• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DI DESA KANAUNGAN KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DI DESA KANAUNGAN KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

1 ii iv

KANAUNGAN KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

RAODA NUR

Nomor Stambuk : 105640155411

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

2 ii iv

KANAUNGAN KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh RAODA NUR

Nomor Stambuk : 105640 1554 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

i

(3)

3 ii iv ii

(4)

4 ii iv iii

(5)

5 ii iv Nama Mahasiswa : Raoda Nur

Nomor Stambuk : 105640 1554 11 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah di tulis/di publikasikan orang lain atu melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akadekmik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Pangkep, 13 Maret 2015 Yang menyatakan,

Raoda Nur

iv

(6)

6 ii iv

RAODA NUR (2015). Perilaku Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep (dibimbing oleh Muhajirah Hasanuddin dan Muhammad Tahir).

Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya. Pemilih pemula terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih. Pemilih pemula berperan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mencoba menggambar dan menjelaskan perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden di Desa Kanaungan Kecamtan Labakkang Kabupaten Pangkep. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan wakil Presiden 2014 serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

Jenis penelitian adalah deskriftif kualitatif dan tipe penelitian studi kasus dengan jumlah informan 10 orang. Data perilaku politik pemilih pemula di kumpul dengan menggunakan instrumen berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Data tersebut dianalisis melalui tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku politik pemilih pemula dalam pemilihan presiden dan wakil presiden masih kurang karena kesadaran dan pemahaman politik yang kurang, mengikuti pilihan orang tua menjadi alasan utama dalam memilih, rasa kagum yang dimiliki pada kandidat menjadi alasan dalam memilih dan tidak rasional dalam menggunakan hak suara yang dimiliki.

Perilaku Politik pemilih pemula dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendukung lingkungan sosial politik tak langsung dan struktur kepribadian. Faktor penghambat yaitu kepribadian aktor dan situasi

Kata Kunci : Perilaku Politik, Pemilih Pemula dan Pemilihan Presiden

v

(7)

7 ii iv

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Perilaku Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 Di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana ilmu pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itupada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Ayahanda tercinta Padlan dan Ibunda tercinta Hj. Hudaya serta kepada Ibu Dra. Hj. Muhajirah Hasanuddin, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.

Muhammad Tahir, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

vi

(8)

8 ii iv moril maupun materil.

4. Sahabat-sahabat saya Andi Nuramaliah, Nurnajmillah, Asriani, Hardianti Rukmana dan Marhana dan segenap teman-teman angkatan 2011.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Pangkep, 15 Maret 2015

Raoda Nur

v

vii

(9)

9 ii iv

Halaman Persetujuan ... ii

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Perilaku Politik ... 7

B. Konsep Pemilih Pemula ... 18

C. Konsep Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilpres ... 24

D. Kerangka Pikir ... 31

E. Fokus Penelitian ... 34

F. Deskripsi dan Fokus Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 37

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 37

D. Informan Penelitian ... 38

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 38

F. Tekhnik Analisis Data ... 39

G. Keabsahan Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41

A. Deskripsi atau Karakteristik Desa Kanungan ... 41

B. Perilaku Politik Pemilih Pemula Pada Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 ... 44

C. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan pemilihan Presiden 2014 ... 60

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

viii

(10)

10 ii iv

Tabel I : Keadaan penduduk Desa Kanaungan menurut Jumlah penduduk, Jumlah KK, jumlah Wajib Pilih dan Jumlah Pemilih Pemula Tahun 2015

ix

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilu merupakan salah satu pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Dengan demikian pemilu dapat diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang di percayai. Orang atau partai yang di percayai, kemudian menguasai pemerintahan sehingga melalui pemilu diharapkan dapat diciptakan pemerintahan yang refresentatif (refresentative goverment). Selain itu, pemilu sangat sejalan dengan semangat demokrasi secara subtansi atau “demokrasi subtansial” yakni demokrasi dalam pengertian pemerintahan yang di selenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi (kedaulatan).

Pemilihan umum merupakan persyaratan minimum negara demokrasi. Suatu sistem demokrasi dapat di katakan sudah berjalan ketika terpenuhi beberapa karakteristik, seperti pemilihan umum yang fair dan periodik, pertanggungjawaban negara di depan rakyat, dan adanya jaminan kebebasan berekspresi dan berorganisasi.

Perilaku politik adalah kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik yang melakukan kegiatan politik tersebut adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan itu pada dasarnya di bagi dalam dua bagian yakni fungsi-fungsi pemerintahan yang di pegang oleh

1

(12)

Pemerintah dan fungsi-fungsi politik yang di pegang oleh masyarakat. Namun fungsi Pemerintah, maupun fungsi politik, biasanya dilaksanakan oleh struktur tersendiri, yaitu supra struktur politik bagi fungsi-fungsi politik pemerintahan dan infra struktur politik bagi fungsi-fungsi politik masyarakat.

Partisipasi politik di Indonesia membawa tuntutan yang besar kepada perubahan sistem dan kehidupan masyarakat di Indonesia. Partisipasi politik sebagai hal yang penting dalam perkembangan kehidupan bangsa dan negara.

Pertumbuhan partisipasi politik memerlukan tata nilai yang operasional (dimanifestasikan dalam bentuk perilaku nyata) yang menerima dan menghargai persamaan, keterbukaan dan perbedaan pendapat sehingga terjadi kesinambungan antara masyarakat dan pemerintah.

Kesadaran politik warga negara menjadi faktor determinan dalam perilaku politik masyarakat, artinya sebagai hal yang berhubungan pengetahuan dan kesadaran akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan kegiatan politik menjadi ukuran kadar seseorang terlibat dalam proses perilaku politik. Pengalaman pemilihan umum yang berlangsung dalam beberapa dekade menunjukan banyaknya para pemilih yang tidak memberikan suaranya.

Sebagai fenomena penggambaran di atas apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi maka perilaku politik cenderung aktif, sedangkan apabila kesadaran dan kepercayaan sangat kecil maka perilaku politik menjadi pasif dan apatis.

Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi yang telah digunakan oleh sebagian besar dunia termasuk di Indonesia, yang memiliki masyarakat yang

(13)

heterogen. Melalui pemilihan umum maka memungkinkan semua pihak dapat terakomodasi terhadap apa yang sebenarnya mereka inginkan dan cita-citakan sehingga menuju kepada kehidupan yang lebih baik. Masyarakat merupakan komponen penentu berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemilu. Karna pada dasarnya kekuatan pemilihan masyarakatlah yang dapat menentukan nasib bangsa dan negara kedepannya.

Sesuai kategori politik kaum remaja dimasukan dalam pemilih pemula, mereka adalah kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak pilih, dengan hak pilih itu kaum remaja yang berusia 17 tahun atau sudah menikah ini akan mempunyai tanggung jawab kewarganegaraan yang sama dengan kaum dewasa yang lain. Para pemilih pemula yang kebanyakan dari siswa siswi sekolah menengah atas serta mahasiswa / mahasiswi yang baru mamasuki usia hak pilih pastilah belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih. Sehingga, terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan inipula yang menyebabkan pemilih pemula sangat rawan untuk digarap dan didekati dengan pendekatan materi.

Menurut pasal 1 ayat (22) UU No 10 Tahun 2008, pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berumur 17 ( tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No 10 Tahun 2008 menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia yang di daftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

(14)

Sesuai pengertian tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa pemilih pemula adalah warga negara yang di daftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih, dan baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu yang diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.

Layaknya sebagai pemilih pemula, mereka tidak memiliki voting pada pemilu sebelumnya, ketiadaan pengalaman bukan berarti mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik.

Pemilih pemula sekarang di Desa ini masih banyak tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum kerena sebagian pemilih pemula tidak peduli dengan dilaksanakannya pemilihan umum tersebut, selain itu sebagian pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya masih dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti halnya memilih karena sesuatu alasan tertentu bukan karena memilih untuk mendapatkan pemimpin yang betul-betul bisa memimpin negara ini dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman-pemahaman yang baik agar Pemilihan Presiden Wakil Presiden berikutnya pemilih pemula dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik.

Desa kanaungan merupakan Desa yang terletak di wilayah kecamatan Labakkang. Desa Kanaungan tidak jauh berbeda dengan desa-desa lain yang terletak di wilayah Kecamatan Labakkang dimana pemilih pemula di daerah ini sangat minim sekali medapatkan pendidikan politik dan aktivis-aktIvis partai politik maupun pemerintah hal ini di tunjukkan dengan minimnya pengurus partai politik yang ada di tingkat Desa tersebut sangat kurang. Dari minimnya pendidikan politik yang di peroleh oleh pemuda di tingkat desa.

(15)

Agar dapat mengetahui bagaiman perilaku politik pemilih pemula dalam pelakasanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 maka perlu di adakan penelitian terhadap hal tersebut, adapun penelitian dilaksanakan di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Dari latar belakang tersebut penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 Di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka permasalahan yang di akan di teliti adalah “ Perilaku Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 Di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep”. Dengan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep ?

2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep?

C. Tujuan

Adanya penulisan penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

(16)

1. Untuk mengetahui perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Hasil penelitian ini di harapkan memberikan gambaran yang jelas tentang perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

2. Penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran yang jelas tentang faktor-faktor ynag mempengaruhi perilaku politik dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perilaku Politik 1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu perbuatan atau aktivitas atau sembarang respon baik itu reaksi, tanggapan, jawaban, atau itu balasan yang dilakukan oleh suatu organisme. Secara khusus pengertian perilaku adalah bagian dari satu kesatuan pola reaksi (Chaplin dalam Kartono.1999:53)

Perilaku menurut (Walgito,2005:168) adalah suatu aktivitas yang mengalami perubahan dalam diri individu. Perubahan itu didapat dalam segi kognitif, efektif dan dalam segi psikomotorik.

Menurut beberapa ahli bahwa perilaku dapat di kelompokkan menjadi 3 jenis (Kuswandi, 1994) :

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi atau ransangan dari luar.

2. Perilaku dalam bentuk sikap. Yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau ransangan dari luar diri subjek. Walaupun sangat sukar diketahui tetapi sikap merupakan hal yang penting dalam menentukan corak perilaku selanjutnya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yakni perilaku yang berbentuk perbuatan terhadap situasi atau ransangan dari luar.

7

(18)

8

2. Pengertian Politik

Politik pada umumnya lebih menunjukkan gambaran sebagai sebuah konflik.

politik sebagaimana yang dipergunakan dalam perdagangan bahwa politik merupakan sebuah proses pembuatan kebijakan-kebijakan politik pemerintah.

Namun sebagaimana pada umumnya politik adalah konflik atau paling tidak politik itu senantiasa berkaitan erat dengan konflik. Hal ini disebabkan karena dari beberapa bentuk perjuangan diantara manusia yang mencoba untuk memenuhi kebutuhannya, kehendaknya dan keinginannya yang dalam hal ini sangat bervariasi dan berbeda-beda dan ini merupakan suatu keharusan untuk memenuhinya dan semua ini berhadapan dengan apa yang terjadi diseberang sana juga dapat terjadi suasana yang “opposing interests”. Kita hidup dalam suasana kemasyarakatan , hidup bersama merupakan suatu kehidupan yang paling mendasar dalam hidup bersama dan bukan dalam hidup kesendirian. Kehidupan bersama ini sering disebut sebagai masyarakat (society) didalam masyarakat tersebut terdapat bermacam-macam struktur, tradisi-tradisi, atribut-atribut, atau merefleksikan kedalam kehidupan kita dengan orang lain. Pada saat itu pula kita masuk kedalam dan sebagainya yang dimiliki oleh masing-masing orang dengan yang lain saling berhadapan dan jika ini kita rangkum ke dalam satu istilah yang disebut sebagai konsep politik yang dalam hal ini terungkap.

Politik yang bersifat serbahadir dan multi makna itu, memiliki juga multi defenisi (banyak definisi). Hal itu terlihat dari pengertian dan rumusan tentang politik yang berbeda-beda dari para pakar. Aristoteteles misalnya menyebut bahwa politik merupakan hakikat keberadaan manusia dalam kehidupan

7

(19)

bermasyarakat. Sedangkan Miriam Budiardjo (2008: 13) menyatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu, Plato dan Aristoteles juga menyatakan bahwa politics (politik) merupakan suatu upaya untuk mencapai polity (masyatakat politik) yang terbaik (ed dam onia atau the good life).

