• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Keabsahan Data

Tringulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pebgecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Tringulasi terbagi atas 3 (tiga) yaitu (Sugiyono,2008) : 1. Triangulasi Sumber artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat

jepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

2. Triangulasi Waktu diganakan untuk validitas data yang berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan daya yang sahih melalui observasi peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja, dan

3. Triangulasi Metode Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak Geografis ,Luas Wilayah dan Iklim

Letak geografis dan batas administrasi, visi dan misi serta iklim Desa Kanaungan adalah sebagai berikut:

a. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Luas Wilayah Desa Kanaungan secara keseluruhan adalah 11,37Km² yang meliputi Wilayah Darat dan Laut/Pantai dengan batas administrasi adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ma’rang, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bara Batu, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kassiloe dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gentung.

b. Visi dan Misi Desa Kanaungan

Mewujudkan kehidupan masyarakat sejahterah, unggul, religius, menuju desa mandiri.

c. Iklim

Curah hujan yang tinggi awalnya terjadi pada bulan Desember hingga April, puncaknya pada bulan Januari dan Februari. Sedang curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei hingga November.

2. Kondisi Demografi

Keadaan demografi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi yang mempengaruhi

41

proses mobilitas sosial masyarakat. Faktor penduduk ini menempati posisi yang paling utama, karna seperti yang kita ketahui bahwa pembangunan itu adalah suatu upaya manusia untuk merubah pola hidup dan posisi sosial mereka untuk tetap memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dasar pembangunan, selain sumber daya alam namun yang perlu diketahui bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi kendala dalam proses perubahan sosial, seperti lambatnya mobilitas sosial karna distribusi dalam berbagai aspek kehidupan tidak merata, sehingga tingkat pendapatan masyarakat tidak seimbang dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan. Keadaan demografi Desa Kanungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep sebagai berikut : a. Kependudukan

Jumlah pendudukan di Desa Kanaungan sebanyak 4607 jiwa yang terdiri 2205 jiwa adalah laki-laki dan sebanyak 2402 jiwa adalah perempuan.

Tabel I : Keadaan penduduk Desa Kanaungan menurut Jumlah penduduk, Jumlah KK, Jumlah Wajib Pilih dan Jumlah Pemilih Pemula Tahun 2015

No. Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Jumlah Penduduk 2205 2402 4607

2 Jumlah KK 1008 299 1307

3 Jumlah Wajib Pilih 1457 1609 3147

4 Jumlah Pemilih Pemula 9 14 23

Sumber : Kantor Desa Kanaungan, Januari 2015 b. Sosial

Desa Kanungan memiliki sarana formal yaitu sebanyak 5 sekolah.

Diantaranya TK/MDA sebanyak 2 sekolah, SD/MI sebanyak 3 sekolah, sedangkan SLTP/MTS dan SLTA/MA belum ada disediakan. Dengan adanya

sekolah minimal Sekolah Dasar di desa atau ini sudah cukup untuk meningkatkan pendidikan yang ada di Desa Kanaungan khususnya anak diatas 5 tahun sudah bisa menambah ilmu di sekolah dasar yang sudah disiapkan, hanya saja perlu kesadaran orangtua masing-masing anak untuk menyekolahkan anaknya. Hingga minimal sampai SLTA atau bahkan hingga ke perguruan tinggi sekalipun.

c. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang proses kegiatan-kegiatan social maupun kegiatan ekonomi, maka sarana angkutan sangat penting keberadaannya. Hal tersebut selain menunjang untuk kegiatan-kegiatan social ekonomi tertentu, dapat pula mempengaruhi proses mobilitas sosial tiap individu atau masyarakat. Proses mobilitas sosial petani yang ada di daerah pedesaan, sangat ditentukan oleh sarana transportasi yang ada. Hasil-hasil usaha yang diperoleh yang dianggap potensial untuk mempengaruhi proses mobilitas sosialnya sangat ditentukan oleh sarana dan prasaran, terutama saran pendistribusian hasil-hasil usaha mereka yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan ekonomi dan jasa.

d. Pemerintahan

Wilayah Desa Kanaungan secara administratif terdiri dari 3 dusun, RW sebanyak 6, RT sebanyak 14, sedangkan pamong desa dan Kelurahan sebanyak 7 orang. Untuk melaksanakan tugas pelayanan umum ditingkat Desa, Kepala Desa dibantu oleh sekertaris Desa yang dibawahnya terdapat urusan umum dan urusan keungan, selain itu juga terdapat beberapa seksi yaitu seksi ekonomi dan pembangunan, seksi pemerintah dan seksi kesejahteraan sosial.

