• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian

Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa

ini juga merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat suhu rata-rata 24 0

- 40 0

C. Curah hujan rata-rata pertahun di daerah ini sekitar 240,08 mm dengan rata-rata 14 hari hujan per bulannya. Kondisi tersebut menyebabkan Desa Ciaruten Ilir sesuai untuk budidaya sayuran.

Desa Ciaruten Ilir terdiri dari 4 Dusun, 35 RT dan 10 RW. Luas wilayah Desa Ciaruten Ilir secara keseluruhan adalah 360 Ha, yang terdiri dari 200 Ha lahan sawah, 105 Ha lahan perumahan dan pekarangan, 40 Ha ladang, 2 Ha empang, dan 13 Ha lain-lain. Jumlah penduduk Desa Ciaruten Ilir berdasarkan data terakhir dari kantor desa adalah 10.120 jiwa. Jumlah penduduk Desa Ciaruten Ilir terdiri dari 5.107 jiwa penduduk pria dan 5.013 jiwa penduduk wanita. Penduduk Desa Ciaruten Ilir lebih banyak berada pada usia produktif.

Dilihat dari struktur mata pencahariannya, penduduk Desa Ciaruten Ilir sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sekitar 88 persen dari jumlah penduduk yang bekerja (5.623 jiwa) atau sekitar 5.135 jiwa. Sedangkan penduduk yang lain diantara bekerja sebagai penjual jasa dan pedagang. Jenis pertanian yang diusahakan oleh petani Desa Cairuten Ilir adalah sayuran dan padi.

Batas wilayah Desa Ciaruteun Ilir adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rumpin

 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Leuweng Kolot

 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujung 5.2 Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan merupakan gambaran mengenai keadaan petani caisim di Desa Ciaruteun Ilir yang diwakilkan oleh 35 orang petani responden. Karakteristik tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa

poin, antara lain usia responden, lama pendidikan, status kepemilikan lahan, pengalaman berusahatani caisim, jenis varietas, serta umur bibit yang digunakan. Dengan adanya berbagai keragaman dari karakteristik tersebut, diduga mempengaruhi keputusan petani dalam proses pengambilan keputusan.

5.2.1 Usia Responden

Petani yang menjadi responden berusia mulai dari 25 tahun hingga 65 tahun. Usia petani responden diklasifikasikan seperti pada tabel sebaran petani responden Desa Ciaruteun Ilir berdasarkan usia (Tabel 6). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa usia petani responden didominasi oleh petani berusia 35 – 44 tahun sebesar 42,86 diikuti dengan petani berusia 45 – 54 sebanyak 37,14 dari total petani responden (35 petani). Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa umumnya petani di desa tersebut masih berada pada usia produktif sehingga diduga mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan dan semangat serta kemampuan kerja yang tinggi.

Tabel 6. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Usia Pada Tahun 2012 Usia Responden (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 25 - 34 4 11.43 35 - 44 15 42.86 45 – 54 13 37.14 55 - 64 2 5.71 65 ≥ 1 2.86 Jumlah 35 100

5.2.2 Lama Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik petani yang mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan. Selain itu juga dengan tingginya pendidikan formal diduga petani juga akan membantu dalam hal memperoleh informai dan teknologi serta penerapannya untuk pengembangan usahataninya. Sebaran petani responden berdasarkan lama pendidikan formal disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Lama Pendidikan Formal Pada Tahun 2012

Pendidikan Formal (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 0 4 11.43 1 - 6 13 37.14 7 - 9 6 17.14 10 - 12 12 34.29 ≥ 1γ 0 0.00 Jumlah 35 100

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa petani responden didominasi oleh petani yang telah menempuh pendidikan selama 10 – 12 tahun (SMA/Sederajat) diikuti oleh petani yang pernah menempuh pendidikan formal selama 7 – 9 tahun (SMP/Sederajat). Disisi lain masih terdapat pula petani yang tidak menginjak banku pendidikan formal sama sekali yaitu sebanyak 4 orang. Hal ini disebabkan pada masa usia petani tersebut belum terdapat sekolah formal atau jarak yang jauh. Selain itu juga ada pula yang disebabkan karena masih ada pandangan dari orang tua petani bahwa pendidikan tidak berguna sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk hal seperti itu.

