• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGELOLAAN URBANISASI DI KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR. Disusun dan diusulkan oleh MUH. RIDWAN. Nomor Stambuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGELOLAAN URBANISASI DI KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR. Disusun dan diusulkan oleh MUH. RIDWAN. Nomor Stambuk"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGELOLAAN URBANISASI DI KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

Disusun dan diusulkan oleh

MUH. RIDWAN

Nomor Stambuk 10561 04459 12

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

(2)

PENGAJUAN SKRIPSI

PENGELOLAAN URBANISASI DI KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh :

MUH. RIDWAN

Nomor Stambuk 10561 04459 12

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

MUH. RIDWAN (2017). Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. (dibimbing oleh Muhajirah Hasanuddin dan Samsir Rahim).

Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana perencanaan (planning) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, bagaimana pengorganisasian (organizing), bagaimana motivasi (motivating), dan bagaimana pengawasan (controlling)). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif melalui wawancara dengan informan yang disajkan dalam bentuk narasi. Tipe penelitian yang digunakan adalah Tipe fenomenologi dimaksudkan untuk memberi gambar secara jelas mengenai masalah- masalah yang di teliti berdasarkan pengalaman yang dialami oleh 17 (tujuh belas) informan mengenai masalah pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Pengelolaan Urbanisasi Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, dimana ada empat indikator dalam pengelolaan tersebut yang meliputi : perencanaan (planning) pada pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar khususnya Kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya sudah optimal dengan cara melakukan pendataan setiap bulan, bersosialisasi dan wajib lapor 1x24 jam, pengorganisasian (organizing) pada pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar khususnya Kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya sudah optimal, pengorganisasian antara pihak masyarakat urban dan pihak pemerintah setempat harus saling berkomunikasi antara satu sama lainnya, motivasi (motivation), pada pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya belum optimal, pimpinan kelurahan harus memotivasi kepada bawahannya khususnya kepada RT/RW yang melaksanakan tugasnya dalam mengelola urbanisasi tersebut, dan pengawasan (controlling) dalam pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya khususnya di Kelurahan Paccerakkang dan Sudiang Raya dalam hal Pengawasannya ada tapi belum terlalu maksimal, seringkali ada masyarakat tidak melapor berakibat akan berdampak dalam pengelolaan urbanisasi tersebut tidak maksimal.

Kata kunci : Pengelolaan Urbanisasi

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Segala puji bagi ALLAH SWT Tuhan yang maha agung dengan cinta-Nya yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk merampungkan tugas akhir ini yang mengangkat judul “Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar” Berbagai kendala yang dihadapi penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini dijadikan penulis sebagai proses pembelajaran, pengalaman, pendewasaan sekaligus rahmat dari ALLAH SWT yang mampu mentransformasikan prespektif penulias dalam memaknai sesuatu, dan terkhusus kepada orang tua tercinta Parihu dan Hawani yang telah memberi sumbangsi materi dan moral sekaligus penyemangat saya agar skripsi ini bisa terselesaikan dengan cepat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada orang-orang yang memberikan bantuan secara moril dan material, serta kepada Ibu Dra. Hj. Muhajirah Hasanuddin, M.Si, Selaku pembimbing I dan Bapak Samsir Rahim, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing II, atas waktu dan luangnya yang diberikan disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan, mulai dari perumusan judul, penyusunan proposal sampai terselesaikannya skripsi ini. Rasa terima kasih juga diberikan kepada pihak-pihak yang turut membantu, serta memberi pengaruh kepada penulis selama ini, yaitu :

(8)

1. Bapak Rektor Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM, atas kebijaksanaan dan bantuan fasilitas yang di berikan

2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala bimbingan yang telah diberikan selama ini

4. Ibu Dr. Andi Rosdianti Razak, M.Si selaku Penasehat Akademik saya terima kasih banyak atas bimbingannya serta ilmunya yang telah kami berikan.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pedidikan dibangku perkuliahan 6. Camat Biringkanaya yang memberikan motivasi dan bantuannya

7. Lurah Paccerakkang dan segenap jajarana Pemerintah di kantor Kelurahan Paccerakkang, terima kasih atas bantuannya sehingga penulis bisa melakukan penelitian.

8. Lurah Sudiang Raya dan segenap jajarana Pemerintah di kantor Kelurahan Sudiang Raya, terima kasih atas bantuannya sehingga penulis bisa melakukan penelitian.

9. Saudara saya Rini Wulandari, Khaerun Nisyah dan keluarga saya yang selalu memberikan dukungan.

10. Teman-teman saya Rahim, Kiki Damayanti, Sarwina, Ridwan Bin Rusman, Miftahul Hayat, dan Fatmawati Muhammad yang tak pernah

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Administrasi Publik ... 7

A. Paradigma OPA (Old Public Administrasion) ... . 9

B. Paradigma NPM (New Public Management) ... 12

C. Paradigma NPS (New Public Service) ... 14

D. Paradigma Public Governance ... 16

II. Manajemen Administrasi Publik ... 18

A. Prinsip-prinsip Manajemen Administrasi Publik ... 19

B. Fungsi-fungsi Manajemen Administrasi Publik ... 23

C. Unsur-unsur Manajemen Administrasi Publik ... 27

III. Konsep Urbanisasi ... 28

IV. Kerangka Pikir ... 36

V. Fokus Penelitian ... 38

VI. Deskripsi Fokus Penelitian ... 38

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 40

B. Jenis dan Tipe Penelitian... .. 40

C. Sumber Data ... 40

D. Informan Penelitian... .. 41

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 42

F. Teknik Analisis Data... .. 42

G. Keabsahan Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... ... 46

B. Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar 52 BAB V PENUTUP DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua kota di dunia dan di setiap peradaban tidak pernah luput dari fenomena urbanisasi, seiring berkembangnya kota sebagai pusat aktivitas maka daya tariknya semakin meluas terhadap perpindahan orang, barang dan jasa yang masuk dan keluar wilayah kota atau sekadar berputar dan berkembang di sekitar wilayah kota. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu administrasi publik, definisi urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi, perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan mobilitas penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap. Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat

1

(13)

memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan urbanisasi. Namun urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada pengendalian di dalamnya. Masalah ini yang dihadapi Negara Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih, dengan adanya itu perlu rutingnya pendataan terhadap wilayah atau lingkungan yang padat penduduknya.

UU RI No. 20 Tahun 2010 Tentang Ketentuan-Ketentuan Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama antar daerah pedalaman dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antar tingkat pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi. Ekspektasi atas tingkat pendapatan yang lebih besar masih sangat menjanjikan bagi pelaku urbanisasi walaupun pada gilirannya urbanisasi tersebut akan meningkatkan jumlah penduduk kota tujuan. Peningkatan jumlah penduduk ini selanjutnya akan menimbulkan beberapa permasalahan bagi kota tujuan. Perpindahan arus penduduk dari desa keperkotaan yang sedang berjalan di negara sedang berkembang sekarang ini sudah terjadi di Indonesia. Pertumbuhan penduduk kota disebabkan oleh arus gerakan dari daerah pedesaan kedaerah perkotaan yang lasim kita kenal

(14)

dengan istilah urbanisasi. Pada umumnya konsep urbanisasi di artikan sebagai proses yang membawa bagian yang semakin besar penduduk suatu negara berdiam di pusat perkotaan. Mimpi untuk mengubah nasib dan mendapatkan kehidupan yang layak membuat arus urbanisasi di kota kian meningkat.

Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki luas areal 175,79 km2 dengan penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota Metropolitan.

Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry. Menurut George R. Terry (2000:15-21) mendiskripsikan pekerjaan Manajer berdasarkan fungsinya yakni :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu sefisien dan sefektif mungkin.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehinggatercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu

(15)

kesatuan yang utuhdan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

3. Motivasi (Motivating)

Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa pengertia tentang apa itu motivasi dan apa saja bagian dari motivasi itu sendiri, dalam (Irianto 2005) dijelaskan, motivasi berasal dari kata move yang artinya “bergerak”. Definisi motivasi masih sering diperdebatkan. Diantaranya berbunyi: “Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseoran atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu”.

4. Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan merupakan fungsi manajerial dasar yang sengaja

didesain untuk maksud tertentu sesuai dengan tujuan kontrol yang diharapkan, sehingga manajer dapat mengetahui efektivitas sumber-sumber informasi yang ada dalam organisasinya, efektivitas aktifitas kelompok, serta efektivitas aktifitas setiap individu anggota organisasinya.

Yang dimaksud dengan urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, pada umumnya mereka bertujuan meningkatkan taraf hidup mereka dan mengadu nasib dan bertujuan untuk mencapai satu tingkat kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil penelitian Eko A. Menairno (2011:222) di Kota Makassar bahwa urbanisasi memang cukup memprihatinkan, setiap tahun urbanisasi dan berbagai bentuk perpindahan bentuk lainnya yang masuk ke kota Makassar khususnya di Kecamatan Biringkanaya semakin sulit terbendung, permasalahan yang timbul berupa,

(16)

bagi pihak pemerintah dalam mengelola urbanisasi kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh para urban sehingga meningkatnya pekerja kasar di kota, penghidupan semakin sulit, kesempatan kerja semakin sempit, mengakibatkan akan berdampak buruk berupa banyaknya pengangguran dan jumlah pengangguran meningkat., orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sering terjadinya kemacetan lalu lintas terutama dijalan-jalan besar, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, jumlah transportasi umum tidak mencukupi jumlah penumpang. ini akhirnya menjadi beban berat bagi pemerintah ini mengakibatkan pengelolaan urbanisasi tidak bisa berjalan dengan optimal.

Terkait dengan beberapa masalah tersebut di atas peneliti tertarik mengangkat judul penelitian Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah dan judul dalam skripsi ini, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perencanaan (planning) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ?

2. Bagaimana pengorganisasian (organizing) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ?

3. Bagaimana motivasi (motivating) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ?

(17)

4. Bagaimana pengawasan (controlling) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui perencanaan (planning) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui pengorganisasian (organizing) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

c. Untuk mengetahui motivasi (motivating) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

d. Untuk mengetahui pengawasan (controlling) pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian dibidang Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

I. Administrasi Publik

Administrasi adalah suatu alat umum yang menggerakkan sekelompok manusia termasuk peralatan, perlengkapan dan fasilitas yang bekerja sama dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Pengelolaan administrasi dan kelengkapannya serta pemeliharaan buku-buku administrasi sangat penting untuk kegiatan dan pengembangan usaha. Oleh karena itu, penyelenggaraan buku-buku agar ditangani secara serius dan dikerjaan secara terus-menerus.

Untuk mengengelola harus memahami dan melaksanakan unsur-unsur bidang administrasi, Perwakilan atau humas adalah serangkain perbuatan unutk menciptakan hubungan baik yang didukung masyarakat sekelilingnya terhadap usaha kerjasama. Pengelolaan admiistrasi usaha harus diatur sedemikian rupa dengan menetapkan prosedur administrasi usaha. Prosedur administrasi usaha merupakan pedoman yang menunjukkan pemilihan cara bertindak dan berhubungan dengan kegiatan usaha. Administrasi Publik memiliki peran yang penting dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan di berbagai negara. Peran penting administrasi publik adalah mewujudkan tujuan utama dibentuknya Negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam konteks Indonesia, tujuan negara adalah sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alinea IV.

Administrasi Publik Menurut Para Ahli (Inu Kencana Syafiie- Djamaludin Tandjung-Supardan Modeong 1999) :

7

(19)

a. Administrasi Publik merupakan suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintahan.

b. Administrasi Publik meliputi tiga cabang dalam pemerintahan yaitu, eksekutif, yudikatif, dan legislative serta hubungan-hubungan di antara mereka.

c. Administrasi Publik memiliki suatu peranan penting di dalam perumusan kebijaksanaan pemerintah, dan karenanya merupakan suatu bagian dari proses politik.

d. Administrasi Publik sangat erat kaitannya dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan dalam menyajikan berbagai pelayanan kepada masyarakat.

e. Administrasi Publik berbeda pada penempatan pengertian dengan administrasi perseorangan dalam beberapa hal.

Perjalanan penyelenggaraan Administrasi Publik sebagai alat pencapai tujuan utama negara yang demikian, telah mengalami berbagai macam perkembangan mulai dari sebelum lahirnya konsep Negara Bangsa sampai lahirnya ilmu modern Administrasi Publik yang hingga detik ini telah mengalami beberapa pergeseran paradigma, Pergeseran paradigma Administrasi Publik membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan peran Administrasi Publik yang berkaitan dengan pelaksanaan strategi, pengelolaan organisasi internal, dan interaksi antara aktor-aktor dalam Administrasi Publik. Pengaruh pergeseran paradigma Administrasi Publik terhadap aspek- aspek kehidupan negara tersebut akan sangat menentukan model dan ragam

(20)

dalam penyelenggaraan pemerintahan dari sebuah Negara, termasuk Indonesia yang pergeseran paradigma Administrasi Publik-nya dalam suatu kondisi dipengaruhi dan mempengaruhi sistem-sistem lainnya. Model Pemerintahan sangat ditentukan oleh bagaimana kondisi lokal di negara tersebut, artinya sejauhmana Administrasi Publik di Negara tersebut telah beradaptasi dengan perkembangan paradigma yang ada, dan sejauh mana adaptasi terhadap perkembangan paradigma tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan keadaan lokal, fenomena-fenomena dan permasalahan yang terdapat di Negara tersebut.