B. Perilaku Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

Perilaku politik adalah kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik yang melakukan kegiatan politik tersebut adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan itu pada dasarnya di bagi dalam dua bagian yakni fungsi-fungsi pemerintahan yang di pegang oleh Pemerintah dan fungsi-fungsi politik yang di pegang oleh masyarakat. Namun fungsi Pemerintah, maupun fungsi politik, biasanya dilaksanakan oleh struktur tersendiri, yaitu supra struktur politik bagi fungsi-fungsi politik pemerintahan dan infra struktur politik bagi fungsi-fungsi politik masyarakat.

Sesuai kategori politik kaum remaja dimasukan dalam pemilih pemula, mereka adalah kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak pilih. Dengan hak pilih itu kaum remaja yang berusia 17 tahun atau sudah menikah ini akan mempunyai tanggung jawab kewarganegaraan yang sama dengan kaum dewasa yang lain. Para pemilih pemula yang kebanyakan dari siswa siswi sekolah menengah atas serta mahasiswa / mahasiswi yang baru mamasuki usia hak pilih pastilah belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih. Sehingga, terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan inipula yang menyebabkan pemilih pemula sangat rawan untuk digarap dan didekati dengan pendekatan materi.

Kesadaran politik warga negara menjadi faktor determinan dalam perilaku politik masyarakat, artinya sebagai hal yang berhubungan pengetahuan dan

kesadaran akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan kegiatan politik menjadi ukuran kadar seseorang terlibat dalam proses perilaku politik. Pengalaman pemilihan umum yang berlangsung dalam beberapa dekade menunjukan banyaknya para pemilih yang tidak memberikan suaranya.

Sebagai fenomena penggambaran di atas apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi maka perilaku politik cenderung aktif, sedangkan apabila kesadaran dan kepercayaan sangat kecil maka perilaku politik menjadi pasif dan apatis.

Begitupula kehidupan sosial bernegara, setiap warga negara pada dasarnya tidak ada pembedaan atas hak dan kewajibannya, semuanya sama dihadapan hukum dan pemerintah. Termasuk dalam hal berpolitik, hak untuk memberikan pendapat dan hak untuk melakukan koreksi atas pemerintahan. Semua hal tersebut tentunya dilaksanakan dengan cara-cara mekanisme yang telah diatur oleh sistem pemerintahan. Sejatrah perpolitikan di Indonesia maupun negara berkembang lain, pada umumnya peranan pemilh pemula sangat penting dalam dunia poltik.

Kegiatan politik yang selalu dilakukan oleh pemerintah (lembaga dan perananya) dan partai politik karena fungsi mereka dalam bidang politik. Oleh karena itu, perilaku politik di bagi dua, yakni perilaku politik lembaga-lemabaga dan para pejabat pemerintah dan perilaku poltik warga negara biasa (baik individu maupun kelompok). Yang pertama bertanggung jawab membuat, melaksanakan, dan menegakkan keputusan politik, sedangkan yang kedua tidak berwenang seperti yang pertama dalam menjalankan fungsinya karena pa yang dilakukan oleh

pihak pertama menyangkut kehidupan pihak kedua. Kegiatan politik pihak kedua ini disebut partisipasi politik.

Proses politik akan melahirkan bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh individu dan kelompok yang kemudian akan disosialisasikan melalui transmisi kebudayaan, baik melalui pendidikan keluarga, kelompok-kelompok pergaulan, di lingkungan pekerjaan, interaksi melalui model media komunikasi massa, maupun interaksi politik secara langsung. Sehingga kemudian dapat memilahkan kategori budaya politik tersebut atas tiga pemilahan, yaitu budaya politik partisipan, budaya politik subyek dan budaya politik parokialik.

Perilaku politik pada Desa Kanaungan dapat di deskripsikan dari tindakan dan sikap mereka dalam menilai keadaan yang terjadi di lingkungannya, ketika akan terselenggara yang namanya pemilihan antusias, pada dasarnya mereka memiliki pemahaman yang sama serta bentuk dari pada penilaian mereka pun sama dalam menghadapi yang namanya pemilihan.

Perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dapat dilihat dari beberapa pendekatan dalam menganalisis kecenderungan pemilih pemula.

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan pemilih ketika memilih, partai politik sebagai produk dari konteks struktur yang luas seperti struktur sosial masyarakat yang mewakili aspirasi masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan partai-partai peserta pemilu. Dalam model ini, tingkah laku politik seseorang termasuk dalam penentuan pilihan ditentukan oleh

pengelompokan sosial, agama, bahasa, dan etnis/suku. Dalam pendekatan ini melihat bagaimana perilaku pemilih dalam memilih berdasarkan kelas sosial, agama, bahasa, dan suku atau etnis. Dalam memilih jika kita lihat dari sisi pendekatan ini maka para pemilih akan menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan pada penjelasan sebelumnya dan selalu mempertimbangankan segala sesuatu yang akan merubah pemikiran mereka dalam menentukan pilihan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah seorang pemilih pemula dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, adalah sebagai berikut :

“Ya saya ikut menggunakan hak pilih saya karena saya sadar bahwa saya harus menggunakan hak pilih saya karna satu suara itu sangat penting dalam pemilihan presiden dan wakil presiden ini. Serta mengikuti pemilihan presiden ini dengan benar sesuai aturan yang berlaku” ( Hasil Wawancara KT, tanggal 19 januari 2015).

Kesadaran politik yang dimiliki pemilih pemula sebagai warga negara akan hak dan kewajiban dalam menentukan dan berpartisipasi dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Pemilih Pemula beranggapan bahwa dengan memberikan dan menggunakan hak suara yang dimiliki sangatlah berpengaruh karena satu suara sangat penting. Meskipun belum mengetahui sosok manusia yang jadi pemimpin ideal sebab mereka hanya mengenal para calon pemimpin tersebut lewat media.

Peran serta pemilih pemula dalam sangat penting karena keikutsertaan mereka dalam pemilu merupakan suatu dukungan dalam pembangunan negara kita. Karena dalam pemilu, pemilih pemula dapat menyalurkan suara secara

langsung pemimpin yang memiliki karakter sesuai dengan keinginan bersama yakni mempunyai pemimpin yang kharismatis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah seorang pemilih pemula adalah sebagai berikut:

“Ini adalah saat yang saya tunggu-tunggu, karena dari dulu saya ingin merasakan yang namanya memilih” (Hasil Wawancara ST, Tanggal 22 Januari 2015)

Rasa ingin tahu terhadap pelaksanaan pemilihan umun menjadi alasan pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pelasanaan pemilu, dengan harapan pemimpin yang dipilihnya dapat memimpin negara ini dengan baik dan benar tanpa ada penyelewengan atas tanggungjawab yang diberikan oleh rakyat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada pemilih pemula bahwa dapat disimpulkan bahwa pemilih pemula masih memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban mereka untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan memilih calon pemimpin yang dapat menyejahterakan rakyat. Serta keterlibatan mereka dalam pelaksanaan pemilu untuk menjawab rasa penasaran mereka dalam menggunakan hak pilih yang dimiliki, meskipun belum mengetahui sosok pemimpin yang dipilih apakah tepat atau tidak karena mereka hanya mengenal calon pemimpin melalui media. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakkan oleh Surbakti (2010:186) Pendekatan ini menekankan bahwa kegiatan memilih terjadi dalam konteks yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem partai, peraturan pemilu dan sebagainya. Serta sesuai dengan pasal 1 ayat (22) UU No 10 Tahun 2008, pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin,

kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No 10 Tahun 2008 menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia yang di daftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau leih atau sudah/pernah kawin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa, tentang bagaimana perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, adalah sebagai berikut:

“Saya melihat antusias pemilih pemula sudah cukup baik meskipun ada beberapa dari mereka kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan di desa ini”(Hasil Wawancara HS, tanggal 18 Februari 2015).

Pemilihan umum selalu menumbuhkan harapan baru untuk kemajuan negara, pemilih pemula berkesempatan menentukan wajah baru Indonesia dalam Pemilu 2014. Antusias pemilih pemula untuk memilih cukup baik Untuk pertama kali dalam hidupnya, mereka akan menjalankan hak politiknya. Keingintahuan dalam melakukan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan kartu pemilihan yang sudah dimiliki meskipun masih ada yang kurang berpartisipasi dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Kurangnya partisipasi dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Prsiden dipengaruhi oleh kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik). Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik.

