• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN/ KOTA

A. Kawasan Program Unggulan dan M inapolitan

3.1.2.4.1. Kawasan Lindung

Penyusunan Rencana T ata Ruang Wilayah Kabupaten diantaranya mencakup rencana pola ruang wilayah kabupaten, meliputi:

a. Kawasan hutan lindung;

b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi: 1) Kawasan bergambut; dan

2) Kawasan resapan air.

c. Kawasan perlindungan setempat meliputi: 1) Sempadan pantai;

2) Sempadan sungai;

III - 63 RPI 2-JM- Kab.Alor

4) Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya.

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi: 1) Kawasan suaka alam;

2) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; 3) Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut; 4) Cagar alam dan cagar alam laut;

5) Kawasan pantai berhutan bakau;

6) T aman nasional dan taman nasional laut; 7) T aman hutan raya;

8) T aman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan 9) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. e. Kawasan rawan bencana alam meliputi:

1) Kawasan rawan tanah longsor; dan

2) Kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. f. Kawasan lindung geologi meliputi:

1) Kawasan cagar alam geologi; dan

2) Kawasan rawan bencana alam geologi dan

3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. g. Kawasan lindung lainnya, meliputi:

1) Cagar biosfer; 2) Ramsar; 3) T aman buru;

4) Kawasan perlindungan plasma-nutfah;

5) Kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan

6) Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

M erujuk pada ketentuan tersebut di atas, maka kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten Alor terbagi menjadi : kawasan hutan lindung, kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya.

III - 64 RPI 2-JM- Kab.Alor

Adapun Jenis, dan kriteria kawasan lindung di Kabupaten Alor dapat di lihat pada tabel berikut ini :

III - 65 RPI 2-JM- Kab.Alor

T abel 3.18

Klasifikasi, Kriteria Dan T ujuan Perlindungan Kawasan Lindung

Klasifikasi

Kawasan Lindung Kriteria T ujuan Perlindungan Lokasi

Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Hutan Lindung  Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, dan cur ah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan atau

 Kawsan kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih dan atau

 Kawasan hutan dengan ketinggian 2.000 m atau lebih di atas permukaan air laut

M encegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur har a tanah, air tanah dan air permukaan

kawasan hutan lindung Gunung Besar seluas 46.682,98 Ha di Kecamatan Alor Barat Daya, Alor T engah Utar a, Lembur, Alor T imur Laut, M ataru, Alor Selatan, Pureman dan Kecamatan Alor T imur ; kawasan hutan lindung Pulau Pura seluas 1.298,74 Ha di Kecamatan Pulau Pura;

kawasan hutan lindung Lalanggasang Sirung seluas 1.976,56 Ha di Kecamatan Pantar T engah; dan kawasan hutan lindung Pulau Kangge seluas 1.399,24 Ha di Kecamatan Pantar Barat Laut.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya Kawasan resapan air  Kawasan dengan curah hujan yang tinggi.

 Struktur tanah yang mudah meresapkan air

 Bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besar an.

M encegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologik tanah untuk menjamin ketersediaan unsur har a tanah, air tanah dan air permukaan

Kecamatan T eluk M utiar a, dengan luas kurang lebih 821,23 Ha; Kecamatan Alor Barat Laut, dengan luas kur ang lebih 689,04 Ha; Kecamatan Kabola, dengan luas kur ang lebih 151,48 Ha; Kecamatan Alor T engah Utara, dengan luas kurang lebih 4.046,53 Ha; Kecamatan M ataru, dengan luas kur ang lebih 3.703,31 Ha; Kecamatan Lembur, dengan luas kurang lebih 2.747,34 Ha; Kecamatan Alor T imur Laut, dengan luas kurang lebih 4.296,41 Ha; Kecamatan Alor T imur, dengan luas kurang lebih 3.180,38 Ha; Kecamatan Pureman, dengan luas kur ang lebih 5.020,20 Ha; Kecamatan Alor Selatan, dengan luas kur ang lebih 3.814,93 Ha; Kecamatan Alor Barat Daya, dengan luas kurang lebih 4.966,32 Ha; Kecamatan Pantar, dengan luas kur ang lebih 761,12 Ha;

Kecamatan Pulau Pur a, dengan luas kur ang lebih 25,06 Ha; Kecamatan Pantar T imur, dengan luas kurang lebih 2.223.76 Ha;

Kecamatan Pantar T engah, dengan luas kur ang lebih 224,18 Ha;

Kecamatan Pantar Barat, dengan luas kurang lebih 346,13 Ha; dan

Kecamatan Pantar Barat Laut, dengan luas kurang lebih 1.172,56 Ha.