Anwar Arifin (2013: 10) menyimpulkan dari berbagai definisi oleh beberapa ilmuwan, bahwa politik merupakan aktivitas-aktivitas manusia dalam bermasyarakat, terutama tentang perjuangan mengangkat atau memilih penguasa yang berfungsi menetapkan kebijakan pemerintah, memang poltik meliputi bermacam-macam aktivitas dalam suatu negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dan pelaksana tujuan itu sehingga politik meliputi negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pemerintah sebagai cakupan politik.

Meskipun demikian politik tidak hanya menyangkut tentang perjuangan untuk mengangkat atau memilih penguasa untuk menetapkan kebijakan, tetapi politik juga berkaitan dengan distribusi kekuasaan, implementasi kebijakan, dan pengalokasian nilai-nilai ototittif. Dengan demikian politik juga berkaitan dengan kerjasama dalam kelompok manusia yang berbentuk asosiasi. Polis (negara) adalah salah satu bentuk asosiasi, yang didalamnya terjalin komunikasi, atau hubungan diantara individu yang hidup bersama. Dalam menciptakan komunikasi, hubungan, atau interaksi yang harmonis dalam mempertahankan dan mengembangkan hidup dalam asosiasi terutama negara, selalu ada aturan, wewenang, dan kekuasaan.

(20)

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa politik menyangkut manusia dalam bentuk kelompok (asosiasi) yang memerlukan kerjasama yang terjalin melalui komunikasi atau interaksi antara individu atau kelompok dengan negara yang kegiatannya melalui jalur wewenang, pengaruh, kekuasaan, dan kekuatan. Selain itu Weinstein (1971: 41) memahami bahwa politik mencakup juga pembagian nilai-nilai dan kekuasaan oleh yang berwewenang atau pemegang kekuasaan. Pengaruh dan tindakan itu diarahkan untuk mempertahankan dan memperluas tindakan lainnya.

3. Pengertian Perilaku Politik

Intreraksi antara pemerintah dan masyarakat di antara lembaga-lembaga pemerintah dan di antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik, pada dasarnya merupakan perilaku politik. Di tengah masyarakat, individu berperilaku dan berinteraksi. Sebagian dari perilaku dan interaksi dapat di cermati akan berupa perilaku politik. Sebagian lainnya berupa perilaku ekonomi, keluarga, agama, dan budaya. Termasuk kedalam kategori kegiatan ekonomi, yakni kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, menjual dan membeli barang dan jasa, mengkonsumsi barang dan jasa, menukar, menanam dan menspekulasikan modal.

Namun, hendaklah diketahui pula tidak semua individu ataupun kelompok masyarakat mengerjakan kegiatan politik ( Ramlan Subakti,2010:20)

Ada pihak yang memerintah, ada pula yang menaati pemerintah yang satu mempengaruhi yang lain menentang, dan hasilnya berkompromi; yang satu menjanjikan, yang lain kecewa karena janji tidak dipenuhi; berunding dan tawar-

(21)

menawar ; yang satu memaksakan putusan berhadapan dengan pihak lain yang mewakili kepentingan rakyat yang berusaha membebaskan; yang satu menutupi kenyataan yang sebenarnya (yang merugikan masyarakat atau yang akan mempermalukan), pihak lain berupaya memaparkan kenyataan yang sesungguhnya, dan mengajukan tuntutan, memperjuangkan kepentingan, mencemaskan apa yang akan terjadi. Semua ini merupakan perilaku politik.

Kegiatan politik yang selalu dilakukan oleh pemerintah (lembaga dan perananya) dan partai politik karena fungsi mereka dalam bidang politik. Oleh karena itu, perilaku politik di bagi dua, yakni perilaku politik lembaga-lemabaga dan para pejabat pemerintah dan perilaku poltik warga negara biasa (baik individu maupun kelompok). Yang pertama bertanggung jawab membuat, melaksanakan, dan menegakkan keputusan politik, sedangkan yang kedua tidak berwenang seperti yang pertama dalam menjalankan fungsinya karena pa yang dilakukan oleh pihak pertama menyangkut kehidupan pihak kedua. Kegiatan politik pihak kedua ini disebut partisipasi politik.

Suatu keluarga sebagai kelompok juga melaksanakan berbagi kegiatan dalam berbagai bidang, dan karena itu pula mengerjakan kegiatan-kegiatan, seperti ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan politik, misalnya demikian.

Perilaku keluarga yang berusaha mendapatkan penghasilan untuk biaya hidup, merupakan perilaku ekonomi. Perilaku mereka dalam berolahraga ataupun nonton film adalah perilaku rekreasi; upaya mengajari anak tentang cara hidup yang baik dan mendorong upaya anak belajar di sekolah merupakan perilaku pendidikan;

kegiatan warga masyarakat beribadah berupa sembahyang dan berdoa maupun

(22)

berpuasa, bersedekah dan membantu orang lain untuk berdiri sendiri merupakan perilaku agama.

Para anggota keluarga yang sudah berhak memilih ikut serta dalam proses pemilihan umum, umpamanya aktif dalam kampanye, memberikan iuran, atau dana bagi partai politik , lalu ikut memilih. Selain itu, mereka yang menulis surat yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah pada wakil rakyat atau pada pejabat pemerintah, sesungguhnya tengah melakukan kegiatan politik dari berbagai perilaku ini, yang akan menjadi perhatian ilmuwan politik ialah perilaku yang beraspek politik.

Suatu tindakan konkret dapat saja mengandung unsur perilaku politik dan sekaligus ekonomi. Misalnya, keputusan pemerintah untuk mengalokasikan barang dan jasa dalam bentuk pemberian subsidi pertanian, kredit, pengurangan pajak, dan penyuluhan. Demikian pula dengan usaha suatu perusahaan besar untuk mempengaruhi kebijakan perpajakan yang akan diputuskan oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam hal ini, yang diperhatikan bukan perihal kredit dan perpajakan, melainkan tindakan pemerintah dan kelompok yang di untungkan (dalam kasus pertama) dan tindakan perusahaan besar yang mempengaruhi pemerintah dan DPR (dalam kasus kedua).

