• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN BALANGAN

Kebijakan 3: Mewujudkan Permukiman Yang Sehat, Aman, Harmonis, Dan Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Jati Diri, Kemandirian,

D. Kawasan Permukiman Perdesaan

KABUPATEN BALANGAN

perumahan formal dan pembanguann kavling siap bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA). Berdasarkan data kuesioner, dapat disimpulkan bahwa kawasan pusat kota ini memiliki sarana dan prasarana pendukung perumahan permukiman yang baik. Berdasarkan arahan kepadatan penduduk, kawasan perkotaan Kecamatan Paringin termasik dalam kepadatan sedang.

2. Kawasan Perkotaan Halong, merupakan kawasan perumahan di bagian Timur Kabupaten Balangan yang memiliki kekurangan ketersediaan rumah sebesar 370 unit. Berdasarkan hasil hasil analisis kuesioner data perumahan, Permasalahan yang terjadi di kawasan perkotaan ini yaitu kurangnya sarana dan prasarana pendukung permukiman perumahan. Atas permasalahan tersebut, maka diperlukan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) yang lengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi perumahan permukiman perkotaan; dan

3. Kawasan Perkotaan Batu Mandi, merupakan kawasan permukiman perkotaan di bagian Selatan Pusat Kota Balangan. Kebutuhan rumah pada kawasan ini sebesar 481 Unit. Permasalahan Pembangunan permukiman di Kawasan perkotaan ini yaitu kurang merata kawasan perumahan yang hanya berada di sepanjang jalan Trans Kalimantan penghubung Banjarmasin - Tanjung - Palangkaraya. Sebagai solusi akan permasalahan tersebut, maka rencana pengembangan kawasan permukiman perkotaan di kawasan ini dapat berupa perumahan formal atau berupa kavling siap bangun (KASIBA).

Tabel 3.12.

Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Balangan

No. Kecamatan

Jumlah Rumah (unit) Proyeksi Jumlah Rumah (unit) Pertumbuhan Laju Kebutuhan Rumah Rata-Rata (%) 2010 2011 2016 2021 1 Paringin 3.793 4.524 5.585 6.095 2,89% 2 Paringin Selatan 2.680 2.930 3.617 3.948 2,25% 3 Awayan 3.077 3.593 4.435 4.841 2,73% 4 Tebing Tinggi 1.454 1.808 2.232 2.436 3,22% 5 Batu Mandi 3.632 4.620 5.703 6.225 3,40% 6 Lampihong 3.694 4.459 5.505 6.008 2,98% 7 Juai 3.956 4.586 5.661 6.179 2,68% 8 Halong 4.115 5.407 6.675 7.285 3,67% Jumlah 26.401 31.927 39.413 43.017 3,00% Sumber: Hasil Analisis

D. Kawasan Permukiman Perdesaan

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

Rencana pengembangan permukiman pedesaan baru merupakan solusi bagi kebutuhan akan perumahan permukiman di daerah pedesaan yang jumlah penduduk dan tingkat kepadatannya rendah. Arahan rencana pengembangan permukiman pedesaan yang baru didasarkan atas analisis daya dukung lahan dan kesesuaian lahan yang telah dilakukan sebelumnya, juga berdasarkan atas kriteria kawasan budidaya di dalam RTRW Kabupaten Balangan. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

• Menghindari sawah irigasi teknis

• Memperhatikan keterkaitan dengan pusat pertumbuhan dan tingkat aksesibilitas wilayah

• Memperhatikan keseimbangan fungsi dengan pengembangan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain

• Memperhatikan kecenderungan perkembangan penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di setiap bagian wilayah

• Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk di setiap bagian wilayah

• Memperhatikan pengembangan infrastruktur serta sarana yang dibutuhkan. Berdasarkan atas hal tersebut, maka arahan rencana pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Tebing TInggi, kebutuhan rumah dapat terpenuh 2. Kecamatan Awayan, kebutuhan rumah dapat terpenuhi

3. Kecamatan Lampihong, kebutuhan rumah sebesar 2.136 unit. Kecamatan Lampihong merupakan daerah yang berbatasan dengan Kawasan Pusat Kota Kabupaten Balangan, sehingga rekomendasi pengembangan kawasan permukiman perumahan perdesaan baru dapat berupa perumahan swadaya dan perumahan formal di daerah yang dekat dengan kawasan pusat kota

4. Kecamatan Juai: Kebutuhan akan perumahan mencapai 1.665 unit rumah. Rekomenasi pengembangan perumahan dapat berupa perumahan swadaya.