III - 66 RPI 2-JM- Kab.Alor

minimal 100 m dari titik pasang ter tinggi ke arah darat

mengganggu kelestarian fungsi pantai

Ha; M ataru 7.439,08 Ha; Lembur 5.512,37 Ha; Alor T imur Laut 352,21 Ha; Alor T imur 4.905,18 Ha; Pureman 2.226,11 Ha; Alor Selatan 1.755,76 Ha; Alor Bar at Daya 531,00 Ha; Pantar 12,31 Ha; Pulau Pura 270,31 Ha; Pantar T imur 84,39 Ha; Pantar T engah 17,66 Ha; Pantar Bar at 10,00 Ha; dan Kecamatan Pantar Barat Laut 13,46 Ha.

Sempadan sungai  M inimal 10 meter hingga 15 meter dari tepi kiri - kanan sungai yang ber ada di kawasan permukiman (terbangun) yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi

 M inimal 100 meter dari tepi kiri - kanan sungai besar dan 50 meter dari tepi kiri - kanan anak sungai yang ber ada di luar permukiman / kegiatan perkotaan.

 Untuk Sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan

M elindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta pengamanan alir an sungai

T eluk M utiar a 50,17 Ha; Alor Barat Laut 239,50 Ha; Kabola 3.829,00 Ha; Alor T engah Utar a 2.570,24 Ha; M ataru 18,85 Ha; Lembur 2,53 Ha; Alor T imur Laut 455,18 Ha; Alor T imur 2.861,57 Ha; Pureman 150,15 Ha; Alor Selatan 71,77 Ha; Alor Bar at Daya 62,10 Ha; Pantar 4.965,29 Ha; Pantar T imur 88,84 Ha; Pantar T engah 62,26 Ha; Pantar Barat 42,35 Ha; dan Kecamatan Pantar Bar at Laut 239,50 Ha; kecuali Kecamatan Pulau Pura.

Kawasan Sekitar Danau/ W aduk Dar atan sekeliling tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/ waduk antar a 50 – 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat

M elindungi danau/ waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungi danau/ waduk

di Kabupaten Alor untuk Kawasan ini mempunyai luas ± 32,30 Ha. Adapun kriteria penetapan sempadan danau/ embung ini adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya pr oporsional dengan bentuk dan kondisi fisik antar a 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan Sekitar M ata Air M inimal radius 200 m di sekitar mata air M elindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungi mata air

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

Cagar Alam  M emiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistemnya

 M emiliki formasi biota tertentu dan atau unit- unit penyusun

 M empunyai kondisi alam, tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daer ah-daer ah penyangga yang cukup luas

 M empunyai ciri khas dan dapat merupakan satu- satunya contoh disuatu daer ah serta keberadaanya memerlukan konservasi

M elindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan

ilmu pengetahuan dan

pembangunan pada umumnya T aman W isata Alam T uti Adagae di Desa Kamot Kecamatan Alor T imur Laut dengan luas ± 6.186,10 Ha.

Suaka M argasatwa  T empat hidup dan berkembangnya suatu jenis satwa yang perlu dikonservasi

 M emiliki keanekaragaman dan populasi yang tinggi

 M erupakan tempat dan kehidupan bagi jenis

M elindungi kelestarian suatu jenis satwa bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya

III - 67 RPI 2-JM- Kab.Alor

Hutan W isata  M emiliki keadaan yang menarik dan indah baik secar a alami maupun buatan

 M emenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olahraga serta terletak dekat pusat-pusat permukiman penduduk

 M engandung satwa buru yang dapat dikembang biakan sehingga memungkinkan perburuan secar a teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olahr aga dan kelestarian satwa

Pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta

meningkatkan kualitas

lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran

Pantai Berhutan Bakau M inimal 130 kali nilai r ata-r ata perbedaan air pasang tertinggi dan ter endah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke ar ah dar at

