• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESA SALIGUMA

2.2.1. Keadaan Sumber Daya Alam

• Sumber Daya Laut

Sumber daya laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai seluas 78.018,43 km2 dan panjang garis pantai 1.402,7 km, Potensi sumber daya laut masih besar, namun penduduk di dua desa ini belum mampu memanfaatkan secara optimal. Hal ini tercermin dari fakta bahwa selama ini belum banyak keluhan nelayan lokal terhadap keadaan sumber daya ikan. Para nelayan lokal tidak pernah risau atau merasa khawatir bahwa hasil tangkapan makin menurun akibat kehadiran nelayan luar. Dengan peralatan yang masih sederhana penduduk di dua desa ini menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau hanya dijual ke tetangga di dalam desa sendiri. Tidak ada keluhan terhadap kondisi sumber daya kelautan tersebut juga karena kondisi hutan bakau yang masih baik. Hutan bakau merupakan kawasan ekosistem yang berfungsi mempertahankan kelangsungan hidup dari sejumlah biota laut. Sejumlah jenis ikan karang, seperti : kuret (ikan teger lumpur), garapu minyak, jining

Gambar 2.2 : Rawa & Hutan Bakau

atau ikan ikan jenihin, bailegget (ikan janang merah dan berbintik kuning, malaimiang atau ikan saway, somay, bulu kalalaipet atau ikan kwaci) masih dapat ditangkap di perairan sekitar Desa Saliguma. Selain jenis ikan karang, terdapat juga ikan hias dengan berbagai jenis.

Ikan karang merupakan jenis ikan yang telah memiliki nilai jual yang cukup tinggi, terutama sejak adanya penampung ikan karang yang menaruh kerambanya di perairan teluk di dua desa tersebut (Pulau Buggey). Selain jenis - jenis ikan, potensi sumber daya laut lain adalah kepiting yang mereka tangkap dengan tangguk dan udang jenis lopster. Lokasi penangkapan ikan yang dilakukan di Saliguma adalah di sekitar daerah Teluk Sarabua, dan daerah sekitar Pulau Buggey. Namun demikian, adakalanya juga mereka menangkap ikan di luar Teluk Sarabua, yaitu daerah tengah laut, dengan jarak ± 5 km dari Teluk Sarabua, dengan menggunakan kapal bagan.

• Sumber Daya Darat

Secara topografis wilayah Pulau Siberut terdiri dari dataran rendah dan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 0 - 275 meter di atas permukaan laut. Lahan wilayah Pulau Siberut termasuk di Desa Saibi Samukop dan Desa Saliguma yang paling dekat dengan laut adalah lahan rawa pasang-surut. Lahan ini ditumbuhi berbagai tanaman rawa, seperti tanaman sagu dan tanaman bakau. Hutan bakau, jenis flora yang paling banyak dijumpai di daerah penelitian.

Gambar 2.3 : Kebun Kelapa Rakyat

Rawa-pasang surut adalah lingkungan alam yang menghubungkan laut dengan permukiman penduduk. Di wilayah Desa Saibi Samukop dan Desa Saliguma masih memiliki hutan bakau yang cukup baik. Kondisi hutan bakau yang masih baik tersebut merupakan indikator bahwa ekosistem wilayah pesisir masih lestari.

Rawa pasang surut sangat penting bagi kehidupan penduduk, yakni selain untuk lalu-lintas penduduk yang akan pergi ke kota kecamatan atau ke desa-desa sekitar, juga merupakan sumber kehidupan penduduk di desa-desa daerah penelitian. Ekosistem bakau menghasilkan sumber daya ikan dan biota air, seperti kepiting yang dapat dimanfaatkan penduduk. Tanaman sagu merupakan tanaman pangan yang tumbuh secara alami belum dibudidayakan. Sumber daya darat lainnya yang berasal dari hutan alam adalah rotan (manoa). Rotan adalah sumber daya hutan non kayu yang biasa dimanfaatkan/ dipanen penduduk dan merupakan salah satu sumber mata pencaharian. Desa Saibi Samukop dan Desa Saliguma tersebut memiliki wilayah yang berdekatan dengan Taman Nasional Siberut. Kondisi hutan di sekitar desa-desa tersebut masih alami, sehingga memungkinkan banyak jenis pohon hutan terdapat di sekitar desa penelitian.

