• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Unsur-unsur Manajemen Administrasi Publik

III. Konsep Urbanisasi

Administrasi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial.

Administrasi sebagai ilmu pengetahuan berada dalam pemikiran manusia ilmuwan senantiasa dihadapkan pada berbagai bantahan dan wajib

memberikan penjelasan tentang nilai kebenaran, sesuai dengan prinsip-prinsip umum empiris. Sebenarnya focus utama dari ilmu administrasi adalah persoalan tentang manusia, terutama yang berkaitan dengan pengaturan dan keteraturan dalam rangka peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Kata paradigma dilontarkan pertama kalinya oleh Thomas S. Kuhn yang kemudian berkembang dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam organisasi formal dalam artian organisasi pemerintah secara resmi maupun organisasi informal. Paradigma adalah suatu pndangan yang disepakati dari seluruh anggota organisasi, jika paradigmanya organisasi dan jika paradigmanya negara maka semua pandang yang telah disepakati seluruh warga negara yang bersangkutan dan sebagainya.

Paradigma administrasi merupakan suatu teori dasar atau ontologi administrasi dengan cara pandang yang relatif fundamental dari nilai-nilai kebenaran, konsep, dan metodologi serta pendekatan-pendekatan yang dipergunakan. Perubahan paradigma disebabkan oleh perkembangan pemikiran para ilmuwan administrasi atas bantahan-bantahan karena keraguan kebenaran yang dikandungnya itu telah mengalami pergeseran makna.

Urbanisasi merupakan masalah yang cukup serius bagi kota-kota besar diIndonesia. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama antar daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antar tingkat pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi. Ekspektasi atas tingkat pendapatan yang lebih besar masih sangat menjanjikan bagi pelaku urbanisasi walaupun pada

dasarnya urbanisasi tersebut akan meningkatkan jumlah penduduk kota tujuan.

Peningkatan jumlah penduduk ini akan menimbulkan beberapa permasalahan bagi kota tujuan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, perumahan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Pengertian urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan dari desa ke kota. Sedangkan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, yaitu kesempatan kerja.

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2007:26), Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah,

bahwa urbanisasi menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi. Adanya perbedaan tingkat kehidupan antara ke dua daerah tersebut yakni kota dan desa, baik perbedaan tingkat ekonomi, sosial maupun politik, sehingga kota seakan-akan selalu memberikan kesan yang menyenangkan bagi penduduk desa, karena dikota segalanya dapat dipenuhi dengan mudah, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Kota memberikan bayangan tentang kesenangan hidup dan mudahnya mencari pekerjaan yang layak dengan tidak perlu mengotori tangan.Disamping adanya faktor penarik yang berasal dari kota, kesulitan-kesulitan hidup yang dirasakan di desa menjadi faktor pendorong bagi terlaksananya proses urbanisasi. Satu hal yang patut dicatat adalah kebayakan dari mereka yang berpindah tempat ke kota ini bukan semata-mata untuk meninggalkan status mereka saja (mobilitas sosial), tetapi lebih merupakan dorongan karena semakin sulitnya mencari kehidupan yang layak di daerah perdesaan.

Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Hal inilah yang mendorong masyarakat untuk melakukan urbanisasi dengan tujuan bisa mendapat kehidupan yang layak. Selain itu, daya tarik daerah tujuan juga menentukan masyarakat untuk melakukan urbanisasi. Para urban yang tidak memiliki skill kecuali bertani akan kesulitan mencari pekerjaan di daerah perkotaan, karena

lapangan pekerjaan di kota menuntut skill yang sesuai dengan bidangnya.

Ditambah lagi, lapangan pekerjaan yang juga semakin sedikit sehingga adanya persaingan ketat dalam mencari pekerjaan. Masyarakat yang tidak memiliki skill hanya bisa bekerja sebagai buruh kasar, pembantu Rumah Tangga, tukang kebun, dan pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot daripada otak. Sedangakn masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan, umumnya hanya menjadi tunawisma, tunakarya, dan tunasusila, menurut Tjiptoherijanto (31:2007). Urabinisasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sebuah negara, khususnya negara-negara berkemabang seperti Indonesia.

Urbanisasi terjadi akibat adanya faktor-faktor pendorong dan penarik yang menyebabkan masyarakat melakukan perpindahan ke daerah lain. Faktor yang dominan adalah masalah ekonomi. Dengan alasan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat berpindah dari satu daerah ke daerah lain yang dianggap mampu menyediakan sumber-sumber perekonomian yang baik. Hal ini biasanya terjadi pada masyarakat desa yang melakukan migrasi ke perkotaan, khususnya adalah kota-kota besar yang dalam bayangan mereka mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang luas dan beragam, dan tentunya dengan harapan untuk penghasilan yang lebih baik secara ekonomi.

