• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)

KABUPATEN BALANGAN

B. Kebijakan Pola Ruang

3.8. RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)

KABUPATEN BALANGAN

a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya, dan

b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

3. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten, yaitu dengan:

a. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan rona alam, dan melestarikan warisan ragam budaya lokal.

b. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kabupaten yang produktif, efisien dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional atau internasional

c. Pemanfaatan sumberdaya alam dan atau perkembangan Iptek secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

d. Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam; dan

e. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan budaya antar kawasan.

3.8. RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN

KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)

Pembangunan dan pengembangan perumahan lebih kepada kondisi sektoral yang menuntut adanya suplai pasokan atau program pemerintah pusat didaerah. Pembangunan hunian pola berimbang, juga belum sepenuhnya diterapkan di Kabupaten Balangan, ketentuan mengenai penyediaan Ruang Terbuka Hijau didalam lahan perumahan pengembang maupun lainnya juga belum menjadi persyaratan wajib dalam proses perizinan. Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kabupaten Balangan (seperti pekerja pasar, dan petani tanaman pangan), belum mendapatkan perhatian terhadap upaya kepemilikan rumah tinggal. Perumahan merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting dalam perkembangan Kabupaten Balangan. Kebutuhan perumahan erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk. Perkiraan kebutuhan perumahan ditentukan berdasarkan asumsi bahwa setiap unit rumah yang ada dipergunakan untuk setiap kepala keluarga dengan rata-rata tiap rumah adalah 5 jiwa. Perbandingan rumah

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

dengan penduduk ini diharapkan akan membentuk lingkungan perumahan yang nyaman sebagai tempat tinggal. Analisis kebutuhan rumah untuk 20 tahun mendatang menggunakan asumsi bahwa luas kapling yang dikembangkan dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tipe besar , rumah dengan luas kavling minimal 500 m² b. Tipe sedang, rumah dengan luas kavling minimal 300 m², dan c. Tipe kecil, rumah dengan luas kavling minimal 100 m².

Perbandingan proporsi rumah untuk berbagai type luas bangunan, disesuaikan dengan standar baku yang berlaku dalam pembangunan perumahan, yaitu 1 : 3 : 6, artinya bahwa setiap pembangunan 1 unit rumah kapling besar, harus membangun 3 rumah sedang dan 6 rumah sederhana. Berdasarkan ketentuan tersebut, jumlah unit rumah dan kebutuhan ruang yang diperlukan dalam pengembangan sarana perumahan sampai dengan Tahun 2028 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

3.8.1. KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Tingkat perekonomian di suatu wilayah akan mempengaruhi kondisi permukiman yang ada di wilayah tersebut. Adapun kondisi permukiman di wilayah Kabupaten Balangan sangat dipengaruhi oleh tingkat perekonomian masyarakat. Hal ini terlihat dari sebagian besar permukiman yang ada di wilayah Kabupaten Balangan merupakan permukiman yang tumbuh tanpa ada perencanaan. Munculnya kawasan permukiman yang tidak layak huni diakibatkan karena sebagian besar penduduk termasuk dalam kategori keluarga pra sejahtera, sehingga pemenuhan kebutuhan bermukim hanya mengandalkan bahan-bahan bangunan seadanya.Sedangkan untuk pengembangan permukiman terencana belum berkembang pesat karena kurang adanya minat masyarakat untuk memiliki perumahan akibat terbatasnya pendapatan yang diterima. Selain itu, tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Balangan yang rendah mengakibatkan permintaan kebutuhan akan rumah tinggal juga tidak terlalu tinggi. Oleh sebab itu, pengembangan permukiman di Kabupaten Balangan saat ini belum diprioritaskan dalam mengembangan kawasan hunian padat penduduk ataupun perbaikan permukiman yang layak huni. Namun, lebih diprioritaskan pada perbaikan serta pengadaan sarana dan prasarana dasar permukiman seperti penyediaan MCK, pembangunan drainase, dan perkerasan jalan. Dengan demikian, diharapkan kesan

3 - 54

LAPORAN AKHIR

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

kumuh yang ada di kawasan tertentu dapat berkurang dengan diperbaikinya infrastruktur, terutama dalam skala kawasan.