Sumber daya daratan lainnya adalah sumber daya perkebunan. Sumber daya perkebunan sebagai salah satu bentuk penggunaan lahan untuk sumber kehidupan. Salah satu sumber daya perkebunan di Desa Saibi Samukop dan Desa Saliguma adalah kebun kelapa/ nyiur (cocos

Gambar 2.4 : Kebon Cokelat

nucifera). Kebun tanaman kelapa hampir dijumpai di semua daratan di daerah penelitian dan dimiliki hampir semua rumah tangga. Tanaman kelapa adalah tanaman komoditi bagi penduduk karena menghasilkan kopra. Kopra adalah salah satu hasil utama daerah penelitian. Hasil kelapa juga banyak dimanfaatkan penduduk untuk pengolahan minyak manis (minyak goreng). Dengan adanya pengolahan kelapa menjadi minyak goreng tersebut menyebabkan penduduk dua desa penelitian tidak tergantung pada pasokan minyak goreng dari luar.

Sumber daya darat lainnya yang dikembangkan penduduk desa penelitian adalah kebun cokelat. Kebun cokelat merupakan tanaman komoditi walaupun potensinya tidak sebesar komoditi kopra yang sudah lama diusahakan di daerah penelitian. Di beberapa rumah tangga banyak dijumpai tanaman cokelat yang masih muda, baru berbuah satu kali dan bahkan tanaman cokelat di beberapa rumah tangga yang lain ada yang belum berbuah sama sekali. Di Desa Saliguma dan Desa Saibi Samukop tanaman alam lainnya adalah nilam (pogosteman cablin). Tumbuhan yang daunnya berbau harum dimanfaatkan penduduk sebagai sumber penghasilan. Tanaman nilam merupakan sumber daya pertanian rakyat yang dapat memberikan penghasilan bagi penduduk. Panen tanaman nilam dapat dilakukan hingga mencapai 6 kali setiap tahun. Namun beberapa tahun terakhir tanaman nilam di desa-desa ini sedang terserang hama, sehingga sudah tidak menghasilkan lagi.

Gambar 2.5: Perladangan Penduduk

Di Saliguma terdapat kawasan hutan yang memiliki potensi yang masih besar. Hutan ini dahulu pernah diusahakan oleh perusahaan kayu, namun saat ini sudah tidak ada perusahaan kayu yang beroperasi di Saliguma. Selain kayu, hutan di wilayah Saliguma juga memiliki potensi manao (rotan). Di sepanjang garis pantai Teluk Sarabua + 3 km ditumbuhi oleh hutan bakau yang lebat dan kondisinya relatif masih baik. Di Desa Saibi Samukop tanaman kebun lain yang sudah dikembangkan dan merupakan sumber pendapatan rumah tangga yang cukup baik adalah tanaman pinang. Pengembangan tanaman pinang ini atas bantuan dan bimbingan dari Departemen Kehutanan. Pemanenan buah pinang tidak mengenal musim, apabila ada buah yang sudah tua dapat dipanen kapan saja. Buah pinang dapat dipanen dan dijual sebagai komoditi yang dapat digunakan untuk obat-obatan.

Subsektor pertanian tanaman pangan dengan membuka persawahan dan

perladangan juga merupakan potensi sumber

alam darat yang sedang dikembangkan di lokasi penelitian. Tanaman ubi, jagung, keladi adalah tanaman palawija yang dikembangkan penduduk di Desa Saibi Samukop dan Desa Saliguma. Namun umumnya hasil tanaman pangan tersebut hanya untuk konsumsi sendiri.

Dokumen terkait