• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Keabsahan Data

Teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono (2012:370) ada tiga macam triangulasi yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi, dokumentasi, atau kuesioner.Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangannya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan 5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 175,77 km2 yang meliputi 14 kecamatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5–10 meter dari permukaan laut. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam 14 kecamatan dan 143 kelurahan, yaitu: Kecamatan Mariso, Mamajang, Tamalate, Rappocini, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, ujung Tanah, Tallo, Panakukkang, Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea. Pada tahun 2015, Jumlah Kelurahan di Kota Makassar tercatat memiliki 143 kelurahan, 996 RW dan 4968 RT.

Kecamatan Biringkanaya merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar yang berbatasan dengan Kabupaten Maros di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur, Kecamatan Tamalanrea di sebelah selatan dan Kecamatan Tallo di sebelah barat. Kecamatan Biringkanaya merupakan

46

daerah bukan Pantai dengan topografi ketinggian antara permukaan laut.

Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke ibukota Kecamatan berkisar 1 km sampai dengan jarak 5-10 km, Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7 kelurahan dengan luas wilayah 48,22 km². Dari luas wilayah tersebut pada Tabel 1.2, tampak bahwa kelurahan Sudiang memiliki wilayah terluas yaitu 13,49 km², terluas kedua adalah kelurahan Sudiang Raya dengan luas wilayah 8,78 km², sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah kelurahan Untia yaitu 2,89 km². Tingkat klasifikasi kelurahan di Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7 Kelurahan, 543 RT dan 110 RW dengan kategori kelurahan swasembada. Dengan demikian tidak ada lagi kelurahan yang termasuk Swadaya dan Swakarya. Kegiatan pemerintahan di Kecamatan Biringkanaya dilaksanakan oleh sejumlah pegawai negeri yang berasal dari berbagai dinas/instansi pemerintah yang jumlahnya 133 orang, terdiri atas 28 orang laki-laki dan 105 orang perempuan.

Kelurahan Paccerakkang merupakan yang satu dari 143 kelurahan yang ada di kota Makassar, seiring perkembangan jaman Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar mempunyai luas wilayah 7,80 km2 serta jumlah penduduk menurut data badan pusat statistik kota Makassar tahun 2015 berjumlah 55.964 jiwa, merupakan salah satu Kelurahan yang berada di tengah tengah Pusat Perkotaan yang juga merupakan salah salu jalur menuju Kabupaten Maros.

Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dalam setiap kegiatan pembangunan senantiasa melibatkan seluruh unsur yang terdapat dalam Wilayah Kelurahan termasuk seluruh organisasi dan Lembaga yang terdapat dalam Wilayah Kelurahan Maccini, seperti : LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), FKPM (Forum Kemitraan Polisi Masyarakat), TIM Penggerak PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat), Majelis Taklim, Forum Kajian dan Cinta Alqur’an, serta Organisasi yang menjembatani antara masyarakat dan Pemerintah melalui wadah perangkat RT dan RW yang terdiri dari jumlah RT : 126 dan jumlah RW : 22. dengan kondisi geografis berada pada dataran rendah, ditandai dengan seringnya banjir musiman yang melanda di sebagian pemukiman penduduk. Hal ini tidak lain dikarenakan karena jumlah bangunan sudah sangat padat dan saluran drainase sudah tidak seimbang dengan volume drainase yang ada, seperti drainase yang kecil sementara curah hujan yang tinggi.

Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dengan batas wilayahnya sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Daya b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Pai

c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Sudiang Raya d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Sudiang.

Kelurahan Sudiang Raya merupakan yang satu dari 143 kelurahan yang ada di kota Makassar, seiring perkembangan jaman Kelurahan Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dengan luas wilayah 8,78 km2 serta jumlah penduduk menurut data badan pusat statistic kota Makassar tahun 2015 berjumlah 50.226 jiwa, merupakan salah satu Kelurahan yang berada di tengah tengah Pusat Perkotaan yang juga merupakan salah salu jalur menuju Kabupaten Maros.