5.2.3 Status Lahan

Status lahan petani di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi 3 yaitu milik, sewa dan sakap. Dari tabel sebaran petani berdasarkan status lahan (Tabel 8) dapat dilihat bahwa umumnya petani berusahatani dengan lahan milik sendiri yaitu sebanyak 57,14 persen. Selain itu terdapat pula petani dengan lahan berststus sewa sebesar 40 persen. Petani yang menyewa umumnya merupakan pendatang atau warga setempat yang pernah bekerja diluar kota (Jakarta) kemudian kembali lagi ke Desa Ciaruteun Ilir. Kemudian terdapat pula petani dengan sistem sakap (bagi hasi) sebanyak satu orang atau sebesar 2,86 persen dari jumlah petani responden.

Tabel 8. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun ilir Berdasarkan Status Lahan Pada Tahun 2012

Status Lahan Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%) Milik 20 57.14 Sewa 14 40.00 Sakap 1 2.86 Jumlah 35 100.00 5.2.4 Pengalaman Usahatani

Pengalaman petani dalam berusahatani di daerha penelitian (Desa Ciaruteun Ilir) umumnya sudah berlangsung cukup lama. Pengalaman mengenai berusahatani perlu untuk diketahui mengingat bahwa pengalaman berusahatan mempengaruhi efisiensi usahatani. Semakin lama pengalaman usahatani maka semakin efisien pula usahatani caisim yang dilakukan petani. Pengalaman petani responden dalam usahatani caisim pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Pengalaman Usahatani Pada Tahun 2012

Pengalaman Usahatani Caisim (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) ≤ 5 12 34.29 6 – 10 4 11.43 11 -15 5 14.29 ≥ 16 14 40.00 Jumlah 35 100

Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa dari 35 orang petani responden, pengalaman petani yang lebihdari 15 tahun mendominasi sekitar 40 persen kemudian diikuti oleh petani dengan pengalaman kurang dari sama dengan 5 tahun sebesar 34,29 persen atau sekitar 12 orang. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa petani responden rata-rata telah memiliki pengalaman yang sudah cukup lama (rata-rata pengalaman usahatani 14 tahun).

5.2.5 Jenis Varietas

Terdapat dua jenis varietas benih yang digunakan oleh petani responden varietas lokal dan varietas hibrida (tosakan : “cap panah merah”). Berdasarkan informasi dari seluruh responden (Tabel 10), petani responden lebih banyak mengunakan jenis varietas lokal yaitu sebesar 60 persen sedangkan yang menggunakan varietas hibrida yaitu sebanyak 40 persen. Petani responden lebih cendrung mengunakan benih lokal disebabkan karena jika membeli, harga benih lokal lebih murah dibandingkan dengan harga benih hibrida. Selain itu dengan benih lokal, petani bisa memperbanyak sendiri melalui biji.

Tabel 10. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Jenis Varietas Benih pada Tahun 2012

Varietas Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

Lokal 21 60

Hibrida 14 40

Jumlah 35 100

5.2.6 Pendapatan di Luar Usahatani

Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 35 petani responden hanya terdapat 13 petani yang memiliki pendapatan diluar usahatani atau sekitar 37,14 persen sisanya merupakan petani yang tidak memiliki pendapatan di luar usahatani (62,86 persen). Pendapatan petani di luar usahatani variatif mulai dari Rp 83.333,33 – Rp1.000.000,00 dengan nilai rata-rata 9dari seluruh responden) sebesar Rp 146.238,09. Pendapatan petani diluar usahatani diperoleh dari berbagai aktifitas antara lain penyewaan lahan, penyewaan rumah, ojek, buruh tani, buruh pikul, sopir, membantu tengkulak, dan setoran angkot.

Tabel 11. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Pendapatan di Luar Usahatani Pada Tahun 2012

Variabel Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

Berpendapatan di luar usahatani 13 37.14

Tidak berpendapatan di luar usahatani

22 62.86

Jumlah 35 100

5.2.7 Umur Bibit

Dalam budidaya caisim terdapat proses penyemaian benih. Benih disemaikan hingga 14 ampai 12 hari sebelum bisa ditanam. Berdasarkan data pada tabel sebaran petani responden berdasarkan umur bibit (Tabel 12) dapat dilihat bahwa terdapat empat macam bibit yang digunakan berdasarkan umurnya yaitu bibit berumur 14, 15, 20, dan 21 hari. Umur bibit 15 hari lebih banyak digunakan oleh petani responden yakni sebesar 54,29 persen diikuti dengan penggunaan bibit 20 hari sebesar 31,43 persen. Dasar dari penetapan umur bibit yang digunakan merupakan pengalaman dari usahatani sebelumnya dan kondisi bibit (memiliki tiga hingga 4 daun).

Tabel 12. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Umur Bibit pada Tahun 2012 Umur Bibit (Hari) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 14 3 8.57 15 19 54.29 20 11 31.43 21 2 5.71 Jumlah 35 100.00

Dokumen terkait