M elindungi pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai

Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya

Kawasan berupa perair an laut, perair an dar at, wilayah pesisir, muar a sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa ker agaman dan/ atau keunikan ekosistem

M elindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nuftah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya

luas kurang lebih 46.848,72 (empat puluh enam ribu delapan ratus empat puluh delapan koma tujuh puluh dua)

Hektar e, terdapat di Selat Pantar (a. Kecamatan Alor Bar at Laut; Kecamatan Pantar; Kecamatan Pantar T imur; Kecamatan Pantar T engah; Kecamatan Pulau Pur a; dan Kecamatan Alor Bar at Daya.)

T aman W isata Alam Kawasan ber hutan dan bervegetasi tetap, memiliki flor a dan fauna yang ber aneka r agam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan wisata

Pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta

meningkatkan kualitas

lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran

seluas kurang lebih 6.186,10 (enam ribu seratus delapan

puluh enam koma sepuluh) Hektar e, terdapat di T uti Adagai

Kecamatan Alor T imur Laut

Kawasan Rawan Bencana

 Kawasan Rawan T anah Longsor,

 Kawasan Rawan Gelombang Pasang,

 Kawasan Rawan Abrasi

 Kawasan Rawan Banjir

Rawan akan bencana letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor

M elindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secar a tidak langsung oleh perbuatan manusia

Kecamatan T eluk M utiar a, Pantar T engah, Alor Bar at Daya, M ataru, Lembur, Alor T imur Laut, Alor Selatan,

Pulau Pur a, Pantar, Pantar T imur dan Kecamatan Pantar Barat

Laut., Kecamatan T eluk

M utiara, Alor Barat Laut, Pulau Pura, Pantar T engah, Pantar

Bar at Laut, Alor T imur, Alor Barat Daya dan Kecamatan Pureman, Kecamatan Pantar T engah, Pantar

Bar at Laut, dan Kecamatan Pantar Bar at.

III - 68 RPI 2-JM- Kab.Alor

3.1.2.4.2.2.Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya terdiri atas :

a. Kawasan Permukiman

b. Kawasan Fasilitas Perekonomian dan Jasa

c. Kawasan Perkantoran

d. Kawasan I ndustri;

e. Kawasan Pergudangan

f. Kawasan Pariwisata;

g. Kawasan Ruang T erbuka Non Hijau h. Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum :

1) Fasilitas Pendidikan 2) Fasilitas Kesehatan 3) Fasilitas Peribadatan

4) Fasilitas Keamanan dn keselamatan 5) Fasilitas M iliter

i. Kawasan Pertanian

j. Kawasan Pertambangan

k. Kawasan Peruntukan bagi kegiatan I nformal

l. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana

Kawasan budidaya di atas, diuraikan sebagai beikut:

(a) Rencana Kawasan Permukiman terdiri atas : Kawasan permukiman pada dasarnya dapat

dibagi menjadi dua kelompok yakni permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan dengan luas keseluruhan berikut pengembangannya seluas ± 5.327.50 Ha.

1) Kawasan Permukiman Perkotaan

T erkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Alor, rencana penataan dan pengembangannya sebagai berikut :

a) Seiring dengan pengembangan Kecamatan Teluk M utiara sebagai ibukota Kabupaten Alor, maka permukiman di perkotaan Kalabahi ini akan meningkat pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan penyediaan

III - 69 RPI 2-JM- Kab.Alor

Kasiba dan Lisiba. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk dihuni; b) Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;

c) Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, pembangunan sarana M CK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih;

d) Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan

permukiman baru harus menghindari pola enclove; serta

Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi :

1) Secara umum kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;

2) Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hierarki dan tingkat pelayanan masing-masing;

3) Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;

4) Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil pertanian. Selanjutnya perdesaan di kawasan pesisir dikembangkan pada basis ekonomi perikanan dan pengolahan hasil ikan;

5) Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

III - 70 RPI 2-JM- Kab.Alor

6) Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan Kasiba/ Lisiba, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal;

7) M embentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan

antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka

hijau;

8) Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan; serta

9) Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan rencana tata ruang.