Kelurahan Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dalam setiap kegiatan pembangunan senantiasa melibatkan seluruh unsur yang terdapat dalam Wilayah Kelurahan termasuk seluruh organisasi dan Lembaga yang terdapat dalam Wilayah Kelurahan Maccini, seperti : LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), FKPM (Forum Kemitraan Polisi Masyarakat), TIM Penggerak PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat), Majelis Taklim, serta Organisasi yang menjembatani antara masyarakat dan Pemerintah melalui wadah perangkat RT dan RW yang terdiri dari jumlah RT : 123 dan jumlah RW : 24.

dengan kondisi geografis berada pada dataran rendah, ditandai dengan seringnya banjir musiman yang melanda di sebagian pemukiman penduduk.

Kelurahan Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dengan batas wilayahnya sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Sudiang b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Buluroken

c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Untia

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Paccerakkang

Tugas kepala kelurahan adalah melakukan penyelenggaraan di bidang pemerintahan ketentraman dan ketertiban, pemberdayaan masyarakat dan kesra dan perekonomian dan pembangunan yang dilimpahkan Camat di wilayahnya. Dalam penyelenggaraan tugasnya kelurahan memiliki 4 fungsi, yakni :

1. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan, pembinaan ketentraman, ketertiban dan kesejahteraan rakyat,

2. Melanjutkan tugas di bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban serta kesejahteraan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya,

3. Melakukan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat,

4. Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh Camat.

Susunan organisasi kelurahan terdiri dari kepala kelurahan, sekretaris keluruhan, seksi-seksi, serta dibantu oleh RW dan RT. Sekretaris kelurahan adalah unsur staf yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala kelurahan. Sekretaris kelurahan mempunyai tugas membantu kepala kelurahan di bidang pemerintahan yakni menyangkut ketentraman, ketertiban, dan pemberdayaan masyarakat serta memberikan pelayanan teknis administratif terhadap seluruh seksi kelurahan. Sedangkan fungsinya adalah melakukan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kepala seksi kelurahan.

Adapun jumlah urbanisasi di setiap Kecamatan di Kota Makassar bisa dilihat pada tabel berikut ini

Kecamatan

Tahun

2013 2014 2015

Mariso 57.790 58.327 58.815

Mamajang 60.236 60.537 60.779

Tamalate 183.039 186.921 190.694

Rappocini 158.325 160.499 162.539

Makassar 83.550 84.014 84.396

Ujung Pandang 27.802 28.053 28.278

Wajo 30.258 30.505 30.722

Bontoala 55.578 55.937 56.243

Ujung Tanah 48.133 48.531 48.882

Tallo 137.260 137.997 138.598

Panakkukang 145.132 146.121 146.968

Manggala 127.915 131.500 135.049

Biringkanaya 185.030 190.829 196.612

Tamalanrea 108.024 109.471 110.826

BPS (Badan Pusat Statistik Kota Makassar) Dalam Angka 2016

Di lihat dari tabel jumlah urbanisasi setiap kecamatan yang berada di Kota Makassar, jumlah terbanyak berada di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

Adapun jumlah urbanisasi di setiap Kelurahan di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar bisa dilihat pada tabel berikut ini

Kelurahan

Tahun

2013 2014 2015

Paccerakkang 52.665 54.317 55.964

Daya 13.339 13.757 14.173

P a i 21.225 21.950 22.584

Sudiang Raya 47.266 48.748 50.226

Sudiang 36.815 37.968 39.118

Bulurokeng 11.463 11.822 12.180

Untia 2.227 2.297 2.367

BPS (Badan Pusat Statistik Kota Makassar) Dalam Angka 2016

Di lihat dari tabel jumlah urbanisasi di setiap Kelurahan di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, jumlah terbanyak berada di Kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya.

B. Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran sebelumnya, maka untuk meninjau atau mengetahui lebih jauh pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, peneliti menggunakan indikator-indikator yang meliputi : a.) Perencanaan (Planning), b.) Pengorganisasian (Organizing), dan c.) Motivasi (Motivating) dan d.) Pengawasan (Controlling).

Hasil pengkajian terhadap ke empat indikator tersebut adalah : 1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan dalam pengelolaan urbanisasi dalam hal ini penentuan tujuan berupa rancangan RT/RW dalam rancangan tata ruang wilayah dalam

melakukan pengelolaan terhadap urbanisasi yang datang dengan mengontrol dan mengawasi, pengembangan kebijakan hanya dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, program dalam mengelola urbanisasi dengan cara melakukan dengan pendataan, dan sistem perencanaannya masyarakat yang datang wajib melapor 1x24 jam kepada pemerintah setempat khususnya kepada RT/RW dan tingkat kelurahan, dan prosedur mengelola urbanisasi sudah berjalan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

Seperti dikatakan oleh Camat Biringkanaya pada hasil wawancara yang menyatakan :

“Perencanaan yang dibuat pemerintah, harus mengacu kepada rancangan RT/RW, dalam hal ini rancangan tata ruang wilayah Kota Makassar, untuk Kecamatan Biringkanaya itu diprioritaskan sebagai kawasan untuk padat penduduk untuk tempat tinggal, rancangan RT/RW dengan tetap melakukan pengawasan ketat dengan melakukan pendataan terhadap urbanisasi yang datang dari kota-kota penyangga Kota Makassar maupun dari kabupaten dan dari daerah daerah lain, sosialisasi juga sangat penting, pentingnya sosialisasi karna para instansi pemerintah dikecamatan dan kelurahan turung langsung kepada masyarakat, dengan adanya sosialisasi tersebut setiap masyarakat urban yang masuk di lingkungan tersebut harus melapor 1x24 jam.” (wawancara : ASM , tanggal 24/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dalam hal perencanaan untuk mengelola urbanisasi diprioritaskan dengan rancangan RT/RW tata ruang wilayah Kota Makassar, di mana dalam hal melakukan pendataan terhadap urbanisasi yang datang, dengan adanya sosialisasi tersebut setiap masyarakat urban yang masuk di lingkungan tersebut harus melapor 1x24 jam, mengacu tata ruang wilayahnya pengelolaan dapat dilakukan dengan membangun infrastruktur pendidikan, dari itu pihak pemerintah agar laju urbanisasi akan

bisa dikontrol dalam pengelolaannya, dengan harapan tidak menimbulkan masalah.

Seperti dikatakan oleh Lurah Paccerakkang pada hasil wawancara yang menyatakan :

“Perencanaan pada Kelurahan Paccerakkang sendiri, berupa melakukan suatu pendataan setiap bulan, dalam ini pihak RT/RW melakukan sosialisasi agar masyarakat urban yang datang wajib melapor 1x24 jam sehingga pengendalian penduduk khususnya dari urbanisasi ini dapat kita tekan., untuk membangun programnnya pemerintah Kota Makassar, dalam hal ini juga pembangunan infrastruktur pendidikan sangat kami utamakan, jadi saya selama ini turung dibawah di RT/RW dan tokoh-tokoh masyarakat dan warga dibawah, saya melihat menyetujui, dengan hal ini kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani masyarakat urban, karna urbanisasi ada baiknya dan ada pula buruknya.” (wawancara : EKP, tanggal 26/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dalam pengelolaan urbanisasi perencanaan beberapa tahap dimana mengacu dalam pengawasan itu sendiri, dalam membuat perencanaan pengendalian penduduk khususnya dari urbanisasi ini dapat di tekan mengacu pada rancangan tata ruang wilayah Kota Makassar, dengan hal ini melakukan pendataan, sosialisasi, wajib melapor 1x24 jam, pembangunan infrastruktur pendidikan sangat penting dalam pengelolaan urbanisasi tersebut.