Proses politik akan melahirkan bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh individu dan kelompok yang kemudian akan disosialisasikan melalui transmisi kebudayaan, baik melalui pendidikan keluarga, kelompok- kelompok pergaulan, di lingkungan pekerjaan, interaksi melalui model media komunikasi massa, maupun interaksi politik secara langsung. Sehingga kemudian

(23)

dapat memilahkan kategori budaya politik tersebut atas tiga pemilahan, yaitu budaya politik partisipan, budaya politik subyek dan budaya politik parokialik.

Perilaku politik adalah perilaku yang berkaitan dengan proses politik. Yaitu interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik. Perilaku politik dibagi dua menjadi perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik dan perilaku politik warga negara biasa yang tidak berwenang tetapi dapat memengaruhi pihak pembuat keputusan politik (partisipasi politik).

4. Partisipasi politik

Menurut kamus besar bahasa indonesia (2011;1024) “partisipasi” adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta , observasi kegiatan dalam riset yg berupa pengamatan yang aktif dan turut serta dalam kehidupan lapangan atau objek yang diamati. Menurut kamus besar bahasa indonesia “Politik” adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara secara umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Menurut Fauls, Keith (2010: 180) mengemukakan bahwa partisipasi politik sebagai “Keterlibatan secara aktif (the active engagement) dari individu atau kelompok ke dalam proses pemerintahan. Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap

(24)

pemerintahan”. Menurut Rush dan Althoff (2010: 180-181) partisipasi politik sebagai “Keterlibatan dalam aktivitas politik pada suatu sistem politik.”

berdasarkan pendapat dari beberapa definisi partisipasi politik yang disebut diatas, tampaknya pengertian yang di buat Rush dan Althoff lebih luas cakupannya sehingga definisi tersebut memuat semua pengertian dari politik :

a) Kekuasaan (Power) adalah konsep yang berkaitan dengan perilaku yang di artikan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.

b) Kewenangan (Authority) adalah dasar untuk melakukan suatu tindakan, perbuatan dan melakukan kegiatan atau aktivitas perusahaan.

c) Kehidupan publik (Public Life) adalah kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan,

d) Pemerintahan (Goverment) adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menetapkan hukum serta undang-undang dasar diwilayah tertentu.

e) Negara (State) adalah suatu wilayah yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial, maupun budaya yang diatur oleh pemerintahan yang berada diwilayah tertentu.

f) Konflik dan resolusi konflik (Conflict dan Conflict resolution) Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satupun masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

(25)

Sedangkan Resolusi Konflik adalah sebuah proses untuk mencapai solusi sebuah konflik.

g) Kebijakan (Policy) adalah rangkaian dan akses yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

h) Pengambilan keputusan (Decision making) yaitu dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia.

Partisipasi politik di Indonesia membawa tuntutan yang besar kepada perubahan sistem dan kehidupan masyarakat di Indonesia. Partisipasi politik sebagai hal yang penting dalam perkembangan kehidupan bangsa dan negara.

Pertumbuhan partisipasi politik memerlukan tata nilai yang operasional (dimanifestasikan dalam bentuk perilaku nyata) yang menerima dan menghargai persamaan, keterbukaan dan perbedaan pendapat sehingga terjadi kesinambungan antara masyarakat dan pemerintah. Adapun Bentuk-bentuk Partisipasi Politik bersumber pada faktor “kebiasaan” partisipasi politik di suatu zaman, maka bentuk partisipasi politik mengacu pada wujud nyata kegiatan politik tersebut.

5. Pendekatan Perilaku Politik

Surbakti (2010:186) mengelompokan perilaku pemilih menjadi lima pendekatan yaitu :

(26)

a. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini menekankan bahwa kegiatan memilih terjadi dalam konteks yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem partai, peraturan pemilu dan sebagainya.

b. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam pemilu dilatarbelakangi oleh demografi dan sosial ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan dan agama.

c. Pendekatan Ekologis

Pendekatan ini hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial seperti desa, kelurahan, kecamatam, kabupaten. Pendekatan ekologis ini penting sekali digunakan karena karakteristik data tingkat provinsi pasti berbeda dengan karakteristik tingkat kabupaten.

d. Pendekatan psikologis

Pendekatan ini melihat faktor psikologis yang melatarbelakangi pilihan seseorang. Konsep yang ditawarkan adalah identifikasi partai. Konsep ini mengacu pada proses pemilihan melalui nama seseorang yang merasa dekat dengan salah satu partai. Identifikasi partai diartikan sebagai perasaan yang sangat dekat yang dimiliki oleh seseorang terhadap salah satu partai.

(27)

e. Pendekatan Rasional

Pendekatan pilihan rasional diartikan sebagai pendekatan memilih sebagai produksi kalkulasi untung dan rugi. Bagi pemilih pertimbangan untung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau kandidat yang dipilih terutama untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak memilih.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik Menurut (Ramlan Surbakti 2010:169) yaitu :

a. Lingkungan Sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa.

b. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor, seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan.

Dari lingkungan sosial politik langsung seorang aktor mengalami sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma masyarakat, termasuk nilai dan norma kehidupan bernegara dan pengalaman-pengalaman hidup pada umumnya lingkungan langsung ini dipengaruhi oleh lingkungan tak langsung.

c. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Untuk memahami struktur kepribadan, perlu dicatat bahwa terdapat tiga basis fungsional nilai, yaitu kepentingan, penyesuaian diri, eksternalisai, dan pertahanan diri. Basis yang pertama merupakan sikap yang menjadi fungsi kepentingan. Artinya, penilaian seseorang terhadap suatu objek ditentukan oleh minat dan kebutuhan atas objek tersebut. Basis yang kedua merupakan sikap yang menjadi fungsi penyesuaian diri. Artinya, penilaian terhadap suatu objek

(28)

tersebut. Basis yang ketiga merupakan sikap yang menjadi fungsi eksternalisasi diri dan pertahanan diri. Artinya penilaian seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh keinginan untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan diri dan eksternalisasi diri.

d. Faktor lingkungan sosial poltik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan, seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok dan ancama dengan segala bentuknya.

