• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Paradigma NPS (New Public Service)

Paradigma New Public Service (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul

“The New Public Service : Serving, not Steering (2003). Paradigma NPS dimaksudkan untuk meng”counter” paradigma administrasi yang menjadi arus utama (mainstream) saat ini yakni paradigma New Public Management yang berprinsip “run government like a businesss” atau “market as solution to the ills in public sector”. Menurut paradigma NPS , menjalankan administrasi pemerintahan tidaklah sama dengan mengelola urbansiasi dengan baik.

Pemerintah Kota Makassar berupaya mengantisipasi pertumbuhan urbanisasi akibat ketimpangan ekonomi antara kota dan daerah. Sebanyak 68% penduduk diperkirakan akan tinggal di perkotaan pada 2025 Sebab itu, Kota Makassar, sedang menghadapi tantangan terkait pengelolaan urbanisasi berkelanjutan. "Urbanisasi berkelanjutan memiliki peran kunci dalam pembangunan permukiman, karena dari segi positif urbanisasi dapat meningkatkan pembangunan ekonomi. Namun, kondisi tersebut memberi tantangan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan permukiman berkelanjutan, disertai infrastruktur yang layak, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di perkotaan, masalah ubanisasi telah dibahas dalam National Urban Forum, meliputi pencapaian serta tantangan pembangunan

permukiman perkotaan di Indonesia dalam kerangka Sustainable Urban Development (SDGs). "National Urban Forum merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan kepedulian seluruh pihak di bidang pembangunan permukiman dan perkotaan berkelanjutan." Adapun beberapa isu terkait masalah urbanisasi yang perlu diaplikasikan adalah pemenuhan perumahan dan sarana dasar di tingkat permukiman yang sesuai dengan karakteristik lingkungan setempat.

Paradigma NPS memandang penting keterlibatan banyak aktor dalam penyelenggaraan urusan publik . Dalam hal ini strategi untuk mengendalikan urbanisasi Pertama tentu peran pemerintah pusat sangat tinggi dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih terencana dan permanen di desa, terutama desa tertinggal, lewat menteri yang terkait, peranan bupati kepala daerah, pemda, kepala desa sangat dibutuhkan dalam memberi prioritas pembangunan pedesaan terutama dalam pengurangan kemiskinan dan peluang penciptaan tenaga kerja, perlu adanya insentif bagi pemuda yang mau membantu atau berperan dalam pembangunan pedesaan. Dalam administrasi publik apa yang dimaksud dengan kepentingan publik dan bagaimana kepentingan publik diwujudkan tidak hanya tergantung pada lembaga negara.

Kepentingan publik harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh semua pelayanan public tentang urbanisasi, maupun masyarakat sipil. Pandangan semacam ini yang menjadikan paradigma NPS disebut juga sebagai paradigma Governance, sebab untuk mewujudkan pengelolaan yang baik harusnya saling

berkoordinasi pada pemerintah yang terkait dalam hal ini pengelolaan urbanisasi.

D. Paradigma Publik Governance

Sesuai dengan perkembangan paradigma Publik Governance dalam Administrasi Publik maka, isu governance menjadi kunci pembahasan dalam administrasi Publik. Hal ini terkait dengan upaya untuk menciptakan pengelolaan urbanisasi yang baik, agar penduduk setiap tahunnya bisa di tata dengan baik masyarakat yang datang. Paradigma publik governance merupakan perubahan yang membumi dalam sistem pelayanan negara kepada masyarakat di Indonesia dengan cara membangun, karena lamanya dibawah lingkungan rezim otoriter pemerintahan Orde Baru yang membuat perubahan sebuah harapan. Idealnya perubahan rezim pemerintahan dan sistem pemerintahan dalam Negara demokrasi Indonesia saat ini mempunyai nilai yang signifikan dalam semua aspek mengelola urbanisasi, Harapan yang tinggi pasca reformasi pemerintahan Indonesia mendambakan sebuah tatanan sistem pemerintahan yang lebih membumi dan mendekatkan kebijakan pemerintah yang lebih dekat mengelola urbanisasi yang optimal. Karena mengelola urbanisasi yang optimal akan berdampak baik bagi wilayah tersebut. Dalam tujuan paradigm publik governance diharapkan agar pengelolaan urbanisasi, perpindahan penduduk dari desa ke kota serta bertambahnya jumlah dan kepadatan penduduk kota, bukan ruralisasi, perpindahan penduduk dari kota ke desa. Jarang sekali orang-orang pindah dari kota ke desa, kecuali dalam kondisi terpaksa, umpamanya keadaan kota