Hasil wawancara dengan Lurah Sudiang Raya yang menyatakan bahwa :

“Berbicara dengan perencanaan, dapat dilakukan dengan lebih banyak membangun infrastruktur pendidikan bagi kaum muda yang akan bermanfaat dalam jangka panjang bagi kota itu sendiri. Memberikan perhatian lebih besar pada pendidikan generasi muda akan membuat mereka menjadi generasi tua yang sadar lingkungan alam dan sosial, sekaligus mengurangi masalah akibat energi berlebih mereka, dalam hal mengelola urbanisasi pemerintah menghimbau kepada RT/RW

agar supaya yang penduduk luar yang masuk di Kelurahan Sudiang Raya untuk sebaiknya melapor pada pemerintah.” (wawancara : AWR, tanggal 26/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dalam perencanaan pengelolaan urbanisasi pembangunan infrastruktur pendidikan sangat penting, kebijakan yang harus ditangani oleh masyarakat urban dengan melakukan pendataan, dengan adanya pendataan, penduduk luar yang masuk di Kelurahan Sudiang Raya untuk sebaiknya melapor pada pemerintah setempat.

Seperti yang dikatakan RW Kelurahan Paccerakkang dalam hasil wawancara yang menyatakan bahwa :

“Perencanaan dalam mengelola urbanisasi yang kami lakukan dengan mendata setiap sebulan, dan kami turung langsung bersosialisasi kepada masyarakat agar wajib melapor 1x24 jam, Kalau ada datang orang kontrak pertama harus diperiksa KTP kedua Kartu Keluarga (KK), melapor kepada RT/RW, perencanaan pemerintah dalam menangani urbanisasi sudah berjalan dengan baik.” (wawancara : MBR, tanggal 26/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa dalam melakukan perencanaan harus ada perencanaan yang terlebih dahulu, jika tidak ada perencanaan tidak akan berjalan pengelolaan yang baik terkhusus pada pengelolaan urbanisasi tersebut, dimana pengelolaan urbanisasi di Kelurahan Paccerakkang sudah berjalan optimal.

Hasil wawancara lainnya dengan Ketua RT Kelurahan Paccerakkang yang menyatakan bahwa :

“Kalau menangani masyarakat dalam urbanisasi itu harus diperhatikan, kami sendiri dari RT/RW dalam perencanaan yang dibuat untuk menangani urbanisasi pendataan, bersosialisasi sangat penting dan harus diperhatikan dengan baik agar masyarakat yang dari daerah datang kesini untuk bermukim bisa ditangani oleh RT/RW setempat agar hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya, ada masyarakat urban

masuk wajib melapor 1x24 jam ke RT/RW dan di teruskan tingkat kelurahan.” (wawancara : API, tanggal 26/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dalam perencanaan pengelolaan urbanisasi, masyarakat urban sendiri harus tahu pemerintahnya apalagi berdomisili diwilayah tersebut, tindakan yang diambil dengan melakukan pendataan, bersosialisasi langsung, dan wajib melapor 1x24 jam agar bisa mengetahui pihak masyarakat urban yang tidak memiliki identitas yang berdomisili di wilayah Kelurahan Paccerakkang tersebut.

Hasil wawancara dengan Ketua RW Sudiang Raya menyatakan bahwa:

“Perencanaan yang dibuat oleh pemerintah dengam membangun infrastruktur pendidikan, dimana bermanfaat dalam jangka panjang bagi kota itu sendiri, dan memberikan perhatian lebih besar pada pendidikan generasi muda yang akan datang, dalam pengelolaan urbanisasi tersebut, masalah kebijakan dan perencanaannya itu sudah ada tetapi pihak RT/RW selalu mengontrol dengan cara bersosialisasi dan mendata.” (wawancara : FHS, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa untuk kebijakan dan perencanaan dalam pengelolaan urbanisasi di Kelurahan Sudiang Raya dengan membangun infrastruktur pendidikan, bersosialisasi dan melakukan pendataan, perencanaan pengelolaan urbanisasi sudah berjalan dengan baik.