Anggapan mereka tidak keliru, karena kenyataannya kota-kota besar memang menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak dan beragam. Namun demikian menjadi keliru jika mereka masih menganggap mudah untuk mengakses ragam pekerjaan yang disediakan oleh kota-kota besar, terlebih lagi pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus. Tentu saja mereka tidak akan

mempertimbangkan hal ini, dan pada akhirnya merekapun melakukan migrasi besar-besaran dengan hanya bermodakan “nekat”. Tidak ada modal keahlian maupun modal finansial yang mereka miliki sebagai langkah untuk bertahan di perkotaan dengan kehidupan yang serba modern, heterogen dan individualistis.

Permasalahan-permasalahan yang muncul tentunya dipengaruhi oleh kelebihan populasi yang disebabkan oleh urbanisasi yang tidak merata. Faktor pendorong dan penarik urbanisasi saat ini diperkuat oleh media-media komunikasi, televisi khususnya. Media-media komunikasi tersebut mencitrakan kota-kota besar seperti Jakarta sebagai pusat investasi ekonomi, selain itu kota-kota besar juga dicitrakan sebagai wilayah dengan pusat hiburan yang mampu memanjakan warganya. Hal ini tentunya menambah rasa ingin tahu masyarakat terhadap kota-kota besar, dengan harapan dapat merubah kehidupan mereka, khususnya dari aspek ekonomi. Dengan demikian bukanlah hal yang mengherankan jika masyarakat yang tinggal di desa, khususnya yang berpenghasilan rendah, berbondong-bondong datang ke kota besar untuk mengadu nasib. Mereka yang berhasil tentu akan terangkat status ekonomi dan sekaligus status sosialnya, sebalikanya mereka yang tidak mampu bersaing akan semakin terpinggirkan dan terjebak dalam rimba megapolitan, sehingga menjadi sebuah anomi baru bagi kota.

Satu demi satu permasalahan muncul seiring dengan laju urbanisasi.

Resiko-resiko besar hidup di kota tentunya sudah mereka pahami sebelumnya, namun mereka masih saja memilih untuk melakukan urbnisasi, dan

menjadikan laju urbnisasi ke kota-kota besar tetap tinggi. ledakan populasi di kota-kota besar tentunya menjadikannya begitu padat dan sesak dengan penduduk. Hal inilah salah satunya yang memicu munculnya berbagai permasalahan. Dengan kondisi perkotaan yang demikian ini kemudian apakah wilayah tersebut masih layak bagi warga yang tinggal di dalamnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Urbanisasi sebagai berikut :

a. Pada umumnya, masyarakat melakukan urbanisasi karena adanya pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa berasal dari daerah asal (faktor pendorong) maupun daerah tujuan (faktor penarik).

b. Latar belakang atau sebab-sebab terjadinya urbanisasi (Soefaat, 1999 : 36), yaitu:

c. Pertambahan penduduk yang disebabkan oleh migrasi penduduk dari daerah luar kota ke dalam kota, atau dari kota lain ke kota tertentu (aspek demografis)

d. Perubahan mata pencaharian yang semula bersumber pada pertanian menjadi berorientasi pada industri, dagang dan berbagai jenis jasa lainnya lannya (aspek demografis)

e. Perubahan perubahan lahan yang semula agraris menjadi berorientasi kepada industri, dagang dan jasa (aspek ruang dan ekonomi)

f. Perubahan gaya hidup penduduk yang berimigrasi seperti tersebut di atas dari gaya pedesaan menjadi gaya perkotaan (urban) (aspek sosial).

Eko A. Meinarno (2011:222) langkah langkah mengurangi urbanisasi terkonsentrasinya manusia ke daerah perkotaan banyak faktor yang membuat berkumpulnya manusia dalam kota. Factor tersebut antara lain karena adanya acara penting, kegiatan pertukaran, dan perdagangan. Suatu kota akan mengalami perkembangan dalam beberapa tahap, Sjoberg menyebutkan bahwa pada tahap awal dari kota adalah pemukiman yang dihuni oleh suatu kelompok manusia yang relative homogeny (dalam Widianto, 1988).

Shogo kayono dalam Abbas (2002: 321) Memberikan pengertian urbanisasi sebagai perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam hubungannya dengan masyarakat baru yang dilatar belakangi oleh faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya. Sementara Keban dalam Abbas (2002) berpendapat bahwa urbanisasi jangan hanya dalam konteks demografi saja karena urbanisasi mengandung pengertian yang multidimensional. Urbanisasi dari pendekatan demografis berarti sebagai suatu proses peningkatan konsentrasi penduduk diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal menjadi meningkat yang biasanya secara sederhana konsentrasi tersebut diukur dari proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, dan perubahan jumlah pusat-pusat kota. Sedangkan urbanisasi menurut pendekatan ekonomi politik didefenisikan sebagai transformasi sosial ekonomi yang timbul sebagai akibat dari

pengembangan dan ekspansi kapitalisme (capitalist urbanization).Dalam konteks modernisasi, urbanisasi mengandung pengertian sebagai perubahan nilai dari orientasi tradisional ke orientasi modern sehingga terjadi difusi modal, teknologi, nilai-nilai, pengelolaan kelembagaan dan orientasi dari masyarakat tradisional ke dunia barat (kota).

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2010) pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota.

Dokumen terkait