3.8.2. KONSEPSI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Kabupaten Balangan dalam konteks regional nasional dalam hal ini UU No. 26 Tahun 2007 Tentang RTRW Nasional, merupakan termasuk dalam Kawasan Andalan Amuntai dengan potensi pengembangan sebagai kawasan pertanian, perkebunan dan pariwisata. Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Balangan perlu mempersiapkan fokus pengembangan berbasis pertanian, perkebunan dan pariwisata. Dalam konteks RTRW Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Balangan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berpusat di Kawasan Perkotaan Paringin (Kecamatan Paringin). Selain itu, letak Kabupaten Balangan yang berada diantara pusat Kegiatan Nasional (PKN) Banjarmasin dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Amuntai menunjukan peran Kabupaten Balangan yang penting bagi daerah lain juga merupakan peluang bagi pertumbuhan Kabupaten Balangan. Kabupaten Balangan juga dilewati jaringan jalan penghubung Kota Banjarmasin - Kota Tanjung - Palangkaraya (Kalimantan Tengah) dan Samarinda/Balikpapan (Kalimantan Timur), hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Balangan mudah dijangkau dari daerah lain. Berdasarkan peran Kabupaten Balangan dalamm konteks regional, maka pengembangan perumahan permukiman menjadi hal yang penting guna kelangsungan pertumbuhan Kabupaten Balangan dimasa mendatang.

Konsep pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang ada di Kabupaten Balangan harus memperhatikan daya dukung lingkungan yang bertujuan untuk:

• Memahami kondisi dan daya dukung lingkungan, dan • Memahami tingkat pemanfaatan sumber daya.

Pemahaman ini diperlukan untuk merumuskan dan menempatkan zonasi ruang di wilayah perencanaan seperti kawasan lindung dan kawasan budidaya, hutan lindung, dan hutan produksi. Sumber daya alam utama yang akan dibahas dalam kajian ini adalah: sumber daya tanah, sumber daya air, sumber daya udara, sumber daya hutan, dan sumber daya lainnya. Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang kawasan lindnung, analisis daya dukung lahan ini pengaruhi oleh kondisi fisik suatu kawasan yaitu

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

topografi dan kemiringan lereng, geologi dan jenis tanah, klimatologi atau curah hujan serta rawan bencana. Setelah analisis kondisi fisik dasar, maka didapat 3 kawasan yang direkomendasikan berdasarkan analisis daya dukung lahan, yaitu:

a. Kawasan Limitasi yaitu merupakan kawasan yang tidak boleh dibangun atau dijadikan kawasan budidaya. Bias disebut kawasan lindung. Kriteria kawan limitasi adalah:

• Kemiringan > 40% • Ketinggian > 2000 mdpl

• Tingkat Kepekaan jenis tanah terhadap erosi (mudah erosi) tinggi yaitu Regosol, Organosol, Renzina, Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, Podsolik • Merupakan kawasan rawan bencana, dan

• Intensitas curah hujan tinggi >34,8 mm/hari.

b. Kawasan Kendala yaitu merupakan kawasan yang boleh dibangun dan dijadikan kawasan budidaya tetapi memiliki syarat.Kriteria kawasan kendala adalah:

• Kemiringan 15-40% • Ketinggian < 2000 mdpl

• Tingkat kepekaan jenis tanah terhadap erosi sedang seperti tanah jenis mediteran

• Bukan merupakan kawasan rewan bencana, dan • Intensitas curah hujan sedang 20,7 – 34,8 mm/hari.

c. Kawasan Kemungkinan yaitu merupakan kawasan yang boleh dibangun atau dijadikan kawasan budidaya. Keriteria kawasan kemungkinan adalah:

• Kemiringan <15% • Ketinggian <2000 mdpl

• Tingkat kepekaan jenis tanah terhadap erosi renda, seperti jenis tanah Aluvial, Glei, Planosol, Hiromorf

• Bukan merupakan kawasan rawan bencana, dan • Intensitas curah hujan rendah, <20,7 mm/hari. Analisis daya dukung lingkungan bertujuan untuk:

• Memahami kondisi dan daya dukung lingkungan, dan • Memahami tingkat pemanfaatan sumber daya.