Hasil wawancara dengan Ketua RT Sudiang Raya menyatakan bahwa : “Yang saya pahami selama saya tinggal disini sekaligus menjabat sebagai ketua RT terkait dalam perencanaan pengelolaan masyarakat yang masuk ke wilayah sini sudah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kami RT/RW melakukan pendataan, bersosialisasi kepada masyarakat urban biasanya yang masuk di wilayah wajib melapor 1x24 jam dulu sebelum dia bermukim di daerah sini di Kelurahan Sudiang Raya, pendataan suatu perencanaan yang efektif bagi solusi penanganan pengelolaan urbanisasi.” (wawancara : DSN, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, perencanaan dalam pengelolaan urbanisasi pada pemerintah kelurahan, dengan hal ini pendataa, bersosialisasi kepada masyarakat urban biasanya yang masuk di wilayah wajib melapor 1x24 jam dulu sangat perlu dilakukan agar pengelolaan laju urbanisasi akan berjalan dengan baik, dalam pendataan masyarakat urban tersebut didata dengan baik sehingga bisa menjadi data oleh pihak pemerintah berapa banyak masyarakat urban yang masuk.

Hasil wawancara dengan masyarakat urban Kelurahan Paccerakkang menyatakan bahwa :

“Urbanisasi merupakan masalah yang cukup serius bagi kita semua.

persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan, pemerintah kecamatan terkhusus buat Kelurahan Paccerakkang bisa mengatasi dan mengelola dengan baik urbanisasi dengan perencanaan yang bisa berdampak positif bagi kelurahan disini, dengan cara melakukan pendataan secara langsung, sudah lumayan bagus.” (wawancara : AMD, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, masalah perencanaan yang menyangkut dengan pengelolaan urbanisasi, pemerintah kelurahan harusnya bisa mengatasinya dan mengelola dengan baik urbanisasi dengan perencanaan yang bisa bedampak positif agar pengelolaan urbanisasi dapat dikelola dengan baik.

Hasil wawancara dengan masyarakat urban Kelurahan Paccerakkang menyatakan bahwa :

“Saya menetap tinggal disini sudah satu tahun, masalah pengelolaan urbanisasi ini dapat ditangani dengan perencanaan dengan membangun infrastruktur yang baik, saya lihat sudah lumayan baik, pihak RT/RW setiap bulan melakukan pendataan dan bersosialisasi

turung langsung ke masyarakat, sudah optimal perencanaannya”

(wawancara : SNH, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, untuk merencanakan program yang bisa berdampak baik dengan pengelolaan urbanisasi, melakukan program-program yang bisa mengelola masyarakat urban itu sendiri.

Hasil wawancara dengan masyarakat urban Kelurahan Sudiang Raya menyatakan bahwa :

“Di tingkat kecamatan dan kelurahan, pemerintah juga perlu membuat perencanaan lebih adil dan tegas terkait pemerataan dalam hal mengelola urbanisasi. Arus balik ialah fenomena tahunan. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk mengantisipasi meledaknya jumlah penduduk perkotaan dengan segala macam persoalannya, saya lihat belum optimal.” (wawancara : ANA, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, perencanaan dalam pengelolaan urbanisasi, perlu dengan tegas merencanakan arus fenomena masyarakat urban itu sendiri karna mengantisipasi jumlah penduduk yang datang dari desa kekota dengan segala macam persoalan yang dihadapinya.

