• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Keadaan Guru, Siswa, dan Sarana Prasarana

Guru merupakan tenaga pendidik yang memiliki kesempatan paling besar untuk mempengaruhi siswa, baik pengaruh positif maupun negatif. Di samping itu, guru mempunyai peranan dan kedudukan sebagai kunci utama dalam keseluruhan proses pendidikan, terutama dalam pendidikan formal, bahkan dalam keseluruhan pembangunan dalam suatu masyarakat pada umumnya.

Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di suatu lembaga pendidikan. Guru juga berperan sebagai anggota masyarakat yang memiliki kompetensi dan dipercayakan untuk melaksanakan tugas mengajar dan mendidik dalam rangka mentransfer nilai-nilai pendidikan dan budi pekerti luhur kepada anak didik sebagai suatu jawaban profesional, yang dilaksanakan atas dasar kode etik profesi yang di dalamnya tercakup suatu kedudukan fungsional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar, pemimpin, pendidik, dan sebagai orang tua.

Keadaan guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada tabel berikut:

58

Tabel 1. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng

No Status Kepegawaian Jumlah Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 PNS 11 18 29

2 Honorer 1 1 2

Jumlah 12 19 31

Sumber Data: Kantor MA Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, 2014 Siswa merupakan faktor determinan yang menentukan kelangsungan kegiatan pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal maupun informal. Untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Sehati Ulutedong Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba, dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 2. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng

No Kelas Jumlah Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Kelas VII 50 50 100

2 Kelas VIII 21 25 46

3 Kelas IX 28 22 50

Jumlah 99 97 196

Sumber Data: Kantor TU MTs Sehati Ulutedong, 2014

Meskipun lembaga pendidikan memiliki tenaga pengajar dan siswa yang banyak, namun tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, maka pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Adapun keadaan sarana dan prasarana Madrasah Tsanawiyah Sehati Ulutedong Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel berikut:

59

Tabel 3. Keadaan Sarana Prasarana Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng

No Nama Sarana Prasarana Jumlah Keadaan

1. Ruang Kelas 7 Baik

2. Ruang Guru 1 Baik

3. Ruang Kepala Madrasah 1 Baik

4. Ruang Tata Usaha 1 Baik

5. Perpustakaan 1 Baik

6. Laboratorium IPA 3 Baik

7. Laboratorium Komputer 1 Baik

8. Unit Kesehatan Madrasah 1 Baik

9. WC 3 Baik

10. Kantin 1 Baik

11. Lapangan 1 Baik

Sumber Data: Kantor TU MA Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, 2014 B. Motivasi Guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten

Bantaeng

Penelitian ini akan menggambarkan motivasi guru dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai pegajar dan pendidik dalam proses pembelajaran siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng yang telah dibuat berdasarkan indikator dihadirkan dalam bentuk tabel frekuensi berikut ini.

Tabel 4. Tanggapan Responden mengenai Guru Merasa Senang dengan Situasi dan Kondisi Sekolah Tempat Tugasnya

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 24 77,4

2 Setuju 5 16,1

3 Kurang Setuju 2 6,5

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat 24 orang (77,4%) yang menyatakan sangat setuju jika dinyatakan bahwa guru merasa

60

senang dengan situasi da kondisi sekolah tempat tugasnya, 5 orang (16,1%) menyatakan setuju, 2 orang (6,5%) menyatakan kurang setuju dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru sangat senang dengan kondisi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupate Bantaeng.

Lingkungan yang kondusif bagi guru akan menciptakan keinginan yang lebih dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar dan pendidik, sebab guru akan merasa nyaman jika sekolah tempat tugasnya dapat memberikan ketenangan secara pribadi maupun untuk memudahkan dalam mengerjakan tugas. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa guru akan lebih menyukai ketika mengajar di tempat yang tidak berbahaya dan merepotkan, temperatur ruangan dan intensitas cahaya yang baik, jauh dari kebisingan, dan sebagainya.

Situasi dan kondisi sekolah juga tercermin dari kenyamanan hubungan seorang guru dengan pimpinan yaitu kepala madrasah dan wakil kepala madrasah, serta dengan guru-guru lainnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa MA Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng memiliki kondisi belajar yang kondusif dan penuh dengan kekeluargaan meskipun jumlah personil sekolah dan siswa tidak terlalu banyak. Hal inilah yang menyebabkan guru akan merasa betah mengajar di tempat ini. Adapun beberapa orang yang kurang merasa nyaman, seyogyanya kondisi kerja juga dapat diciptakan oleh dirinya sendiri, sehingga kenyamanan tersebut bergantung pada guru yang menyikapinya. Sebab kondisi dan situasi

61

tempat mengajar merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi guru dalam melaksanakan tugas.