A. Paradigma Opa (Old Public Administrasion)

Populasi menurut OPA adalah jumlah penghuni, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu satuan ruang tertentu. Adapun urbanisasi menurut KBBI merupakan perpindahan besar-besaran penduduk dari desa ke kota besar (pusat pemerintahan) atau bisa juga perubahan sifat suatu tempat dari suasana (cara hidup) desa ke suasana kota. Melihat dari dua topik diatas rasanya memiliki hubungan yang sangat pas, bagaimana tidak suatu populasi akan melakukan urbanisasi ke suatu tempat lain. Populasi akan melakukan urbanisasi secara besar-besaran ke suatu tempat yang dinilai mampu memperbaiki kehidupan sosial mereka baik secara ekonomi, kesejahteraan yang lebih baik di tempat yang baru. Seperti contoh populasi orang desa yang berpindah ke kota Makassar. Karena orang desa berpikir hidup mereka akan lebih baik jika mereka pergi ke kota besar. Namun, kota besar bukanlah tempat yang mudah untuk meraih kesuksesan. Hanya orang yang mau bekerja

(21)

keraslah yang mampu bertahan hidup di kota besar. Namun, bagi mereka yang hanya memiliki mimpi tanpa mampu bekerja keras dan tidak memiliki kemampuan apa-apa akan menjadi tidak berharga di kota besar. Namun, tidak sedikit pula masyarakat desa yang mengetahui kerasnya hidup di kota besar, mereka lebih memilih tetap di desa mereka dan bekerja seperti menjadi petani ataupun nelayan. Tanpa mempunyai mimpi untuk berpindah ke kota besar.

Rata-rata mereka yang tidak ingin melakukan urbanisasi dari desa ke kota merupakan orang yang lanjut usia. Mereka para lansia hanya berpikir bagaimana cara menghabiskan waktu mereka di desa tempat mereka dilahirkan. Berbeda dengan kaum muda yang sangat ingin sekali melakukan urbanisasi dikarenakan tidak mau ketinggalan kemajuan di zaman globalisasi ini, faktor ingin melanjutkan studi ke kota besar ataupun hanya untuk bersenang-senang di kota besar. Alhasil mereka para kaum muda yang memiliki kemampuan sajalah yang mampu bertahan hidup di kota besar dan yang lainnya hanya akan menjadi “sampah masyarakat” di kota-kota besar tersebut.

Hal ini sejalan dengan teori governance, peran pemerintah cukup memberikan arahan (steering) tidak sebagai pelaku (rowing) sebagaimana konsep model pemerintahan entrepreneurship dari Osborne & Ted Gaebler (1992), juga dalam Reinventing Government dari Osborne & Peter Plastrik (1997) dalam Banishing Bueraucracy, konsep ini menjelaskan bahwa pemerintah harus mengurangi perannya dan agar mampu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangunan

(22)

pemberdayaan masyarakat. Secara empiris, gejala perkembangan masyarakat sebagai akibat dari adanya globalisasi, memaksa semua pihak, terutama birokrasi pemerintah melakukan pembaruan, dalam paradigma OPA urbanisasi merupakan masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akanmenimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. 0umlah peningkatan penduduk kota yang meningkat cepat tanpa didukungdan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. peningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari kebijakan pembangunan di perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan positif dengan bertambahnya urbanisasi di suatu wilayah.kecenderungan bahwa aktifitas perekonomian menjadi bersifat terpusat

Tercapainya pengelolaan yang baik maka dapat dikatakan berhasil.

Sistemnya harus jelas, kebijakannya juga harus jelas, artinya segala sesuatu masih diatur oleh pemerintah. Kritik terhadap paradigma Old public administration. Dalam OPA Pemerintahan yang kaku dan sentralistik sebagaimana yang dianut oleh OPA, karena masih kuatnya kewenangan penuh oleh pemerintah dalam membuat kebijakan, hal ini berindikasi adanya kebijakan yang menguntungkan pemerintah saja tapi tidak dapat mengelola dengan baik masalah urbanisasi. Kemudian paradigma OPA dan kurang

(23)

relevan dalam menempatkan persoalan-persoalan lemahnya pengawasan dapat menimbulkan kesengjangan sosial dalam urbanisasi.

B. Paradigma NPM (New Public Management)

NPM adalah suatu sistem manajemen desentral dengan perangkat- perangkat manajemen baru seperti controlling, benchmarking dan lean management. Reinventing Government dari Osborne & Peter Plastrik (1997) NPM dipahami sebagai privatisasi sejauh mungkin atas aktivitas pemerintah, NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik paradigma NPM yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam hal ini pengelolaan urbanisasi yang merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas

(24)

Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap. Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.

NPM terhadap Keterpaduan pelayanan Pemerintah tersebut memang mempunyai nilai plus dengan ketanggap-segeraan dalam setiap event dan moment pelayanan. Namun pelayanan Negara tersebut hanya berlangsung sesaat sebagaimana event pelayanan tersebut selesai dan moment itupun usai.

NPM mempunyai nilai yang signifikan bagi masyarakat, betapa tidak kebutuhan masyarakat dilihat dari aspek yang paling kecil hingga pada skala global. Kebutuhan masyarakat sebagai warga negara dihargai dengan penuh pelayanan, dimana kebutuhan yang paling mendasar hingga kebutuhan akualisasi diri dilayani oleh Pemerintah ecara baik dengan mengedepankan pelayanan prima dari semua apsek kehidupan warga masyarakat untuk mengelola urbanisasi.

Namun hal tersebut tidak berjalan sebagaimana harapan pelayanan pemerintah yang diamanatkan dalam konstitusi dasar Negara Indonesia.

Dimana pembangunan bangsa Indonesia tidak hanya terfokus dalam skala di Kota Makassar yang hanya sebagian kecil dari seluruh rakyatnya, pembangunan masyarakat buka hanya terbatas pada Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia. Sehingga urbanisasi penduduk dari daerah ke kota besar yang menjadi tradisi dalam perayaan tersebut mampu dirubah menjadi

(25)

pembangunan Indonesia yang merata dalam wilayah NKRI, perlunya pengelolaan urbanisasi yang baik akan berdampak baik dalam pengelolaannya.

C. Paradigma NPS (New Public Service)

Paradigma New Public Service (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul

“The New Public Service : Serving, not Steering (2003). Paradigma NPS dimaksudkan untuk meng”counter” paradigma administrasi yang menjadi arus utama (mainstream) saat ini yakni paradigma New Public Management yang berprinsip “run government like a businesss” atau “market as solution to the ills in public sector”. Menurut paradigma NPS , menjalankan administrasi pemerintahan tidaklah sama dengan mengelola urbansiasi dengan baik.

Pemerintah Kota Makassar berupaya mengantisipasi pertumbuhan urbanisasi akibat ketimpangan ekonomi antara kota dan daerah. Sebanyak 68% penduduk diperkirakan akan tinggal di perkotaan pada 2025 Sebab itu, Kota Makassar, sedang menghadapi tantangan terkait pengelolaan urbanisasi berkelanjutan. "Urbanisasi berkelanjutan memiliki peran kunci dalam pembangunan permukiman, karena dari segi positif urbanisasi dapat meningkatkan pembangunan ekonomi. Namun, kondisi tersebut memberi tantangan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan permukiman berkelanjutan, disertai infrastruktur yang layak, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di perkotaan, masalah ubanisasi telah dibahas dalam National Urban Forum, meliputi pencapaian serta tantangan pembangunan

(26)

permukiman perkotaan di Indonesia dalam kerangka Sustainable Urban Development (SDGs). "National Urban Forum merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan kepedulian seluruh pihak di bidang pembangunan permukiman dan perkotaan berkelanjutan." Adapun beberapa isu terkait masalah urbanisasi yang perlu diaplikasikan adalah pemenuhan perumahan dan sarana dasar di tingkat permukiman yang sesuai dengan karakteristik lingkungan setempat.