yang tidak aman akibat kerusuhan atau konflik keras antarkelompok warga.

Tetapi kepindahan penduduk ke desa, ruralisasi, itu biasanya tidak berlangsung lama atau permanen, bila keadaan kota sudah aman, mereka akan balik lagi ke kota.

Reinventing Government dari Osborne & Peter Plastrik (1997) Reformasi administrasi publik sebagai salah satu bidang kajian administrasi yang selalu menarik untuk dikritisi. Secara teoritis, lahirnya gejala ini sebagai akibat logis dari adanya kecenderungan perkembangan ilmu administrasi publik dari Paradigma Old Public Administration (OPA) menuju ke Paradigma New Public Management (NPM), kemudian lagi berkembang menjadi Paradigma New Public Service (NPS) dan Paradigma Publik Governance. Paradigma Old Public Administration kurang optimalnya dalam pengelolaan urbanisasi lemahnya pengawasan dapat menimbulkan kesenjangan sosial dalam urbanisasi tersebut. Paradigma New Public Management (NPM) masih perlunya pengelolaan urbanisasi yang baik akan berdampak baik dalam pengelolaannya. Paradigma New Public Service (NPS) disebut juga sebagai paradigma Governance, sebab untuk mewujudkan pengelolaan yang baik harusnya saling berkoordinasi pada pemerintah yang terkait dalam hal ini pengelolaan urbanisasi. Sedangkan Paradigma Publik Governance adanya penanganan yang baik yang akan berdampak positif bagi urbanisasi tersebut.

II. Manajemen Administrasi Publik

Secara mendasar dapat diartikan, manajemen publik merupakan penelitian interdisipliner aspek generik organisasi. Merupakan perpaduan dari perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian fungsi manajemen dengan manajemen sumber daya manusia, keuangan, informasi fisik, dan sumber daya politik. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa manajemen publik merupakan sebuah kinerja kompleks dari aktornya yaitu pemerintah dan seluruh pegawainya untuk melayani publik dengan sebaik-baiknya dan publik merasa terpenuhi semua keinginannya dengan baguya kinerja atau pengaturan dari dalam organisasi publik itu sendiri. Pengaturannya yang bukanlah murni untuk sekedar mencapai profit organisasi melainkan melayani konsumen yang berupa masyarakat sehingga harus memperhatikan manajemen semua aspek yang menjadi penunjang kinerja organisasi.

Administrasi Publik memiliki peran yang penting dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan di berbagai negara. Peran penting administrasi publik adalah mewujudkan tujuan utama dibentuknya Negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam konteks Indonesia, tujuan negara adalah sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alinea iv.

Perjalanan penyelenggaraan Administrasi Publik sebagai alat pencapai tujuan utama negara yang demikian, telah mengalami berbagai macam perkembangan mulai dari sebelum lahirnya konsep Negara Bangsa sampai lahirnya ilmu modern Administrasi Publik yang hingga detik ini telah