B. Konsep Pemilih Pemula

1. Pengertian dan Syarat Pemilih Pemula

Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya. Pemilih pemula terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat memilih adalah:

1. Umur sudah 17 tahun;

2. Sudah / pernah kawin; dan

3. Purnawirawan / Sudah tidak lagi menjadi anggota TNI / Kepolisian.

Pengertian pemilih pemula UU No. 10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum

(29)

termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu. Adapun warga negara yang berhak memilih adalah sebagai berikut :

1. Warga negara mempunyai hak pilih adalah Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Warga Negara Indonesia didaftar oleh petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP) dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden atau Pemilukada sehingga tercantum sebagai pemilih dalam daftar Pemilih tetap (DPT).

2. Warga yang berhak memilih di TPS adalah yang terdaftar dalam DPT 3. Bagi pemilih dari TPS lain harus membawa surat keterangan pindah

memilih seperti surat pindah TPS dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden atau surat keterangan pindah memilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pengenalan proses pemilu sangat penting untuk dilakukan kepada pemilih pemula terutama mereka yang baru berusia 17 tahun. KPU dibantu dengan pihak terkait lainnya harus mampu memberikan kesan awal yang baik tentang pentingnya suara mereka dalam pemilu, bahwa suara mereka dapat menentukan pemerintahan selanjutnya dan meningkatkan kesejahteraan hidup bangsa.

Pemahaman yang baik itu diharapkan dapat menjadi motivasi untuk terus menjadi pemilih yang cerdas.

Pemilih pemula mayoritas memiliki rentang usia 17-21 tahun, kecuali karena telah menikah. Dan mayoritas pemilih pemula adalah pelajar (SMA), mahasiswa dan perkerja muda. Pemilih pemula merupakan pemilih yang sangat

(30)

potensial dalam perolehan suara pada Pemilu. Perilaku pemilih pemula memiliki karakteristik yang biasanya masih labil dan apatis, pengetahuan politiknya kurang, cenderung mengikuti kelompok sepermainan dan mereka baru belajar politik khususnya dalam pemilihan umum. Ruang-ruang tempat di mana mereka belajar politik biasanya tidak jauh dari ruang yang dianggap memberikan rasa kenyamanan dalam diri mereka.

Menurut pasal 1 ayat (22) UU No 10 Tahun 2008, pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berumur 17 ( tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No 10 Tahun 2008 menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia yang di daftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

Berdasarkan pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pemilih pemula adalah warga negara yang di datftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan baru mengikuti pemilih (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu diselenggrakan dengan rentang usia 17-21 tahun.

Pemilih pemula yang baru mamasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan kemana mereka harus memilih.

Sehingga, terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Alasan ini yang menyebabkan pemilih pemula sangat rawan untuk dipengaruhi dan didekati dengan pendekatan materi politik kepentingan partai-partai politik.

Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam

(31)

pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula sering hanya dimanfaatkan oleh partai politik dan politisi untuk kepentingan politiknya, misalkan digunakan untuk penggalangan masa dan pembentukan organisasi partai.

Kelompok pemilih ini biasanya mereka yang berstatus pelajar,mahasiswa, serta pekerja muda. Pemilih pemulah dalam ritual demokrasi (pemilu legislatif,pilpres) selama ini sebagai objek dalam kegiatan politik yaitu mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuannya ketingkat yang optimal agar dapat berperan dalam bidang politik.

Berdasarkan defenisi di atas dapat di disimpulkan bahwa ciri-ciri pemilih pemula yaitu :

1. Warga negara Indonesia dan apada hari pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah pernah kawin.

2. Baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu yang di selenggarakan di indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.

3. Mempunyai hak memilih dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2014.

Berdasarkan Undang-undang Pemilihan Presiden 2008 dalam ketentuan umum disebutkan bahwa Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pili juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan kemana mereka harus memilih. Sehingga, terkadang

(32)

apa yang mereka pilih tak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan ini yang menyebabkan pemilih pemula sangat rawan untuk dipengaruhi dan di dekati dengan pendekatan materi politik kepentingan partai-partai politik. Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula sering hanya dimanfaatkan oleh partai politik dan politisi untuk kepentingan politiknya.

2. Peran pemilih pemula

Pada umumnya diterima pendapat bahwa pendidikan dalam arti luas bertujuan untuk mensosialisasikan sisa didalam nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan dasar dari masyarakatnya. Pendidikan sebagai suatu proses dalam berbagai kesempatan, jauh lebih luas dari pada hasil lembaga persekolahan, mencakup interaksi kemasyarakatan di masyarakat itu sendiri.

Pentingnya peranan pemilih pemula karena sebanyak 20 % dari seluruh pemilih adalah pemilih pemula, dengan demikian jumlah pemilih pemula sangatlah besar, sehingga hak warga negara dalam menggunakan hak pilihnya janganlah sampai tidak berarti akibat dari kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan, misalnya jangan sampai sudah memiliki hak pilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar atau juga masih banyak kesalahan dalam menggunakan hak pilihnya.

Pemilih Pemula adalah warga negara yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya di dalam kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu). Mereka bisa berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang genap berusia 17 tahun

(33)

atau belum berusia 17 tahun tetapi sudah pernah menikah. Sebagian besar Pemilih Pemula didominasi oleh generasi muda yang secara usia berada di antara usia anak-anak dan orang tua. Pada usia generasi muda/pemuda ini merupakan usia yang produktif dan terbukti dalam sejarah bahwa mereka berperan besar untuk mengadakan perubahan secara besar bagi bangsa dan negaranya.

Hak asasi politik perlu dilaksanakan dengan sikap dewasa. Sikap dewasa adalah sikap bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk, memilih mana yang harus ditiru dan tidak patut ditiru dari sejarah penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. Sudah selayaknya untuk penyelenggaraan Pemilu 2014 menjadi Pemilu yang lebih baik dari pada Pemilu-Pemilu sebelumnya, walaupun dalam fakta sejarahnya seperti dua sisi mata uang antara Pemilu dan golongan putih (Golput/Non-Voting). Fakta inilah yang menjadi tantangan kita bersama khususnya para pemilih pemula untuk mencari solusi terbaiknya sehingga penyelenggaraan pemilu bisa terlaksana dengan baik dan lancar, yang di antaranya ditandai dengan meningkatnya angka partisipasi pemilih.

