• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI GURU TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI GURU TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MOTIVASI GURU TERHADAP PENGEMBANGAN

KARAKTER SISWA DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH

KABUPATEN BANTAENG

THE INFLUENCE OF TEACHERS MOTIVATION ON THE STUDENTS

CHARACTER BUILDING IN ISLAMIC HIGH SCHOOL

MUHAMMADIYAH BANTAENG REGENCY

TESIS

Oleh:

KASMAWATI

NIM: O1.12.330.2011

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

PENGARUH MOTIVASI GURU TERHADAP

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH

ALIYAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN BANTAENG

THE INFLUENCE OF TEACHERS MOTIVATION ON THE

STUDENTS CHARACTER BUILDING IN ISLAMIC HIGH

SCHOOL MUHAMMADIYAH BANTAENG REGENCY

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magiter

Program Studi

Magister Manajemen Pendidikan Islam

Disusun dan Diajukan Oleh:

KASMAWATI

NIM: O1.12.330.2011

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

ii

TESIS

PENGARUH MOTIVASI GURU TERHADAP

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH

ALIYAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN BANTAENG

Yang disusun dan diajukan oleh:

KASMAWATI

NIM: O1.12.330.2011

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Hasil

Pada tanggal 18 November 2014

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M. A. Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M. Pd.

NBM. 1044594 NBM. 988463

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi

UNISMUH Makassar Magister Manajemen Pendidikan Islam

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M. Pd. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A.

(4)

iii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul : PENGARUH MOTIVASI GURU TERHADAP

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI

MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH

KABUPATEN BANTAENG

Nama : KASMAWATI

NIM : O1.12.330.2011

Proogram Studi : Magister Manaajemen Pendidikan Islam

Telah diuji dan dipertahankaan di depan Panitia Ujian Tutup pada tanggal 18 November 2014 dan dinyatakan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikaan Islam (M. Pd.I) pada Program Studi Manajemen Pendidikaan Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah makassar.

Makassar, Desember 2014 TIM Penguji :

1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A ... (Ketua/Pembimbing I / Penguji)

2. Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M. Pd. ... (Sekretaris/Pembimbing II/ Penguji)

3. Dr. Jaelani Usman, M. Si. ... (Penguji I)

4. Dr. Andi Jam’an, SE., M. Si. ... (Penguji II)

(5)

iv

PERNYAATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : KASMAWATI

NIM : O1. 12. 330. 2011

Proogram Studi : Magister Manaajemen Pendidikan Islam Menyatakaan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Februari 2013 Yang membuat peryataan,

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas limpahan karunia, rahmat dan hidayah– Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan shalawat tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan Nabiyullah Muhammad SAW. Nabi akhir zaman, penyempurna akhlaq manusia dan rahmat bagi sekalian alam.

Penyelesaian Tesis ini membutuhkan waktu dan pengorbanan yang tidak sedikit. Namun, atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT., serta bantuan dari banyak pihak, baik secara moral maupun materil yang tulus dan ikhlas, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A. sebagai pembimbing I dan Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M. Pd. masing-masing dan pembimbing II atas kebijaksanaan dan keluasan ilmu pengetahuannya, serta telah menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, koreksi, dan motifasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Irwan Akib, M. Pd., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana Bidang Manajemen Pendidikan Islam.

Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M, M. Pd., Ketua Program studi Manajemen Pendidikan Islam Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A.

(7)

vi

beserta seluruh dosen dan staf yang telah memberikan pelayanan maksimal kepada penulis selama proses perkuliahan.

Sembah sujud dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, beserta seluruh keluarga besar yang telah memotivasi dan banyak membantu penulis. Terkhusus kepada suami tercinta dan anakku tersayang yang dengan setia mendampingi penulis, serta telah menjadi sumber motivasi bagi penulis selama mengikuti pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.

Satu harapan penulis, semoga hasil penelitian dalam tesis ini dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia. Akhirnya kepada Allah SWT. kita berserah diri. Amin.

Makassar, Desember 2014 Penulis

(8)

vii

ABSTRAK

KASMAWATI, 2014. Pengaruh Motivasi Guru terhadap Pengembangan Karakter Siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng. Dibimbing Oleh Abd. Rahman Getteng dan M. Ide Said D.M.

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan motivasi guru dalam menjalankan tugasnya di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, (2) mengetahui pelaksanaan pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, (3) mengetahui pengaruh motivasi guru terhadap pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksplanatif. Populasi penelitian adalah seluruh guru yang berjumlah 31 orang. Sampel penelitian juga berjumlah 31 orang, sebab penelitian ini adalah penelitian sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara yang diperkuat dengan hasil observasi serta dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) motivasi guru dalam menjalankan tugasnya di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng berada pada kategori sangat baik, baik dalam proses pembelajaran maupun peningkatan kinerja yang dimiliki, (2) pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng berada pada kategori sangat baik. Hal ini terlihat dari pola pembinaan serta berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dan personil madrasah lainnya dalam mengembangkan karakter siswa yang sudah ada, dan (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi guru terhadap pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng. Motivasi guru memberikan kontribusi yang sangat tinggi terhadap variasi pengembangan karakter siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, yaitu sebesar 88,9% variasi naik turunnya pengembangan karakter siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng dapat diprediksi oleh motivasi guru.

(9)

viii

ABSTRACT

KASMAWATI, 2014. THE EFFECT OF TEACHER’S MOTIVATION ON THE STUDENT’S CHARACTER DEVELOPMENT AT MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH BANTAENG. Supervised By Abd. Rahman Getteng and M. Ide Said D.M.

The research aimed (1) to describe teacher’s motivation in carrying out their duties in Madrasah Aliyah Muhammadiyah Bantaeng, (2) to investigate the implementation og student’s character development at Muhammadiyah Bantaeng Aliyah Madrasah, (3) to determine the influense of teacher’s motivation for the student’s character development at Madrasah Aliyah Muhammadiyah Bantaeng.

This research used quantitative methods with an explanatory approach. The research population was all teachers, amounting to 31 people. The research sample also totaled 31 people, because this research was the research sample. Data collected by using questionnaires and interviews were reinforced by the results of observation and documentation. Data analiysis techniques in this research using descriptive analysis and simple regression analysis.