mengalami beberapa pergeseran paradigma, mulai model klasik yang berkembang dalam kurun waktu 1855/1887 sampai akhir 1980an. New Public Management (NPM) yang berkembang di tahun 1980an sampai pertengahan tahun 1990an; sampai paradigma Good Governance yang berkembang sejak pertengahan tahun 1990an hingga saat ini. Pergeseran paradigma Administrasi Publik membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan peran Administrasi Publik yang berkaitan dengan pelaksanaan strategi, pengelolaan organisasi internal, dan interaksi antara aktor-aktor dalam Administrasi Publik. Pengaruh pergeseran paradigma Administrasi Publik terhadap aspek-aspek kehidupan negara tersebut akan sangat menentukan model dan ragam dalam penyelenggaraan Pemerintahan dari sebuah Negara, termasuk Indonesia yang pergeseran paradigma Administrasi Publik-nya dalam suatu kondisi dipengaruhi dan mempengaruhi system-sistem lainnya. Model Pemerintahan sangat ditentukan oleh bagaimana kondisi lokal di negara tersebut, artinya sejauhmana Administrasi Publik di Negara tersebut telah beradaptasi dengan perkembangan paradigma yang ada, dan sejauh mana adaptasi terhadap perkembangan paradigma tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan keadaan lokal, fenomena-fenomena dan permasalahan yang terdapat di Negara tersebut.

A. Prinsip-prinsip Manajemen Administrasi Publik

Sebagaimana diketahui bahwa dalam administrasi publik terdapat empat belas prinsip yang dikemukakan oleh Hendry Fayol dalam Robbins

(2001:380) yang terdiri dari (1) Pembagian pekerjaan, prinsip ini sama dengan pembagian tenaga kerja menurut Adam Smith, spesialisasi meningkatkan hasil yang membuat tenaga kerja lebih efisien. (2) Wewenang.

Manajer harus member perintah, wewenang akan membuat mereka melakukan perintah dengan baik. (3) Disiplin. Tenaga kerja harus membantu dan melaksanakan aturan yang ditentukan organisasi. (4) Komando. Setiap tenaga kerja menerima perintah hanya dari yang berkuasa. (5) kesatuan arah.

Beberapa kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujuan yang sama dapat diperintah oleh seorang manajer menggunakan satu rencana. (6) Mengalahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum. (7) Pemberian upah. Pekerja harus dibayar dengan upah yang jelas untuk pelayanan mereka.

(8) Pemusatan. Berhubungan pada perbandingan yang mana mengurangi keterlibatan dalam pengambilan keputusan. (9) Orang dan bahan-bahan dapat ditempatkan dalam hal yang tepat dan dalam waktu yang tepat. (10) Keadilan. Manajer dapat berbuat baik dan terbuka pada bawahannya. (12) Stabilitas pada jabatan personal. (13) Inisiatif. Tenaga kerja yang menyertai untuk memulai dan membawa rencana yang akan digunakan upaya pada tingkat tinggi. (14) Rasa persatuan. Kekuatan promosi tim akan tercipta dari keharmonisan dan kesatuan dalam organisasi. Sedangkan Herbert Simon (2004:68) membagi empat prinsip-prinsip administrasi yang lebih umum: (1) efisiensi administrasi dapat ditingkatkan melalui suatu spesialisasi tugas di kalangan kelompok, (2) Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan anggota kelompok di dalam suatu hierarki yang pasti, (3) Efisiensi administrasi dapat

ditingkatkan dengan membatasi jarak pengawasan pada setiap sector di dalam organisasi sehingga jumlahnya menjadi kecil, (4) Efisiensi Administrasi ditingkatkan dengan mengelompokkan pekerjaan, untuk maksud-maksud pengawasan berdasarkan: tujuan, proses, langganan, tempat.

Dengan adanya spesialisasi, efisiensi administrasi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan spesialisasi. Dengan kesatuan komando, administrasi diperkirakan dapat ditingkatkan dengan mengatur anggota organisasi dalam suatu hierarki wewenang yang pasti untuk mempertahankan kesatuan komando. Dengan jarak pengawasan, efisiensi administrasi diperkirakan meningkat dengan membatasi bawahan yang melapor langsung kepada pengelolaannya masing-masing sehingga jumlahnya kecil, misalnya enam orang. Dengan pengelompokan pekerjaan, efisiensi administrasi diperkirakan meningkat, dengan mengelompokkan para karyawan menurut (a) tujuan, (b) proses, (c) langganan, dan (d) tempat.