Tabel 5. Tanggapan Responden mengenai Guru Melaksanakan Tugas sebagai Pengajar dan Pendidik dengan Penuh Tanggungjawab

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 14 45,2

2 Setuju 14 45,2

3 Kurang Setuju 3 9,7

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 14 orang (45,2%) yang menyatakan bahwa guru melaksanakan tugas sebagai pengajar dan pendidik dengan penuh tanggungjawab, 14 orang (45,2%) menyatakan setuju, dan 3 orang (9,7%) menyatakan kurang setuju, dan dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak setuju.

Tanggungjawab guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik adalah mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada siswa, mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa, sekaligus membina sikap dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah berupaya dalam menjalankan perannya tersebut dengan baik dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran.

Pada dasarnya tanggungjawab tersebut dijalankan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu mencerdaskan siswa baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotornya. Apabila guru memiliki motivasi kerja yang baik,

62

tentu saja guru tersebut akan menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab.

Tabel 6. Tanggapan Responden mengenai Guru Memiliki Keinginan yang Besar untuk Mencerdaskan Siswa

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 26 83,9

2 Setuju 5 16,1

3 Kurang Setuju - 0

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 26 orang (83,9%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru memiliki keinginan yang besar untuk mencerdaskan siswa, 5 orang (16,1%) menyatakan setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju. Berdasarkan hasil olahan data terlihat guru telah berupaya keras dalam mencerdaskan siswanya. Salah satunya adalah dengan memberi bantuan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan, misalnya dapat berupa penjelasan kembali atau mengupayakan pemaparan materi ajar secara kontekstual ataupun memberi contoh soal dan contoh kasus berkaitan dengan materi pembelajaran.

Bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa tentu sangat membantu dalam upaya mencerdaskan siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini bantuan yang diberikan dapat membuat siswa memahami materi pelajaran. Meskipun pada dasarnya siswa memiliki kemampuan penerimaan pengetahuan yang berbeda, sebab ada siswa

63

yang cepat dan lambat memahami materi pelajaran. Guru yang memiliki motivasi yang baik adalah guru yang selalu bekerja keras dalam mencerdaskan siswa sebagai generasi penerus bangsa.

Tabel 7. Tanggapan Responden mengenai Guru Senang Melihat Siswa Memiliki Prestasi Belajar yang Baik dan Berhasil

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 18 58,1

2 Setuju 12 38,7

3 Kurang Setuju 1 3,2

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat 18 orang (58,1%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru senang melihat siswa memiliki prestasi belajar yang baik dan berhasil, 12 orang (38,7%) menyatakan setuju, 1 orang (3,2%) menyatakan kurang setuju dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan rasa senang jika siswa memiliki prestasi belajar yang baik ataupun melihat lulusan sekolah itu berhasil.

Guru akan termotivasi untuk mengabdi lebih giat lagi pada saat melihat hasil kerjanya juga baik. Hasil kerja seorang guru bukan hanya sekedar gaji per bulan, namun kepuasan batin saat melihat siswa yang telah diajarnya memiliki prestasi yang gemilang. Guru adalah orang tua siswa di sekolah dan tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya gagal. Sehingga, guru yang besar motivasinya adalah guru yang senang melihat hasil kerjanya yang terpancar dari prestasi belajar siswa.

64

Tabel 8. Tanggapan Responden mengenai Guru Senang Bekerja Secara Mandiri dalam Menjalankan Profesinya

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 28 90,3

2 Setuju 3 9,7

3 Kurang Setuju - 0

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 28 orang (90,3%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru senang bekerja secara mandiri dalam menjalankan profesinya, 3 orang (9,7%) menyatakan setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.

