• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERJANJIAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA

D. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Untuk Pengadaan

1. Keabsahan Perjanjian Pengadaan Barang / Jasa

Klas II B Labuhan Deli

Berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata, bahwa syarat sahnya suatu perjanjian adalah sebagai berikut :

1. Adanya kesepakatan para pihak;

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum; 3. Adanya perihal tertentu;

Kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif, karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian. Sedangkan kedua syarat terakhir disebutkan syarat objektif, karena mengenai objek dari perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak dipenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Jika syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya, bahwa dari semua perjanjian itu dianggap tidak ada. 1. Adanya kesepakatan para pihak

Syarat yang pertama sahnya suatu perjanjian adalah adanya kesepakatan para pihak. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Ada 5 (lima) cara terjadinya persesuaian penyataan kehendak, yaitu dengan148:

a. Bahasa yang sempurna dan tertulis; b. Bahasa yang sempurna secara lisan;

c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan; d. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya ;

e. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan.

Suatu kesepakatan kehendak terhadap suatu kontrak dimulai dari adanya unsur penawaran oleh salah satu pihak (offer), diikuti oleh pemerintah penawaran (acceptance) dari pihak lainnya, sehingga akhirnya terjadilah suatu kontrak. Ketika kontrak ditandai tangani, apabila salah satu dari unsur-unsur, seperti paksaan (dwang), penipuan (bedrong) atau kesilapan (dwaling), maka terhadap kontrak tersebut tidak dipenuhi syarat kesepakatan kehendak.

148

Sudikno Mertokusomo, Rangkuman Kuliah Hukum Perdata, (Yogyakarta: Fakultas

Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Dalam perjanjian pengadaan barang/jasa pada Pengadaan Bahan Makanan Keperluan Narapidana/Tahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli persesuaian pernyataan kehendak dibuat dengan bahasa yang sempurna dan tertulis. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna jika dikemudian hari timbul sengketa.

Dalam perjanjian pengadaan barang/jasa selain dikenal pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian pengadaan barang/jasa, yaitu pihak pengguna barang dan penyedia barang, dikenal juga pihak-pihak lain yang terkait dalam perjanjian.Adapun pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian dibedakan antara pihak-pihak yang langsung terkait dalam perjanjian dan pihak-pihak yang tidak langsung terkait dalam perjanjian seperti tenaga kerja, leveransi dan sebagainya.

Berdasarkan analisis, pihak Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli sebagai pengguna barang biasanya telah menyiapkan draft perjanjian pengadaan barang/jasa tersebut, yang memuat tentang berbagai pasal, yang dianggap melindungi kepentingan Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli. Surat perjanjian pengadaan barang/jasa tersebut ditandatangani oleh pejabat pembuat komitmen Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Kemudian prosedur pemilihan penyedia barang merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pemilihan penyedia barang. Prosedur ini disesuaikan dengan metode dalam pemilihan penyedia barang. Metode pemilihan penyedia barang dapat dibedakan menjadi empat metode, yaitu149:

1. Pelelangan umum 2. Pelelangan terbatas 3. Pemilihan langsung 4. Penunjukkan langsung

Dari keempat metode diatas, pengadaan barang/jasa pada Pengadaan Bahan Makanan Keperluan Narapidana/Tahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli menggunakan metode pelelangan umum, yaitu metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau surat kabar provinsi.150

Pemilihan penyedia barang/jasa pada Pengadaan Bahan Makanan Keperluan Narapidana/Tahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli Tahun 2008 dan Tahun 2009 melalui pelelangan umum yang dilakukan Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli telah sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

149

Pasal 17 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

150

Pasal 17 ayat (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Barang/Jasa Pemerintah. Pelelangan umum ini diadakan bagi pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp. 50.000.000,00- (lima puluh juta rupiah).

Keikutsertaan dalam pelelangan umum dilakukan dengan penawaran tertulis. Penawaran ini berdasarkan syarat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan. Syarat tersebut dapat diketahui dari pengumuman Pengadaan Bahan Makanan Keperluan Narapidana/Tahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli Tahun 2008 dalam media cetak (Media Indonesia, Senin 14 Januari 2008) dan Tahun 2009 dalam media cetak (Media Indonesia, Rabu, 17 Desember 2009) serta pada papan pengumuman resmi. Biaya untuk penyelenggaraan pelelangan dan pembuatan dokumen serta dokumen lainnya yang disamakan, disediakan pada Daftar Isian Proyek Anggaran (DIPA) Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli. Para penyedia barang/jasa yang ikut dalam pelelangan umum ini dipungut biaya yang jumlahnya disesuaikan dengan biaya penyediaan dokumen pada waktu penyedia barang/jasa mengambil dokumen penyediaan barang/jasa yang ikut serta dalam pelelangan ini wajib menyerahkan surat jaminan penawaran dari Bank Umum atau perusahaan asuransi kerugian. Surat jaminan penawaran ini akan dikembalikan apabila peserta penyedia barang/jasa kalah dalam pelelangan.