Berkenaan dengan pendidikan politik bagi siswa sebagai bagian masyarakat pemilih pemula dalam pemilu di harapkan dijadikan proses pembelajaran untuk memahami kehidupan bernegara.

Sesuai jalur pendidikan formal sebagaimana ketahui dan alami menanaman kesadaran politik dilakukan baik melalui kegiatan-kegiatan intra maupun ekstra kulikuler, sedangkan dalam jalur non formal dan informal proses tersebut berjalan melalui komunikasi, dilingkungan keluarga, organisasi kemasyarakatan serta forum kemasyarakatan lainnya.

(34)

C. Konsep Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Pemilihan umum merupakan persyaratan minimum negara demokrasi. Suatu sistem demokrasi dapat di katakan sudah berjalan ketika terpenuhi beberapa karateristik, seperti pemilihan umum yang fair dan periodik, pertanggungjawaban negara di depan rakyat, dan adanya jaminan kebebasan berekspresi dan berorganisasi (beetham,1994). Diamon (2003) menulis bahwa demokrasi semakin terkait dengan kebebsan individu dan kelompok untuk bersikap dan mengekspresikan diri.

Pemilu merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdsarkan pada demokrasi perwakilan. Dengan demikian pemilu dapat di artikan sebagai mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang di percayai (Surbakti, 1992 : 181). Orang atau partai yang di percayai, kemudian menguasai pemerintahan sehingga melalui pemilu di harapkan dapat di ciptakan pemerintahan yang representatif (representative goverment).

Pemilihan umum (pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti presiden. Pemilu adalah salah satu bentuk partisipasi politik sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena pada saat pemilu itulah, rakyat menjadi pihak yang paling menentukan bagi proses politik disuatu wilayah dengan memberikan suara secara langsung. Pemilihan Umum pada tahun 2014 ini mendatangkan langkah awal terbentuknya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera. Memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak serta mendapatkan akses terpenuhinya hak-hak mereka sebagai warga negara.

(35)

Pengalaman pemilihan umum yang berlangsung dalam beberapa decade menunjukkan banyaknya para pemilihan umum yang berlangsung yang tidak memberikan suaranya. Sebagai fenomene penggambaran diatas apabila seseorang memiliki kasadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi maka perilaku politik cenderung lebih aktif, sedangkan apabila kesadaran dan kepercayaan sangat kecil maka partisipasi politik menjadi pasif dan apatis.

Para pemilih dalam pemilihan umum disebut juga konstituen, dan kepada merekalah peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Dimana kampanye dilakukan selama waktu ditentukan menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan kepara pemilih.

1. Macam-macam Pemilihan Umum a. Pemilihan Umum Legislatif

Pemilu Legislatif adalah pemilih untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dikursi Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh KPU yang bersifat rasional, tetap, mandiri, yang bertanggung jawab atas penyelenggraan pemilu dalam dan waktu pemilihannya dilakukan secara serentak diseluruh wilayah Negara Kesatuan Repunlik Indonesia.

(36)

b. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ini melalui proses pemilihan secara langsung oleh rakyat.

Adapun peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

2. Persyaratan menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden berdasarkan Pasal 5 UU No. 42 Tahun 2008

Adapun syarat-syarat menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden berdasarkan Pasal 5 UU No. 42 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;

3. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya;

4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebaga Presiden dan Wakil Presiden;

5. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

(37)

6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara;

7. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;

8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;

9. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

10. Terdaftar sebagai Pemilih;

11. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;

12. Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;

13. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;

14. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

15. Berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) tahun;

(38)

16. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;

17. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI; dan

18. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara Republik Indonesia.

Persyaratan yang terdapat di dalam Undang-undang tersebut di atas harus dipenuhi oleh semua peserta Pemilu, karena hal tersebut merupakan persyaratan minimal yang kita belum tahu persis bagaimana akhlak dan kompetenasi yang akan mereka tampilkan di dalam aksi mengemban amanat penderitaan rakyat 5 tahun ke depan, kecuali bagi peserta Pemilu yang sudah pernah mrngemban amanat tersebut pada waktu sebelumnya, sedikit banyak kita bisa mengetahuinya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 mengatakan bahwa pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden di selenggarakan secara demokratis dan beradab melalui partisipasi rakyat seluas-luasnya berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(39)

Tujuan pemilihan umun adalah menghasilkan wakil-wakil rakyat yang refresentatif dan selanjutnya menentukan pemerintahan. Dalam UUD 1945 Bab VII B pasal 22 E ayat (2) pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), kemudian dijabarkan dalam UU RI Nomor 22 Tahun 2007 bahwa pemilihan umum adalah sarana pelaksana an kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat konstitusional yang diselenggarakan secara lansung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui pemilu dan hasilnya, masyarakat mengharapkan perubahan yang berarti untuk memperbaiki kehidupan mereka sehari-hari.

Pemilu di indonesia dilaksananakan dengan partisipasi rakyat berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil serta menjamin prinsip keterwakilan akuntabilitas, dan legitimasi. Seperti pada penjelasan dibawah ini yaitu :

1. Asas langsung, berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara.

2. Asas umum, berarti pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah atau pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilu. Warga negara yang sudah berumur 21 tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang

(40)

berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasarkan acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial.

3. Asas bebas, berarti setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.

Didalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya. Sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

4. Asas rahasia, berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.

5. Asas jujur, berarti dalam pemilihan umum, penyelenggaraan atau pelaksanaan pemerintah dan partai politik peserta pemilu , pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

(41)

6. Asas adil, berarti dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Inndonesia Tahun 1945. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ini melalui proses pemilihan secara langsung oleh rakyat.

Adapun peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah calon yang di usulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabugan partai politik yang memperoleh kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nassional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

D. Kerangka Pikir

Perilaku politik di rumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dan yang melakukan kegiatan politik dan yang melakukan kegiatan politik tersebut adalah pemerintah dan masyarakat (Surbakti,2010 : 167).