Dari kondisi lapangan yang ada, diperlukan upaya dalam memecahkan konflik melalui penerapan sistem pertanian konservasi (SPK), yaitu sistem pertanian yang mengintegrasikan teknik konservasi tanah dan air edalam sistem pertanian.

T abel 3.19

Jenis Konflik dan Alternatif Pemecahannya

No Jenis Konflik Alternatif Pemecahan

1 Pemukiman dengan Kaw. Lindung

 Penduduk disekitar hutan harus dilibatkan dalam pemelihar aan dan pengelolaan hutan sehingga mer asa ikut memiliki dan atau mengawasi;

 M embatasi secara tegas pertumbuhan areal pemukiman, diikuti pengawasan yang ketat.

2. Kebun dengan Kaw. Lindung

 M embatasi secara tegas pertumbuhan areal kebun disertai pengawasan yang ketat;

 M elibatkan petani kebun dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan;

 M engusahakan petani agar menanam tanaman tahunan (perkebunan) disertai tindakan konservasi yang intensif agar fungsi lindung tetap terpelihara; ser ta

 Agrofor estry dan pembuatan hutan kemasyar akatan. 3. T egal dengan Kaw.

Lindung

 M embatasi secara tegas pertumbuhan areal tegal, disertai pengawasan yang ketat;

 M elibatkan petani dalam pemelihar aan dan pengelolaan hutan disekitarnya;

 M enerapkan sistem per tanian konservasi dalam budidaya per tanian ditanah tegal;

 M engganti jenis tanaman yang dibudidaya dan tanaman semusim menjadi tanaman tahunan dalam jangka waktu panjang/ bertahap; serta

 Agrofor estry dan membuat hutan kemasyar akatan. 4. Sawah dengan Kaw.

Lindung

 M embatasi dengan tegas per tumbuhan areal sawah dikawasan hutan ter sebut;

 M elibatkan petani dalam pemeliharaan dan penelolaan hutan sehingga merasa ikut memiliki;

 Dalam jangka panjang, secar a bertahap tanah sawah dialih fungsikan menjadi tanah perkebunan dan hutan kemasyarakatan (konservasi sawah bersifat khusus untuk ar eal sawah di kawasan hutan; serta

 Agrofor estry secara bertahap pada tanah sawah tersebut.

Dalam penanganan konflik penggunaan tanah menggunakan kombinasi teknik sipil dan vegetatif. M etode yang digunakan adalah:

III - 71 RPI 2-JM- Kab.Alor

a) Pembuatan teras : teras kredit (kemiringan 3 - 10 %), teras gulud (T gl) kemiringan 10 - 50 %, teras bangku (T bk) kemiringan 10 - 30 %, teras Kebun (T Bn) kemiringan 30 - 50 %, teras individu (T in) kemiringan 30 - 50 %; dan

b) Penggunaan vegetatasi dalam konservasi tanah adalah : penanaman tanaman

penutup tanah (T PT ), penempatan/ mengatur penanaman dalam jalur (strip

cropping), pergiliran tanaman (pt), penggunaan tanaman penguat teras (ptp),

Agroforestry (Agf), hutan kemasyarakatan (Hkm).

2) Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada.

Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Alor terletak di pergunungan dan dataran tinggi, dataran rendah, dan di pesisir. Setiap lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-masing. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di hampir setiap kecamatan. Pada kawasan ini perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian lahan basah (sawah), tegal, kebun campur, termasuk peternakan. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah

permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan penggunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kaswasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untuk kawasan terbangun.

Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Alor yang terletak pada kawasan pesisir terletak pada seluruh Kecamatan. Permukiman ini didominasi oleh masyarakat nelayan dan disekelilingnya merupakan kawasan hutan. Permukiman perdesaan ini berbasis

III - 72 RPI 2-JM- Kab.Alor

perikanan tangkap dan tambak memerlukan peningkatan kondisi infrastruktur dan sarana pengolahan ikan.

Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan

pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil.

Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

(b) Kawasan Peruntukan RT H

Pengertian Ruang T erbuka Hijau (RT H) menurut UU No. 26 T ahun 2007 adalah area memanjang atau jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pembagian RT H kawasan perkotaan terdiri dari RT H publik dan RT H privat. RT H publik merupakan RT H yang dimiliki oleh kota/ kawasan perkotaan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RT H publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang termasuk RT H privat adalah kebun atau halaman rumah/ gedung milik

masyarakat/ swasta yang ditanami tumbuhan.

