• Tidak ada hasil yang ditemukan

No Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi terhadap Pelayanan SKPD Catatan bagi Perumusan Program dan Kegiatan SKPD

KAB/ KOT

A. Kawasan Kumuh Di Provinsi Riau

Salah satu prioritas utama dalam pelaksanaan urusan perumahan dan permukiman adalah penanganan kawasan kumuh. Pada tahun 2015, Luas kawasan kumuh di Indonesia mencapai 38.431 Hektar. Hal ini terjadi karena ketidaksiapan kota menghadapi urbanisasi yang berpotensi menyebabkan semakin pesatnya pertumbuhan permukiman kumuh perkotaan dan terbatasnya pelayanan dasar perkotaan. Berdasarkan data Susenas 2013, rumah tangga kumuh perkotaan 10,1 % atau 9,6 Juta rumah tangga.

Target nasional penanganan wilayah kumuh di Provinsi Riau telah ditetapkan melalui keputusan Bupati/Walikota di 12 Kab/Kota Provinsi Riau. Pada Tahun 2018 terdiri dari 94 Kawasan dengan luas 1.414,00 Hektar. Dari 94 Kawasan, 17 Kawasan merupakan kewenangan Provinsi dengan luas 10 hektar sampai dengan 15 hektar seperti tersaji pada Tabel berikut :

Tabel 3.11

Jumlah dan Luas Kawasan Kumuh di Provinsi Riau berdasarkan Pembagian Kewenangan Pada Tahun 2018

NO Kab/Kota

Luas Kawasan Jumlah Kawasan

Sumber

< 10 ha 10-15

ha > 15 ha Total < 10 ha

10-15

ha > 15 ha Total

1 Kota Pekanbaru 8,4 27,6 77,56 113,56 2 2 4 8 878 Tahun 2017 tgl 29 Des 2017

2 Kota Dumai 23,6 22,24 82,21 127,6 4 2 4 10 448/BAPPEDA/2015 tgl 22 Nov 2015

3 Kab. Kampar 8,96 - 61,57 70,53 1 - 3 4 650/bappeda-kimp/2016/100 tgl 3 Okt 2016

4 Kab. Kuantan

Singingi 22,42 11,3 - 33,72 4 1 - 5 Kpts.421/XI/2014 tgl 19 Sept 2014

5 Kab. Bengkalis 27,8 36,15 116,38 180,33 4 3 5 12 341/KPTS/X/2014 tgl 15 Okt 2014

6 Kab. Pelalawan 7,46 - 51,76 70,94 2 - 3 5 KPTS.050/BAPPEDA/757/2014 tgl 25 Agt 2014

7 Kab. Siak 5,63 12,04 155,19 172,86 1 1 5 7 303/HK/KPTS/2017 tgl 23 Feb 2017

NO Kab/Kota

Luas Kawasan Jumlah Kawasan

Sumber

< 10 ha 10-15

ha > 15 ha Total < 10 ha

10-15

ha > 15 ha Total

9 Kab. Rokan Hilir 4,57 - 130,26 134,83 2 - 4 6 658 tahun 2014 tgl 21 Juli 2014

10 Kab. Indragiri Hulu 19,54 42,15 75,97 137,66 2 3 3 8 167/III/2017 tgl 3 Maret 2017

11 Kab. Indragiri Hilir 24,38 24,94 126,94 176,26 4 2 5 11 Kpts.133/II/HK-2017 tgl 23 Feb 2017 12 Kab. Kepulauan

Meranti 87,09 39,8 45,3 172,19 61 3 1 65 322/HK/KPTS/II/2019 tgl 21 Okt 2019

Total 301,29 249,27 1025,78 1587,61 99 20 40 159

Jumlah Luas kawasan kumuh di Provinsi Riau mengalami perubahan dari tahun ke tahun yang disebabkan karena adanya perubahan penetapan SK Bupati/Walikota terkait penetapan lokasi Kawasan kumuh.

Tabel 3.12

Jumlah Luas Kawasan Kumuh di Provinsi Riau Berdasarkan SK Bupati/Walikota Tahun 2014-2018

No Kab/Kota

Jumlah Luas Kawasan Kumuh (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018 1 Pekanbaru 124,81 124,81 113,56 113,56 113,56 2 Dumai 128,32 128,05 128,05 128,05 127,6 3 Kampar 38,05 38,05 70,53 70,53 70,53 4 Kuantan Singingi 38,67 38,67 38,67 38,67 33,72 5 Bengkalis 180,33 180,33 180,33 180,33 180,33 6 Pelalawan 70,94 70,94 70,94 70,94 70,94 7 Siak 109,90 109,90 109,90 172,86 172,86 8 Rokan Hulu 163,93 163,93 182,53 182,53 182,53 9 Rokan Hilir 134,83 134,83 134,83 134,83 134,83 10 Indragiri Hulu 99,29 99,29 99,29 99,29 137,66 11 Indragiri Hilir 45,12 45,12 45,12 45,12 176,26 12 Kep. Meranti 13,18 13,18 13,18 13,18 13,18 Jumlah 1147,39 1147,12 1186,95 1249,90 1414,00

Upaya penanganan kawasan permukiman kumuh yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau sampai dengan tahun 2017 berdasarkan kewenangannya baru dilaksanakan di 3 Kab/Kota yakni, Pekanbaru, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir dengan luas total yang ditangani 21,4 Ha dari 1147,39 Ha atau sebesar 1,86 % luasan kumuh yang merupakan kewenangan provinsi.