Surbakti (2010:186) mengelompokan perilaku pemilih menjadi lima pendekatan yaitu : (1). Pendekatan Struktural menekankan bahwa kegiatan memilih terjadi dalam konteks yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem partai, peraturan pemilu dan sebagainya. (2). Pendekatan Sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam pemilu dilatarbelakangi oleh demografi dan sosial

(42)

ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapaytan dan agama. (3). Pendekatan Ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial seperti desa, kelurahan, kecamatam, kabupaten. Pendekatan ekolgis ini penting sekali digunakan karena karakteristik data tingkat provinsi pasti berbeda dengan karakteristik tingkat kabupaten. (4). Pendekatan psikologis melihat faktor psikologis yang melatarbelakangi pilihan seseorang. Konsep yang ditawarkan adalah identifikasi partai. Konsep ini mengacu pada proses pemilihan melalui nama seseorang yang merasa dekat dengan salah satu partai. Identifikasi partai diartikan sebagai perasaan yang sangat dekat yang dimiliki oleh seseorang terhadap salah satu partai. (5). Pendekatan Rasional diartikan sebagai pendekatan memilih sebagai produksi kalkulasi untung dan rugi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik Menurut (Ramlan Surbakti 2010:169) yaitu : (1). Lingkungan Sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa. (2).

Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor, seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan. (3).

Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Untuk memahami struktur kepribadan, perlu di catat bahwa terdapat tiga basis fungsional nilai, yaitu kepentingan, penyesuaian diri, eksternalisai, dan pertahanan diri. (4). Faktor lingkungan sosial poltik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secar langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan, seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana

(43)

kelompok dan ancama dengan segala bentuknya. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut.

Terwujudnya perilaku politik pemilih pemula yang kontributif dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 apabila perilaku pemilih terlaksana secara positif dan faktor yang mempengaruhi juga positif maka secara otomatis perilaku politik yang kontributif dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 terlaksana dengan baik.

Bagan Kerangka Pikir

Perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan

pilpres 2014

Pendekatan perilaku pemilih:

1. Struktural 2. Sosiologis 3. Ekologis 4. Psikologis 5. Rasional

Faktor yang mempengaruhi 1. Faktor Pendukung

1. Lingkungan Sosial 2. Struktur Kepribadian 2. Faktor Penghambat

1. Kepribadian Aktor 2. Situasi

Terwujudnya perilaku politik pemilih

pemula yang kontributif dalam pelaksanaan pilpres

2014

(44)

E. Fokus Penelitian

Berdasarkan landasan teori kerangka pikir yang ada maka dalam penelitian ini akan meneliti:

1. Perilaku politik melalui beberapa indikator yaitu pendekatan struktural, pendekatan sosiologis, pendekatan ekologis, pendekatan psikologis dan pendekatan rasional di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

2. Faktor yang mempengaruhi perilaku politik, faktor pendukung yaitu faktor lingkungan sosial tak langsung dan struktur kepribadian yang tercermin pada sikap individu, adapun faktor penghambat yaitu faktor lingkungan sosial langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor dan faktor lingkungan sosial politik langsung berupa situasi.

F. Deskripsi dan Fokus Penelitian

1. Perilaku Politik adalah suatu proses melalui beberapa pendekatan yaitu pendekatan struktural,sosiologis, ekologis, psikologis dan rasional yang dilakukan oleh pemilih pemula yang terdaftar dalam pemilih tetap pada pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

2. Pendekatan struktural adalah pemilih pemula memilih dengan mengikuti peraturan pemilu yang telah ditetapkan.

3. Pendekatan sosiologis adalah pemilih pemula memberikan suaranya kepada salah satu calon pemimpin karena lingkungan keluarga atau lebih mengikut pilihan orang tua.

(45)

4. Pendekatan ekologis adalah apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

5. Pendekatan psikologis adalah pemilih pemula memberikan suaranya karena mengidolakan salah satu calon pemimpin yang terdaftar dan merasa sudah mengetahui betul pengalaman calon pemimpin yang di pilihnya.

6. Pendekatan rasional adalah memberikan suaranya dengan melihat prestasi yang dicapai serta pengalaman sebelumnya.

7. Perwujudan perilaku politik yang kontributif adalah terwujudnya proses pendekatan struktural, sosiologis, ekologis, psikologis sosial dan rasional politik pemilih pemula yang memberikan kontribusi positif terhadap pelaksanaan Pemilhan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

8. Faktor yang mempengaruhi perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep yaitu

a. Faktor Pendukung

1. Lingkungan Sosial yaitu adanya pengaruh dari kebiasaan atau budaya yang dilihat dalam penyelengaraan sehingga menganggap bahwa pemilu merupakan budaya yang wajib di ikuti apabila pesta demokrasi dilaksanakan.

2. Struktur Kepribadian yaitu adanya rasa ingin tahu yang dimiliki pemilih

(46)

pemula untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksnaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanungan Kecamtan Labakkang Kabupaten Pangkep

b. Faktor Penghambat

1. Kepribadian Aktor yaitu adanya pengaruh dari lingkungan sekitar atau pergaulan yang di miliki para pemilih pemula sehingga mereka tidak peduli akan adanya pesta demokrasi yang dilaksanakan.

2. Situasi yaitu adanya ketidakpercayaan pemilih pemula terhadap aktor politik dengan melihat keadaan politik yang terjadi sekarang ini.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan 2 bulan mulai 10 Januari sampai 10 Maret 2015. Adapun lokasi penelitian yaitu di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep disertai dasar pertimbangan bahwa perilaku politik pemilih pemula pada pemilhan presiden dan wakil presiden masih rendahanya perilaku politik dalam berpartisipasi menggunakan hak pilihnya.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah jenis penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi objektif tentang perilaku politik pemilih pemula dalam peleksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian tipe penelitian yang digunakan adalah deskriftif kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjelasan tentang perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

C. Sumber Data 1. Data primer

Data primer adalah data yang di peroleh dengan melakukan penelitian langsung perilaku poltik pemeilih pemula dari informan serta hasil observasi.

