• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN/ KOTA

1) Penetapan Kawasan Strategis Pertahanan Keamanan/ Kawasan M iliter

3.1.2.4. Arahan Rencana T ata Ruang W ilayah (RT RW ) Kab Alor

3.1.2.4.1. Penetapan Kawasan Strategis

Penetapan kawasan strategis di Kab Alor berdasarkan kriteria yang ada lebih kepada kepentingan ekonomi dan lingkungan.

Untuk kawasan strategis yang penetapannya berdasarkan aspek ekonomi terutama di lihat dari adanya aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh dan merupakan sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi kota. :

SWPLT Sumba SWPLT Selat Sape SWPLT Lautan Hindia SWPLT Laut Sawu II SWPLT Laut Sawu I SWPLT Laut Sawu III SWPLT Selat Ombai SWPLT Laut Flores SWPLT Laut Timor

III - 48 RPI 2-JM- Kab.Alor

Sedangkan kawasan strategis yang penetapannya didasarkan pada aspek lingkungan, terutama terkait dengan penyediaan sumberdaya air dan aspek ekonomi karena dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi kota .

Adapun arahan lokasi dan kebijakan pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Alor dan orientasi lokasi pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten Alor dalam wilayah kotanya adalah sebagai berikut :

A. Sudut Kepentingan Pertahanan Keamanan

Kawasan strategis ini bertujuan untuk memenuhi kepentingan program nasional dalam rangka menata kawasan pertahanan di perbatasan antar negara. Pengelolaan Kawasan di Perbatasan di Pulau Alor harus disikapi secara menyeluruh dengan memperhatikan keterpaduan kebijakan di tingkat nasional, khususnya dalam hal koordinasi internal guna memperjuangkan

kepentingan nasional. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Alor ditetapkan berhimpitan dengan Kawasan Strategis Provinsi Nusa T enggara T imur yaitu pada Kawasan Alor bagian Selatan dan sekitarnya atau pada 7 (tujuh) wilayah administratif Kecamatan yaitu Kecamatan Alor T imur, Pureman, Alor Selatan, M ataru dan Alor Barat Daya, Pantar T imur dan Kecamtan Pantar T engah dengan 22 desa sebagai desa perbatasan laut.

1) Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Di Perbatasan di Pulau Alor.

a. Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Pertahanan di Perbatasan.

1) Penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat statis, disiapkan sebagai ruang

gelar permanen (deployment), dalam rangka membina, membangun dan menyiapkan

kekuatan agar dapat mampu melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar masing-masing institusi T NI membangun kawasan pertahanan sesuai kebutuhan dalam rangka mengatasi / antisipasi ancaman keamanan di wilayahnya (tidak harus membangun seluruh jenis kawasan pertahanan).

2) Dimensi M atra.

III - 49 RPI 2-JM- Kab.Alor

 Ruang kawasan pertahanan bersifat dinamis, yang dapat meliputi Daerah

Pertempuran, Daerah Komunikasi, Daerah Belakang, dan Daerah Pangkal Perlawanan.

 Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi pangkalan-

pangkalan militer, daerah latihan, disposal area, arsenal, daerah uji coba alut sista. Kawasan industri sistem pertahanan, instalasi-instalasi militer dan garnisun militer.

b) Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Lautan.

 Ruang kawasan pertahanan bersifat dinamis, yang dapat meliputi ruang

wilayah pertahanan untuk mendukung gelar penindakan (employment) dalam

upaya penggunaan kekuatan.

 Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi Pangkalan

T NI AL, Pangkalan M arinir, Pangkalan Udara T NI AL, Pos T NI AL, daerah latihan, disposal area, arsenal, daerah uji instalasi militer yang

digunakan untuk gelar permanen (deployment) dalam upaya pembinaan

kekuatan.

c) Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Udara

 Ruang kawasan yang bersifat dinamis yang dapat meliputi ADI Z (Air

Defence I dentification Zone), Prohibited Area, Restricted Area, Danger Area, sedangkan penggunaan ruang antariksa mengikuti kebijakan pemerintah pusat.

 Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi Pangkalan

Udara, I nstalasi Satuan Radar, I nstalasi Satuan Rudal, Pos T NI AU, Detasemen T NI AU, daerah latihan, disposal area, arsenal, daerah uji coba alut sista, kawasan industri sistem pertahanan dan inst alasi-instalasi militer.

b. Strategi Penataan Ruang Kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara, yang dilaksanakan dengan dua pendekatan.