Berdasarkan wawancara dengan ketua KPPS, tentang bagaimana perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, adalah sebagai berikut:

“Perilaku politik pemilih pemula masih kurang maksimal, menurut saya, itu disebabkan karena para pemilih pemula belum memahami betul masalah politik, sehingga hal itu yang menyebabkan sebagian pemilih pemula kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilu ini padahal peran pemilih pemula sangat penting dalam pelaksanaan pemilu ini.”(Hasil Wawancara HN, tanggal 3 Februari 2015).

Perilaku politik yang kurang maksimal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni kurangnya pengetahuan mengenai politik serta kepercayaan yang dimiliki untuk memilih seorang pemimpin juga menjadi alasan tertentu sebab kebanyakan wakil rakyat tersangkut kasus.

Kurangnya pemahaman politik bagi pemilih pemula juga menjadi kendala untuk berpartisipasi dalam menentukan pemimpin. Pemahaman politik dalam arti yang sesungguhnya dapat memengaruhi pandangan nilai yang dianut seorang politisi, dan pandangan nilai seorang politisi akan menentukan tindakan politiknya. Jika pandangan nilainya salah, maka tindakan politiknya juga tidak benar. Dampaknya buruk bagi kepentingan masyarakat.

Peran pemilih pemula sangatlah penting dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden karena dukungan serta suara yang diberikan sangat menentukan masa depan negara ini.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keterlibatan pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden kurang hal itu disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai politik serta kesadaran politik yang dimiliki pemilih juga kurang. Hal ini sesuai

dengan yang di kemukakan oleh Surbakti (2010:20) bahwa perilaku politik merupakan interaksi antara pemerintah dan masyarakat diantara lembaga-lembaga pemerintah dan diantara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik. Berdasarkan teori yang diungkapakan sangatlah jelas bahwa peranan pemilih pemula dalam menentukan aktor politik sangat berpengaruh terhadap masa depan negara.

2. Pendekatan Sosiologi

Pendekatan ini lebih menekankan kepada faktor-faktor sosiologi yang kemudian membentuk perilaku memilih seseorang. Pendekatan ini pada dasaranya menjelaskan bahwa karakteristik dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh dalam menentukan perilaku memilih seseorang. Perilaku pemilih tentu dapat di jelaskan akibat pengaruh seseorang terhadap suatu kelompok sosial dan norma-norma yang dianut oleh kelompok atau organisasi.

Sosiologi berusaha memahami hakekat masyarakat dalam kehidupan kelompok, baik struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya. Sosiologi dan antropologi saling menunjang dari segi teori maupun konsepnya. Konsentrasi sosiologi pada masyarakatnya, sedangkan konsentrasi antropologi pada kebudayaannya. Antara keduanya jelas-jelas tidak bisa dipisahkan, karena masyarakat dalam kelompok manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Sosiologi berusaha memahami hakekat masyarakat dalam kehidupan kelompok, baik struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya. Sosiologi dan antropologi saling menunjang dari segi teori maupun konsepnya. Konsentrasi sosiologi pada masyarakatnya, sedangkan konsentrasi antropologi pada

kebudayaannya. Antara keduanya jelas-jelas tidak bisa dipisahkan, karena masyarakat dalam kelompok manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Perilaku politik pemilih pemula pada Desa Kanungan pada umumnya karena faktor sosiologi, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh salah satu pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilih Presiden dan Wakil Presiden, adalah sebagai berikut:

“ Saya memberikan suara saya kepada salah satu calon presiden karena orang tua dan semua keluarga saya memberikan suaranya kepada kandidat tersebut jadi secara otomatis saya sebagai anak juga harus mengikuti pilihan orang tua dan keluarga saya” (Hasil Wawancara oleh MT, tanggal 23 Januari 2015).

Komunikasi sehari-hari yang dilakukan orang tua merupakan faktor penting yang mendasari seseorang untuk menggunakan hak politiknya sebagai warga negara. Selain keputusan untuk memilih, kandidat yang menjadi pilihan seseorang dalam pemilu juga banyak dipengaruhi oleh faktor keluarga / orang tua. Dua pengaruh yang paling besar dalam membentuk orientasi politik seseorang adalah politik orang tua dan tekanan sosial di masa orang tersebut berpartisipasi dalam Pemilu.