Paradigma NPS memandang penting keterlibatan banyak aktor dalam penyelenggaraan urusan publik . Dalam hal ini strategi untuk mengendalikan urbanisasi Pertama tentu peran pemerintah pusat sangat tinggi dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih terencana dan permanen di desa, terutama desa tertinggal, lewat menteri yang terkait, peranan bupati kepala daerah, pemda, kepala desa sangat dibutuhkan dalam memberi prioritas pembangunan pedesaan terutama dalam pengurangan kemiskinan dan peluang penciptaan tenaga kerja, perlu adanya insentif bagi pemuda yang mau membantu atau berperan dalam pembangunan pedesaan. Dalam administrasi publik apa yang dimaksud dengan kepentingan publik dan bagaimana kepentingan publik diwujudkan tidak hanya tergantung pada lembaga negara.

Kepentingan publik harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh semua pelayanan public tentang urbanisasi, maupun masyarakat sipil. Pandangan semacam ini yang menjadikan paradigma NPS disebut juga sebagai paradigma Governance, sebab untuk mewujudkan pengelolaan yang baik harusnya saling

(27)

berkoordinasi pada pemerintah yang terkait dalam hal ini pengelolaan urbanisasi.

D. Paradigma Publik Governance

Sesuai dengan perkembangan paradigma Publik Governance dalam Administrasi Publik maka, isu governance menjadi kunci pembahasan dalam administrasi Publik. Hal ini terkait dengan upaya untuk menciptakan pengelolaan urbanisasi yang baik, agar penduduk setiap tahunnya bisa di tata dengan baik masyarakat yang datang. Paradigma publik governance merupakan perubahan yang membumi dalam sistem pelayanan negara kepada masyarakat di Indonesia dengan cara membangun, karena lamanya dibawah lingkungan rezim otoriter pemerintahan Orde Baru yang membuat perubahan sebuah harapan. Idealnya perubahan rezim pemerintahan dan sistem pemerintahan dalam Negara demokrasi Indonesia saat ini mempunyai nilai yang signifikan dalam semua aspek mengelola urbanisasi, Harapan yang tinggi pasca reformasi pemerintahan Indonesia mendambakan sebuah tatanan sistem pemerintahan yang lebih membumi dan mendekatkan kebijakan pemerintah yang lebih dekat mengelola urbanisasi yang optimal. Karena mengelola urbanisasi yang optimal akan berdampak baik bagi wilayah tersebut. Dalam tujuan paradigm publik governance diharapkan agar pengelolaan urbanisasi, perpindahan penduduk dari desa ke kota serta bertambahnya jumlah dan kepadatan penduduk kota, bukan ruralisasi, perpindahan penduduk dari kota ke desa. Jarang sekali orang-orang pindah dari kota ke desa, kecuali dalam kondisi terpaksa, umpamanya keadaan kota

(28)

yang tidak aman akibat kerusuhan atau konflik keras antarkelompok warga.

Tetapi kepindahan penduduk ke desa, ruralisasi, itu biasanya tidak berlangsung lama atau permanen, bila keadaan kota sudah aman, mereka akan balik lagi ke kota.

Reinventing Government dari Osborne & Peter Plastrik (1997) Reformasi administrasi publik sebagai salah satu bidang kajian administrasi yang selalu menarik untuk dikritisi. Secara teoritis, lahirnya gejala ini sebagai akibat logis dari adanya kecenderungan perkembangan ilmu administrasi publik dari Paradigma Old Public Administration (OPA) menuju ke Paradigma New Public Management (NPM), kemudian lagi berkembang menjadi Paradigma New Public Service (NPS) dan Paradigma Publik Governance. Paradigma Old Public Administration kurang optimalnya dalam pengelolaan urbanisasi lemahnya pengawasan dapat menimbulkan kesenjangan sosial dalam urbanisasi tersebut. Paradigma New Public Management (NPM) masih perlunya pengelolaan urbanisasi yang baik akan berdampak baik dalam pengelolaannya. Paradigma New Public Service (NPS) disebut juga sebagai paradigma Governance, sebab untuk mewujudkan pengelolaan yang baik harusnya saling berkoordinasi pada pemerintah yang terkait dalam hal ini pengelolaan urbanisasi. Sedangkan Paradigma Publik Governance adanya penanganan yang baik yang akan berdampak positif bagi urbanisasi tersebut.

(29)

II. Manajemen Administrasi Publik

Secara mendasar dapat diartikan, manajemen publik merupakan penelitian interdisipliner aspek generik organisasi. Merupakan perpaduan dari perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian fungsi manajemen dengan manajemen sumber daya manusia, keuangan, informasi fisik, dan sumber daya politik. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa manajemen publik merupakan sebuah kinerja kompleks dari aktornya yaitu pemerintah dan seluruh pegawainya untuk melayani publik dengan sebaik-baiknya dan publik merasa terpenuhi semua keinginannya dengan baguya kinerja atau pengaturan dari dalam organisasi publik itu sendiri. Pengaturannya yang bukanlah murni untuk sekedar mencapai profit organisasi melainkan melayani konsumen yang berupa masyarakat sehingga harus memperhatikan manajemen semua aspek yang menjadi penunjang kinerja organisasi.

Administrasi Publik memiliki peran yang penting dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan di berbagai negara. Peran penting administrasi publik adalah mewujudkan tujuan utama dibentuknya Negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam konteks Indonesia, tujuan negara adalah sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alinea iv.

Perjalanan penyelenggaraan Administrasi Publik sebagai alat pencapai tujuan utama negara yang demikian, telah mengalami berbagai macam perkembangan mulai dari sebelum lahirnya konsep Negara Bangsa sampai lahirnya ilmu modern Administrasi Publik yang hingga detik ini telah

(30)

mengalami beberapa pergeseran paradigma, mulai model klasik yang berkembang dalam kurun waktu 1855/1887 sampai akhir 1980an. New Public Management (NPM) yang berkembang di tahun 1980an sampai pertengahan tahun 1990an; sampai paradigma Good Governance yang berkembang sejak pertengahan tahun 1990an hingga saat ini. Pergeseran paradigma Administrasi Publik membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan peran Administrasi Publik yang berkaitan dengan pelaksanaan strategi, pengelolaan organisasi internal, dan interaksi antara aktor-aktor dalam Administrasi Publik. Pengaruh pergeseran paradigma Administrasi Publik terhadap aspek-aspek kehidupan negara tersebut akan sangat menentukan model dan ragam dalam penyelenggaraan Pemerintahan dari sebuah Negara, termasuk Indonesia yang pergeseran paradigma Administrasi Publik-nya dalam suatu kondisi dipengaruhi dan mempengaruhi system-sistem lainnya. Model Pemerintahan sangat ditentukan oleh bagaimana kondisi lokal di negara tersebut, artinya sejauhmana Administrasi Publik di Negara tersebut telah beradaptasi dengan perkembangan paradigma yang ada, dan sejauh mana adaptasi terhadap perkembangan paradigma tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan keadaan lokal, fenomena-fenomena dan permasalahan yang terdapat di Negara tersebut.