1) Proporsi RT H kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Alor adalah paling sedikit 30 % dari luas kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Pembagian RT H ini terdiri dari RT H publik paling sedikit 20 % dan RT H privat 10 %. Distribusi RT H kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang wilayah.

2) Proporsi 30 % merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota/ kawasan perkotaan, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara

III - 73 RPI 2-JM- Kab.Alor

bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota/ kawasan perkotaan.

Proporsi RT H publik seluas minimal 20 % dan privat 10 % yang disediakan dimaksudkan agar proporsi RT H minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya, sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi RT H di kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Alor, maka pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya.

Kawasan peruntukan ruang terbuka hijau (RT H) di Kabupaten Alor dengan luas ± 4.936,90 Ha meliputi :

1) Kawasan RT H sempadan sungai;

2) Kawasan RT H sempadan waduk, bendungan, situ, danau, dan mata air; 3) Kawasan RT H sempadan pantai;

4) Kawasan RT H hutan kota; 5) Kawasan RT H taman rekreasi; 6) Kawasan RT H sempadan sungai; dan 7) Kawasan RT H sempadan jalan.

T abel 3.20

Sebaran Pola Pemanfaatan Ruang Di W ilayah Kabupaten Alor T ahun 2033

o Kawasan Pola Ruang Luas (Km) Luas (Ha) Persentase

1 Kawasan Budidaya Budidaya Perikanan/ T ambak 3,28 328,32 0,11

2 Kawasan Budidaya Hutan Produksi T etap 214,78 21478,03 7,33

3 Kawasan Budidaya Hutan Produksi T erbatas 291,65 29164,61 9,96

4 Kawasan Budidaya Kawasan Lahan Penggembalaan 74,49 7448,72 2,54

5 Kawasan Budidaya Kawasan Pemukiman 53,28 5327,76 1,82

6 Kawasan Budidaya Kawasan Sekitar Bandara 0,50 49,64 0,02

7 Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Basah 19,48 1948,35 0,67

8 Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Kering 184,46 18446,07 6,30

9 Kawasan Budidaya Runway Bandar a 0,04 4,49 0,002

10 Kawasan Budidaya T anaman Perkebunan 1061,33 106133,20 36,24

Luas 1903,29 190329,18 64,98

III - 74 RPI 2-JM- Kab.Alor

o Kawasan Pola Ruang Luas (Km) Luas (Ha) Persentase

12 Kawasan Lindung Pantai Berhutan Bakau 6,29 629,14 0,21

13 Kawasan Lindung Kawasan Resapan Air 381,90 38190,18 13,04

14 Kawasan Lindung Lindung Geologi 4,82 482,17 0,16

15 Kawasan Lindung Sempadan Danau/ Embung 0,32 32,30 0,01

16 Kawasan Lindung Sempadan Pantai 22,87 2287,18 0,78

17 Kawasan Lindung Sempadan Sungai 22,26 2226,17 0,76

18 Kawasan Lindung T aman Buru 13,90 1390,40 0,47

19 Kawasan Lindung T aman W isata Alam 61,46 6146,03 2,10

Luas 1025,58 102558,12 35,02

Luas T otal 2928,87 292887,31 100,00

Sumber: Hasil Rencana, 2012

T abel 3.21

Sebaran Pola Pemanfaatan Ruang

Di W ilayah Kabupaten Alor Dirinci Per Kecamatan T ahun 2033

No Kecamatan Kawasan Pola Ruang Luas (Ha)

1 Kec. Alor Barat Daya Kaw. Budidaya Hutan Produksi Terbatas 8086,79

2 Kec. Alor Barat Daya Kaw. Budidaya Kaw. Lahan Penggembalaan 3453,42

3 Kec. Alor Barat Daya Kaw. Budidaya Kaw. Pemukiman 589,21

4 Kec. Alor Barat Daya Kaw. Budidaya Pertanian Lahan Basah 48,85

5 Kec. Alor Barat Daya Kaw. Budidaya Pertanian Lahan Kering 3135,21

Dokumen terkait