The results showed that (1) teacher’s motivation in carrying out their profession in Madrasah Aliyah Muhammadiyah Bantaeng was categorized very well, both in the learning process as well as increased performance owned, (2) the student’s character development at Muhammadiyah Bantaeng Aliyah Madrasah was the category of very good. This was evident from the pattern of development as well as the efforts made bay teachers and other personnel in developing character of students who already exist, and (3) there was a positive and significant effect of teacher motivation for the development of student character ini Madrasah Aliyah Muhammadiyah Bantaeng. Teacher’s motivation contributed very high to variation character development of students ini Madrasah Aliyah Muhammadiyah Bantaeng, ammounting to 88,9% of the variation ups and downs of student character development at Madrasah Aliyah Bantaeng Muhammadiyah can be predicted by the teacher’s motivation.

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Konsep Guru dan Motivasi Guru ... 11

B. Pengembangan Karakter Siswa ... 33

C. Kerangka Pikir ... 45

(11)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 48

B. Popolasi dan Sampel ... 48

C. Variabel dan Desain Penelitian ... 50

D. Defenisi Operasional Variabel ... 50

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 51

F. Tehnik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

B. Motivasi Guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng ... 59

C. Pengembangan Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng ... 70

D. Pengaruh Motivasi Guru terhadap Pengembangan Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng ... 76

E. Pembahasan ... 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 92

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten

Bantaeng ... 58 2. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten

Bantaeng ... 58 3. Keadaan Sarana Prasana Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Kabupaten Bantaeng ... 59 4. Tanggapan Responden mengenai Guru Merasa Senang

dengan Situasi dan Kondisi Sekolah Tempat Tugasnya ... 59 5. Tanggapan Responden mengenai Guru Melaksanakan Tugas

sebagai Pengajar dan Pendidik dengan Penuh

Tanggungjawab ... 61 6. Tanggapan Responden mengenai Guru Memiliki Keinginan

yang Besar untuk Mencerdasrkan Siswa ... 62 7. Tanggapan Responden mengenai Guru Senang Melihat

Siswa Memiliki Prestasi Belajar yang Baik dan Berhasil ... 63 8. Tanggapan Responden mengenai Guru Senang Bekerja

Secara Mandiri dalam Menjalankan Profesinya ... 64 9. Tanggapan Responden mengenai Guru Memiliki Daya Saing

yang Sehat dalam Pencapaian Profesionalisme Kerja ... 65 10. Tanggapan Responden mengenai Guru Tekun dan Giat

Mengembangkan Rencana Pembelajaran Sesuai Dengan

Kurikulum yang Berlaku ... 66 11. Tanggapan Responden mengenai Guru Ulet Menghadapi

Siswa yang Menghadapai Kesulitan Belajar ... 67 12. Tanggapan Responden mengenai Guru Berupaya Keras

dalam Membantu Siswa Memecahkan Masalah saat Belajar .. 68 13. Tanggapan Responden mengenai Guru Tidak Tergugah

Hanya Sekedar Memperoleh Gaji, Melainkan Ingin Mencapai

Prestasi Kerja ... 69 14. Analisis Statistik Deskriptif Data Hasil Penelitian ... 76 15. Coefficientsa ... 77

(13)

xii

16. Model Summary ... 78 17. ANOVAb ... 79

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian ... 47 2. Desain Penelitian ... 50

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Informan dan Responden Penelitian ... 96

2. Kuesioner Penelitian ... 98

3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 100

4. Hasil Analisis Data Penelitian ... 102

5. Pedoman Wawancara Penelitian ... 105

6. Persuratan Penelitian ... 106

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan terutama bagi kelangsungan hidup umat manusia sebab sifatnya yang mutlak dimiliki dan diterapkan dalam hidup. Perkembangan suatu negara tidak hanya dinilai dari kualitas pembangunan fisiknya, namun digambarkan pula oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara yang dapat dilihat berdasarkan pada kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik melalui suatu proses berupa bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan ke arah tercapainya pribadi yang dewasa dan berasusila yaitu sosok manusia dewasa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan yang baik serta memiliki integritas moral yang tinggi, sehingga dalam perjalanannya nanti manusia tersebut selalu siap dalam menjalani kehidupan, baik jasmani maupun rohaninya (Darmaningtiyas, 1999: 3).

Penerapan pendidikan harus dapat berfungsi untuk mengaitkan dua hal, yaitu menyiapkan tenaga kerja pembangunan dalam rangka pengembangan sumber-sumber manusiawi dan membina masyarakat yang terbuka, tertib, dan dinamis serta dapat menjadi landasan bagi terbinanya masyarakat Indonesia yang kokoh dalam proses

(17)

2

pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka meningkatkan taraf dan kualitas manusia Indonesia. Hanya manusia dan masyarakat yang cerdas yang dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan, sehingga menjadi masyarakat yang semakin maju dan bermutu. Melalui proses pendidikan, manusia mampu meningkatkan harkat dan martabatnya melalui sebuah proses sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat hidup manusia Indonesia, dalam rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, salah satunya adalah memperbaiki sistem pendidikan dan seluruh stakeholder pendidikan yang memiliki peran besar dalam dunia pendidikan. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan melahirkan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang berkualitas, sehingga diperlukan guru yang profesional.

Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, sehingga mutu pendidikan sebuah sekolah juga sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Yamin (2007: 4) guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru merupakan komponen yang juga berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi profesional seorang

(18)

3

guru sangat menentukan mutu pendidikan. Dalam hal ini, guru yang professional akan selalu termotivasi untuk bekerja dengan giat dan bersungguh-sungguh.

Namun, era globalisasi memberikan perubahan besar bagi tatanan dunia secara menyeluruh. Perubahan tersebut dialami dan dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar, sebab kesiapan untuk menghadapi perubahan besar itu diperkirakan akan terjadi. Efek globalisasi tentu akan dirasakan oleh seluruh manusia, sebab seluruh manusia akan diperhadapkan pada kemajuan peradaban umat manusia, sekaligus akan diperhadapkan kepada mala petaka sebagai dampak perkembangan dan kemajuan modernisasi dan perkembangan teknologi tersebut. Dengan demikian, terdapat kemungkinan manusia akan mengalami konflik batin secara besar-besaran. Konflik tersebut merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu menghasilkan kebudayaan materi dengan kekosongan rohani manusia. Kegoncangan batin yang diperkirakan akan melanda umat manusia ini kemungkinan akan mempengaruhi psikologis manusia.