A. Prinsip-prinsip Manajemen Administrasi Publik

Sebagaimana diketahui bahwa dalam administrasi publik terdapat empat belas prinsip yang dikemukakan oleh Hendry Fayol dalam Robbins

(31)

(2001:380) yang terdiri dari (1) Pembagian pekerjaan, prinsip ini sama dengan pembagian tenaga kerja menurut Adam Smith, spesialisasi meningkatkan hasil yang membuat tenaga kerja lebih efisien. (2) Wewenang.

Manajer harus member perintah, wewenang akan membuat mereka melakukan perintah dengan baik. (3) Disiplin. Tenaga kerja harus membantu dan melaksanakan aturan yang ditentukan organisasi. (4) Komando. Setiap tenaga kerja menerima perintah hanya dari yang berkuasa. (5) kesatuan arah.

Beberapa kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujuan yang sama dapat diperintah oleh seorang manajer menggunakan satu rencana. (6) Mengalahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum. (7) Pemberian upah. Pekerja harus dibayar dengan upah yang jelas untuk pelayanan mereka.

(8) Pemusatan. Berhubungan pada perbandingan yang mana mengurangi keterlibatan dalam pengambilan keputusan. (9) Orang dan bahan-bahan dapat ditempatkan dalam hal yang tepat dan dalam waktu yang tepat. (10) Keadilan. Manajer dapat berbuat baik dan terbuka pada bawahannya. (12) Stabilitas pada jabatan personal. (13) Inisiatif. Tenaga kerja yang menyertai untuk memulai dan membawa rencana yang akan digunakan upaya pada tingkat tinggi. (14) Rasa persatuan. Kekuatan promosi tim akan tercipta dari keharmonisan dan kesatuan dalam organisasi. Sedangkan Herbert Simon (2004:68) membagi empat prinsip-prinsip administrasi yang lebih umum: (1) efisiensi administrasi dapat ditingkatkan melalui suatu spesialisasi tugas di kalangan kelompok, (2) Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan anggota kelompok di dalam suatu hierarki yang pasti, (3) Efisiensi administrasi dapat

(32)

ditingkatkan dengan membatasi jarak pengawasan pada setiap sector di dalam organisasi sehingga jumlahnya menjadi kecil, (4) Efisiensi Administrasi ditingkatkan dengan mengelompokkan pekerjaan, untuk maksud-maksud pengawasan berdasarkan: tujuan, proses, langganan, tempat.

Dengan adanya spesialisasi, efisiensi administrasi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan spesialisasi. Dengan kesatuan komando, administrasi diperkirakan dapat ditingkatkan dengan mengatur anggota organisasi dalam suatu hierarki wewenang yang pasti untuk mempertahankan kesatuan komando. Dengan jarak pengawasan, efisiensi administrasi diperkirakan meningkat dengan membatasi bawahan yang melapor langsung kepada pengelolaannya masing-masing sehingga jumlahnya kecil, misalnya enam orang. Dengan pengelompokan pekerjaan, efisiensi administrasi diperkirakan meningkat, dengan mengelompokkan para karyawan menurut (a) tujuan, (b) proses, (c) langganan, dan (d) tempat.

Harus diakui bahwa cakupan atau ruang lingkup administrasi publik sangat kompleks tergantung dari perkembangan kebutuhan atau dinamika masalah yang dihadapi masyarakat. Salah satu cara untuk melihat cakupan material atau ruang lingkup administrasi publik dari suatu negara adalah dengan mengamati jenis lembaga-lembaga departemen (kementrian) dan non departemen yang ada dalam suatu negara atau daerah. Berkaca dari kompleksnya cakupan atau ruang lingkup administrasi publik in, ditambah lagi dengan prinsip-prinsip yang terdapat didalamnya, memerlukan strategi yang tepat dalam implementasi pelayanan publik. Strategis dalam pelayanan

(33)

publik dapat dilihat melalui enam dimensi strategis yang terdiri dari : (1) dimensi kebijakan, (2) dimensi struktur organisasi, (3) dimensi manajemen, (4) dimensi etika, (5) dimensi lingkungan, (6) dimensi akuntabilitas (Keban, 2008: 10). Dimensi kebijakan menyangkut proses pembuatan keputusan untuk penentuan tujuan dan cara atau alternative terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses tersebut dapat dianalogikan dengan system kerja otak pada manusia yang memberikan arahan atau tujuan dari suatu tindakan.

Dimensi struktur organisasi berkenaan dengan pengaturan struktur yang meliputi pembentukan unit, pembagian tugas antar unit (lembaga- lembaga publik) untuk mencapai tujuan dan target, termasuk wewenang dan tanggung jawabnya. Proses tersebut dapat diumpamakan dengan system organ tubuh manusia, yang memiliki peran dan fungsi tersendiri, dan siap melaksanakan tugasnya setelah mendapat perintah dari otak. Dimensi manajemen menyangkut proses bagaimana kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dapat diimplementasikan (digerakkan, diorganisir dan dikontrol) untuk mencapai tujuan organisasi melalui prinsip-prinsip manajemen. Hal ini dapat dianalogikan dengan system jantung dan urat nadi yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh termasuk ke organ-organnya dapat bergerak dan berfungsi. Sedangkan dimensi etika memberikan tuntunan moral terhadap administrasi tentang apa yang salah dan apa yang benar, atau apa yang baik apa yang buruk. Ini intuisi, dan suara hati nurani yang sering member teguran atau mengendalikan diri manusia.

(34)

Dimensi lingkungan adalah suasana dan kondisi sekitar yang mempengaruhi seluruh dimensi yang ada yaitu dimensi struktur organisasi, manajemen, kebijakan dan tanggung jawab moral. Hal ini diibaratkan dengan suhu atau iklim serta karakteristik lokasi dimana tubuh manusia bertumbuh dan berkembang. Mana kala iklim atau suhu tersebut akan sakit atau terlambat untuk berkembang. Iklim ini tergambar dalam system politik, social, ekonomi dan budaya serta teknologi yang mewarnai dinamika administrasi publik dari suatu Negara. Karena itu kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan menjadi sangat vital.

B. Fungsi-fungis Manajemen Administrasi Publik

Penelitian ini mencoba mengukur pengelolaan urbanisasi dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry. Menurut George R. Terry (2000:15-21) mendiskripsikan pekerjaan Manajer berdasarkan fungsinya yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), motivasi (motivating), pengawasan (controlling).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu sefisien dan sefektif mungkin (Nanang , 2000 : 49). Perencanaan merupakan fungsi yang mendasar dan utama dari semua fungsi-fungsi manajemen, karena selain sebagai fungsi yang pertama dan utama, ia menentukan bagaimana fungsi–fungsi manajemen lainnya akan dilaksanakan atau merupakan dasar, landasan atau titik tolak dalam melaksanakan tindakan

(35)

-tindakan manajerial (Silalahi, 1996:137). Adapun menurut Heidjrachman Ranupandojo, perencanaan ialah pengambilan keputusan tentang apa yang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, kapan mengerjakannya, siapa yang mengerjakannya dan bagaimana mengukur keberhasilan pelaksanaannya (Ranupandojo, 1996 : 11). Perencanaan disini menekankan pada perencanaan secara implisit, mengandung arti penentuan tujuan, pengembangan kebijakan, program, sistem dan prosedur, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan adalah proses kegiatan pengambilan keputusan yang mengandung peramalan masa depan tentang fakta, kebutuhan organisasi yang berhubungan dengan program kegiatan yang akan dilaksanakan se-efisien mungkin. Jadi, perencanaan harus dapat menggariskan segala tindakan organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang- orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehinggatercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuhdan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang, 2007 : 60). Fungsi organizing adalah fungsi pimpinan untuk menetapkan dan mengatur kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan, mengadakan pembagian pekerjaan, menempatkan orang- orang yang berwenang pada kesatuankesatuan organisatoris atau departemen

(36)

serta menetapkan batas-batas wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas masing-masing.

