juga dilakukan pada pertunjukkan musik keras yang berlangsung di Bunker cafe. Selain itu penelitian juga dilakukan di tempat tinggal subjek.

3. Penentuan Sampel

Subjek dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria: pertama, pemusik keras yang masih aktif memainkan musik keras. Kedua,

pemusik keras yang berdomisili di propinsi DIY. Ketiga, pemusik keras dengan usia 17 - 40 tahun, atau tergolong dalam masa remaja sampai dewasa awal.

4. Uji Coba Penelitian

(64)

Jumlah subjek dalam uji coba ini adalah 66 orang. Skala item pada skala uji coba ini berjumlah 80 item yang terdiri dari 40 item favourable dan 40 item unfavourable.

Penyebaran angket dilakukan secara acak hari, oleh karena kesibukan peneliti dan kesulitan mencari subjek.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2008. Skala penelitian terdiri dari 60 item dengan distribusi 30 item favourable dan 30 item unfavourable. Subjek dalam penelitian ini yang didapat dari studio musik Rock Star dan basecamp band (atau rumah subjek) berjumlah 40 orang.

(65)

C. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov yang menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

(66)

2. Deskripsi Data Penelitian

Dari deskripsi data dapat diterangkan sebagai berikut :

i. N menunjukkan jumlah subjek dalam penelitian, yaitu 40 orang. ii. Mean Empirik, yaitu rata-rata dari skor subjek penelitian, yaitu

sebesar 182,23. Skor ini masuk dalam kategori “tinggi”.

iii. Mode adalah yang paling banyak frekuensinya, yaitu 190. Skor ini termasuk kategori “tinggi”.

iv. Standar Deviasi atau simpangan baku, yang menujukkan variasi jawaban, yaitu sebesar 15,200.

v. Varian adalah kuadrat dari SD sebesar 231,051.

vi. Range adalah jarak atau selisih skor maksimum dan skor minimum, yaitu 68.

(67)

viii. Skor minimum empirik adalah skor paling rendah yang diperoleh subjek, yaitu 154.

3. Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Pemusik Keras

Kategori tingkat konsep diri diperoleh dengan memasukan skor total yang diperoleh subjek ke dalam norma kategorisasi skala tingkat konsep diri yang ada. Berikut ini adalah hasil dari pengkategorisasian disertai persentase jumlah subjek dari tiap-tiap kategori.

Tabel 4.3

Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Pemusik Keras

Normatif Rentang Nilai Kategori Frekuensi (orang)

Persentase (%) (150 + 1,0 . 30) ≤ x 180 ≤ x Tinggi 24 60 % (150 – 1,0 . 30) ≤ x < (150 + 1,0 . 30) 120 ≤ x < 180 Sedang 16 40 % x < (150 – 1,0 . 30) x < 120 Rendah 0 0 %

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa subjek penelitian paling banyak berada pada tingkat kategori “tinggi” yaitu 24 orang (60 %). Sedang 16 subjek lainnya berada pada kategori “sedang” (40 %).

D. Pembahasan

(68)

subjek penelitian terbanyak mempunyai tingkat konsep diri dengan kategori tinggi.

Subjek yang tergolong dalam kategori tinggi (60%) sesuai dengan pernyataan Bruno (dalam Sinurat, 1984), subjek pada tingkatan ini adalah orang-orang yang memiliki keyakinan atau pandangan tentang dirinya sendiri yang baik dan menyenangkan. Pemusik keras yang memiliki keyakinan seperti ini diperkirakan akan memandang orang lain sebagai pribadi yang menyenangkan dan baik pula. Menurut Keliat (1992), individu yang memiliki konsep diri yang tinggi dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan. Dengan demikian, pemusik keras yang memiliki golongan konsep diri tinggi diperkirakan mampu untuk tidak melakukan inkulturasi dan enkulturasi budaya buruk musik keras barat yang kurang sesuai dengan keadaan budaya di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Secara intelektual, dimungkinkan pemusik keras mampu memilah-milah mana budaya musik keras yang baik yang masih dapat diterima di budayanya. Secara penguasaan lingkungan, pemusik keras mampu berhubungan dengan lingkungannya yang tidak menyerang integritas dirinya. Grinder dan Surakhmad (dalam Astuti, 1996) juga mengatakan bahwa konsep diri yang positif akan berpengaruh pada penyesuaian diri terhadap nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