Kondisi kejiwaan atau psikologi siswa pada tingkat pendidikan sekolah menengah yang telah memasuki masa remaja, akan memasuki masa yang penuh tantangan, yang dengan tantangan itulah mereka akan mencapai kedewasaan, kematangan, dan kepribadian yang benar-benar tangguh. Hal ini terkait dengan cara mereka memahami tantangan.

(19)

4

Namun, ada di antara mereka yang memahami tantangan hanya untuk sekedar menjadikan dirinya mampu meraih simbol status yang akan diperhitungkan di tengah kelompoknya tanpa disertai pemahaman tantangan yang sesuai dengan nilai syar’i. Sehingga, mereka menjadi remaja yang bersemangat, tetapi bebas nilai. Hal ini sangat berbeda dengan mereka yang memahami tantangan sebagai sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi sekitar dan sesama. Remaja seperti inilah yang akan tampil di tengah-tengah masyarakat dengan nilai yang berharga. Dengan demikian, di usia remaja kondisi psikologis seorang anak yang masih labil perlu memperoleh tuntunan berupa pengembangan karakter yang juga dapat diperoleh oleh siswa melalui proses pendidikan di sekolah.

Remaja memiliki suatu kekuatan dan semangat. Kekuatan dan semangat tersebut memungkinkan para remaja menjadi basis operasional dalam perjalanan dakwah. Namun, perlu disadari bahwa di balik kekuatan dan semangatnya, remaja masih memiliki kepolosan. Sifat inilah yang memungkinkan para remaja menjadi basis kaderisasi dalam da’wah. Mereka mudah dibentuk dengan internalisasi nilai-nilai agama yang akan memotivasi dan mengarahkan gerakannya. Peran guru dalam membentuk dan mengembngkan karakter siswa sangat besar, terutama dalam memotivasi dan mengarahkan siswa pada proses pembelajaran di sekolah. Hal tersebut juga dikategorikan sebagai suatu seruan atau dakwah positif yang wajib dilakukan oleh guru sebagai tenaga pendidik.

(20)

5

Adapun seruan untuk berdakwah sebagaimana dituangkan dalam Firman Allah SWT. Q. S. an-Nahl Ayat 125:















































Terjemahan : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Departemen Agama RI, 2008: 304)

Bagi siswa seusia sekolah menengah, yang ada di hadapan mereka hanyalah seorang guru. Gurulah yang mereka kenal mulai dari pagi hingga siang hari. Gurulah yang mengajari mereka. Gurulah yang mengingatkan apabila mereka salah dalam ucapan dan tindakan. Gurulah yang menjadi imam shalat bagi mereka apabila telah tiba waktu shalat. Sehingga, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa seorang guru benar-benar memahami gerak-gerik anak didiknya. Di usia yang masih labil, siswa ibarat sebuah adonan yang mudah untuk dibentuk menjadi apa saja.

Guru merupakan orang tua bagi siswa pada saat berada di sekolah. Oleh karena itu, peran guru sangat besar dalam proses pengembangan karakter anak termasuk sikap beragama anak. Fase kanak-kanak dan fase remaja digambarkan sebagai dasar bagi pembentukan karakter kepribadian seorang muslim. Dengan adanya andil serta bantuan dari

(21)

6

pihak orang tua dan para pendidik dalam internalisasi nilai-nilai agama pada anak-anak dan remaja, diharapkan bahwa kesuksesan dalam membina para remaja yang sehat jiwa, akal, dan badannya dapat terwujud dengan baik. Meskipun pada dasarnya, pembentukan karakter seorang anak juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat sekitarnya.

Dalam peningkatan karakter positif sebagai kepribadian muslim pada siswa, maka karakter seorang anak dapat dikembangkan melalui pengadaan kegiatan ekstrakurikuler. Meskipun tidak mudah untuk membentuk karakter seseorang, namun kehadiran seorang guru yang aktif dalam menumbuhkan perhatian siswa terhadap kebutuhan rohaninya, sehingga timbul kesadaran siswa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sistem pendidikan yang berhasil adalah yang dapat membentuk manusia-manusia berkarakter baik yang sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang terhormat. Berbagai upaya pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa telah dilakukan di berbagai direktorat dan bagian di berbagai lembaga pemerintah, terutama di berbagai unit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada berbagai jenjang dan jalur pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Selain melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, karakter siswa juga dibangun dengan mengadakan kerja bakti dan bakti sosial serta mengulurkan bantuan jika ada yang terkena musibah. Selain itu, pemerintah menginstruksikan agar setiap silabus dan rencana pelaksanaan

(22)

7

pembelajaran (RPP) mencantumkan nilai-nilai karakter sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Melalui Diklat, workshop, kegiatan pramuka, orientasi siswa baru dijadwalkan pendidikan karakter minimal dua jam pelajaran.

Sebelum diterapkan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, sebagian siswa kurang disiplin, kurang memiliki sikap toleransi, terlambat, kurang kerja sama, dan memilih-milih teman saat belajar kelompok sesuai tingkat pengetahuannya sehingga anak yang memiliki pengetahuan yang kurang tidak mampu mengekspresikan kemampuan lain yang dimilikinya. Selain itu, masih minim siswa yang melaksanakan shalat berjama’ah di mushallah sekolah. Minimnya keakraban antara personil sekolah dengan siswa juga terjadi sehingga masih ada beberapa siswa yang tidak mengenal gurunya dengan jelas. Hal ini terjadi sebab guru terlalu berkonsentrasi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dari segi kognitifnya dan kurang memperhatikan pembentukan afektif siswa. Banyak pula guru yang menjalankan tugasnya hanya sebagai pengajar, tetapi mengeyampingkan tugasnya sebagai pendidik. Sejak diterapkan pembinaan karakter dalam pelaksanaan pembelajaran, kondisi tersebut dapat diminimalisir sedikit demi sedikit. Sebab, pembelajaran tidak hanya diorientasikan dalam pengembangan kemampuan kognitif dan psikomotorik saja, melainkan menyelipkan berbagai pembinaan karakter di dalamnya.

