• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta 4.1 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Timur

5.4. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

1. Kawasan Strategis sudut kepentingan Pertumbuhan Ekonomi meliputi : a. Kawasan Minapolitan

Kawasan minapolitan di Kabupaten Aceh Timur akan dikembangkan di beberapa kecamatan yang meliputi : Kecamatan Darul Aman, Idi Rayeuk, Peudawa, Peureulak Barat dan Peureulak. Kawasan minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Dengan konsep minapolitan, maka dengan produk unggulan yang dimiliki akan mendorong berkembangnya kegiatan usaha mulai dari hulu hingga hilir. Dengan demikian selain bisa menampung banyak tenaga kerja juga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Selanjutnya kawasan minapolitan akan berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Timur.

b. Kawasan Kota Idi Baru

Kawasan Kota Idi Baru merupakan kawasan perkotaan yang menjadi pusat pemerintahan dan perkantoran di Kabupaten Aceh Timur. Rencana struktur pemanfaatan ruang untuk pengambangan fasilitas dan utilitas diwujudkan dalam Rencana Detail Tata Ruang

Untuk rencana pola pemanfaatan ruang, kawasan kota baru Idi akan dibagi menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan Permen PU No.16 Tahun 2009. Pola peruntukan lahan kawasan kota baru Idi secara fungsional dan spasial meliputi: Permukiman dan perumahan, pemerintahan dan pelayanan umum, perdagangan dan jasa, fasilitas umum-sosial, dan rekreasi dan ruang terbuka hijau. Kawasan permukiman merupakan kumpulan lingkungan perumahan yang lokasinya direncanakan tersebar diseluruh wilayah kota. Peruntukan perumahan akan dibangun secara beragam baik berdasarkan status maupun ekonomi. Untuk sarana pemerintahan dan pelayanan umum dibedakan atas 3 kelompok, yaitu sarana pemerintahan lingkup kabupaten, sarana pemerintahan lingkup kota, dan sarana pemerintahan lingkup desa. Kantor pelayanan umum dan Badan Usaha Milik Negara

Materi Teknis 5 - 6 (BUMN) diletakkan dalam suatu blok. Perletakan ini berdasarkan pertimbangan agar berdekatan kawaan pemerintah untuk menghindari pertumbuhan kegiatan kota di sekitar kawasan perkantoran yang padat dan kumuh.

Status Kota Idi sebgai pusat pertumbuhan dan pelayanan utama bagi wilayah di Kabupaten Aceh Timur secara teoritis akan berdampak pada peningkatan intensitas kegiatan perdagangan. Penyediaan kebutuhan fasilitas jasa perdagangan diklasifikasian menjadi pasar/perdagangan regional, pusat pertokoan kota, pusat pertokoan desa, dan areal warung dan kios.

c. Kawasan Agropolitan

Kawasan agropolitan gropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang, serta mampu memacu berkembangnya sistem usaha agribisnis, sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya.

Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian di wilayah sekitarnya, tanpa ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan, tapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Artinya, kawasan agropolitan adalah kawasan agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan.

Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Aceh Timur yang dipusatkan di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Ulim, Kecamatan Pante Bidari dan Kecamatan Madat diharapkan bisa membangkitkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Timur.

2. Kawasan Strategis sudut kepentingan sosial budaya di Kabupaten Aceh Timur meliputi : a. Kawasan Budaya/Sejarah Tugu Monisa dan Makam Sultan Alaiddin Muhammad b. Kawasan Budaya/Sejarah Meriam Turki

c. Kawasan Budaya/Sejarah Makam Nurul ’ala

3. Kawasan Strategis sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di Kabupaten Aceh Timur berupa Kawasan Waduk Serbaguna Jambo Aye.

Lokasi waduk Jambo Aye secara administrasi berada di perbatasan Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Aceh Timur atau tepatnya di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh

Utara dan di Kecamatan Pante Bidari, Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh, tepatnya di Desa Blang Seunong Dusun Sijuk, Puring, dan Sarah Gala/Sarah Raja.

Pembangunan waduk serbaguna Jambo Aye ini selaras dengan upaya untuk melindungi dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Upaya tersebut bermanfaat untuk kepentingan irigasi dan mengendalikan bencana banjir guna menunjang peningkatan produktivitas para petani, pembangunan waduk ini juga bertujuan untuk kepentingan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang sangat vital bagi pembangunan dan kegiatan produktif di Aceh.

Materi Teknis

esuai dengan fungsi, kegunaan dan kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Timur, harus dapat menjadi pedoman dan dasar bagi penyusunan rencana dan program pembangunan daerah baik jangka menengah maupun jangka panjang. Dengan demikian, arahan dari Rencana Tata Ruang lebih lanjut perlu dioperasionalkan dalam penyusunan indikasi program pembangunan.

Indikasi program pembangunan dalam implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Timur dimaksudkan sebagai panduan program yang harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang.

Penyusunan indikasi program jangka menengah dan jangka panjang didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

(1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan tata ruang. (2) Rencana struktur dan pola ruang.

(3) Rencana penetapan kawasan strategis, dan

(4) Kemampuan Pemerintah Daerah dalam pembiayaan pembangunan.

Penyusunan program pembangunan tidak terlepas dari kebijaksanaan pembangunan yang telah digariskan dalam visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Aceh Timur. Demikian pula perumusan ini perlu memperhatikan program-program yang telah disusun oleh instansi-instansi baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah atau pada Provinsi Aceh.

Indikasi program-program pembangunan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Timur dijabarkan secara sektoral di berbagai kawasan atau wilayah pengembangan. Jangka waktu perencanaan program adalah 20 (dua puluh) tahun terhitung dari tahun 2012 hingga 2032, yang dijabarkan dalam 4 (empat) kali program. Program-program ini selanjutnya menjadi panduan bagi penyusunan program dan kegiatan pembangunan, terutama yang berskala besar.

Untuk lebih jelasnya mengenai Indikasi Program Utama Perwujudan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Timur tahun 2012 – 2032 dapat dilihat pada Tabel VI.1 berikut ini.

S

engendalian pemanfaatan ruang merupakan komponen penataan ruang yang memiliki peran penting dalam mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang yang diinginkan. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, beberapa perangkat dan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi ketentuan umum peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif serta arahan pengenaan sanksi.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah kabupaten.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi: 1. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;

2. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang;

3. Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan rencana tata ruang;

4. Meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan 5. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan: a. Rencana struktur ruang dan pola ruang;

b. Tingkat masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki wilayah kabupaten; c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

P

Materi Teknis

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria: a. Terukur dan realistis; dan

b. Dapat diterapkan dan penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku kepentingan.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi: a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi.

Dokumen terkait