(69)

salah. Bisa dikatakan individu seperti ini memiliki keyakinan yang tinggi atas perbuatan baik yang dia lakukan dengan nikmat dan cenderung menolak usaha orang untuk mendominasinya. Sehingga dirinya tidak terlalu mencemaskan apa yang akan terjadi dikemudian hari dan bisa bangkit dari keterpurukan. Meskipun demikian individu semacam ini tetap merasa sama dengan orang lain yaitu sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, ia mau dianggap penting dan bernilai oleh orang lain dengan rendah hati, dan memiliki sikap asertif.

Subjek pada kategori sedang (40%). Subjek memiliki konsep diri yang sedang, dalam artian konsep diri yang dimiliki subjek tidak tinggi atau rendah. Subjek dalam penelitian ini memiliki hasrat yang kuat untuk untuk dapat diterima oleh scene. Mereka cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan scene yang ada. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan individu bisa

terlibat dalam tindakan buruk yang telah lama mengakar di dalam scene tersebut, seperti halnya: berbusana kurang sopan dengan pakaian bolong dan sepatu butut, memakai aksesoris pada tubuhnya (tattoo dan pierching), meminum minuman keras, melakukan seks bebas, dan membudayakan kekerasan.

(70)

menerima keadaan tubuhnya, serta menjalankan aktivitas yang baik/menyehatkan tubuh dan menghindari hal-hal yang dapat merugikan /merusak tubuh.

Ideal diri merupakan aspek penting yang harus ada dalam diri pemusik keras. Dengan memiliki ideal diri yang baik, sebagai individu yang memiliki idealisme yang tinggi, yang cenderung tidak ingin diganggu gugat dalam hal yang berhubungan dengan musik yang mereka buat dan tampilkan, pemusik keras diharapkan dapat menyampaikan idenya dan menyalurkan emosinya secara bebas, atau berperilaku sesuai dengan standar pribadinya, dengan tetap tidak melanggar norma dan hukum yang ada.

Harga diri menunjukkan seseorang berhasil menjalankan perannya sebagai individu sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal dirinya. Dengan memiliki harga diri yang tinggi, diharapkan pemusik keras mendapatkan perasaan bangga dan dihargai ketika dirinya mampu menghibur para penikmat musik keras baik di panggung atau di media lain. Seperti kata seorang pemusik keras yang mengatakan bahwa dirinya sangat senang ketika pernah mengguncang sport hall Kridosono, membuat hampir setiap penonton mengekspresikan dirinya entah dengan menari saling membenturkan anggota tubuh secara ngawur (Body slam), bernyanyi, berteriak, bahkan meloncat dari atas panggung (moushing).

(71)

masyarakat. Pandangan sebagian masyarakat umum yang beredar, musik keras adalah musik yang brutal dan urakan (Utomo dan Natalia, 1999). Dengan memiliki kesadaran yang baik akan peran, diharapkan pemusik keras mampu menempatkan diri dan bertindak dengan memikirkan kepentingan orang lain.

(72)
(73)

56 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa para pemusik keras memiliki tingkat konsep diri tinggi (positif). Hal ini terlihat dari data yang diperoleh yaitu 24 subjek (60%) berada pada tingkat konsep diri tinggi. Sedangkan 16 orang subjek (40%) berada pada tingkat sedang. Jumlah total subjek adalah 40 orang. Data diatas mengindikasikan bahwa pemusik keras di kota Jogjakarta tidak melakukan perilaku-perilaku negatif yang ditakutkan, yang berasal dari efek negatif perkembangan budaya musik keras di barat dimana kekerasan, penyalahgunaan narkoba, miras, dan seks bebas adalah hal yang sah-sah saja. Meski demikian langkah antisipasi harus tetap dilakukan karena masih terdapat 16 orang subjek yang berada pada tingkat konsep diri sedang.

B. Saran

1. Bagi Pemusik Keras

(74)

untuk mengaktualisasikan dirinya tanpa mengganggu kenyamanan dan kepentingan orang lain.