(23)

8

meneliti tentang pengaruh motivasi guru tehadap pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini dipandang relevan dan penting untuk dilakukan, terutama dalam upaya menjelaskan peran motivasi kerja guru dalam pembentukan karakter siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran motivasi guru dalam menjalankan tugasnya di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng?

2. Bagaimana pelaksanaan pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng?

3. Bagaimana pengaruh motivasi guru terhadap pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan motivasi guru dalam menjalankan tugasnya di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng.

2. Mengetahui pelaksanaan pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng.

(24)

9

3. Mengetahui pengaruh motivasi guru terhadap pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk mengetahui pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng.

b. Untuk mengetahui implikasi motivasi guru dalam pelaksanaan tugasnya terhadap pengembangan karakter siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng.

c. Sebagai salah satu referensi bagi guru dalam meningkatkan motivasi kerja dan profesionalismenya.

d. Sebagai salah satu dasar pemikiran dan rujukan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan, serta penentu kebijakan pendidikan, dalam pengambilan pertimbangan dan menetapkan kebijakan pendidikan, khususnya pada pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter siswa.

(25)

10

b. Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan mengenai motivasi kerja guru dan pengembangan karakter siswa serta menunjang dalam mengembangkan kompetensi peneliti.

(26)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Guru dan Motivasi Guru

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal I Ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Adapun dalam Ayat 2 dijelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber perhasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Depdiknas RI, 2003: 3-4).

Usman (1995: 6) mengemukakan bahwa guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggungjawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami

(27)

12

dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan darinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggungjawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggungjawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggungjawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.

1. Tugas dan Kinerja Guru

Secara profesional, guru mempunyai tugas-tugas tertentu. Di antara tugas-tugas guru yang dimaksudkan di sini, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Ketiga tugas guru yang disebutkan ini, ada pihak yang memandangnya sebagai tugas pokok (Danim, 2002: 15). Selanjutnya, mendidik sebagai tugas guru adalah mendidik. Tugas ini merupakan tugas guru yang amat luas dan sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan sebagainya (Tafsir, 2003: 78). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, harus berusaha merujuk pada kegiatan pembinaan dan pengembangan apeksi peserta didik.

(28)

13

mencerdaskan pemikiran peserta didiknya saja, melainkan juga berupaya membentuk seluruh kepribadiannya, sehingga dapat menjadi manusia dewasa yang memiliki kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan mengembangkannya untuk kesejahteraan hidup umat manusia. Tugas guru dalam kegiatan mendidik ini kelihatannya berkonotasi sebagai suatu proses memanusiakan manusia agar mampu hidup secara mandiri dan dapat bertanggung jawab dalam seluruh lini kehidupan, sehingga tugas yang diembannya itu juga dapat dipahami berdimensi kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Selain mendidik, tugas guru termasuk pula mengajar dan melatih peserta didik. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik. Dalam kaitannya dengan mengajar, (Nasution, 2003: 36) memahaminya dalam arti menanamkan pengetahuan pada anak, menyampaikan kebudayaan kepadanya, dan sebagai suatu aktivitas dalam mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya, sehingga terjadi proses belajar. Melalui aktivitas yang disebut terakhir ini, mengajar mengandung arti membimbing aktivitas dan pengalaman anak serta membantu perkembangannya, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain tugas mengajar, guru juga bertugas untuk membuat persiapan mengajar, tugas mengevaluasi hasil belajar, dan selainnya yang selalu bertalian dengan pencapaian tujuan pengajaran.

(29)

14

Tugas guru dalam melatih peserta didik yang dalam hal ini guru bertindak sebagai pelatih (coaches) adalah merujuk pada pembinaan dan pengembangan keterampilan peserta didik. Guru sebagai pelatih, kelihatannya memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri. Semua tugas guru yang telah dibicarakan di atas, baik mendidik, mengajar, maupun melatih peserta didik, tentunya dapat berjalan lancar selama guru dapat berperan aktif dalam melaksanakan tugas-tugasnya ini, terutama tugasnya sebagai pendidik. Sekaitan dengan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa tugas guru secara umum adalah mendidik, dan tugas guru secara khusus adalah mengajar dan melatih peserta didik. Keberhasilan guru sebagai pendidik dalam mengajar, dan keberhasilan peserta didik dalam belajar sangat dipengaruhi oleh guru itu sendiri. Oleh karena itu, tipologi guru sebagai pendidik yang meliputi syarat, sifat, dan tugasnya harus mendapat perhatian khusus dan istemewa dari guru dalam menjelaskan tugas keguruan yang merupakan pekerjaan dan profesinya.

Sejumlah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru akan menentukan kinerjanya secara keseluruhan, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan pula. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai; pestasi yang diperhatikan; dan kemampuan kerja (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 45). Dari pengertian

(30)

15

tersebut dapat dipahami secara sederhana bahwa kinerja sama artinya dengan prestasi kerja. Hasibuan (2002: 154) menjelaskan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang didasarkan atas kecakapan, usaha, dan kemampuan.

Pada dasarnya masalah kinerja telah diuraikan dalam Q. S. al-Ashr Ayat 1 - 3 berikut:



































Terjemahan : “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Departemen Agama RI, 2008: 1099)

Dari uraian ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa dalam pencapaian kinerja seseorang hanya dapat dicapai bila mampu memanfaatkan waktu/kesempatan yang sebaik-baiknya. Ini berarti bahwa penggunaan waktu yang tepat merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga mendorong seseorang untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dalam melakukan pekerjaan dengan benar.

