• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggolongan dan Ciri-ciri Konsep Diri

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEMUSIK KERAS (Halaman 37-48)

Konsep diri dibagi menjadi dua golongan, yaitu: konsep diri tinggi (positif) dan konsep diri rendah (negatif).

1. Konsep diri tinggi (positif)

Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang baik dan menyenangkan. Oleh karena itu, konsep diri tinggi selalu dianggap sinonim dengan gambaran diri yang menyenangkan, konsep diri yang baik atau harga diri yang tinggi (Bruno, dalam Sinurat, 1984). Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan (Keliat, 1992).

Menurut William D. Brooks dan Philips emmert (Rakhmat, 1999), orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai dengan 5 hal, yaitu:

a) Ia yakin atas kemampuannya mengatasi masalah b) Ia merasa setara dengan orang lain

c) Ia menerima pujian tanpa rasa malu

d) Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat

e) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya

Adler dan kawan-kawan (Trefina, 1990) menjelaskan adanya elemen konsep diri yang positif, yaitu:

a) Rasa aman merupakan bentuk kepercayaan yang kuat akan suatu kebenaran perbuatan dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Kepercayaan ini berhubungan dengan kepercayaan yang relatif kebal terhadap perlawanan orang lain.

b) Penerimaan diri. Seseorang dapat menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya pada umumnya dapat merubah pandangan mereka menjadi lebih mudah menerima pendapat dan perasaan orang lain, dan lebih terbuka.

c) Harga diri tinggi. Orang yang harga dirinya tinggi, biasanya mempunyai popularitas, tidak gugup, terbuka, dan mempunyai rasa percaya diri yang kuat.

Menurut D. E. Hamachek (Rakhmat, 1999), ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif, yaitu:

a) Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tetapi, dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.

b) Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya. c) Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk

mencemaskan apa yang terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.

d) Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.

e) Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau orang lain terhadapnya. f) Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan

bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.

g) Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa bersalah.

h) Ia cenderung menolak usaha orang untuk mendominasinya. i) Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu

merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasaan yang mendalam pula.

j) Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi permainan, pekerjaan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu. k) Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang

telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain 2. Konsep diri rendah (negatif)

Merupakan gambaran yang tidak menyenangkan, harga diri yang rendah (Derlaga & Fitts, dalam Sinurat, 1984). Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif (Keliat, 1992).

Ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri yang negatif menurut William D. Brooks dan Philips Emmert (Rakhmat, 1999), yaitu:

a) Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam.

b) Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun mungkin ia berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. c) Sikap hiperkritis, yaitu selalu mencela, meremehkan apapun

dan siapapun, tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang.

d) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan. Karena itulah ia bereaksi terhadap orang lain

sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.

e) Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti yang terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Adler dan kawan-kawan (Trefina, 1990) menjelaskan elemen yang terdapat pada diri seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif, yaitu:

a) Adanya perasaan tidak aman, karena tidak adanya rasa percaya diri sehingga selalu mengkhawatirkan penerimaan orang lain terhadap dirinya.

b) Kurangnya penerimaan diri. Seseorang yang tidak dapat menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya, pada umumnya bersikap kaku dan tertutup.

c) Rendahnya harga diri. Orang yang harga dirinya rendah biasanya tidak popular, gugup, tertutup, dan tidak percaya diri.

D. Pemusik Keras 1. Musik Keras

Musik dapat didefinisikan berbeda-beda pada tiap orang. Bernstein dan Picker (dalam Utomo dan Natalia, 1999) mendefinisikan musik sebagai organisasi suara-suara yang memiliki nilai seni, dapat mengekspresikan ide dan emosi dari komposer

kepada pendengarnya. Musik dapat membuat manusia berperilaku tertentu seperti halnya gembira, takut, terharu, tenang, dan gelisah. Bahkan pada musik-musik tertentu dapat meredam stress atau depresi (Utomo dan Natalia, 1999).

Menurut Campbell (dalam Levin, 2000) musik terdiri atas tiga komponen dasar yang paling utama yaitu: tangga nada (pitch), irama (rhytm), dan warna nada (timbre). Tangga nada memiliki hubungan dengan frekuensi nada-nada tertentu dan mempunyai posisi relatif dalam skala musik, dan dapat pula dikatakan sebagai konstruk psikologis. Sedangkan warna nada adalah sesuatu yang membedakan bahwa suatu nada dihasilkan dari suatu alat musik tertentu.