Pemahaman ini diperlukan untuk merumuskan dan menempatkan zonasi ruang di wilayah perencanaan seperti kawasan lindung dan kawasan budidaya, hutan lindung, dan hutan produksi. Sumber daya alam utama yang akan dibahas dalam kajian ini adalah: sumber daya tanah, sumber daya air, sumber daya udara, sumber daya hutan, dan sumber daya lainnya. Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang kawasan

3 - 56

LAPORAN AKHIR

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

lindnung, Analisis Daya dukung lahan ini pengaruhi oleh kondisi fisik suatu kawasan yaitu topografi dan kemiringan lereng, geologi dan jenis tanah, klimatologi atau curah hujan serta rawan bencana. Setelah analisis kondisi fisik dasar, maka didapat 3 kawasan yang direkomendasikan berdasarkan analisis daya dukung lahan, yaitu:

d. Kawasan Limitasi yaitu merupakan kawasan yang tidak boleh dibangun atau dijadikan kawasan budidaya. Bias disebut kawasan lindung. Kriteria kawan limitasi adalah:

• Kemiringan > 40% • Ketinggian > 2000 mdpl

• Tingkat Kepekaan jenis tanah terhadap erosi (mudah erosi) tinggi yaitu Regosol, Organosol, Renzina, Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, Podsolik • Merupakan kawasan rawan bencana, dan

• Intensitas curah hujan tinggi >34,8 mm/hari.

e. Kawasan Kendala yaitu merupakan kawasan yang boleh dibangun dan dijadikan kawasan budidaya tetapi memiliki syarat. Kriteria kawasan kendala adalah: • Kemiringan 15- 40%

• Ketinggian < 2000 mdpl

• Tingkat kepekaan jenis tanah terhadap erosi sedang seperti tanah jenis mediteran;

• Bukan merupakan kawasan rawan bencana, dan • Intensitas curah hujan sedang 20,7 - 34,8 mm/hari.

f. Kawasan kemungkinan yaitu merupakan kawasan yang boleh dibangun atau dijadikan kawasan budidaya. Keriteria kawasan kemungkinan adalah:

• Kemiringan <15% • Ketinggian <2000 mdpl

• Tingkat kepekaan jenis tanah terhadap erosi renda, seperti jenis tanah Aluvial, Glei, Planosol, Hiromorf

• Bukan merupakan kawasan rawan bencana, dan • Intensitas curah hujan rendah, <20,7 mm/hari.

3.8.3. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Kebijakan dan strategi pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Balangan akan ditinjau dari yang paling pangkal yaitu visi dan misi pengembangan. Visi dan misi pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Balangan adalah mengikuti visi dan misi Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perumahan dan Permukiman (KSNPP).

R REEVVIIEEWWRREENNCCAANNAAPPRROOGGRRAAMMIINNVVEESSTTAASSIIJJAANNGGKKAAMMEENNEENNGGAAHH((RRPPIIJJMM)) T TAAHHUUNN22001166 KABUPATEN BALANGAN

V

isi KSNPP adalah sebagai berikut:

“Setiap Orang Menghuni Rumah Layak Dalam Lingkungan Permukiman Yang Sehat, Aman, Serasi, Produktif, Dan Berkelanjutan.”

Sementara, penerjemahan terhadap visi dalam bentuk pernyataan-pernyataan misi pengembangan terdiri dari tiga misi, yaitu sebagai berikut:

a. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan para pelaku kunci lainnya di dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman

b. Memfasilitasi dan mendorong terciptanya iklim yang kondusif di dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman

c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya pendukung penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

Untuk lebih mudah mengimplementasikan visi dan misi pengembangan di atas, dirumuskan kebijakan dan strategi yang lebih konkret dalam pelaksanaan, yaitu sebagai berikut:

Kebijakan 1: Melembagakan Sistem Penyelenggaraan Perumahan Dan Permukiman

Dokumen terkait