• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keabsahan Perjanjian Jual Beli E-Commerce di Lazada Menurut Undang- undang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik memberikan pengakuan terhadap Kontrak Elektronik sesuai dengan Pasal 1 angka 17 dengan

122 Hasil wawancara dengan HRD Lazada Kantor Cabang Medan, Hendry Simamora pada

bunyi: “perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik”, selanjutnya mengenai sistem elektronik dijelaskan sebagai serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisism menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/

atau menyebarkan informasi elektronik.

Pada hakekatnya kontrak elektronik ini adalah perjanjian yang disepakati para pihak yang mebuatnya hanya yang membedakan adalah media atau sarananya yang sangat berbeda. Keabsahan suatu kontrak elektronik ternyata ditegaskan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Pasal 5 ayat (3) dengan mensyaratkan keabsahan kontrak (dokumen elektronik) bila menggunakan sistem elektronik yang sudah disertifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 13- 16 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Persyaratan yang mengharuskan menggunakan sarana elektronik yang sudah disertifikasi ini merupakan suatu usaha preventif bagi orang yang ingin berdalih atau berbuat curang setelah membuat perikatan dengan beralasan kontrak elektronik itu tidak sah dan mengikat karena tidak diakui secara spesifik oleh undang- undang. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik sendiri mengaplikasi beberapa pasalnya berdasarkan suatu sumber yaitu Model Law UNCITRAL.

Dalam Model Law UNCITRAL penerapan persuaratan hukum terhadap pesan data diatur dalam Bab II Pasal 5, 6- 8, berdasarkan pasal tersebut suatu bukti yang diakui keabsahannya harus memenuhi beberapa syarat berikut:

1. Syarat tertulis

Bahwa suatu pesan data harus dapat dijamin dan diakses setiap saat.

2. Syarat tanda tangan

Tanda tangan dimaksudkan untuk dapat mengenali informasi yang terdapat di dalamnya, siapa yang berotoritas terhadap informasi tersebut. Tanda tangan elektronik harus dilakukan dengan suatu metode tertentu dan metode tersebut harus dapat diandalkan dan aman.

3. Syarat keaslian

Bahwa pesanan data harus dapat dijamin keasliannya dan dapat ditampilkan. 123

Berdasarkan syarat keabsahan tersebut di atas, maka dianggap bahwa pada transaksi jual beli e-commerce pada Lazada Indonesia, telah memenuhi tiga syarat di atas. Syarat pertama, bahwa perjanjian harus dapat diakses setiap saat, pada perjanjian jual beli di Lazada, pelanggan dapat melakukan akses melalui situs dan akun kapan dan dimana saja dengan akses jaringan internet. Syarat kedua yakni syarat tanda tangan. Metode yang digunakan Lazada dalam hal ini yakni dengan melakukan pengiriman kode verifikasi baik melalui e-mail maupun nomor ponsel pelanggan. Dan syarat yang ketiga yaitu tentang syarat keaslian, bahwa dalam hal produk di Lazada terdapat ulasan dan juga rekomendasi dari para pembeli sebelumnya. Ini merupakan upaya Lazada dalam menjamin keaslian barang yang dipasarkan.

123 Huala Adolf, Instrumen- instrumen Hukum Tentang Kontrak Internasioanl, Jakarta:

Kemudian bila kita merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Kontrak Elektronik keabasahan kontrak diatur pada Pasal 47 ayat (2) yang menyebutkan bahwa kontrak elektronik dianggap sah apabila:

a. Terdapat kesepakatan para pihak;

b. Dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

c. Terdapat hal tertentu;

d. Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Peraturan ini, menurut staf Lazada Indonesia Kantor Cabang Medan, yang menjadi permasalahan adalah pada poin b yang mana disebutkan bahwa subjek hukumnya harus cakap, hal ini menjadi dilema, karena pada dasarnya sangat sulit mengontrol hal ini. Sebagai contoh yang disebutkan, bahwa anak remaja sering sekali menggunakan identitas orang tuanya untuk melakukan pemesanan di website Lazada. Sehingga menurut staf Lazada Indonesia tersebut, hal ini harusnya menjadi tanggung jawab pembeli sebagai subjek dan tidak menjadi bagian dari tanggung jawab Lazada Indonesia jika di kemudian hari terjadi permasalahan yang di luar kendali. 124

Penyelenggaraan Transaksi Elektronik yang dilakukan para pihak wajib memperhatikan hal- hal sesuai dengan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan Transaksi Elektronik yang dilakukan para pihak wajib memperhatikan:

124

1) Itikad baik;

2) Prinsip kehati- hatian;

3) Transparansi;

4) Akuntabilitas;

5) Kewajaran.