Musik keras dapat diartikan berbeda-beda pula pada setiap orang tergantung dari bagaimana mereka memandang. Ian Antono, gitaris dari band rock keras ”God Bless”, memandang bahwa musik rock keras identik dengan suara distorsi gitar yang meraung-raung, bukannya berdenting. Unsur suara yang meraung-raung itulah yang ketika dialihkan ke dalam lirik menimbulkan pencitraan serba keras atau sangar (www.kompas.com). Max Cavalera (Soulfly on www.music magazine, 1998), gitaris dari band etnik metal “Soulfly” berpendapat bahwa musik keras adalah musik yang memungkinkan eksplorasi distorsi gitar tanpa batas. Sedangkan menurut Corey Taylor (Hai no.32, 2005), vokalis dari band “Slipknot” yang beraliran new metal mengatakan bahwa musik keras adalah musik yang

mengandung unsur enerjik, agresif, cepat, dan brutal. Hal senada juga diutarakan Lester Bangs, wartawan majalah semi-underground Amerika, Creem, tahun 1971, menggunakan istilah punk untuk mendeskripsikan sebuah aliran musik rock yang semrawut, asal bunyi, namun bersemangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa musik keras adalah musik yang menggunakan distorsi gitar yang bebas yang dipadu dengan instrumen lainnya yang tetap mewakili unsur enerjik, agresif, cepat, dan brutal.

2. Pemusik Keras dan Perilaku Negatifnya

Pemusik adalah orang yang pandai memainkan musik atau alat musik (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991). Pemusik keras adalah mereka yang memainkan musik dengan menggunakan distorsi gitar yang bebas yang dipadu dengan instrument lainnya yang tetap mewakili unsur enerjik, agresif, cepat, dan brutal. Pemusik keras banyak menuliskan lagu yang bertemakan kegelisahan hati yang sangat, kesedihan yang mendalam, anti terhadap ideologi tertentu, semangat perjuangan, dan lain-lain.

Tidak hanya dalam hal musik saja, namun musik keras juga cukup berpengaruh ke dalam beberapa aspek kehidupan pemusiknya, seperti pendapat Christanday (dalam Utomo dan Natalia, 1999) musik heavy metal, salah satu musik yang tergolong musik keras dapat membawa pengaruh yang negatif melalui: 1) lirik atau syair, 2) life

style atau pola/cara hidup artis musik keras yang ditiru penggemarnya, 3) gambar-gambar atau simbol-simbol yang digunakan dalam setiap aktivitasnya seperti: konser, periklanan, atau pemasaran, 4) beat musik yang keras dan dinamis, 5) filsafat dan tujuan dari kelompok itu.

Dalam penelitiannya, Bonta (2002) menyebutkan bahwa musik rock (keras) bermula sebagai medium pemberontakan. Pemusik keras aliran ini, (rock) melakukan ajakan subversif, penggulingan kekuasaan dan perubahan secara revolusioner daripada sebuah pengungkapan ketidak setujuan publik yang ditampilkan dengan cara sopan. Band bagi mereka adalah media untuk menyampaikan kritik politik dan sosial (Norman, Koran KOMPAS hal.17, 12 November 2006). Sebagai contoh pada pemusik keras yang ber-idealisme-kan neo-Nazi, yang sebagian besar beraliran rock dan heavy metal, kecintaan mereka terhadap kekerasan, rasisme, dan agresi mereka propaganda-kan melalui lirik-lirik lagu yang mengungkapkan perilaku mereka yang rasis, paranoid, dan agresif. Judul-judul lagu dan nama-nama grup musik mereka juga membawa pesan-pesan serupa; dengan nama-nama seperti "Vampire", "White Noise", Battleground", "Razor Edge", dan "White Warriors" (www.kunci.or.id-cultural study yahoo).