3. Motivasi (Motivating)

Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa pengertia tentang apa itu motivasi dan apa saja bagian dari motivasi itu sendiri, dalam (Irianto 2005) dijelaskan, motivasi berasal dari kata move yang artinya “bergerak”. Definisi motivasi masih sering diperdebatkan. Diantaranya berbunyi: “Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseoran atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu”. Salah satu unsur dari motivasi adalah motif (motive, alasan, atau sesuatu yang memotivasi).

Motivasi dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, eksternal dan internal.

Robbin (dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual.

Siagian (2002:94 dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) mengemukakan bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi bisnis, aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para manajer. Karena 4 (empat) pertimbangan utama yaitu: (1) Filsafat hidup manusia berkisar pada prinsip “quit pro quo”, yang dalam bahasa awam dicerminkan oleh pepatah yang mengatakan “ada ubi ada talas, ada budi ada balas”, (2) Dinamika kebutuhan manusia sangat kompleks

(37)

dan tidak hanya bersifat materi, akan tetapi juga bersifat psikologis, (3) Tidak ada titik jenuh dalam pemuasan kebutuhan manusia, (4) Perbedaan karakteristik individu dalam organisasi atau perusahaan, mengakibatkan tidak adanya satupun teknik motivasi yang sama efektifnya untuk semua orang dalam organisasi juga untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang berbeda- beda. Soegiri (2004:27-28 dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) dalam Antoni (2006:24 dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) mengemukakan bahwa pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja dan hasil optimal mempunyai bentuk linear dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik, maka gairah kerja karyawan akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Gairah kerja sebagai salah satu bentuk motivasi dapat dilihat antara lain dari tingkat kehadiran karyawan, tanggung jawab terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan.

4. Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan merupakan fungsi manajerial dasar yang

sengaja didesain untuk maksud tertentu sesuai dengan tujuan kontrol yang diharapkan, sehingga manajer dapat mengetahui efektivitas sumber-sumber informasi yang ada dalam organisasinya, efektivitas aktifitas kelompok, serta efektivitas aktifitas setiap individu anggota organisasinya (Sujak, 1990: 307).

Kegiatan pengontrolan dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-

(38)

penyimpangan dari pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan perbaikanapabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan. Dengan demikian, kegiatan pengontrolan mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana. Oleh karena itu, pengontrolan dimaksudkan agar tujuan yang dicapai sesuai dengan atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditentukan (Silalahi, 1996: 296-297).

5. Unsur-Unsur Manajemen Administrasi Publik

Administrasi sebagai rangkaian kegiatan penataan di dalam pelaksanaanya bila diteliti terlihat adanya unsur-unsur yang menurut The Liang Gie (1982) unsur-unsur tersebut terdiri atas 8 macam , yaitu :

a. Organisasi : adalah unsur pertama dari Administrasi yang merupakan wadah dimana kegiatan–kegiatan administrasi dijalankan. Dalam organisasi dikelompokkan ortang-orang, tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jaawab serta hubungan diantara para pekerja atau unit-unit tugas.

b. Manajemen: adalah rangkaian perbuatan menggerakkan orang-orang dan mengerahkan segenap fasilitas kerja agar tujuan kerjasama betul-betul tercapai.

c. Komunikasi: rangkaian perbuatan menyampaikan warta dari satu pihak kepeda pihak lain dalam usaha kerjasama yang bersangkutan.

d. Kepegawaian: rangkaian perbuatan mengatur dan mengurus tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha kerjasama yang bersangkutan.

(39)

e. Keuangan: rangkaian perbuatan mengelola segi-segi pembelanjaan dalam usaha kerja sama.

f. Perbekalan: rangkaian perbuatan mengadakan, mengatur pemakaian, mendaftar, memelihara, sampai kepada penyingkiran benda-benda perlengkapan dalam usaha kerjasama.

g. Tata usaha : rangkaian perbuatan menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukkan dalam usaha kerjasama.

h. Hubungan masyarakat: rangkaian kegiatan menciptakan hubungan baik dan dukungan dari masyarakat sekeliling terhadap usaha kerja sama yang bersangkutan

Unsur-unsur yang disebutkan di artas terdapat dalam usaha kerja sama pada umumnya, apapun tujuan dan corak usaha kerja sama itu. Pemisahan unsur-unsur manajemen dalam administrasi itu hanyalah untuk kebutuhan analisis teoritis sebab dikenyataan sehari-hari unsur-unsur itu hanyalah untuk kebutuhan analisa teoritis sebab di dalam kenyataan sehari-hari kegiatan dari unsur-unsur ini saling jalin menjalin satu sama lain, karena memang administrasi adalah merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipisah- pisahkan.

III. Konsep Urbanisasi

Administrasi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial.

Administrasi sebagai ilmu pengetahuan berada dalam pemikiran manusia ilmuwan senantiasa dihadapkan pada berbagai bantahan dan wajib

(40)

memberikan penjelasan tentang nilai kebenaran, sesuai dengan prinsip-prinsip umum empiris. Sebenarnya focus utama dari ilmu administrasi adalah persoalan tentang manusia, terutama yang berkaitan dengan pengaturan dan keteraturan dalam rangka peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Kata paradigma dilontarkan pertama kalinya oleh Thomas S. Kuhn yang kemudian berkembang dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam organisasi formal dalam artian organisasi pemerintah secara resmi maupun organisasi informal. Paradigma adalah suatu pndangan yang disepakati dari seluruh anggota organisasi, jika paradigmanya organisasi dan jika paradigmanya negara maka semua pandang yang telah disepakati seluruh warga negara yang bersangkutan dan sebagainya.

Paradigma administrasi merupakan suatu teori dasar atau ontologi administrasi dengan cara pandang yang relatif fundamental dari nilai-nilai kebenaran, konsep, dan metodologi serta pendekatan-pendekatan yang dipergunakan. Perubahan paradigma disebabkan oleh perkembangan pemikiran para ilmuwan administrasi atas bantahan-bantahan karena keraguan kebenaran yang dikandungnya itu telah mengalami pergeseran makna.

Urbanisasi merupakan masalah yang cukup serius bagi kota-kota besar diIndonesia. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama antar daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antar tingkat pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi. Ekspektasi atas tingkat pendapatan yang lebih besar masih sangat menjanjikan bagi pelaku urbanisasi walaupun pada

(41)

dasarnya urbanisasi tersebut akan meningkatkan jumlah penduduk kota tujuan.