Permasalah Kawasan Kumuh di Provinsi Riau antara lain:

a. Penanganan kawasan kumuh perlu dilaksanakan secara entitas dan tuntas sehingga capaian dapat dihitung dengan jelas;

b. Perlu dilakukan verifikasi dan validasi data dalam penanganan kawasan kumuh oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kab/Kota;

c. Perlu adanya dukungan aturan perihal tata cara belanja penanganan kumuh oleh Provinsi sehingga tidak melalui Belanja Hibah, mengingat Provinsi bukan pemilik aset.

d. Perlu adanya standarisasi teknis, penanganan kawasan kumuh.

e. Belum optimalnya penanganan kawasan kumuh di Kabupaten/ Kota, sehingga perlu adanya bantuan teknis.

a. Penyusunan Grand Desain penanganan kawasan permukiman kumuh tingkat provinsi sebagai acuan utama dalam penangannya.

b. Penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) agar pelaksanaannya jelas dan terukur. c. Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) untuk standarisasi teknisnya.

d. Memberikan bantuan teknis kepada Kabupaten/Kota, untuk merangsang/menstimulan Pemerintah Kabupaten/ Kota menangani Kawasan Permukiman Kumuh yang menjadi Kewenangannya.

Penanganan kawasan kumuh belum tertangani secara maksimal dikarenakan luas kawasan kumuh bertambah dari tahun ke tahun serta perlu dilakukan verifikasi dan validasi data permukiman kumuh secara berkala di Kabupaten/Kota sehingga penanganan kawasan kumuh dapat dilaksanakan secara tuntas. Penanganan Permukiman Kumuh yang menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah (UU No. 23 Tahun 2014) belum diimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas dan pembiayaan.

Dalam hal Kapasitas :

a. Pemahaman kumuh di daerah belum sama.

b. Kebijakan penanganan kumuh di daerah belum menjadi prioritas

c. Masih kurangnya peraturan kelembagaan dan perencanaan (RTRW, RDTR, Perda BG, SPPIP,/RP2KP, dll) di daerah dalam upaya penanganan kumuh.

d. Kurangnya inisiasi pemerintah daerah dalam mendorong program penanganan kumuh.

Dalam hal Pembiayaan :

a. Sumber Pembiayaan penangan kumuh masih bersumber dari dana APBN

b. Masih minimnya inisiasi sumber pendanaan dari lainnya (non pemerintah) untuk penanganan kumuh.

Oleh karena itu, program penanganan permukiman kumuh harus menjadi prioritas dalam Rencana Strategis Dinas PUPRPKPP 2019-2024.

B. Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan Strategis Provinsi adalah kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan memperhatikan aspek sosial budaya serta pelestarian lingkungan dalam lingkup provinsi. Penetapan Kawasan Strategis merupakan bagian yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam proses pengembangan suatu wilayah. Hal ini dikarenakan dalam menetapkan atau menentukan suatu kawasan tersebut dapat dikatakan strategis atau tidak harus melihat dari sumber daya alam serta beberapa faktor yang ada diwilayah tersebut.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi tahun 2018-2038 bahwa Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Provinsi Riau dibagi menjadi 3 aspek.

Tabel 3.13

Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Riau

(Perda Prov. Riau No. 10 Tahun 2018 Tentang RTRW Prov. Riau Tahun 2018-2038)

Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya Aspek sudut fungsi dan daya dukung lingkungan

Kawasan Strategis PEKANSIKAWAN (Pekanbaru-Siak-Kampar-Pelalawan)

Kawasan Istana Siak Sri Indrapura dan

sekitarnya Kawasan Strategis PLTA Koto Panjang

Kawasan Selat Panjang dan sekitarnya Kawasan Candi Muara Takus dan sekitarnya Kawasan Cagar Biosfer Giam Siaka Kecil-Bukit Batu

Kawasan Kuala Enok-Pulau Burung Kawasan Koridor Riau-Jambi-Sumatra Barat (RIMBA)

Kawasan Industri Dumai Kawasan Industri Tenayan Kawasan Industri Tanjung Buton Kawasan Industri Buruk Bakul Kawasan Industri Pelalawan Kawasan Industri Kampar

Kawasan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan Kawasan Pengembangan Pulau Rupat

Arah pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) di Provinsi Riau diarahkan pada Kawasan Strategis Pekansikawan dimana KSP ini masih memiliki ketersediaan lahan cukup dengan constraint lahan gambut. Arahan pengembangan lainnya tetap berfokus pada KSP yang tersebar di berbagai kab/kota seperti KSP dari Aspek Kepentingan Ekonomi, Sosial Budaya dan daya dukung lingkungan.

Pengembangan PKP di KSP Ekonomi berfokus pada peningkatan infrastruktur/PSU agar lingkungan hunian semakin layak. Pengembangan PKP di KSP Sosial Budaya diarahkan pada peningkatan PSU dengan tematik potensi lokal. Selain itu, dukungan penanganan permukiman di kawasan strategis dilakukan untuk pengembangan Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dijangkau, berwawasan lingkungan, serta dapat meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan juga masyarakat. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas lainnya diarahkan untuk pengembangan perintisan Daerah Pariwisata, peningkatan kualitas dan daya saing, serta pengendalian bagi destinasi-destinasi pariwisata yang sudah melampaui ambang batas daya dukung.

Pengembangan PKP di Daya Dukung Lingkungan diarahkah pada pengendalian yang tinggi terhadap aspek pelestarian lingkungan dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan

Hidup.

Untuk melakukan perwujudan Kawasan Strategis Provinsi (KSP), maka langkah-langkah yang perlu di upayakan antara lain terdiri atas :

a. Pengkajian potensi dan persoalan pengembangan atau pengelolaan kawasan; b. Penyusunan program aksi pengelolaan kawasan;

c. Penyusunan Rencana Rinci Ruang Tata Ruang Kawasan Strategis; dan d. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan strategis.