Pemilih pemula cenderung mengikuti apa yang dipilih orang tuanya karena merasa bahwa orang tuanya lebih berpengalaman dalam hal menentukan pemipin, berbeda dengan mereka yang baru pertama kali memberikan suaranya yang belum memilki pengalaman sama sekali. Wawancara yang dilakukan kepada salah seorang pemilih pemula tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan dari pemilih pemula sebelumnya yaitu:

“Saya menjatuhkan pilihan saya kepada salah satu kandidat karena orang tua saya juga memilihnya”(Hasil Wawancara KT, tanggal 19 Januari 2015).

Keluarga dari pemilih pemula yang sudah merasakan beberapa pemilihan umum baik legislatif maupun eksekutif dapat dipastikan sudah memiliki pendirian politik yang tetap, selain itu anggota keluarga yang sudah menetapkan pilihan pastilah berusaha mengajak anggota keluarga lain terutama yang termasuk pemilih pemula untuk menyamakan pilihan, hal tersebutlah yang membuat pilihan dari para pemilih pemula kerap pragmatis. Oleh sebab itu, untuk mencadi cerdas dan kritis para pemilih pemula mencari idealismenya sendiri dengan tidak begitu saja mengikuti pilihan dari teman, sahabat, lingkungan rumah, atau bahkan keluarga dekat. Hal itu semata-mata agar para pemilih pemula bisa menentukan pilihan dan cara-caranya tanpa terpengaruh oleh pilihan orang lain di sekitarnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa pemilih pemula, dapat disimpulkan bahwa pemilih pemula hanya mengikut kepada orang tua dan keluarga karena mereka tidak mampu melihat karakteristik pemimpin yang akan dipilihnya, mereka menganggap pilihan orang tua adalah pilihan yang terbaik karena sudah memiliki pengalaman dari pemilihan-pemilihan sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan teori Surbakti (2010 : 186) Pendekatan sosiologi cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam pemilu dilatarbelakangi oleh demografi dan sosial ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan dan agama.

3. Pendekatan ekologis

Pendekatan ekologi adalah suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan

prinsip ekologi. Dalam hal ini, metodologi pendekatan, penganalisisan, dan penelaahan gejala dan masalah geografi. Pendekatan ini menggunakan wilayah sebagai sasaran utama dalam melihat perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai makhluk biologis semata yang setara dengan makhluk hidup lainnya, namun adalah sosok yang dikaruniai daya cipta, rasa, karsa, karya atau makhluk yang berbudi daya.

Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.

Berdasarkan wawancara yang di lakukan dengan anggota KPPS dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan wakil Presiden, adalah sebagai berikut :

“Menurut pendapat saya, pemilih pemula belum memahami betul keadaan politik, mereka sekedar ikutserta saja pada pesta demokrasi yang terjadi, tanpa ada pertimbangan, apakah yang dipilihnya tepat atau dapat memipin kita dengan baik, selain itu juga saya melihat mereka itu lebih dominan pada pergaulan mereka sendiri dan masa bodoh dengan pemilihan tersebut, mungkin ini diakibatkan karena mereka malihat tidak kurang sekarang ini calon-calon pemimpin sulit di percaya karena tersangkut kasus”(Hasil Wawancara HW, tanggal 5 Februari 2015).

Pemahaman mengenai politik menjadi kendala dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bagi pemilih pemula. mereka beranggapan bahwa penyelanggaraan pemilu ini hanya sebagai budaya yang setiap periode dilaksanakan. Keikutsertaan mereka hanya untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan pemilu sebagai warga negara, tanpa ada pertimbangan

atau melihat karakteristik calon pemimpin yang dipilihnya apakah memang layak atu pantas dipilih.

Melihat beberapa kasus yang dialami oleh beberapa wakil rakyat menjadi alasan bagi pemilih pemula kurang berpartisipasi dan bersikap acuh terhadap

Melihat beberapa kasus yang dialami oleh beberapa wakil rakyat menjadi alasan bagi pemilih pemula kurang berpartisipasi dan bersikap acuh terhadap

Dokumen terkait