37

(48)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh media yang sifatnya melengkapi data primer seperti buku-buku,jurnal ilmiah yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

D. Informan Penelitian

Informan yang dipilih dipercaya dapat memberikan informasi mengenai perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 Di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

No Nama Inisial Jabatan/Stara Keterangan

1 Husain SH HS Kepala Desa 1 Orang

2 Hj. Nurjannah HN Ketua KPPS 1 Orang

3 Hernawati HW Anggota KPPS 1 Orang

4 Hernisa HR Anggota KPPS 1 Orang

5 Sukmawati SW Anggota KPPS 1 Orang

6 Sartina ST Pemilih Pemula 1 Orang

7 Muliati MT Pemilih Pemula 1 Orang

8 Munawwara MW Pemilih Pemula 1 Orang

9 Kartina KT Pemilih Pemula 1 Orang

10 Nur Indah Sari NI Pemilih Pemula 1 Orang

Jumlah 10 Orang

E. Tekhnik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang di lakukan melalui pengamatan langsung terhadap perilaku politik pemilih pemula dalam

(49)

pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

2. Wawancara

Wawancara adalah mengadakan tanya jawab terhadap sejumlah informan yang terkait dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi dari informan tentang perilku poltik pemilih pemula dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah studi kepustakaan yang di jadikan sebagai acuan dalam melengkapi data yang di butuhkan.

F. Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah tahap selanjutnya untuk mengolah data dimana data yang di peroleh, dikerja dan di manfaatkan untuk menyimpilkan persoalan yang di ajukan dalam menyusun hasil penelitian. Menurut (Sugiyono, 2012 : 91) terdapat 3 aktivitas dalam analisis data :

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hak-hak yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan demikian, dan yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila di perlukan.

(50)

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data merupakan rakitan informasi dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan anatar kategori,flowchart, dan sejenisnya agar makna peristiwa lebih mudah di pahami.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yaang di temui dengan mencatat peraturan-peraturan, sebab-akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat di pertanggungjawabkan.

G. Keabsahan Data

Tringulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pebgecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Tringulasi terbagi atas 3 (tiga) yaitu (Sugiyono,2008) : 1. Triangulasi Sumber artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat

jepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

2. Triangulasi Waktu diganakan untuk validitas data yang berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan daya yang sahih melalui observasi peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja, dan

3. Triangulasi Metode Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan penelitian.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak Geografis ,Luas Wilayah dan Iklim

Letak geografis dan batas administrasi, visi dan misi serta iklim Desa Kanaungan adalah sebagai berikut:

a. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Luas Wilayah Desa Kanaungan secara keseluruhan adalah 11,37Km² yang meliputi Wilayah Darat dan Laut/Pantai dengan batas administrasi adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ma’rang, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bara Batu, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kassiloe dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gentung.

b. Visi dan Misi Desa Kanaungan

Mewujudkan kehidupan masyarakat sejahterah, unggul, religius, menuju desa mandiri.

c. Iklim

Curah hujan yang tinggi awalnya terjadi pada bulan Desember hingga April, puncaknya pada bulan Januari dan Februari. Sedang curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei hingga November.

2. Kondisi Demografi

Keadaan demografi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi yang mempengaruhi

41

(52)

proses mobilitas sosial masyarakat. Faktor penduduk ini menempati posisi yang paling utama, karna seperti yang kita ketahui bahwa pembangunan itu adalah suatu upaya manusia untuk merubah pola hidup dan posisi sosial mereka untuk tetap memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dasar pembangunan, selain sumber daya alam namun yang perlu diketahui bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi kendala dalam proses perubahan sosial, seperti lambatnya mobilitas sosial karna distribusi dalam berbagai aspek kehidupan tidak merata, sehingga tingkat pendapatan masyarakat tidak seimbang dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan. Keadaan demografi Desa Kanungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep sebagai berikut : a. Kependudukan

Jumlah pendudukan di Desa Kanaungan sebanyak 4607 jiwa yang terdiri 2205 jiwa adalah laki-laki dan sebanyak 2402 jiwa adalah perempuan.

Tabel I : Keadaan penduduk Desa Kanaungan menurut Jumlah penduduk, Jumlah KK, Jumlah Wajib Pilih dan Jumlah Pemilih Pemula Tahun 2015

No. Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Jumlah Penduduk 2205 2402 4607

2 Jumlah KK 1008 299 1307

3 Jumlah Wajib Pilih 1457 1609 3147

4 Jumlah Pemilih Pemula 9 14 23

Sumber : Kantor Desa Kanaungan, Januari 2015 b. Sosial

Desa Kanungan memiliki sarana formal yaitu sebanyak 5 sekolah.

Diantaranya TK/MDA sebanyak 2 sekolah, SD/MI sebanyak 3 sekolah, sedangkan SLTP/MTS dan SLTA/MA belum ada disediakan. Dengan adanya

Gambar

Tabel I :  Keadaan penduduk Desa Kanaungan menurut Jumlah penduduk, Jumlah  KK, jumlah Wajib Pilih dan Jumlah Pemilih Pemula Tahun 2015
Tabel I : Keadaan penduduk Desa Kanaungan menurut Jumlah penduduk, Jumlah  KK, Jumlah Wajib Pilih dan Jumlah Pemilih Pemula Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

Hasil analisis Oneway Anova pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa penggunaan variasi subtitusi tepung ubi jalar ungu dapat memberikan perbedaan yang

Tujuan dan Manfaat Tujuan Kegiatan Tujuan pelaksanaan kegiatan abdimas ini adalah untuk memberikan keterampilan penggunaan E-Learning berbasis media sosial Edmodo bagi guru SD

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis

• Krakterisasi katalis dilakukan untuk mengetahui kristalinisasi katalis pada sintesis katalis yang telah dilakukan dimana karakterisasi pada katalis dalam penilitan

Panas body knalpot berbasis sponge steel yang dilapisi asbes mencapai 49.3 oC pada putaran 7000 rpm sedangkan knalpot standart mencapai panas 114 oC sehingga penurunan

(1987) mengatakan bahwa, implikasi dari hal ini adalah peluang untuk terjadinya kompetisi mutlak yakni hanya satu pemenang menjadi sangat kecil, karena walaupun setiap

Sistem yang dibangun terdiri dari penjualan tunai, cetak struk penjualan tunai, pembelian tunai, pembelian konsinyasi, pembelian hutang dagang, pembayaran konsinyasi,