Harus diakui bahwa cakupan atau ruang lingkup administrasi publik sangat kompleks tergantung dari perkembangan kebutuhan atau dinamika masalah yang dihadapi masyarakat. Salah satu cara untuk melihat cakupan material atau ruang lingkup administrasi publik dari suatu negara adalah dengan mengamati jenis lembaga-lembaga departemen (kementrian) dan non departemen yang ada dalam suatu negara atau daerah. Berkaca dari kompleksnya cakupan atau ruang lingkup administrasi publik in, ditambah lagi dengan prinsip-prinsip yang terdapat didalamnya, memerlukan strategi yang tepat dalam implementasi pelayanan publik. Strategis dalam pelayanan

publik dapat dilihat melalui enam dimensi strategis yang terdiri dari : (1) dimensi kebijakan, (2) dimensi struktur organisasi, (3) dimensi manajemen, (4) dimensi etika, (5) dimensi lingkungan, (6) dimensi akuntabilitas (Keban, 2008: 10). Dimensi kebijakan menyangkut proses pembuatan keputusan untuk penentuan tujuan dan cara atau alternative terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses tersebut dapat dianalogikan dengan system kerja otak pada manusia yang memberikan arahan atau tujuan dari suatu tindakan.

Dimensi struktur organisasi berkenaan dengan pengaturan struktur yang meliputi pembentukan unit, pembagian tugas antar unit (lembaga-lembaga publik) untuk mencapai tujuan dan target, termasuk wewenang dan tanggung jawabnya. Proses tersebut dapat diumpamakan dengan system organ tubuh manusia, yang memiliki peran dan fungsi tersendiri, dan siap melaksanakan tugasnya setelah mendapat perintah dari otak. Dimensi manajemen menyangkut proses bagaimana kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dapat diimplementasikan (digerakkan, diorganisir dan dikontrol) untuk mencapai tujuan organisasi melalui prinsip-prinsip manajemen. Hal ini dapat dianalogikan dengan system jantung dan urat nadi yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh termasuk ke organ-organnya dapat bergerak dan berfungsi. Sedangkan dimensi etika memberikan tuntunan moral terhadap administrasi tentang apa yang salah dan apa yang benar, atau apa yang baik apa yang buruk. Ini intuisi, dan suara hati nurani yang sering member teguran atau mengendalikan diri manusia.

Dimensi lingkungan adalah suasana dan kondisi sekitar yang mempengaruhi seluruh dimensi yang ada yaitu dimensi struktur organisasi, manajemen, kebijakan dan tanggung jawab moral. Hal ini diibaratkan dengan suhu atau iklim serta karakteristik lokasi dimana tubuh manusia bertumbuh dan berkembang. Mana kala iklim atau suhu tersebut akan sakit atau terlambat untuk berkembang. Iklim ini tergambar dalam system politik, social, ekonomi dan budaya serta teknologi yang mewarnai dinamika administrasi publik dari suatu Negara. Karena itu kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan menjadi sangat vital.

B. Fungsi-fungis Manajemen Administrasi Publik

Penelitian ini mencoba mengukur pengelolaan urbanisasi dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry. Menurut George R. Terry (2000:15-21) mendiskripsikan pekerjaan Manajer berdasarkan fungsinya yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), motivasi (motivating), pengawasan (controlling).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu sefisien dan sefektif mungkin (Nanang , 2000 : 49). Perencanaan merupakan fungsi yang mendasar dan utama dari semua fungsi-fungsi manajemen, karena selain sebagai fungsi yang pertama dan utama, ia menentukan bagaimana fungsi–fungsi manajemen lainnya akan dilaksanakan atau merupakan dasar, landasan atau titik tolak dalam melaksanakan tindakan