(31)

16

dilakukan dalam hidup di dunia ini, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hari kemudian, sehingga mendorong setiap orang untuk berhati-hati dalam melaksanakan setiap pekerjaan. Selanjutnya Allah berfirman mengenai balasan yang akan diterima oleh orang yang berkerja sebagaimana dalam Q. S. al-Zalzalah Ayat 7-8 berikut:





























Terjemahan : “…Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasannya) pula.” (Departemen Agama RI, 2008: 1168)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa apapun yang dilakukan oleh seseorang meskipun kecil, namun tetap dihargai sebagai sebuah karya dan ia selalu merasa diawasi oleh Allah SWT., sehingga senantiasa memotifasi dirinya untuk berbuat yang terbaik terhadap suatu pekerjaan yang dilaksanakannya. Kaitannya dengan ini, dalam Q.S.al-Lail Ayat 4 - 7 Allah SWT. berfirman: 































Terjemahan : “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda, adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya yang mudah”. (Departemen Agama RI, 2008: 973)

(32)

17

berbeda-beda, namun pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan pahala yang baik dari sisi Tuhannya. Hal ini juga memberi keyakinan akan kemudahan pelaksanaan suatu tugas pekerjaan jika didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Salah satu hal yang dapat memotivasi guru adalah keinginan mendapatkan pahala.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami pula bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan jangka pendek selama hidup di dunia, namun jauh lebih penting dari harapan yang besar adalah perolehan amal saleh di kemudian hari (akhirat). Komitmen tersebut senantiasa didasarkan pada firman Allah SWT. dalam Q.S.al-Ghāsiyah Ayat 8 - 9 berikut:















Terjemahan : “Banyak muka pada hari itu berseri-seri, mereka merasa senang karena usahanya” ”(Departemen Agama RI, 2008: 891)

Ayat tersebut di atas mengisyaratkan pentingnya setiap orang berlaku tekun dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan harapan untuk mendapatkan nilai pahala yang terbaik dari sisi Tuhannya, sehingga juga diharapkan senantiasa terdorong melakukan pekerjaan dengan baik dan berhasil guna.

Dalam kaitannya dengan upaya-upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka sangat diharapkan seorang guru

(33)

18

selalu berusaha meningkatkan kinerjanya atau prestasi kerjanya. Hal ini harus dilakukan dengan sadar bahwa kelak semuanya akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan jika semua yang dilakukan sesuai dengan ketentuan dan dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Guru harus menyadari bahwa setiap orang yang bekerja keras untuk meningkatkan prestasi kerjanya pasti akan memperoleh hasilnya, dan dia akan merasa puas dengan hasil tersebut. Maksudnya terciptanya prestasi belajar dan prilaku peserta didik yang baik dan dapat dibanggakan.

Prestasi belajar peserta didik tersebut dimaksudkan sebagai suatu kemampuan yang diperoleh setelah ia melakukan proses belajar baik dalam bidang studi tertentu maupun dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes standar sebagai alat ukur untuk mengetahui adanya perubahan dalam aspek kecakapan, tingkah laku, dan keterampilan. Prestasi yang dicapai oleh siswa bukan hanya ditinjau dari seberapa besar pengetahuan yang diperoleh, melainkan juga pada seberapa besar kemajuan siswa dalam sikapnya. Tanpa disadari bahwa kesuksesan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh kecerdasannya saja, melainkan dengan cara bersikap dan bertingkah laku terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Seluruh aspek tersebut merupakan karakter yang perlu dibentuk dan dikembangkan oleh guru sebagai pendidik.

2. Motivasi Guru

(34)

19

menggerakkan. Irwan,dkk (1997: 235) mengungkapkan bahwa motivasi adalah hasrat atau keinginan seseorang meningkatkan upaya untuk mencapai target. Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002 : 1) bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologika, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (voluntes) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu. Sarwoto (1997: 135) mengemukakan bahwa motivasi adalah proses pemberian motif (penggerak).

Selain itu, ada pendapat lain yang menjelaskan bahwa istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, baik berupa rangsangan, dorongan, maupun pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno, 2014: 3). Motif seringkali diistilahkan sebagai dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (As’ad, 1999: 45).

Motivasi secara sederhana dapat diartikan sebagai “motivating” yang secara implisit berarti bahwa pimpinan suatu organisasi berada di tengah-tengah bawahannya, dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat, dan koreksi jika diperlukan (Siagian, 1985:

(35)

20

129). Sedangkan Winardi (2000: 312) mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan. Wursanto (1987: 132) mengungkapkan bahwa motivasi adalah dorongan yangada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu.

Dalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktifitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja. As’ad (1999: 46) mengungkapkan bahwa bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktifitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, di balik dari tujuan yang tidak langsung tersebut orang bekerja juga untuk mendapatkan imbalan, upah atau gaji dari hasil kerjanya. Jadi pada hakekatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tapi juga untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Menurut Smith dan Wakeley (dalam As’ad, 1999: 47) menyatakan bahwa seseorang didorong untuk beraktivitas karena dia berharap bahwa hal ini akan membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaaan sekarang. Pendapat dari Gilmer (dalam As’ad, 1999: 47), bahwa bekerja itu merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam

(36)

21

mencapai tujuannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bekerja adalah aktivitas manusia baik fisik maupun mental yang dasarnya mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan kepuasan. Ini tidak berarti bahwa semua aktivitas itu adalah bekerja, hal ini tergantung pada motivasi yang mendasari dilakukannya aktivitas tersebut.

Dari berbagai pendapat mengenai definisi motivasi dan definisi kerja di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasan sesuai dengan keinginannya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang guru membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya. Telah lama diketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial ia membutuhkan rasa sayang, pengakuan keberadaan, rasa ingin memiliki berbagai kebutuhan tersebut, manusia bekerja dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk memenuhi keinginan itu.

Prawirosentono (1999: 60) menyatakan bahwa kinerja sesorang akan baik jika pegawai memunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak, dan memunyai harapan masa depan. Secara teorotis, terdapat tiga kelompok variabel yang

(37)

22

memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu: variabel individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis. Kelompok variabel individu terdiri atas variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi, dan demografis.

Kelompok variabel psikologis terdiri atas variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Menurut Gibson (1997: 42) variabel tersebut banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalama kerja sebelumnya, dan variabel demografis. Adapun kelompok variabel organisasi terdiri atas variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.

Henry (1961: 59) mengungkapkan bahwa variabel imbalan akan berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung memengaruhi kinerja individu. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Robins (2007 : 698) terhadap para pegawai penyuluh kesehatan pedesaan di Columbia menunjukkan bahwa pemberian imbalan memunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibanding pada kelompok pegawai yang tidak diberi imbalan.

Menurut Mitchell (1978: 65), motivasi bersifat individual, dalam arti bahwa setiap orang termotivasi oleh berbagai pengaruh hingga berbagai tingkat. Mengingat sifatnya, yaitu untuk meningkatkan kinerja individu dalam suatu organisasi, maka para manajer dituntut untuk mengambil pendekatan secara tidak langsung, serta menciptakan motivasi melalui suasana organisasi yang mendorong para pegawai untuk lebih produktif.