Hasil olahan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah mampu menjalankan tugas profesinya secara mandiri. Kemandirian yang dimaksud bukanlah bekerja sendiri, namun pelaksanaan tanggungjawab seorang guru mampu diorganisir sendiri dengan baik sesuai tujuan pencapaian pembelajaran tanpa harus diberikan pengarahan secara mendetail oleh atasan atau kepala sekolah. Kemandirian guru menggambarkan kedewasaan atau tingkat kematangan dan kesiapannya sebagai seorang guru. Apabila guru memiliki tingkat kesiapan yang baik, maka guru akan mengerjakan tugasnya secara mandiri, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan lancar tanpa harus ada tuntunan yang berleih dari pimpinan. Guru semacam ini tentu memiliki motivasi kerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya.

65

Tabel 9. Tanggapan Responden mengenai Guru Memiliki Daya Saing yang Sehat dalam Pencapaian Profesionalisme Kerja

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 28 90,3

2 Setuju 3 9,7

3 Kurang Setuju - 0

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 28 orang (90,3%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru memiliki daya saing yang sehat dalam pencapaian profesionalisme kerja, 5 orang (14,3%) menyatakan setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.

Hasil olahan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar sepakat bahwa guru memiliki motivasi kerja yang tinggi. Hal ini terlihat dari sikap guru yang selalu berupaya dalam meningkatkan kinerjanya, dengan bersaing secara sehat dalam hal positif. Persaingan tersebut bukanlah dianggap sebagai perlombaan, namun lebih kepada keinginan untuk selalu lebih baik. Misalnya dalam hal administrasi, guru akan selalu memperbaharui bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang digunakan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. Tentu hal tersebut akan menimbulkan motivasi pula pada rekan kerja atau guru yang lain. Dengan demikian, daya saing yang sehat dalam bekerja dapat menjadi hal yang positif jika dimanfaatkan dengan baik.

66

Tabel 10. Tanggapan Responden mengenai Guru Tekun dan Giat Mengembangkan Rencana Pembelajaran Sesuai Dengan Kurikulum yang Berlaku

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 29 93,5

2 Setuju 2 6,5

3 Kurang Setuju - 0

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 29 orang (93,5%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru tekun dan giat mengembangkan rencana pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, 2 orang (6,5%) menyatakan setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam hal ini guru, pemerintah bersama kalangan swasta telah dan terus berupaya melakukan pengembangan dan pembinaan kurikulum. Kurikulum yang digunakan harus berdasar pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta zaman. Guru yang memiliki motivasi kerja yang baik tentu akan selalu mengikuti perkembangan tersebut. Terlihat bahwa guru-guru di sekolah ini selalu menyesuaikan perangkat pembelajaran yang digunakan dengan perkembangan kurikulum, terleih baru saja disosialisasikan kurikulum 2013. Respon guru terhadap hal tersebut terlihat positif yang ditunjukkan dengan antusiasmenya dalam mengikuti

67

seminar dan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran yang merujuk pada kurikulum 2013.

Tabel 11. Tanggapan Responden mengenai Guru Ulet Menghadapi Siswa yang Menghadapi Kesulitan Belajar

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 25 80,6

2 Setuju 6 19,4

3 Kurang Setuju - 0

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 25 orang (80,6%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru ulet menghadapi siswa yang menghadapi kesulitan belajar, 6 orang (19,4%) menyatakan setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat terlihat bahwa guru telah berupaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami siswa cenderung berasal dari pelajaran sains. Kesulitan belajar merupakan kesukaran yang dialami siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran saat proses pembelajaran berlangsung. Terlihat jelas bahwa guru tidak pernah menyerah saat siswa merasa kebingungan dengan materi ajar ang diberikan guru, tetapi tetap berupaya keras membuat siswa memahami pelajaran. Banyak cara yang dilakukan, seperti mengulangi pelajaran tersebut, mengaitkan dengan konteks nyata agar bemakna, serta menggunakan metode mengajar yang disenangi oleh siswa. Guru yang memiliki motivasi kerja besar tentu saja

68

selalu berupaya meningkatkan kinerjanya dalam memahami kesulitan belajar siswa dan mencarikan solusi terbaik sampai pada akhirnya siswa mampu memahami pelajaran tersebut.