Peningkatan jumlah penduduk ini akan menimbulkan beberapa permasalahan bagi kota tujuan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, perumahan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Pengertian urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan dari desa ke kota. Sedangkan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, yaitu kesempatan kerja.

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2007:26), Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah,

(42)

bahwa urbanisasi menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi. Adanya perbedaan tingkat kehidupan antara ke dua daerah tersebut yakni kota dan desa, baik perbedaan tingkat ekonomi, sosial maupun politik, sehingga kota seakan-akan selalu memberikan kesan yang menyenangkan bagi penduduk desa, karena dikota segalanya dapat dipenuhi dengan mudah, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Kota memberikan bayangan tentang kesenangan hidup dan mudahnya mencari pekerjaan yang layak dengan tidak perlu mengotori tangan.Disamping adanya faktor penarik yang berasal dari kota, kesulitan-kesulitan hidup yang dirasakan di desa menjadi faktor pendorong bagi terlaksananya proses urbanisasi. Satu hal yang patut dicatat adalah kebayakan dari mereka yang berpindah tempat ke kota ini bukan semata-mata untuk meninggalkan status mereka saja (mobilitas sosial), tetapi lebih merupakan dorongan karena semakin sulitnya mencari kehidupan yang layak di daerah perdesaan.

Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Hal inilah yang mendorong masyarakat untuk melakukan urbanisasi dengan tujuan bisa mendapat kehidupan yang layak. Selain itu, daya tarik daerah tujuan juga menentukan masyarakat untuk melakukan urbanisasi. Para urban yang tidak memiliki skill kecuali bertani akan kesulitan mencari pekerjaan di daerah perkotaan, karena

(43)

lapangan pekerjaan di kota menuntut skill yang sesuai dengan bidangnya.

Ditambah lagi, lapangan pekerjaan yang juga semakin sedikit sehingga adanya persaingan ketat dalam mencari pekerjaan. Masyarakat yang tidak memiliki skill hanya bisa bekerja sebagai buruh kasar, pembantu Rumah Tangga, tukang kebun, dan pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot daripada otak. Sedangakn masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan, umumnya hanya menjadi tunawisma, tunakarya, dan tunasusila, menurut Tjiptoherijanto (31:2007). Urabinisasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sebuah negara, khususnya negara-negara berkemabang seperti Indonesia.

Urbanisasi terjadi akibat adanya faktor-faktor pendorong dan penarik yang menyebabkan masyarakat melakukan perpindahan ke daerah lain. Faktor yang dominan adalah masalah ekonomi. Dengan alasan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat berpindah dari satu daerah ke daerah lain yang dianggap mampu menyediakan sumber-sumber perekonomian yang baik. Hal ini biasanya terjadi pada masyarakat desa yang melakukan migrasi ke perkotaan, khususnya adalah kota-kota besar yang dalam bayangan mereka mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang luas dan beragam, dan tentunya dengan harapan untuk penghasilan yang lebih baik secara ekonomi.

Anggapan mereka tidak keliru, karena kenyataannya kota-kota besar memang menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak dan beragam. Namun demikian menjadi keliru jika mereka masih menganggap mudah untuk mengakses ragam pekerjaan yang disediakan oleh kota-kota besar, terlebih lagi pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus. Tentu saja mereka tidak akan

(44)

mempertimbangkan hal ini, dan pada akhirnya merekapun melakukan migrasi besar-besaran dengan hanya bermodakan “nekat”. Tidak ada modal keahlian maupun modal finansial yang mereka miliki sebagai langkah untuk bertahan di perkotaan dengan kehidupan yang serba modern, heterogen dan individualistis.

Permasalahan-permasalahan yang muncul tentunya dipengaruhi oleh kelebihan populasi yang disebabkan oleh urbanisasi yang tidak merata. Faktor pendorong dan penarik urbanisasi saat ini diperkuat oleh media-media komunikasi, televisi khususnya. Media-media komunikasi tersebut mencitrakan kota-kota besar seperti Jakarta sebagai pusat investasi ekonomi, selain itu kota-kota besar juga dicitrakan sebagai wilayah dengan pusat hiburan yang mampu memanjakan warganya. Hal ini tentunya menambah rasa ingin tahu masyarakat terhadap kota-kota besar, dengan harapan dapat merubah kehidupan mereka, khususnya dari aspek ekonomi. Dengan demikian bukanlah hal yang mengherankan jika masyarakat yang tinggal di desa, khususnya yang berpenghasilan rendah, berbondong-bondong datang ke kota besar untuk mengadu nasib. Mereka yang berhasil tentu akan terangkat status ekonomi dan sekaligus status sosialnya, sebalikanya mereka yang tidak mampu bersaing akan semakin terpinggirkan dan terjebak dalam rimba megapolitan, sehingga menjadi sebuah anomi baru bagi kota.

Satu demi satu permasalahan muncul seiring dengan laju urbanisasi.

Resiko-resiko besar hidup di kota tentunya sudah mereka pahami sebelumnya, namun mereka masih saja memilih untuk melakukan urbnisasi, dan

(45)

menjadikan laju urbnisasi ke kota-kota besar tetap tinggi. ledakan populasi di kota-kota besar tentunya menjadikannya begitu padat dan sesak dengan penduduk. Hal inilah salah satunya yang memicu munculnya berbagai permasalahan. Dengan kondisi perkotaan yang demikian ini kemudian apakah wilayah tersebut masih layak bagi warga yang tinggal di dalamnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Urbanisasi sebagai berikut :

a. Pada umumnya, masyarakat melakukan urbanisasi karena adanya pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh- pengaruh tersebut bisa berasal dari daerah asal (faktor pendorong) maupun daerah tujuan (faktor penarik).

b. Latar belakang atau sebab-sebab terjadinya urbanisasi (Soefaat, 1999 : 36), yaitu:

c. Pertambahan penduduk yang disebabkan oleh migrasi penduduk dari daerah luar kota ke dalam kota, atau dari kota lain ke kota tertentu (aspek demografis)

d. Perubahan mata pencaharian yang semula bersumber pada pertanian menjadi berorientasi pada industri, dagang dan berbagai jenis jasa lainnya lannya (aspek demografis)

e. Perubahan perubahan lahan yang semula agraris menjadi berorientasi kepada industri, dagang dan jasa (aspek ruang dan ekonomi)

(46)

f. Perubahan gaya hidup penduduk yang berimigrasi seperti tersebut di atas dari gaya pedesaan menjadi gaya perkotaan (urban) (aspek sosial).

Eko A. Meinarno (2011:222) langkah langkah mengurangi urbanisasi terkonsentrasinya manusia ke daerah perkotaan banyak faktor yang membuat berkumpulnya manusia dalam kota. Factor tersebut antara lain karena adanya acara penting, kegiatan pertukaran, dan perdagangan. Suatu kota akan mengalami perkembangan dalam beberapa tahap, Sjoberg menyebutkan bahwa pada tahap awal dari kota adalah pemukiman yang dihuni oleh suatu kelompok manusia yang relative homogeny (dalam Widianto, 1988).