(38)

23

Suasana ini tercipta melalui pengelolaan faktor-faktor organisasi dalam bentuk pengaturan sistem imbalan, struktur, desain pekerjaan, serta pemeliharaan komunikasi melalui praktek kepemimpinan yang mendorong rasa saling percaya.

Kinerja atau prestasi kerja merupakan perwujudan dari hasil kerja seseorang yang akan menentukan perkembangan karirnya pada masa yang akan datang. Menurut Hasibuan (2002: 79), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan. Lopes (dalam Siswanto, 2000: 80) mengemukakan bahwa prestasi kerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur. Hal ini berkaitan dengan kuantitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh individu dalan kurun waktu tertentu.

Lower dan Porter (dalam Widjaya, 1989: 40) menyebutkan bahwa prestasi kerja merupakan perpaduan antara motivasi dan kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan atau prestasi seseorang yang bergantung pada keinginan untuk berprestasi dan kemampuan yang bersangkutan untuk melakukannya. Motif berprestasi merupakan salah satu dari tiga motif pada diri manusia. Menurut Robins (2007: 224-225), ketiga motif yang ada pada diri manusia tersebut yaitu motif berprestasi, motif untuk berafiliasi, dan motif untuk berpuasa. Selanjutnya, disebutkan bahwa motif berprestasi tercermin pada orientasinya terhadap tujuan dan

(39)

24

pengabdian demi tercapainya tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya. Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi situsi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. Mclelland (dalam Prabu, 2004: 65) berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Guru sebagai pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Guru harus menyadari bahwa ia harus mengerjakan tugasnya tersebut dengan sungguh-sungguh, bertanggung jawab, ikhlas dan tidak asal-asalan, sehingga siswa dapat dengan mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh gurunya. Jika ini tercapai maka guru akan memiiki tingkat kinerja yang tinggi. Selanjutnya Mclelland (dalam Prabu, 2004: 66) mengemukakan 6 karakteristik dari guru yang memiliki motif berprestasi tinggi yaitu:

a. Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi b. Berani mengambil resiko

c. Memiliki tujuan yang realistis

d. Memanfaatkan rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.

e. Memanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.

f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan faktor-faktor pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan terhambatnya pembelajaran secara baik dan benar dalam rangka

(40)

25

pencapaian tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar.

Motivasi sebenarnya memiliki beberapa teori dari beberapa pendapat tokoh, teori tersebut antara lain teori Motivasi Klasik oleh F.W Taylor; teori Maslow’s Need Hierarchy oleh A.H. Maslow; Herzberg’s two

factor theory oleh Frederick Herzberg; Mc. Clelland’s achievement Motivation Theory oleh Mc. Clelland; Alderfer Existence, Relatedness And Growth (ERG) Theory oleh Alderfer; teori Motivasi Human Relation; teori

Motivasi Claude S. Geogre. Namun, dari beberapa teori di atas peneliti mencantumkan dua teori Maslow’s Need Hierarchy oleh A.H. Maslow yang sering diperbincangkan saat membahas mengenai teori motivasi kerja.

Setiap manusia mempunyai needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan extrinsic factor), yang pemunculannya sangat tergantung dari kepentingan individu. Dengan kenyataan ini, kemudian A. Maslow (dalam Siagian, 1996: 149) membuat needs hierarchy theory untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia yang diklasifikasi menjadi lima hierarki kebutuhan yaitu:

1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Perwujudan dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, pangan, papan, dan kesejahteraan individu. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar, karena tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut, seseorang tidak dapat dikatakan hidup normal. Meningkatnya kemampuan seseorang cenderung

(41)

26

mereka berusaha meningkatkan pemuas kebutuhan dengan pergeseran dari kuntitatif ke kualitatif. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang amat primer, karena kebutuhan ini telah ada dan terasa sejak manusia dilahirkan. Misalnya dalam hal sandang.

Apabila tingkat kemampuan seseorang masih rendah, kebutuhan akan sandang akan dipuaskan sekedarnya saja. Jumlahnya terbatas dan mutunya belum mendapat perhatian utama karena kemampuan memang terbatas. Akan tetapi bila kemampuan seseorang meningkat, pemuas akan kebutuhan sandang pun akan ditingkatkan, baik sisi jumlah maupun mutunya.

Demikian pula dengan pangan, seseorang dalam hal ini guru yang ekonominya masih rendah, kebutuhan pangan biasanya masih sangat sederhana. Akan tetapi jika kemampuan ekonominya meningkat, maka pemuas kebutuhan akan pangan pun akan meningkat. Hal serupa dengan kebutuhan akan papan/perumahan. Kemampuan ekonomi seseorang akan mendorongnya untuk memikirkan pemuas kebutuhan perumahan dengan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif sekaligus.

2) Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)

Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya diartikan dalam arti keamanan fisik semata, tetapi juga keamanan psikologis dan perlakuan yang adil dalam pekerjaan. Karena pemuas kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan kekaryaan seseorang, artinya keamanan dalam arti fisik termasuk keamanan seseorang di daerah

(42)

27

tempat tinggal, dalam perjalanan menuju ke tempat bekerja, dan keamanan di tempat kerja.

3) Kebutuhan Sosial (Social Needs)

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan pasti memerlukan bantuan orang lain, sehingga mereka harus berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan sosial tercermin dalam empat bentuk perasaan yaitu:

a) Kebutuhan akan perasaaan diterima orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam organisasi dan demikian ia memiliki sense of belonging yang tinggi.

b) Harus diterima sebagai kenyataan bahwa setiap orang mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan jati dirinya itu, setiap manusia merasa dirinya penting, artinya ia memiliki sense of importance.

c) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak akan gagal sering disebut sense of accomplishment. Tidak ada orang yang merasa senang apabila ia menemui kegagalan, sebaliknya, ia senang apabila ia menemui keberhasilan.

d) Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan (sense of participation). Kebutuhan ini sangat terasa dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan tugas sendiri. Sudah barang tentu bentuk dari partisipasi itu dapat beraneka ragam seperti dikonsultasikan, diminta memberikan informasi, didorong memberikan saran.