Kawasan permukiman perdesaan yang menjadi lingkup penanganan dari Pengembangan Permukiman meliputi 3 hal yaitu:

1. Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

3 - 68

LAPORAN AKHIR

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

2. Kawasan Permukiman Rawan Bencana

3. Kawasan Permukiman di Perbatasan dan Pulau Kecil Terluar.

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

Dari ketiga jenis kawasan permukiman perdesaan tersebut, hanya terdapat 2 jenis di Kabupaten Balangan, yaitu kawasan permukiman perdesaan potensial dan kawasan permukiman rawan bencana. Sementara itu untuk kawasan permukiman di perbatasan atau pulau kecil terluar tidak ada, karena wilayah Kabupaten Balangan bukan wilayah kepulauan serta bukan wilayah perbatasan antar negara.

1. Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Kawasan permukiman perdesaan potensial yang akan berkembang di Kabupaten Balangan sebanyak 2 kawasan yaitu:

Kawasan Agropolitan di Kabupaten Balangan meliputi:

1. Kota Tani Utama Paringin dengan desa pusat pertumbuhan Kota Paringin meliputi Kelurahan Paringin Kota, Kelurahan Paringin Timur, Desa Teluk Keramat, Desa Haur Batu dan Desa Gunung Pandau, dan

2. Kawasan Sentra Produksi Batumandi dengan desa pertumbuhan Batumandi meliputi Desa Timbun Tulang, Desa Teluk Mesjid, Desa Batumandi, Desa Bungur, Desa Riwa, Desa Mantimin, Desa Kasai dan Desa Guha.

2. Daerah Rawan Bencana

Lokasi Kawasan bencana di Kabupaten Balangan secara umum berada di wilayah Kabupaten Balangan bagian Timur dan tengah tepatnya di Kecamatan Halong dan Tebing Tinggi, Sedangkan potensi rawan bencana lainnya adalah rawan banjir yang berada pada areal sekitar Sungai Balangan dan Sungai Pitap yakni sekitar Kecamatan Lampihong, Paringin dan Kecamatan Juai.

Tabel 3.13.

Data Rawan Bencana di Kabupaten Balangan

No. Jenis Bencana (Kecamatan/Desa) Lokasi dalam 1 tahun Rata-rata Frekuensi Bencana dalam 5 tahun

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Kebakaran Paringin 14

2. Banjir Paringin, Juai 5

3. Tanah Longsor Halong 1

4. Angin Puyuh Paringin 2

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Data Dasar RP4D Kab. Balangan

a. Tanah Longsor

Daerah rawan bencana di Kabupaten Balangan berupa tanah longsor atau gerakan tanah (erosi dan abrasi akibat tekanan arus air sungai) dan banjir. Kawasan bencana tanah longsor berada di bagian selatan timur Kabupaten Balangan yang berbatasan dengan Kalimantan Timur yakni Kecamatan Halong, Tebing Tinggi dan Awayan, potensi dapat terjadi pada sekitar daerah kemiringan lereng 25 - 40% dan lebih dari

3 - 70

LAPORAN AKHIR

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

40% dengan ketinggian 500 mdpl. Faktor yang mempengaruhi proses gerakan tanah (mass movement) adalah kemiringan lereng yang curam sehingga memiliki stabilitas lereng yang rendah, curah hujan yang tinggi pada suatu daerah, gravitasi, vegetasi dan daya dukung tanah yang rendah atau lemah yang dimiliki oleh batuan atau tanah, dan struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Balangan. Faktor ini saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan menentukan besar dan luasnya gerakan tanah. Berdasarkan tipe gerakan tanah dan jenis materialnya dapat dibagi menjadi longsoran mendatar dan jatuhan batuan.

b. Banjir

Sedangkan potensi rawan bencana lainnya adalah rawan banjir yang berada pada areal sekitar Sungai Balangan dan Sungai Pitap yakni sekitar Kecamatan Lampihong, Paringin dan Kecamatan Juai. Bencana banjir terjadi akibat dari beberapa faktor, hal ini berkaitan dengan jumlah curah hujan yang terjadi dengan daya tampung dari akuifer dan cekungan-cekungan ataupun alur sungai yang ada di daerah Kabupaten Balangan.