1) Strategi penataan ruang kawasan pertahanan dan keamanan negara yang bersifat dinamis (daerah kegiatan militer dan daerah latihan militer), melalui pendekatan kegiatan sehari-hari (day to day activity) dengan sasaran menyiapkan ruang gelar

III - 50 RPI 2-JM- Kab.Alor

penindakan/ operasional militer untuk menghadapi ancaman/ gangguan nyata. Strategi ini disiapkan untuk jangka pendek 2-3 tahun dan dapat dirubah berdasarkan konteks strategis;

2) Strategi penataan ruang kawasan pertahanan dan keamanan negara yang bersifat statis, melalui pendekatan geopolitik dan geostrategi, dengan sasaran menyiapkan lokasi gelar kekuatan tetap dalam program pembangunan jangka panjang 15- 20 tahun.

2) Kebijakan Pengelolaan Ruang Kawasan Pertahanan dan Keamanan di Perbatasan Pulau Alor.

a) Kebijakan Perencanaan Penataan Ruang Kawasan Pertahanan:

 Perencanaan penataan ruang kawasan pertahanan tetap memperhatikan kriteria dan

pola pengelolaan kawasan lindung, kawasan budi daya, dan kawasan tertentu, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip T ata Ruang Kawasan untuk Fungsi Pertahanan

 Perkiraan/ Persepsi Ancaman terhadap Keamanan Nasional (Kamnas)

 Doktrin Pertahanan Negara (Hanneg) sebagai pedoman negara dalam N ational

Defence

 Sinkron dengan Penataan Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten/ Kota dalam Konteks

kepentingan kesejahteraan

 Ketersediaan Sumber Daya Nasional

 Perencanaan daerah latihan perlu disertai dengan batas-batas yang jelas, dan

didasarkan pada pertimbangan taktis dan teknis militer, pertimbangan untuk keselamatan penduduk, pembangunan perekonomian, keselamatan pelayaran dan penerbangan serta keamanan obyek vital; dan harus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat oleh Kementerian Pertahanan.

III - 51 RPI 2-JM- Kab.Alor

 Pemanfaatan/ penggunaan ruang kawasan pertahanan pada masa damai, harus tetap

mendukung fungsi utama kawasan, dan mempertimbangkan aspek administrasi kawasan serta aspek kegiatan kawasan

 Pemanfaatann/ penggunaan ruang kawasan pertahanan perlu dikaji ulang terus

menerus untuk merencanakan dislokasi dan pengembangan kawasan pertahanan, agar tetap terwujudnya dampak penangkalan

 Pemanfaatan/ penggunaan Ruang Kawasan Pertahanan pada masa damai dapat

dimanfaatkan untuk mendukung kepentingan kesejahteraan, sedangkan pada kondisi darurat, semua tata ruang nasional dapat digunakan untuk mendukung kepentingan pertahanan.

c) Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan/ Penggunaan Ruang Kawasan Pertahanan dan Keamanan:

 Pengendalian Pemanfaatan/ penggunaan Ruang Kawasan Pertahanan dilaksanakan

oleh Menteri Pertahanan (Menhan)

 Pengendalian Pemanfaatan/ penggunaan ruang kawasan pertahanan di kawasan

perbatasan daratan, lautan dan udara diatur oleh peraturan perundangan-undangan

 Pengendalian Pemanfaatan/ penggunaan ruang udara nasional adalah kewenangan

pemerintah pusat.

3) Rencana Pembangunan Ruang Kawasan Pertahanan di Perbatasan di Pulau Alor.

Konsep Strategi pengamanan kawasan perbatasan pada sisi darat di Kabupaten Alor, perlu

dilanjutkan dengan pembangunan Kawasan Sabuk Pengamanan (security belt) di sepanjang

perbatasan (yang terdiri atas Lini I Luar selebar ± 4 Km, Lini I Dalam yaitu wilayah

sepanjang perbatasan laut, dan Lini I I yaitu wilayah Kecamatan sepanjang perbatasan) yang dilengkapi jalan patroli dan pos-pos pengaman perbatasan. Lini-lini tersebut disusun secara berlapis memanjang sejajar garis perbatasan yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.