(43)

28

4) Kebutuhan akan Harga Diri (Esteem Needs)

Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan statusnya oleh orang lain. Situasi yang ideal adalah apabila prestise itu timbul akan menjadikan prestasi seseorang. Akan tetapi tidak selalu demikian, karena dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang, maka akan semakin banyak hal yang digunakan sebagai simbol statusnya itu. Dalam kehidupan organisasi banyak fasilitas yang diperoleh seseorang dari organisasi untuk menunjukkan kedudukan statusnya dalam organisasi. Pengalaman menunjukkan bahwa baik di masyarakat yang masih tradisional maupun di lingkungan masyarakat yang sudah maju, simbol-simbol status tersebut tetap mempunyai makna penting dalam kehidupan berorganisasi.

5) Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Hal ini dapat diartikan bahwa dalam diri seseorang terdapat kemampuan yang perlu dikembangkan, sehingga dapat memberikan sumbangsih yang besar terhadap kepentingan organisasi. Melalui kemampuan kerja yang semakin meningkat akan semakin mampu memuaskan berbagai kebutuhannya dan pada tingkatan ini orang cenderung untuk selalu mengembangkan diri serta berbuat yang lebih baik.

Motivasi merupakan suatu model dalam menggerakkan dan mengarahkan para guru agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dalam mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan

(44)

29

dan bertanggung jawab. Adapun ciri-ciri upakan karakteristik motivasi itu sendiri adalah:

1. Motivasi adalah kompleks

Pengaruh motivasi pada perilaku memiliki hubungan yang sangat kompleks dan sukar untuk dipisahkan. Interaksi antara beberapa motif, kondisi kerja dan beberapa aspek lingkungan sosial jauh lebih penting dalam mempengaruhi perilaku kerja dari pada beberapa motivasi tunggal, lingkungan atau kondisi sosial kerja.

2. Beberapa motivasi tidak disadari oleh individu

Individu sering melakukan perilaku yang tidak disadari oleh dirinya sendiri. Dalam beberapa hal individu kadang tidak menyadari kenapa dan untuk apa sesungguhnya melakukan suatu pekerjaan.

3. Motivasi dapat berubah

Motivasi dapat berubah dari waktu ke waktu walaupun perilaku sama. Motivasi individu dapat berubah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikis, intelektual, emosi, dan pekerjaan. Adanya perubahan supervisi, sosial, dan pandangan politik serta berbagai kondisi ekonomi dapat mempengaruhi perilaku individu dalam lingkungan kerja. 4. Motivasi berbeda-beda tiap individu

Beberapa individu dapat melakukan pekerjaan yang sama tetapi bebeda motivasi yang mendasari perilakunya, dapat juga melakukan pekerjaan yang tidak sama dengan motivasi yang sama. Motivasi timbul karena pengalaman individu. Perbedaan pengalaman dapat menyebabkan perbedaan motivasi.

(45)

30

5. Motivasi adalah majemuk

Banyak faktor yang mempengaruhi guru dalam bekerja selain faktor uang. Guru yang bekerja dengan giat tidak hanya karena ingin upah yang tinggi tetapi juga ingin naik pangkat, rasa aman, dan lain-lainnya.

Pada intinya usaha untuk meningkatkan motivasi kerja adalah suatu keterampilan dalam memadukan kepentingan guru dan kepentingan sekolah sehingga keinginan-keinginan para guru dipuaskan bersamaan dengan tercapainya sasaran-sasaran organisasi sekolah.

Motivasi mempengaruhi kerja seseorang sebesar 80% sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi adalah faktor penting bagi keberhasilan kerja. Dalam fungsinya sebagai salah satu variabel penting yang mempengaruhi perilaku seorang guru dalam lingkungan kerja, motivasi memiliki dampak pada produktivitas kerja guru tersebut.

Motivasi kerja yang tinggi akan memungkinkan diperolehnya produktivitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat As'ad (1999: 36) bahwa kuat lemahnya motivasi kerja ikut membantu besar kecilnya keluaran. Jadi, motivasi kerja inilah yang akan memberi bentuk pada pekerjaan dan hasil yang diperolehnya. Motivasi seseorang dalam bekerja akan menentukan sikap kerjanya. Individu yang mempunyai motivasi tinggi dapat bekerja dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Jurgensen (dalam Ibrahim, 1999) yang mengadakan penelitian di Minneapolis Gas Light Company menemukan beberapa aspek yang mendasari timbulnya motivasi kerja, yaitu:

(46)

31

1) Rasa aman (Security)

Rasa aman atau security adalah dapat melakukan pekerjaannya tanpa dibebani resiko yang dapat membahayakan diri seorang guru dalam bekerja. Adanya perasaan aman merupakan sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang, terutama pada saat ia sedang melaksanakan tugas yang merupakan tumpuan hidupnya. Perasaan yang aman ini meliputi pengertian yang luas, di mana di dalamnya termasuk rasa aman ditinjau dari kecelakaan kerja, rasa aman dari kelanjutan hubungan kerja atau sewaktu-waktu dikeluarkan dari pekerjaan yang tidak dikehendaki.

2) Kesempatan untuk maju (Advancement)

Kesempatan untuk maju adalah kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi dari kedudukan sebelumnya. Setiap orang selalu menginginkan adanya perkembangan dari usaha yang telah dilakukannya. Dengan adanya kesempatan untuk maju itu, maka keinginan untuk berkembang tersebut dapat terpenuhi.

3) Nama baik tempat bekerja (Company)

Nama baik tempat kerja adalah tempat di mana seorang guru bekerja sudah terkenal dan memiliki nama baik di masyarakat. Adanya kebanggaan pada tempat di mana seseorang bekerja itu akan memberikan keyakinan dan semangat pada dirinya untuk melakukan aktivitas kerjanya dengan baik.

4) Teman sekerja (CoWorkers)

Teman kerja merupakan teman kerja yang dapat bekerja sama dan berteman dengan baik. Kerjasama dan rasa saling menghargai sesama

(47)

32

rekan sekerja akan memberikan perasaan tenang dan membutuhkan persatuan dan keakraban yang dapat memperlancar aktivitas kerja.