Tabel 12. Tanggapan Responden mengenai Guru Berupaya Keras dalam Membantu Siswa Memecahkan Masalah saat Belajar

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 26 83,9

2 Setuju 5 16,1

3 Kurang Setuju - 0

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 26 orang (83,9%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru berupaya keras dalam membantu siswa memecahkan masalah belajar, 5 orang (16,1%) menyatakan setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju. Terlihat jelas bahwa sebagian besar guru selalu membantu siswa dalam memecahkan masalah belajar. Masalah belajar yang dimaksud adalah hal-hal yang dapat mengambat siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Proses pembelajaran yang kondusif akan terwujud apabila masalah belajar dapat diminimalisir. Seorang guru yang memiliki motivasi kerja yang baik tentu akan selalu berupaya keras dalam membantu siswanya. Seperti halnya dengan kesulitan belajar, masalah belajar yang dihadapi oleh siswa dapat diatasi dengan pemberian pengayaan dan remedial bagi siswa yang bermasalah dalam belajarnya. Pemberian remedial tersebut

69

dibuat dengan maksud agar siswa selalu mengulang materi pelajarannya sehingga belajar jadi bermakna.

Tabel 13. Tanggapan Responden mengenai Guru Tidak Tergugah Hanya Sekedar Memperoleh Gaji, Melainkan Ingin Mencapai Prestasi Kerja

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 29 93,5

2 Setuju 2 6,5

3 Kurang Setuju - 0

4 Tidak Setuju - 0

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 29 orang (93,5%) yang menyatakan sangat setuju bahwa guru tidak tergugah hanya sekedar memperoleh gaji, melainkan ingin mencapai prestasi kerja, 2 orang (6,5%) menyatakan setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju.

Tidak dapat dipungkiri bahwa gaji atau upah merupakan tujuan yang paling besar memotivasi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, termasuk mengajar dan mendidik siswa. Namun, sebagian besar guru MA Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng menilai gaji atau upah merupakan tujuan utama tetapi bukan orientasi pertama dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan ingin berupaya menjalankan tugas dengan baik sesuai dengan amanah yang ditujukan sebagai seorang guru. Keinginan yang besar untuk selalu meningkatkan prestasi kerja perlu dibudidayakan dengan baik, sebab kesadaran akan profesi dan tanggungjawab sulit untuk diperoleh. Motivasi kerja yang baik, tentu akan

70

menjadikan seorang guru ingin selalu eksis sebagai pengajar dan pendidik sembari memperoleh gaji sebagai hasil kerja kerasnya.

C. Pengembangan Karakter Siswa di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng

Informasi mengenai pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng diperoleh melalui hasil wawancara yang diperoleh dari kepala madrasah, wakamad, pengawas, serta beberapa guru. Guru tidak hanya bertanggungjawab mengajar siswa-siswanya, namun juga membina mereka untuk memiliki karakter yang baik dari segi agama, pancasila, maupun budaya. Apabila disatukan akan melahirkan akhlakulkarimah atau karakter yang baik. Pengembanga karakter dilakukan agar siswa terhindar dari segala bentuk tindakan tidak baik dan tindak kejahatan ataupun melanggar norma kehidupan. Seorang siswa memerlukan penanaman nilai-nilai dan akhlak ke dalam jiwa mereka agar memiliki jiwa dan karakter yang baik. Peran serta guru dalam pengembangan karakter siswa tentu sangat besar, sebab guru pada dasarnya bertugas untuk memberikan bimbingan dan arahan yang baik kepada siswa selama di sekolah.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng berikut ini:

“sebagai kepala sekolah, tugas terbesar adalah mempelajari berbagai karakter siswa di madrasah ini. Selama ini saya mengamati bahwa karakter yang dimiliki oleh anak didik kami termasuk baik. Belum pernah anak didik kami terdengar melakukan suatu hal yang bertentangan dengan norma. Terlebih lagi ini madrasah yang kebanyakan materi ajarnya diarahkan kepada pembentukan akhlak karimah. Siswa berpakaian sopan, memiliki

71

tutur kata dan sikap yang baik, disiplin, serta melaksanakan tata tertib dengan baik. Meskipun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil saja yang masih memerlukan pembinaan karakter”

Dalam membina karakter anak didik, tentu saja guru dan personil sekolah lainnya memiliki cara yang berbeda. Terlebih lagi guru telah berupaya memahami karakter siswa yang cenderung bervariasi namun jumlah siswa di madrasah ini tidak terlalu banyak. Karakter siswa di sekolah, dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, lingkungan, pergaulan, dan kondisi keluarga baik dari segi ekonomi maupun kondisi geografis tempat tinggalnya. Dengan demikian, tidak adil apabila siswa mendapat perlakuan yang sama dalam melaksanakan pengembangan karakter dengan melihat berbagai aspek pada diri siswa.