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, penyedia barang adalah bidang usaha atau orang perorangan yang kegiatan usahanya menyediakan

barang/jasa.151 Bagi proyek-proyek pemerintah, penyedia barang/jasa harus berbadan hukum. Persyaratan penyedia barang meliputi152:

1. Memenuhi ketentuan perundang-undangan untuk menjalankan usaha kegiatan sebagai penyedia barang.

2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang.

3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana.

4. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak

5. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh.

6. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir pernah memperoleh pengerjaan menyediakan barang baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang yang baru berdiri kurang dari tiga tahun.

7. Memiliki sumber daya manusia, modal peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang.

8. Tidak masuk dalam daftar hitam

9. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos

10.Khusus untuk penyedia barang orang perseorangan persyaratannya sama dengan diatas kecuali angka 6 (enam).

Terhadap penyedia barang/jasa juga dilakukan penilaian kompetensi, penilaian tentang kompetensi merupakan penilaian yang berkaitan dengan kecakapan dan kewenangan dari penyedia barang. Dalam Pasal 14 Keputusan Presiden Nomor

151

Pasal 1 ayat (3) Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

152

Pasal 11 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelakanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

80 Tahun 2003, ada dua prinsip yang digunakan dalam menilai penyedia barang, yaitu153:

1. Prinsip prakualifikasi adalah proses penilaian tentang : a. Kompetensi

b. Kemampuan usaha

c. Pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang d. Dilakukan sebelum memasukkan penawaran

Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk pengadaan barang yang menggunakan : a. Metode penunjukan langsung untuk pekerjaan kompleks

b. Pelelangan terbatas dan pemilihan langsung 2. Pascakualifikasi adalah proses penilaian tentang:

a. Kompetensi

b. Kemampuan usaha

c. Pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang d. Dilakukan sebelum memasukkan penawaran

Panitia/pejabat pengadaan dapat melakukan prakualifikasi untuk pelelangan umum pengadaan barang yang bersifat kompleks. Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi panitia/pejabat pengadaan barang dilarang menambah persyaratan prakualifikasi/pascakualifikasi di luar yang telah ditetapkan dalam ketentuan Keputusan Presiden ini atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang

153

Pasal 14 Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

lebih tinggi. Persyaratan prakualifikasi/pascakualifikasi yang ditetapkan harus merupakan persyaratan minimal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan agar terwujud persaingan yang sehat secara luas.

Dalam kontrak perjanjian borongan tentang Pengadaan Bahan Makanan Keperluan Narapidana/Tahanan pada Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli Tahun Anggaran 2008 dan Tahun Anggaran 2009 yang dilakukan oleh Rumah Tahanan Negara Klas II B Labuhan Deli disebutkan bahwa kewajiban dari pemborong adalah :

1. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak penyedia barang/jasa harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Surat Perjanjian.

2. Pihak penyedia barang/jasa akan melaksanakan tugasnya dengan segala kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya sehingga pelaksanaan pengadaan sesuai dengan RKS dan ketentuan dalam Surat Perjanjian.

3. Semua tugas pengadaan yang tercantum dalam Surat Perjanjian dan ketetapan waktu pelaksanaan pengadaan harus dengan penuh tanggung jawab oleh pihak penyedia barang/jasa.

4. Pihak penyedia barang/jasa tidak dibenarkan memberikan seluruhnya atau sebagian tugas yang diterima dari pihak pengguna barang/jasa kepada pihak lain, kecuali dengan izin tertulis dari pihak pengguna barang/jasa.

5. Dalam melaksanakan pekerjaan pihak penyedia barang/jasa akan menaati dan atas tanggung jawab serta biayanya sendiri, segala ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku baginya berkenaan dengan pekerjaan, pihak penyedia barang/jasa akan melepaskan pihak pengguna barang/jasa dari tiap- tiap tuntutan atau tagihan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pekerjaan. 6. Pihak penyedia barang/jasa bertanggungjawab atas pengembalian uang sebesar

selisih kemahalan harga, apabila dikemudian hari ditentukan oleh pihak auditor.

Sementara itu larangan bagi penyedia barang adalah :

1. Mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain.

2. Mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disubkontrakkan kepada penyedia barang spesialis.

Apabila hal tersebut diatas dilanggar, penyedia barang dapat dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam kontrak.

Dokumen terkait