• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan yang Mungkin Terjadi pada Faktor Kunci (Dominan) di Masa Depan

5 ANALISIS KEBERLANJUTAN SUMBER DAYA PERIKANAN TANGKAP

6.2 Keadaan yang Mungkin Terjadi pada Faktor Kunci (Dominan) di Masa Depan

Keadaan faktor di masa yang akan datang dapat berubah, sesuai dengan dinamisasi perubahan sosial, ekonomi, politik, maupun adanya force majeur yang tidak bisa dihindari. Dalam kajian kebijakan pengelolaan perikanan tangkap, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pengelolaan juga memiliki kecenderungan yang sama yaitu adanya peluang untuk berubah, menjadi lebih baik atau menjadi kurang baik. Analisis morfologis dipergunakan untuk untuk menganalisis kecenderungan perubahan dari setiap faktor dominan dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah, keadaan lokal, maupun akibat perubahan faktor dari luar wilayah ataupun faktor yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dengan level yang lebih tinggi. Ketepatan dalam analisis ini mendukung kepada skenario model model pengembangan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan. Variabel dominan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan berpeluang menjadi berubahn ke depan jika dilakukan perubahan kinerjanya melalui intervensi kedalam model rangka meningkatkan nilai indeks keberlanjutan dalam pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Sulawesi Selatan. Perubahan kinerja faktor-faktor dominan dalam pengelolaan perikanan tangkap disajikan pada Tabel 18.

Berdasarkan analisis prosepektif terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan, dihasilkan enam faktor kunci (dominan) yaitu (O) Orientasi pasar hasil perikanan tangkap; (T) Tingkat penutupan karang; (P) Pemanfaatan

perikanan tangkap; (H) Pelanggaran hukum dalam pemanfaatan perikanan tangkap; (J) Kebijakan pengelolaan perikanan tangkap; dan (K) Koordinasi instansi pemerintah. Model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan (M) dapat digambarkan sebagai hubungan fungsi M = f (O, T, P, H, J, K).

Model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan adalah model yang disusun dalam upaya meningkatkan atau menjamin adanya pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan melalui menjaga atau meningkatkan kinerja faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutannya. Model yang berkelanjutan disusun melalui tiga skenario yaitu : Skenario I (Pesimis); Skenario II (Moderat); dan Skenario III (Optimis). Skenario pesimis merupakan skenario model tanpa adanya intervensi perbaikan kinerja atribut. Skenario moderat merupakan skenario model pengelolaan yang dilakukan dengan perbaikan kinerja faktor kunci / dominan yang dilakukan dengan perbaikan kinerja menjadi setingkat lebih baik. Skenario optimis dilakukan dengan memberikan intervensi pada faktor kunci / dominan menjadi dua tingkat lebih baik atau kalau kinerjanya sudah maksimal maka mempertahankan kinerja yang sudah maksimum tersebut. Tabel 18 Kondisi faktor kunci (faktor dominan) dan kemungkinan perubahan

masa yang akan datang dalam pengelolaan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan

No Faktor Dominan

(key factor)

Kemungkinan Terjadi Perubahan ke Depan

A B C

1 Orientasi pasar hasil perikanan tangkap. (2) Orientasi pasar lokal, kabupaten, provinsi, nasional dan internasional. (2) Orientasi pasar lokal, kabupaten, provinsi, nasional dan internasional. (2) Orientasi pasar lokal, kabupaten, provinsi, nasional dan internasional.

Tinggi Tinggi Tinggi

2 Tingkat penutupan karang. (0) 0-24% (1) 25-49,9%) (2 ) 50-74,9%

Rusak Sedang Baik

3 Pemanfaatan perikanan tangkap. (2 ) Pemanfaatan 50-100% daya dukung (3) Pemanfaatan 0-50% daya dukung (3) Pemanfaatan 0-50% daya dukung Tangkap penuh Tangkap kurang Tangkap kurang 4 Pelanggaran hukum

dalam pemanfaatan perikanan tangkap.

(0) (1 ) (2)

Sangat Tinggi Tinggi Kurang

5 Kebijakan pengelolaan perikanan tangkap. (1) Kurang memadai (2) Cukup memadai (3) Sangat Memadai

6 Koordinasi instansi pemerintah (0) Masih lemah (1) Kurang baik (2) Sedang/cukup baik

Buruk Kurang Cukup Baik

Keterangan :

A : kondisi eksisting skenario I (pesimis) B : skenario II (moderat)

C : skenario III (optimis

0 - 2 : nilai skoring atribut faktor kunci (dominan) atau kinerja saat ini.