Jika merujuk pada hal ini, maka semua unsur dalam hal- hal yang harus diperhatikan dalam melakukan transaksi elektronik, sesuai dengan standar pelayanan Lazada Indonesia sebagai mana di dalam Peraturan Kebijakan dalam Lazada Indonesia dianggap telah sesuai dengan hal di atas. Hal yang pertama adalah itikad baik yang dilakukan Lazada dengan memberikan layanan yang terbaik kepada pelanggannya. Kemudian dalam menjalankan transaksi, Lazada menggunakan perlindungan dan menjaga data privasi sehingga data para pelanggan akan aman walapun data yang diberikan adalah data identitas, data kontak, data rekening, data transaksi, data teknis, data profil data penggunaan, data pemasaran. 125 Transparansi juga dipenuhi oleh Lazada dengan tersedianya nomor hotline dan juga terbukanya Lazada Indonesia terhadap kritik dan saran dari para pelanggan yang merasa dirugikan. Kritik dan saran dapat diberikan melalui e-mail dan website Lazada sehingga Lazada Indonesia dapat berbenah atas kekurangannya. Akuntabilitas atau pertanggungjawaban Lazada Indonesia, misalnya adalah apabila ada pembeli yang merasa bahwa barang yang dibeli tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, atau apabila barang yang dibeli rusak, maka Lazada memberikan pertanggungjawaban selama 14 hari untuk mengembalikan barang atau mengganti dengan yang baru. Dan yang terakhir yang harus diperhatikan dalam transaksi elektronik yaitu kewajaran, dalam transaksi di

125

Lazada, barang- barang yang diperjualbelikan adalah barang berupa kebutuhan sehari- hari dan tidak ada yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan. Maka dengan kata lain, maka unsur ini juga telah dipenuhi oleh pihak Lazada Indonesia. 126

Selain itu, disebutkan juga bahwa kontrak elektronik juga paling sedikit harus memuat:

a) Data identitas para pihak;

b) Objek dan spesifikasi;

c) Persyaratan transaksi elektronik;

d) Harga dan biaya;

e) Prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak;

f) Ketentuan yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat mengembailkan barang dan/ atau meminta pergantian produk jika terdapat cacat tersembunyi;

g) Pilihan hukum penyelesaian Transaksi Elektronik. 127

Kontrak elektronik juga berisi tentang transaksi elektronik yang sudah memperoleh kesepakatan dari masing- masing pihak (Pasal 18 ayat (1) Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik). Kemudian juga kejelasan tentang hukum yang akan berlaku dan dianut dalam kontrak ini (choice of law). Mengenai kapan adanya waktu penawaran dan permintaan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik memberikan ketentuan yang bersifat mengatur. Selain tidak diperjanjikan lain oleh kedua belah pihak maka waktu pengiriman adalah saat

126 Hasil wawancara dengan HRD Lazada Kantor Cabang Medan, Hendry Simamora pada

informasi itu telah dikirim ke alamat tujuan (Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik). Sedangkan waktu penerimaan informasi elektronik adalah saat informasi tersbut memasuki sistem informasi di bawah kendali si penerima. Dari hal ini dapat kita simpulkan bahwa adanya perbedaan waktu pengiriman dan penerimaan adalah hal yang bisa terjadi dalam proses transaksi elektronik. Hanya saja, Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik memberikan tanggung jawab kepada si penerima informasi untuk melakukan inisiatif pengawasan sistem atas sistem elektroniknya apakah sudah diterima atau belum.

Kontrak elektronik merupakan suatu wujud perjanjian yang dibuat oleh para pihak- pihak secara elektronik menggunakan media internet. Baik Kitab Hukum Perdata maupun Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik telah memberikan dasar yang jelas bagi keabasahan kontrak elektronik. Peraturan undang- undang baik BW dan Undang- undang Informasi dan Transaksi Elektronik telah memberikan syarat- syarat sahnya perjanjian dan juga dilandasi itikad baik. KUHPerdata dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik juga disebutkan prinsip- prinsip dalam melakukan transaksi elektronik.