III - 52 RPI 2-JM- Kab.Alor

1) Lini Luar. M erupakan garis/ daerah yang memanjang sejajar dengan batas negara (garis perbatasan), merupakan kawasan lindung yang lebarnya sekitar 4 Km. Di daerah ini perlu dibangun :

a) Jalur jalan sepanjang garis perbatasan yang menghubungkan titik-titik strategis pemukiman, pos lintas batas, pos-pos keamanan, pos imigrasi serta jalan penghubung lini kedua.

b) Penataan permukiman dan pembinaan penduduk setempat di daerah terpencil/ suku-suku terasing.

2) Lini Dalam. Lini Dalam merupakan garis/ daerah yang sejajar memanjang dibelakang lini luar, yang kedalamannya sepanjang batas kecamatan. Di daerah ini perlu dibangun:

a) Pemukiman T ransmigrasi T NI , yang dapat menegakkan kedaulatan negara (Destranas)

b) Peningkatan kualitas dan kuantitas aparat desa, agar benar-benar berfungsi.

c) Pembangunan jalan penghubung antar permukiman yang menghubungkan pula dengan lini pertama dan lini kedua.

d) Pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) guna mendapatkan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, industri rumah tangga dan membekali masyarakat untuk dapat mandiri.

e) Peningkatan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan keamanan swakarsa.

f) Pembangunan landasan pacu (airstrip) atau helipad.

g) Pembangunan pos patroli perbatasan.

b. Lini Kedua. M erupakan garis memanjang dibelakang garis lini pertama (garis dalam) yang

kedalamannya sampai batas Kabupaten. Di daerah ini perlu dibangun :

1) Jalan penghubung lini pertama, (daerah lini luar dan daerah lini dalam) dan ibukota Kabupaten;

III - 53 RPI 2-JM- Kab.Alor

3) Fasilitas pendidikan dan pelayanan masyarakat yang mendukung daerah lini pertama yang lebih ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya;

4) Kawasan Pengembangan Ekonomi T erpadu (KAPET ) untuk pengelolaan hasil pertanian, pertambangan maupun hutan industri;

5) Sentra-sentra perekonomian lainnya;

6) Lapangan terbang perintis dan pelabuhan laut/ sungai sesuai situasi kondisi.

Untuk lebih jelasnya melihat Rencana Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Alor dapat lihat pada gambar berikut :

III - 54 RPI 2-JM- Kab.Alor B. Sudut Kepentingan Ekonomi

Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:

a. Potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. Sektor ungulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; c. Potensi ekspor;

d. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

f. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;

g. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan katahanan energi; atau

h. Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten.

Dari penjelasan di atas dapat diuraikan terkait dengan kepentingan ekonomi dapat dilihat pada penjabaran di bawah ini:

a. Kawasan Cepat T umbuh

Kawasan ini mempunyai kecenderungan potensi ekonomi cepat tumbuh, dan mempunyai sektor potensi unggulan, dimana di Kabupaten Alor terdapat 6 (enam) potensi kawasan potensi ekonomi cepat tumbuh yaitu :

1) Kawasan Perkotaan Kalabahi;

2) Kawasan Perkotaan Baranusa (Kecamatan Pantar Barat);

3) Perkotaan Kawasan Permukiman Baru (KPB) T anglapui di Desa T anglapui (Kecamatan Alor T imur);

4) Kawasan Perkotaan M aritaing (Kecamatan Alor T imur); 5) Kawasan Perkotaan Kabir.(Kecamatan Pantar); dan

6) Kawasan Perkotaan Buraga di Desa T ribur (Kecamatan Alor Barat Daya).

III - 55 RPI 2-JM- Kab.Alor

Kawasan Pemanfaatan Pariwisata Selat Pantar diapit oleh 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Pantar T imur dan

Kecamatan Pulau Pura. Kawasan ini merupakan salah satu icon tujuan diving yang diakui

keindahannya oleh dunia karena memiliki 42 spot diving. T aman Laut Selat Pantar juga

sudah mendapat pengakuan dari dunia lewat master diving luar negeri yang melakukan diving

di Selat Pantar. Untuk mencapai titik diving ini wisatawan menggunakan kendaraan darat

dari Kalabahi menuju Alor Kecil kemudian menggunakan speed boat menuju titik-titk diving

yang terletak di kawasan Selat Pantar. Selain diving wisatawan bisa menggunakan speed kaca

untuk melihat keindahan taman laut.