Selain itu, para pemusik “rock ‘n’ roll” juga memiliki tema sendiri. Tema pertama mereka adalah counterculture (budaya khusus yang dimiliki oleh kaum muda yang melawan nilai-nilai adaptasi dan

tradisi dari lingkungan mereka) adalah seks bebas. Dalam pandangan mereka, seks adalah rekreasi. Tanpa adanya hubungan pernikahan, hubungan seksual boleh dilakukan. Selain itu, sebagian besar pemusik keras memperkenalkan penggunaan obat-obatan terlarang dalam bermusik.

Sedang pada scene punk, counterculture mereka lakukan salah satunya dengan memainkan lagu-lagu yang lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia, menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran, serta represi aparat, termasuk kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang didominasi oleh musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. (www.kunci.or.id-cultural study yahoo). Sebagian dari mereka memperkenalkan seks bebas dan penggunaan obat-obat terlarang juga. Banyak pemusik dari scene ini yang menjadi pecandu obat-obatan terlarang dan meninggal karena overdose. Sebagai contoh Sid Vicious, basis dari band Sex Pistols, yang kerap kali menjadi dalang kerusuhan baik di atas maupun di bawah panggung. Dia juga kecanduan narkoba jenis speed, heroin, dan morphine. Sid memiliki keinginan untuk bunuh diri yang besar, namun beberapa kali usahanya ini gagal, hingga akhirnya ia meninggal overdose (http://en.wikipedia.org/wiki/Sid_Vicious).

Demikian juga yang terjadi pada beberapa scene lainnya. Lifestyle yang buruk ini juga ditunjukkan oleh pelopor aliran grunge yang juga penyanyi, penulis lagu, dan gitaris dari band Nirvana, Kurt Cobain. Ia juga menjadi pecandu narkoba paduan dari champagne dan rohypnol. Beberapa kali ia keluar masuk panti rehabilitasi, hingga akhirnya ia mengakhiri hidupnya dengan menembakkan pistol ke kepalanya (http://id.wikipedia.org/wiki/Kurt_Cobain). Hal serupa juga terjadi pada Tommy Bollin, gitaris ban Rock keras Deep Purple formasi keempat yang meninggal akibat overdose heroin (www.kompas.com).

Selain seks, obat-obatan terlarang, dan protes atau propaganda tema-tema yang bernuansa okultisme (hal-hal yang berhubungan dengan misteri, mistis) juga banyak dipopulerkan. Seperti pemusik keras dari aliran heavy metal, Marilyn Manson dan Ossie Osbourne, mereka menggambarkan kebenciannya terhadap agama Kristen.

Pada tahun 70 dan 80-an, pemusik punk rock dan heavy metal memperkenalkan budaya kekerasan sebagai salah satu bentuk dari seni. Sebagai contoh budaya kekerasan yang mereka kenalkan sebagai bentuk seni adalah adalah body slam dan moushing. Body slam adalah aktivitas saling menghantamkan tubuh satu sama lain yang biasa dilakukan saat pertunjukan musik tersebut. Sedangkan moushing adalah aktivitas meloncat dari panggung ke arah penonton dan kemudian sebagian penonton menangkap bagian punggung individu

dan menggulingkannya ke arah penonton yang ada di belakang atau di depannya, juga dilakukan saat pertunjukan musik tersebut.

Selain itu, pemusik keras juga menawarkan ideologi-ideologinya, yang biasanya adalah bentuk dari ketidak senangan atas ideologi yang berlaku, dalam bentuk lagu. Sebagai contoh, potongan lirik lagu yang berjudul surfacing yang dibuat oleh slipknot:

Fuck it all / fuck this world / fuck everything that you stand for / Don’t belong / don’t exist / don’t give a shit / and don’t ever judge me. Lirik tersebut menyatakan keinginan mereka untuk memperoleh kebebasan secara individu yang lebih dalam segala hal. Sering kali kebebasan secara individu yang diperjuangkan oleh para pemusik keras ini merugikan kebebasan orang lain.

31 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan keadaan yang terjadi pada saat ini. Pada penelitian ini keadaan yang akan digambarkan adalah tingkat konsep diri pemusik keras. Menurut Mardalis (1990), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi/ada. Penelitian ini tidak menguji atau tidak menggunakan hipotesis, tapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau suatu daerah (Nazir, 1985).

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEMUSIK KERAS (Halaman 37-48)

Dokumen terkait