Dapat dilihat bahwa keabsahan transaksi elektronik yang dilakukan dan diselenggarakan oleh Lazada Indonesia telah sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan baik Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik maupun Kitab Undang- undang Hukum Perdata. Hanya saja yang menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku dan penyelanggaran transaksi

elektonik adalah tentang pengawasan terhadap subjek yang harus cakap secara hukum.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaturan hukum pelaksanaan transaksi e-commerce di antaranya dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Kemudian aktivitas perdagangan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam Pasal 4 ayat (1) bahwa ruang lingkup perdagangan salah satunya meliputi perdagangan melalui sistem elektronik. Aktivitas perdagangan yang dijalankan oleh situs perdagangan online di Indonesia jelas memenuhi definisi ini karena secara operasional mereka menggunakan jaringan internet dalam menjalankan aktivitas perdagangannya. Jaringan internet mereka fungsikan baik sebagai marketplace tempat berlangsungnya transaksi antara konsumen dan pedagang. Artinya, situs perdagangan online di Indonesia terikat dengan berbagai ketentuan yang termuat dalam Undang- undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

2. Dalam praktik bisnis perdagangan elektronik (e-commerce) akan dijumpai adanya kontrak/ perjanjian untuk melakukam transaksi jual beli produk yang ditawarkan melalui website atau situs internet. Kontrak tersebut pada

umumnya berbentuk kontrak elektronik (e-contract) yaitu kontrak/

perjanjian yang dibuat oleh para pihak melalui sistem elektronik, dimana para pihak tidak bertemu secara langsung. Hal ini berbeda dengan kontrak konvensional yang dibuat di atas kertas dan disepakati dengan cara berhadapan langsung.

3. Transaksi jual beli elektronik (e-commerce) di Lazada Indonesia jika ditinjau dari Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mana dalam undang- undang tersebut keabsahan harus memenuhi 3 syarat yaitu pertama, bahwa perjanjian harus dapat diakses setiap saat, pada perjanjian jual beli di Lazada, pelanggan dapat melakukan akses melalui situs dan akun kapan dan dimana saja dengan akses jaringan internet.

Syarat kedua yakni syarat tanda tangan. Metode yang digunakan Lazada dalam hal ini yakni dengan melakukan pengiriman kode verifikasi baik melalui e-mail maupun nomor ponsel pelanggan. Dan syarat yang ketiga yaitu tentang syarat keaslian, bahwa dalam hal produk di Lazada terdapat ulasan dan juga rekomendasi dari para pembeli sebelumnya. Ini merupakan upaya Lazada dalam menjamin keaslian barang yang dipasarkan.

B. Saran

1. Pemerintah hendaknya membuat aturan untuk mengawasi batasan umur untuk melakukan transaksi jual beli e-commerce sehingga tidak ada pelaku transaksi yang tidak cakap hukum (dewasa).

2. Pemerintah hendaknya memberikan aturan yang jelas tentang pengaturan pajak dalam jual beli online. Sehingga pemerintah dapat menerima hasil dari setiap transaksi e-commerce yang dilakukan di Indonesia.

3. Para pembeli dalam melakukan transaksi jual beli online hendaknya lebih berhati- hati karena sangat rentan dengan permasalahan dan juga penipuan.

Daftar Pustaka A. Buku

Adolf, Huala. Instrumen- instrumen Hukum Tentang Kontrak Internasioanl, Jakarta: Keni Media, 2012

Ahmadi, Chandra & Dadang Hermawan. E- Business & E- Commerce, Bandung:

Andi Offset, 2003

Darus Badrulzaman, Mariam. Hukum Perdata III dengan Penjelasan, Bandung, Alumni, 1983

Dwi Atmojo, Panggih P. Internet Untuk Bisnis, Yogyakarta: Dirkomnet Training, 2002

Ediwarman, Metode Penelitian Hukum, Medan: PT. Sofmedia, 2015

Eko Indrajit, Richard. E-Commerce Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001

Fajar, Mukti. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1999

Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis di Era Globalisasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008

Hanitijo Soemitro, Ronny. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982

HS, Salim. Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:

Sinar Grafika, 2006

Husnan, Fathul. Buku Pintar Bisnis Online, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2015

Makarim, Edmon. Kompilasi Hukum Telematika, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Mansur, Didik M, Arief & Elisatris Gultom. Cyber Law, Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung: Rafika Aditama, 2005

Miru, Ahmad. Hukum Kontrak Bernuansa Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012

M.Ramli, Ahmad. Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, Bandung: PT. RefikaAditama, 2004

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Perdata Tentang Persetujuan- persetujuan Tertentu, Bandung: Sumur Bandung, 1981

Purbo, Onno W. dan Aang Arif Wahyudi. Mengenal E-Commerce, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001

Satrio, J. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995

Sefiani, Cita Yustisia. Buku Pintar Bisnis Online dan Transaksi Elektronik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013

Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan XII, Jakarta: PT. Intermasa, 1990

Sutantio, Retnowulan Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Bandung:

Mandar Maju, 2002