2. Bagi Penikmat Musik Keras

Bagi penikmat musik keras hendaknya melakukan tindakan preventif terhadap pengaruh negatif dari pemusik keras. Agar para penikmat tetap dapat menikmati musik keras tanpa terkena pengaruh negatifnya. Karena kebiasaan meniru sang idola dan ikut-ikutan mungkin terjadi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya lebih memperhatikan karakteristik-karakteristik pemusik keras lebih jauh sehingga data yang ditemukan akan lebih bervariatif dan lebih detail. Selain itu, hendaknya peneliti selanjutnya lebih mengontrol proses pengambilan data, sehingga diharapkan dapat mengurangi faking jawaban serta mengurangi jumlah data yang tidak lengkap.

Pada penelitian ini terdapat kelemahan dalam hal penggunaan kalimat yang kurang tepat pada beberapa item skala yang digunakan, oleh karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan lebih mencermati pemilihan kata dalam pembuatan kalimat item skala, sehingga diharapkan tidak mempengaruhi arti dari item tersebut.

(75)
(76)

Astuti, Y. D. 1996. Konsep Diri dan Sikap Agresi pada Siswa SMU ”17” I di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Avin, F. H. 1995. Konsep dan Teknik Pengenalan Diri. Jurnal. Buletin Psikologi.

Azwar. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Budi, I. 2004. Studi Deskriptif: Konsep Diri Mahasiswi yang Cenderung Berpakaian Ketat di Kampus. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Hadi. 1996. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

KOMPAS, edisi 12 November 2006. Artikel: Denyut Band “Indie” di Malang. Jakarta. Majalah Popular no. 119. (2003).

Majalah Hai, edisi 1-7 April 2002. No. 19, hal 50-55. Majalah Hai, edisi 8-14 Agustus 2005. No. 32, hal. 41-49. Mardalis. 1990. Metode Penelitian. Jakarta: Erlangga. Nazir. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rakhmat, J. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Salim, Peter & Yenny, S. 1991. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.

Utomo, Kristiani & Johana Natalia. 1999. Hasil Penelitian. Pengaruh Pemberian Musik Klasik Terhadap Perilaku Emosional Anak Usia 5-6 Tahun (vol. 14 – no. 5, Juli-September). Anima.

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/files/2008/12/konsep-diri.pdf http://en.wikipedia.org/wiki/Sid_Vicious

http://id.wikipedia.org/wiki/Kurt_Cobain

http://www.Relevan Magazine.com/modules.(Strang, Cameron.The Light Has Enough Light. Relevan Magazine, 2002)

(77)

www.detikbandung.com

www.e-psikologi.com. (Rini, J. F. Konsep Diri. 2002) www.kompas.com

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)

Gambar

Tabel 3.4 Tabel Distribusi Nomor Item Valid Setelah Uji coba
Tabel Norma Kategorisasi Jenjang
Tabel 3.8 Tabel Norma Kategorisasi Dengan Batasan Angka-Angka
Tabel 4.1          Uji Normalitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman kacang tanah tumbuh baik pada keadaan pH tanah sekitar 6-6,5 (Adisarwanto, 2007). Adapun syarat-syarat benih atau bibit kacang tanah yang baik yaitu ; a) Berasal dari

Hasil : Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny “K” selama trimester II dan III dengan keluhan kram kaki, pada persalinan spontan fisiologis, pada masa nifas dengan

Leudeking-piret model was used to study the product formation kinetics for the production of ethanol and the model parameters were evaluated using experimental data. Keywords:

Fakta perbuatan hukum akta P.P.J.B lunas dengan kuasa terhadap peralihan hak milik atas tanah memiliki problematika filosofis, sosiologis, yuridis, teoritis

Kepraktisan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan diperoleh dari hasil keterlaksanaan pembelajaran dengan perangkat pembelajaran menggunakan model siklus

pada penelitian ini terdapat pengaruh antara work life balance terhadap

Berdasarkan frekuensi kumulatifnya, hitunglah proporsi empirik (observasi). Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada tabel z. Bandingkan Empirical

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil seminar,