Hasil wawancara dengan masyarakat urban Kelurahan Sudiang Raya menyatakan bahwa :

“Urbanisasi sering diidentikkan dengan munculnya berbagai masalah sosial di perkotaan. Namun dibalik berbagai masalah yang dialami, tidak dapat dipungkiri bahwa urbanisasi menjadi salah satu unsur yang paling penting, perlunya pendataan secara langsung, melaksanakan sosialisasi wajib melapor 1x24 jam, dengan demikian, perencanaan pengelolaan urbanisasi akan lebih baik lagi, agar tidak menambah dampak buruk di masyarakat, menurut saya sudah efektif.” (wawancara : SOR, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dalam hal kaitannya urbanisasi biasanya identik dengan masalah socsal, khusus di Kelurahan Sudiang Raya,

urbanisasi menjadi salah satu yang penting, perlunya perencanaan yang baik agar pengelolaan urbanisasi bisa berdampak positif bagi wilayah tersebut, tanpa menimbulkan persepsi buruk terhadap masyarakat itu sendiri, sudah berjalan optimal.

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Kelurahan Paccerakkang menyatakan bahwa :

“Menurut saya sendiri sudah berjalan dengan optimal, baik atau jelek itu tergantung dari mana kita lihat, perencanaannya sudah optimal, pembangunan infrastruktur, pendataan, bersosialisasi dan wajib melapor 1x24 jam merupakan suatu pokok penting dalam perencanaan dalam pengelolaan urbanisasi itu sendiri.” (wawancara : MUD, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, pengelolaan urbanisasi sudah berjalan dengan optimal, perencanaan yang baik agar pengelolaan urbanisai agar persepsi masyarakat terhadap masyaraakat urban itu sendiri bisa berdampak baik bagi lingkungan, tanpa berdampak buruk bagi disekitarnya.

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Kelurahan Sudiang Raya menyatakan bahwa :

“Saat ini ada dua pandangan terkait urbanisasi, yakni yang menganggap urbanisasi itu baik, dan yang menganggap buruk urbanisasi, dianggap tidak baik terutama apabila sudah terjadi over urbanisation. Dalam hal ini, adanya perencanaan dalam mengelola urbanisasi dengan baik agar urbanisasi tidak membawa banyak masalah di kota seperti membludaknya jumlah penduduk, kemacetan, dan meningkatnya jumlah penjual sektor informal, adanya infrastruktur pendidikan sudah akan berdampak positif, pihak RT/RW sudah menjalankan tugasnya dalam melakukan pendataan, dan bersosialisasi turung langsung kepada masyarakat.” (wawancara : FAR, tanggal 27/10/2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, perencanaan dalam pengelolaan urbanisasi dengan baik agar kiranya urbanisasi tidak membawa banyak

masalah di kota khususnya di Kelurahan Sudiang Raya tersebut, dalam hal ini urbanisasi bisa berdampak baik bagi lingkungan tersebut, pendataan sangat penting dalam pengelolaan urbanisasi tersebut, sudah berjalan dengan optimal.

Berdasarkan hasil teori yang digunakan oleh George R. Terry (2000:15-21) yaitu Plannning (Perencanaan) merupakan proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu sefisien dan sefektif mungkin, berdasarkan hasil wawancara dari informan sudah ada yang sesuai dengan teori, maka dapat di simpulkan bahwa perencanaan pada pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar khususnya Kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya sudah optimal perencanaannya berupa membangun infrastruktur pendidikan, melakukan sosialisasi turung langsung kepada masyarakat agar wajib lapor 1x24 jam dengan melakukan pendataan setiap bulan, pendataan sangat penting dalam pengelolaan urbanisasi, pihak kelurahan bisa mengatasinya dan mengelola dengan baik urbanisasi dengan adanya perencanaan tersebut yang berdampak positif dalam mengelola urbanisasi.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian dalam pengelolaan urbanisasi berupa alat-alat tidak ada untuk mengelola urbanisasi, tugas-tugasnya dilakukan oleh para lembaga yang ada di Kelurahan salah satunya RT/RW menjalankan tugas dalam pengelolaan urbanisasi tersebut, serta wewenang melakukan pendataan setiap bulan, dan tanggung jawab berupa melaksanakan tugas masing-masing yang

diberikan amanah kepada pimpinan, hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara

diberikan amanah kepada pimpinan, hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara

Dokumen terkait