Shogo kayono dalam Abbas (2002: 321) Memberikan pengertian urbanisasi sebagai perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam hubungannya dengan masyarakat baru yang dilatar belakangi oleh faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya. Sementara Keban dalam Abbas (2002) berpendapat bahwa urbanisasi jangan hanya dalam konteks demografi saja karena urbanisasi mengandung pengertian yang multidimensional. Urbanisasi dari pendekatan demografis berarti sebagai suatu proses peningkatan konsentrasi penduduk diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal menjadi meningkat yang biasanya secara sederhana konsentrasi tersebut diukur dari proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, dan perubahan jumlah pusat-pusat kota. Sedangkan urbanisasi menurut pendekatan ekonomi politik didefenisikan sebagai transformasi sosial ekonomi yang timbul sebagai akibat dari

(47)

pengembangan dan ekspansi kapitalisme (capitalist urbanization).Dalam konteks modernisasi, urbanisasi mengandung pengertian sebagai perubahan nilai dari orientasi tradisional ke orientasi modern sehingga terjadi difusi modal, teknologi, nilai-nilai, pengelolaan kelembagaan dan orientasi dari masyarakat tradisional ke dunia barat (kota).

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2010) pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota.

IV. Kerangka Pikir

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam Pengelolaan Urbanisasi Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Menurut George R.

Terry (2000:15-21) mendiskripsikan pekerjaan Manajer berdasarkan fungsinya yakni : 1. Perencanaan (Planning) merupakan fungsi yang mendasar dan utama dari semua fungsi-fungsi manajemen, karena selain sebagai fungsi yang pertama dan utama, ia menentukan bagaimana fungsi–fungsi manajemen lainnya akan dilaksanakan, 2. Pengorganisasian (Organizing) merupakan Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehinggatercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu

(48)

kesatuan yang utuhdan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, 3. Motivasi (Motivating) merupakan sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseoran atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu”. Salah satu unsur dari motivasi adalah motif (motive, alasan, atau sesuatu yang memotivasi). Motivasi dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, eksternal dan internal, sedangkan 4.

Pengawasan (Controlling) merupakan fungsi manajerial dasar yang sengaja didesain untuk maksud tertentu sesuai dengan tujuan kontrol yang diharapkan, sehingga manajer dapat mengetahui efektivitas sumber-sumber informasi yang ada dalam organisasinya.

Berdasarkan hal ini, maka adapun kerangka fikir dalam penelitian ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut :

BAGAN KERANGKA PIKIR

Pengelolaan Urbanisasi

Indikator Pengelolaan 1. Perencanaan (Planning) 2. Pengorganisasian (Organizing) 3. Motivasi (Motivating)

4. Pengawasan (Controlling)

Efektivitas Pengelolaan Urbanisasi

(49)

V. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar yang meliputi : 1.

Perencanaan (Planning), 2. Pengorganisasian (Organizing), 3. Motivasi (Motivating) dan 3. Pengawasan (Controlling).

VI. Deskripsi Fokus Penelitian.

1. Pengelolaan Urbanisasi :

Pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya terkhusus di Kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya masih perlu di benahi, setiap tahun semakin banyaknya masyarakat pendatang dilihat dari banyak masyarakat yang bermukim tersebut, akhirnya menjadi beban berat bagi pemerintah yang akan berdampak pengelolaan urbanisasi tidak bisa berjalan optimal.

2. Perencanaan (Planning) :

Perencanaannya dengan melakukan pendataan, sudah berjalan dengan optimalnya pengelolaan urbanisasi tersebut, dimana para RT/RW melakukan setiap bulan sekali pendataan, bersosialisasi wajib melapor 1x24 jam dimana banyaknya masyarakat urban yang bermukim di kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya tersebut.

3. Pengorganisasian (Organizing) :

Pengorganisasian pengelolaan urbanisasi sudah berjalan dengan sesuai yang diinginkan dimana pengorganisasiannya sudah dilaksanakan oleh para RT/RW dengan turung langsung dilingkungan masing-masing, saling adanya

(50)

koordinasi antar pemerintah kelurahan akan berdampak baik bagi pengelolaan urbanisasi tersebut.

4. Motivasi (Motivating)

Pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar belum optimal, pengelolaan urbanisasi senantiasa berkoordinasi, saling mendukung dan memperkuat keberadaan fungsi dan tugas masing-masing dalam pengelolaan urbanisasi, pimpinan kelurahan agar kiranya harus memotivasi pada bawahannya terkhusus kepada RT/RW, motivasi sangat mendukung dalam mengelola urbanisasi agar tidak berdampak buruk dalam pengelolaan urbanisasi tersebut.

5. Pengawasan (Controlling) :

Kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk pengelolaan urbanisasi Kecamatan Biringkanaya kota Makassar, dimana pengawasannya ada tapi belum terlalu maksimal, dimana pengawasannya pihak RT/RW sudah bisa memaksimalkan peran tugasnya pengawasannya dengan cara sosialisasi, wajib lapor dan didata.

6. Efektivitas pengelolaan urbanisasi Kecamatan Biringkanaya kota Makassar dimana dalam pengelolaan urbanisasi perlu adanya perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengawasan agar secara keseluruhan bisa berjalan dengan efektif dan optimal.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini di laksanakan selama kurung waktu 2 bulan. Sedangkan penelitian ini berlokasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dengan mengambil sampel Kelurahan Paccerakkang dan Kelurahan Sudiang Raya. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan jumlah urbanisasi terbesar di Kota Makassar.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mendiskripsikan makna data-data empiric yang berkaitan dengan hal agar penelitian ini dapat menjelaskan dan menggambarkan tentang pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

2. Tipe penelitian yang digunakan adalah fenomenologi dimaksudkan untuk memberi gambar secara jelas mengenai masalah- masalah yang di teliti berdasarkan pengalaman yang dialami oleh informan. Adapun masalah- masalah yang diteliti adalah pengelolaan urbanisasi di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

C. Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan penelitian, sumber data yang diperoleh secara langsung dari orang-orang atau informan yang secara sengaja dipilih untuk memperoleh data-data atau informasi yang ada relefansinya dengan permasalahan penelitian

40

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Duquet dalam Nurfatoni (2016: 33) mengemukakan bahwa karakteristik gambar dengan gaya Lyrical adalah warna yang cerah, hangat, tenang, dan merupakan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perasan daun pepaya memiliki efektivitas terhadap peningkatan jumlah sel osteoblast pasca pencabutan gigi pada tikus

Sudah saudara peroleh dari kedua bank tersebut diatas cut-off laporan bank mencakup periode antara tanggal 1 s.d 15 Januari 2014 (lihat tabel 1 dan tabel 2). Gunakan informasi

Tidak semua Pajak Masukan dapat dikreditkan Menurut UU PPN pasal 9 ayat 8 nomor 42 tahun 2009, beberapa Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan untuk

Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng

Sejak adanya penghapusan monopoli minyak pelumas oleh pemerintah lewat Keppres No.21 Tahun 2001, iklim persaingan pasar bisnis pelumas kian sengit.Para produsen minyak

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi melalui

Dari fakta yang ditemukan dipersidangan, yaitu barang yang diambil oleh para terdakwa I dan terdakwa II adalah milik orang lain dan bukan milik para terdakwa sebagaimana