Tabel 3.14.

Daerah Potensi Banjir Di Wilayah Kabupaten Balangan

No. Kecamatan Potensi Banjir

Tinggi Menengah Rendah [1] [2] [3] [4] [5]

1 Paringin - -

2 Lampihong - Desa Lajar, Mundar, Papuyuan, Matang Hanau, Matang Lurus -

3 Batu Mandi - - Desa Teluk Masjid, Pasar Batu Mandi 4 Awayan - Desa Sikontan, Ambakiang, Badalungga, Tundakan Hilir -

5 Juai - Desa Galumbang, Juai, Sirap, Teluk Bayur, Mungkur Uyam, Buntu Karau, Wonorejo - 6 Halong - Desa Kapul, Baruh Panyambaran, Binju, Bangkal, Gunung Riut. -

7 Tebing Tinggi - Desa Tebing Tinggi, Sungsum, Simpang Nadong Desa Tebing Tinggi, Sungsum, Ju’uh, Gunung Batu, Simpang Bumbuan

8 Paringin Selatan - Batu Piring, Murung Abuin, Baruh Bahinu Dalam -

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Data Dasar RP4D Kab. Balangan

Bila akumulasi air hujan lebih besar dari kapasitas tampungan maka banjir akan terjadi. Penyebabnya adalah porositas yang buruk pada batuan setempat, berkurangnya vegetasi akibat pembabatan hutan secara liar ataupun bencana kebakaran dan semakin dangkalnya cekungan ataupun alur sungai akibat proses sedimentasi. Daerah yang berpotensi rawan bencana banjir di Kabupaten Balangan berada pada areal sekitar Sungai Balangan dan Sungai Pitap yakni sekitar Kecamatan

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

Lampihong, Paringin dan Kecamatan Juai. Tingkat potensi banjir di Kabupaten Balangan terbagi menjadi 3(tiga) tingkatan yakni potensi banjir dengan tingkat tinggi, tingkat menengah dan tingkat rendah. Tingkat potensi banjir yang terdapat di Kabupaten Balangan berada pada kisaran tingkat menengah dan rendah. Untuk tingkat potensi banjir dengan tingkat menengah hampir berada diseluruh kecatamatan di Kabupaten Balangan kecuali Kecamatan Paringin dan Kecamatan Batu Mandi, sementara untuk tingkat potensi banjir dengan tingkat rendah hanya berada di Kecamatan Batu Mandi dan Kecamatan Tebing Tinggi.

c. Kebakaran

Potensi bencana kebakaran biasa disebabkan karena kondisi lingkungan yang memiliki tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan jarak antar bangunan yang sangat dekat. Kawasan yang rentan terhadap bencana kebakaran, rata-rata adalah kawasan kumuh yang memiliki kondisi fisik bangunan yang terbuat dari kayu, serta memiliki jarak antar bangunan yang sangat rapat. Bencana kebakaran di Kabupaten Balangan tercatat dalam Kabupaten Balangan dalam angka memiliki rata-rata frekuensi terjadi bencana kebakaran dalam kurun waktu lima tahun sebanyak 14 kali. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah kondisi fisik bangunan, dimana perumahan khususnya perumahan perkampungan dan perumahan di kawasan kumuh yang terdapat di Kabupaten Balangan masih mengguanakan bahan dasar dari kayu. Selain itu juga dari hasil survey lapangan terhadap kawasan kumuh terhadap jarak antar bangunan di Kabupaten Balangan, tercatat sekitar 60% rumah dikawasan kumuh Kabupaten Balangan memiliki jarak antar bangunan berkisar antara 1-2,5 meter.

Dokumen terkait