5) Jenis pekerjaan (Type of work)

Jenis pekerjaan yang dimaksud yaitu kesesuaian pekerjaan yang ditangani dengan keinginan guru. Maksudnya adalah adanya kesesuaian antara keinginan dan kemampuan guru tersebut pada tugas yang diberikan, sehingga ia dapat bekerja dengan baik. Gaji yang dirasakan cukup baik dan pantas bagi dirinya menurut ukurannya sendiri. Hal ini merupakan kebutuhan hidup yang paling mendasar dan merupakan faktor pertama bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan dirasakan adanya gaji yang cukup baik, maka diharapkan aktivitas kerja guru itu tidak terhambat oleh pemikiran-pemikiran bagaimana menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya.

6) Atasan (Supervisor) yang menyenangkan

Atasan yang menyenangkan adalah seorang kepala sekolah yang dapat membimbing sekaligus disukai oleh bawahannya. Sikap ketauladanan yang ditunjukkan oleh atasan kepada bawahan merupakan suatu contoh dan dapat memberikan ketenangan dan tuntunan bagi guru dalam bekerja.

7) Jam kerja (Hours)

Jam kerja yang dimaksud adalah jam kerja yang tidak terlalu lama dan membosankan. Kebosanan dan kelelahan yang ditimbulkan akibat terlalu lamanya jam kerja, dapat menyebabkan perasaan jenuh dan malas, sehingga dapat menurunkan gairah kerja guru.

(48)

33

8) Keadaan tempat keija (Working Condition) yang baik

Keadaan tempat kerja yang baik misalnya dengan adanya kebersihan, pergantian udara dan suhu ruangan kerja dalam kondisi baik. 9) Fasilitas-fasilitas lain yang disediakan (Benefitsj

Fasilitas yang dimaksud adalah tersedianya fasilitas-fasilitas lain yang terdapat di tempat kerja seperti asuransi kesehatan, transportasi, pengobatan gratis, perumahan dan lain-lain. Tersedianya fasilitas ini semakin memberikan keyakinan bagi seorang guru bahwa hidupnya tidak akan disia-siakan dan menjadi terlantar, sehingga keadaan ini dapat menambah kegairahan dalam bekerja.

B. Pengembangan Karakter Siswa

1. Konsep Karakter dan Pendidikan Karakter

Karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, kharax, dalam bahasa Inggris adalah character yang berarti watak atau sifat (Echols dan Sly, 2005: 107). Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak (Dekdikbud, 1991: 348). Adapun menurut Poerwadarminta (2007: 521), karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama, atau reputasinya. Secara psikologi, karakter adalah kepribadian yang

(49)

34

ditinjau dari titk tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Asmani, 2011: 27).

Hermawan Kertajaya (dalam Asmani, 2011: 28) mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin yang mendorong seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespons sesuatu.

Albertus (2010: 79-80) menyatakan bahwa karakter diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somato-psikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Karakter dianggap sama dengan kepribadian sedangkan kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.

Karakter merupakan sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Relatif stabil adalah suatu kondisi yang apabila telah terbentuk akan tidak mudah diubah. Landasan adalah kekuatan yang pengaruhnya sangat besar/ dominan yang menyeluruh terhadap hal-hal

(50)

35

yang terkait langsung dengan kekuatan yang dimaksud. Penampilan perilaku adalah aktivitas individu atau kelompok. Standar nilai dan norma yang dimaksud adalah iman, taqwa, pengendalian diri, disiplin, kerja keras, ulet, bertanggungjawab, jujur, membela kebenaran, kepatuhan, kesopanan, kesantunan, ketaatan pada peraturan, loyalitas, demokratis, kebersamaan, musyawarah, gotong royong, toleransi, tertib, damai, anti kekerasan, dan hemat atau efisien.

Karakter menurut Ryan dan Bohlin mengandung tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving

the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter

yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik, tetapi juga merasakan dengan baik, dan perilaku yang baik. (http/etikakurniadi.wordpress.com/2011/12, diakses tanggal 15 Maret 2012).

Azzet (2011: 27) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan Karakter bangsa dapat diterapkan melalui berbagai sarana, misalnya melalui pendidikan informal yang dilakukan di keluarga dan lingkungan sekitar, pendidikan nonformal yang diperoleh melalui lembaga dan organisasi kemasyarakatan, pendidikan formal dilakukan dalam satuan pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi), dan kombinasi antara pendidikan keluarga, pendidikan formal, dan nonformal (Rachman, 2011)

(51)

36

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, sehingga menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa.

Pendidikan karakter tidak terlepas dari penanaman budaya sebagai hasil pemikiran manusia sehingga terjadi interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan, serta interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya.

2. Proses Pengembangan Karakter Siswa

Karakter merupakan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan

(52)

37

(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.

Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Dengan kata lain, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila. Sehingga, pendidikan karakter dan budaya bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila, sebab mendidik budaya dan karakter bangsa termasuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian  D. Hipotesis
Gambar 2. Desain Penelitian
Tabel 1.  Keadaan  Guru  Madrasah  Aliyah  Muhammadiyah  Kabupaten  Bantaeng
Tabel 3.  Keadaan  Sarana  Prasarana  Madrasah  Aliyah  Muhammadiyah  Kabupaten Bantaeng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Orang Cina Benteng merupakan sekumpulan orang Tionghoa yang awalnya mendiami pesisir pantai Tangerang (sekitar Teluk Naga) lalu merambah di sepanjang bantaran Cisadane

Titik pemesanan kembali atau yang disebut Reorder Point (ROP) untuk betadin adalah ketika stok yang ada di gudang penyimpanan tinggal 38 botol sehingga dari jumlah ROP

Ketiga, perspektif ini memberikan pencerahan bahwa semua sumberdaya yang dimiliki perusahaan dapat menjadi sumber keunggulan bersaing berkelanjutan dengan

dilakukan oleh sekolah umum dalam menentukan pengurus OSIS nya, disini tidak ada pendaftaran calon, artinya para santri tidak berhak untuk mencalonkan diri, tetapi kyai

Untuk mengukur keakuratan hasil dari metode numerik menggunakan Ansys fluent, percobaan yang diambil dalam sebuah jurnal internasional yang berjudul ” Experimental

Modul yang digunakan untuk peserta didik juga harus bermutu dan bermanfaat seperti pada modul berbasis modern yakni menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi siswa kelas

Hasil penelitian Farook dkk (2012), menunjukan bahwa proporsi pembiayaan non investasi berpengaruh secara positif terhadap profit distribution management penelitian ini