-tindakan manajerial (Silalahi, 1996:137). Adapun menurut Heidjrachman Ranupandojo, perencanaan ialah pengambilan keputusan tentang apa yang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, kapan mengerjakannya, siapa yang mengerjakannya dan bagaimana mengukur keberhasilan pelaksanaannya (Ranupandojo, 1996 : 11). Perencanaan disini menekankan pada perencanaan secara implisit, mengandung arti penentuan tujuan, pengembangan kebijakan, program, sistem dan prosedur, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan adalah proses kegiatan pengambilan keputusan yang mengandung peramalan masa depan tentang fakta, kebutuhan organisasi yang berhubungan dengan program kegiatan yang akan dilaksanakan se-efisien mungkin. Jadi, perencanaan harus dapat menggariskan segala tindakan organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehinggatercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuhdan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang, 2007 : 60). Fungsi organizing adalah fungsi pimpinan untuk menetapkan dan mengatur kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan, mengadakan pembagian pekerjaan, menempatkan orang-orang yang berwenang pada kesatuankesatuan organisatoris atau departemen

serta menetapkan batas-batas wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas masing-masing.

3. Motivasi (Motivating)

Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa pengertia tentang apa itu motivasi dan apa saja bagian dari motivasi itu sendiri, dalam (Irianto 2005) dijelaskan, motivasi berasal dari kata move yang artinya “bergerak”. Definisi motivasi masih sering diperdebatkan. Diantaranya berbunyi: “Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseoran atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu”. Salah satu unsur dari motivasi adalah motif (motive, alasan, atau sesuatu yang memotivasi).

Motivasi dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, eksternal dan internal.

Robbin (dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual.

Siagian (2002:94 dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) mengemukakan bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi bisnis, aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para manajer. Karena 4 (empat) pertimbangan utama yaitu: (1) Filsafat hidup manusia berkisar pada prinsip “quit pro quo”, yang dalam bahasa awam dicerminkan oleh pepatah yang mengatakan “ada ubi ada talas, ada budi ada balas”, (2) Dinamika kebutuhan manusia sangat kompleks

dan tidak hanya bersifat materi, akan tetapi juga bersifat psikologis, (3) Tidak ada titik jenuh dalam pemuasan kebutuhan manusia, (4) Perbedaan karakteristik individu dalam organisasi atau perusahaan, mengakibatkan tidak adanya satupun teknik motivasi yang sama efektifnya untuk semua orang dalam organisasi juga untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang berbeda-beda. Soegiri (2004:27-28 dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) dalam Antoni (2006:24 dalam Brahmasari dan Suprayetno 2008) mengemukakan bahwa pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja dan hasil optimal mempunyai bentuk linear dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik, maka gairah kerja karyawan akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Gairah kerja sebagai salah satu bentuk motivasi dapat dilihat antara lain dari tingkat kehadiran karyawan, tanggung jawab terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan.

4. Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan merupakan fungsi manajerial dasar yang

sengaja didesain untuk maksud tertentu sesuai dengan tujuan kontrol yang diharapkan, sehingga manajer dapat mengetahui efektivitas sumber-sumber informasi yang ada dalam organisasinya, efektivitas aktifitas kelompok, serta efektivitas aktifitas setiap individu anggota organisasinya (Sujak, 1990: 307).

Kegiatan pengontrolan dimaksudkan untuk mencegah

penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan perbaikanapabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan. Dengan demikian, kegiatan pengontrolan mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana. Oleh karena itu, pengontrolan dimaksudkan agar tujuan yang dicapai sesuai dengan atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditentukan (Silalahi, 1996: 296-297).