Skenario ini merupakan kombinasi dari beberapa keadaan variabel kunci yang mungkin terjadi di masa mendatang dikurangi dengan kombinasi keadaan yang tidak mungkin terjadi secara bersamaan. Skenario yang dibangun untuk pengembangan kebijakan pengelolaan berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan dengan menggunakan tiga skenario yaitu skenario I (pesimis), II (moderat), dan III (optimis). Skenario pengembangan kebijakan dilakukan dengan melakukan intervensi (perbaikan) kinerja faktor kunci. Perbaikan dilakukan dengan meningkatkan nilai skor terhadap faktor penting tersebut. Selanjutnya pada faktor-faktor pengungkit (leverage) pada masing-masing dimensi keberlanjutan dibuat kondisi yang mungkin terjadi di masa depan. Skenario kemudian disimulasikan melalui analisis MDS untuk menilai kembali peningkatan indeks keberlanjutannya. Hasil skenario pengembangan kebijakan berkelanjutan disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Nilai indeks keberlanjutan perdimensi berdasarkan skenario pengembangan kebijakan No Dimensi Tingkat Keberlanjutan Skenario I (Pesimis) Skenario II (Moderat) Skenario III (Optimis) 1 Ekologi 49,07 51,11 52,37 2 Ekonomi 53,13 53,13 53,13 3 Sosial 60,92 60,92 60,92

4 Kelembagaan dan etika 46,93 52,21 55,46

5 Teknologi dan infrastruktur 48,35 48,35 48,35

Berdasarkan nilai indeks keberlanjutan per dimensi berdasarkan skenario pengembangan kebijakan diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Skenario I (Pesimis) merupakan skenario kebijakan berdasarkan kondisi

eksisting tanpa melakukan intervensi terhadap faktor dominan. Pada skenario I, tiga dimensi utama dalam penentuan keberlanjutan yaitu dimensi ekologi, ekonomi dan sosial, terdapat satu dimensi yaitu dimensi ekologi yang memiliki nilai dibawah 50%. Kondisi ini mengindikasikan pada skenario I (pesimistis), perikanan tangkap di Sulawesi Selatan memiliki status tidak berkelanjutan.

b. Skenario II (Moderat). Pada skenario II (Moderat), tiga dimensi utama dalam penentuan keberlanjutan yaitu dimensi ekologi, ekonomi dan sosial memiliki nilai di atas 50%. Kondisi ini mengindikasikan pada skenario II (moderat), perikanan tangkap di Sulawesi Selatan akan memiliki status cukup berkelanjutan. Lebih lanjut pada skenario II dilakukan melalui perbaikan kinerja beberapa faktor dominan pada dimensi ekologi (tingkat penutupan karang, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap), dimensi ekonomi (mempertahankan orientasi pasar hasil prikanan tangkap), dan dimensi kelembagaan dan etika (tingkat pelanggaran hukum dalam aktivitas perikanan tangkap, kebijakan pengaturan perikanan tangkap, dan koordinasi antar instansi pemerintah)

c. Skenario III (Optimistis). Skenario IIII (Optimistis) dibandingkan dengan skenario lainnya (skenario I dan skenario II) memiliki nilai pada tiga dimensi utama (dimensi ekologi, ekonomi dan sosial) lebih baik. Kondisi ini mengindikasikan pada skenario III, perikanan tangkap di Sulawesi Selatan memiliki status keberlanjutan cukup berkelanjutan. Seperti halnya pada skenario II (Moderat), skenario III (Optimis) memiliki nilai pada tiga dimensi utama (ekologi, ekonomi dan sosial) diatas 50%. Namun pada skenario III, nilai dimensi ekologi lebih tinggi dibandingkan skenario II. Lebih lanjut, mengacu pada nilai dimensi ekologi yang lebih baik, skenario III dinilai sebagai skenario paling baik bagi pengembangan perikanan tangkap berkelanjutan di Sulawesi Selatan.

Pada setiap skenario yang digunakan, dimensi dimensi Teknologi dan Infrastruktur masih memiliki nilai dibawah 50%. Hal ini mengindikasikan dimensi Teknologi dan Infrastruktur pada setiap skenario merupakan dimensi pembatas pada setiap skenario.

6.3 Skenario Model Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di