Pulau-Pulau Yang Berada di Selat Pantar c. Kawasan Program Unggulan dan Agropolitan

Dinamika pembangunan, termasuk pembangunan pertanian, dari waktu ke waktu terus berkembang dengan cepat dan berkembang semakin kompleks. Dalam menghadapi tantangan dan tuntutan lingkungan strategis, baik dalam negeri, regional maupun global, maka strategi pengembangan sistem dan usaha agribisnis sudah waktunya ditingkatkan menjadi strategi yang menterpadukan (mensinergikan) pengembangan strategi agribisnis dengan pendekatan wilayah.

Sebagai wilayah Kabupaten berbasis pertanian yang berorientasi pada pembangunan agribisnis, dengan strateginya didasarkan pada “agrobased sustainable development” perlu

III - 56 RPI 2-JM- Kab.Alor

terus ditingkatkan karena diyakini dapat memperkokoh perekonomian kabupaten ini, serta menjamin pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Basis pembangunan adalah pembangunan perdesaan. Oleh karena itu pembangunan perdesaan pada daerah-daerah pemasok hasil produksi pertanian (daerah, sentra produksi) melalui pengembangan Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) perlu lebih dimantapkan agar memiliki ketahanan yang lebih kuat, mengingat fungsi daerah perdesaan sangat penting, terutama dalam hal :

1) Penyedia bahan pangan untuk penduduk (termasuk untuk penduduk daerah perkotaan); 2) Penyedia tenaga kerja untuk pembangunan;

3) Penyedia bahan baku untuk industri; serta

4) Penghasil komoditi untuk diekspor ke luar negeri.

Dalam mempercepat pembangunan perdesaan dan pertanian diperlukan komitmen dan tanggungjawab moral pembangunan dari segenap aparatur pemerintah, masyarakat maupun swasta, sehingga pembangunan pertanian dapat dilakukan secara efektif, efisien, terintegrasi dan sinkron dengan pembangunan sektor lainnya dan berwawasan lingkungan. M enyikapi berbagai tantangan dan ancaman dalam pengembangan agribisnis dan perdesaan, maka diperlukan terobosan program, yang melibatkan berbagai pihak yang perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi.

Salah satu program keterpaduan tersebut adalah Pengembangan Kawasan Agropolitan yang dilakukan pada daerah pemasok hasil produksi pertanian, peternakan dan perikanan melalui pengembangan DPP yang diharapkan dapat mendorong, dan menghidupkan kegiatan pembangunan agribisnis di desa-desa sekitarnya.

Program Pengembangan Kawasan Agropolitan bukanlah konsep baru, merupakan kelanjutan untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembangunan dan pencapaian hasil-hasil pembangunan pada wilayah kecamatan. Konsep agropolitan di wilayah Kabupaten Alor didasarkan pada potensi dan program-program yang telah, sedang dan yang akan berjalan.

Program ungulan di wilayah Kabupaten Alor, yaitu pertanian yang berkelanjutan mencakup luasan kurang lebih 9.435 Ha, lokasi tersebar di setiap kecamatan. Sedangkan Kawasan Agropolitan di wilayah Kabupaten Alor antara lain:

III - 57 RPI 2-JM- Kab.Alor

a) Kecamatan Alor Barat Daya seluas kurang lebih 626,60 Ha; b) Kecamatan Alor Selatan seluas kurang lebih 998,05 Ha; c) Kecamatan Alor T imur seluas kurang lebih 388,51 Ha; d) Kecamatan Pureman seluas kurang lebih 301,49 Ha;dan e) Kecamatan M ataru seluas kurang lebih 357,27 Ha;

2) Kawasan Agropolitan di Pulau Pantar mencakup kecamatan-kecamatan sebagai berikut: a) Kecamatan Pantar seluas kurang lebih 17.919,04 Ha;

b) Kecamatan Pantar Barat seluas kurang lebih 6.557,53 Ha; c) Kecamatan Pantar Barat Laut seluas kurang lebih 3.178,78 Ha; d) Kecamatan Pantar T engah seluas kurang lebih 2.791,53 Ha; e) Kecamatan Pantar T imur seluas kurang lebih 897,05 Ha;

Di dalam kepentingan ekonomi terdapat kawasan-kawasan yang memiliki peran dalam pembangunan wilayah. Kawasan-kawasan tersebut berupa kawasan program unggulan dan minopolitan yang diambil dari sector perikanan sebagai sector unggulan wilayah. Selengkapnya diuraikan sebagai berikut:

Dokumen terkait