5. Unsur-Unsur Manajemen Administrasi Publik

Administrasi sebagai rangkaian kegiatan penataan di dalam pelaksanaanya bila diteliti terlihat adanya unsur-unsur yang menurut The Liang Gie (1982) unsur-unsur tersebut terdiri atas 8 macam , yaitu :

a. Organisasi : adalah unsur pertama dari Administrasi yang merupakan wadah dimana kegiatan–kegiatan administrasi dijalankan. Dalam organisasi dikelompokkan ortang-orang, tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jaawab serta hubungan diantara para pekerja atau unit-unit tugas.

b. Manajemen: adalah rangkaian perbuatan menggerakkan orang-orang dan mengerahkan segenap fasilitas kerja agar tujuan kerjasama betul-betul tercapai.

c. Komunikasi: rangkaian perbuatan menyampaikan warta dari satu pihak kepeda pihak lain dalam usaha kerjasama yang bersangkutan.

d. Kepegawaian: rangkaian perbuatan mengatur dan mengurus tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha kerjasama yang bersangkutan.

e. Keuangan: rangkaian perbuatan mengelola segi-segi pembelanjaan dalam usaha kerja sama.

f. Perbekalan: rangkaian perbuatan mengadakan, mengatur pemakaian, mendaftar, memelihara, sampai kepada penyingkiran benda-benda perlengkapan dalam usaha kerjasama.

g. Tata usaha : rangkaian perbuatan menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukkan dalam usaha kerjasama.

h. Hubungan masyarakat: rangkaian kegiatan menciptakan hubungan baik dan dukungan dari masyarakat sekeliling terhadap usaha kerja sama yang bersangkutan

Unsur-unsur yang disebutkan di artas terdapat dalam usaha kerja sama pada umumnya, apapun tujuan dan corak usaha kerja sama itu. Pemisahan unsur-unsur manajemen dalam administrasi itu hanyalah untuk kebutuhan analisis teoritis sebab dikenyataan sehari-hari unsur-unsur itu hanyalah untuk kebutuhan analisa teoritis sebab di dalam kenyataan sehari-hari kegiatan dari unsur-unsur ini saling jalin menjalin satu sama lain, karena memang administrasi adalah merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

III. Konsep Urbanisasi

Administrasi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial.

Administrasi sebagai ilmu pengetahuan berada dalam pemikiran manusia ilmuwan senantiasa dihadapkan pada berbagai bantahan dan wajib

memberikan penjelasan tentang nilai kebenaran, sesuai dengan prinsip-prinsip umum empiris. Sebenarnya focus utama dari ilmu administrasi adalah persoalan tentang manusia, terutama yang berkaitan dengan pengaturan dan keteraturan dalam rangka peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Kata paradigma dilontarkan pertama kalinya oleh Thomas S. Kuhn yang kemudian berkembang dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam organisasi formal dalam artian organisasi pemerintah secara resmi maupun organisasi informal. Paradigma adalah suatu pndangan yang disepakati dari seluruh anggota organisasi, jika paradigmanya organisasi dan jika paradigmanya negara maka semua pandang yang telah disepakati seluruh warga negara yang bersangkutan dan sebagainya.

Paradigma administrasi merupakan suatu teori dasar atau ontologi administrasi dengan cara pandang yang relatif fundamental dari nilai-nilai kebenaran, konsep, dan metodologi serta pendekatan-pendekatan yang dipergunakan. Perubahan paradigma disebabkan oleh perkembangan pemikiran para ilmuwan administrasi atas bantahan-bantahan karena keraguan kebenaran yang dikandungnya itu telah mengalami pergeseran makna.

Urbanisasi merupakan masalah yang cukup serius bagi kota-kota besar diIndonesia. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama antar daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antar tingkat pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi. Ekspektasi atas tingkat pendapatan yang lebih besar masih sangat menjanjikan bagi pelaku urbanisasi walaupun pada

dasarnya urbanisasi tersebut akan meningkatkan jumlah penduduk kota tujuan.

Peningkatan jumlah penduduk ini akan menimbulkan beberapa permasalahan bagi kota tujuan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, perumahan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Pengertian urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan dari desa ke kota. Sedangkan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, yaitu kesempatan kerja.

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2007:26), Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2007:26), Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan

Dokumen terkait