Sebagaimana diungkapkan oleh Guru Bimbingan Konseling Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, berikut ini:

“Dalam pelaksanaan pengembangan karakter siswa, ada beberapa pola pembinaan yang digunakan tergantung pada karakteristik siswa, misalnya siswa yang masih mau mendengarkan nasehat guru tentu kami aan dekati siswa tersebut secara persuasif. Jika siswa tersebut pembangkang, maka kami akan bersikap lebih tegas, namun tetap mengikuti aturan atau norma-norma yang berlaku. Karakter siswa juga bergantung pada lingkungan keluarganya. Sehingga, pola pembinaan karakter yang diberikan juga berbeda. Maka sangat penting untuk memahami kondisi siswa sebelum melakukan pembinaan karakter“

Penerapan pola pembinaan karakter siswa juga dapat dilakukan dengan memberi hukuman apabila siswa melanggar norma sosial atau agama baik laki-laki maupun perempuan, seperti berbicara yang tidak sopan (kotor), bersikap tidak menghargai guru dan teman-temannya,

72

merusak fasilitas sekolah, berjudi, berbuat asusila ataupun melakukan hal-hal lain di luar batas norma yang berlaku. Hukuman juga diberikan bagi siswa yang tidak melaksanakan shalat dhuhur berjamaah di mushallah sekolah. Namun, bagi siswa yang melakukan hal-hal di luar norma yang berlaku, maka akan dikembalikan kepada orang tuanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Kepala Madrasah Bagian Kesiswaan berikut ini:

“Pembinaan karakter yang dilaksanakan di madrasah ini sangat beragam tergantung pada pola pikir dan keadaan siswa kami, bergantung pada karakteristik awal siswa. Merubah karakter seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebaiknya guru selalu memperhatikan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Apabila dengan kesalahan yang dilakukan siswa cukup diberikan nasehat, maka pola pembinaan bersifat persuasif. Namun apabila melanggar norma agama, maka dilakukan pembinaan yang lebih tegas lagi. Namun, selama ini kami masih sebatas memberi teguran kepada siswa. Misalnya siswa yang bolos sekolah atau berkelahi di lingkungan sekolah.”

Selanjutnya Kepala Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng mengemukakan bahwa:

“Pengembangan karakter siswa yang dilakukan selama ini dilakukan dengan menertibkan aturan di madasah, menertibkan jadwal ibadah, rutinnya kami melaksanakan perayaan keagamaan, membentuk ekstrakurikuler yang positif, sehingga mampu meminimalisir siswa yang berbuat pelanggaran. Namun, terhadap siswa yang melakukan pelanggaran di luar batas, misalnya jarang masuk sekolah, tentu kami akan tegas terhadap hal tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk segera merubah prilaku siswa yang tidak mengikuti aturan atau norma-norma, baik norma agama dan sosial dan budaya.”

Selanjutnya, salah seorang guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng menjelaskan bahwa:

73

“Pola pengembangan karakter siswa sudah dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan kecerdasan dan kematangan siswa, walau dalam bentuk yang sederhana. Saya melihat pengaruh negatif dari perkembangan teknologi dan media sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Namun, hal itu dapat diminimalisir dengan mengaktifkan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah serta kegiatan positif, seperti pesantren kilat, kultum di hari jum’at, dan kegiatan keagamaan lain.”

Pengembangan karakter siswa tidak hanya dilakukan kepada siswa laki-laki yang cenderung berbuat di luar norma yang berlaku, namun siswa perempuan juga mendapatkan bimbingan dan pola pembinaan khusus, agar mampu menjaga dirinya agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Pola pembinaan yang dilakukan adalah membantu siswa agar siswa selalu bersikap disiplin dalam melaksanakan hubungannya yang harmonis dengan Allah, sesama manusia, dan lingkungan alam. Berdasarkan hasil pengamatan pengembangan karakter siswa lebih difokuskan kepada pemberian keteladanan dari seorang guru kepada siswa.

Sebagaimana diungkapkan oleh Guru bimbingan Konseling Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng berikut ini:

“Membangun karakter siswa sama halnya dengan membangun sebuah rumah, harus mengikuti sebuah pola. Ada yang dijadikan

Dokumen terkait