• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Pertumbuhan dan perkembangan serta produksi tanaman merupakan hal yang penting dalam pertanian. Faktor lingkungan khususnya iklim berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman. Tanaman setahun apabila ditanam di dataran rendah berumur lebih singkat. Produksi tanaman kurang apabila dalam periode pertumbuhan mengalami cekaman air atau suhu. Produksi tanaman akan rendah apabila dalam pertumbuhannya terlalu banyak hari-hari mendung.

Kejadian-kejadian di atas mungkin ditemui dalam keadaan lingkungan yang sangat beragam. Akibatnya pendugaan produksi tanaman menjadi sangat sulit. Apabila faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta produksi dapat diidentifikasi maka masalah pendugaan produksi dapat menjadi lebih mudah dipecahkan. Kendala pertumbuhan dan hasil seperti diuraikan seperti kendala lingkungan fisik meliputi iklim secara langsung ataupun tidak langsung berfungsi dalam penyediaan dan pengaturan air, energi. Bertitik tolak dari faktor pembatas utama pertumbuhan dan hasil, maka penelitian yang mencakup faktor-faktor yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta hasil perlu dilakukan.

Identifikasi dan interpretasi agroklimat suatu daerah pertanian perlu untuk digunakan sebagai dasar perencanaan budidaya tanaman di daerah tersebut. Di daerah lokasi penelitian yaitu di Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dengan ketinggian 600 m dpl 6o39’31.3”LS dan 106o53’41.1”BT. Kebun

Percobaan IPB Pasir Sarongge, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Jawa Barat dengan ketinggian 1150 m dpl) 6o46’05.0” LS dan 107o02’57.0”BT. Identifikasi

16

dan interpretasi agroklimat dilakukan berdasarkan pengamatan unsur iklim mulai tahun 2001 sampai dengan tahun 2011.

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Suhu dan kelembaban

Berdasarkan data dari stasiun Citeko selama periode 2001 sampai dengan 2011, daerah penelitian di ketinggian 600 m dpl memiliki suhu rata-rata bulanan sebesar 24.9oC dengan suhu maksimum 29.9oC dan suhu minimum 20oC.

Kelembaban udara rata-rata bulanan antara 78.5 sampai 89.3 % (Gambar 4).

Gambar 4 Unsur iklim suhu dan kelembaban udara pada ketinggian 600 m dpl periode 2001-2011 Stasiun Citeko

Curah hujan

Besarnya curah hujan rata-rata bulanan sepanjang tahun beragam dari curah hujan tertinggi 536 mm pada bulan Februari dan terendah 66 mm pada bulan Juni (Gambar 5). Periode bulan basah yaitu bulan yang curah hujan lebih besar dari 200 mm terjadi pada bulan Oktober sampai April, periode bulan lembab, yaitu bulan dengan curah hujan kurang dari 200 mm tapi lebih besar dari 100 mm

Gambar 5 Histogram curah hujan pada ketinggian 600 m dpl periode 2001-2011 Stasiun Citeko

17 terjadi pada bulan Mei, Juni dan September, sedangkan periode bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya kurang dari 100 mm pada bulan Juli dan Agustus. Berdasarkan klasifikasi agroklimat Oldeman, Cisarua termasuk dalam zona iklim B2 yaitu bulan basah selama 7-9 bulan, dan terdapat bulan kering 2-3 yaitu pada bulan Juli dan Agustus.

Hasil analisis tanah Balai Penelitian Tanah di lokasi Cisarua menunjukkan pH sangat masam (4.2). Kondisi tanah di Cisarua relatif kurang subur hal ini ditunjukkan dengan kapasitas tukar kation yaitu banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah dan kandungan kation kalsium, magnesium dan kalium sangat rendah. Hasil analisis untuk kejenuhan basa yaitu perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah kasion asam yang ada dalam kompleks jerapan tanah di Cisarua rendah.

Berdasarkan karakteristik iklim khususnya suhu udara pada ketinggian tempat yang berbeda, yaitu di Pacet dengan ketinggian 1150 m dpl dengan suhu rata-rata 21.4oC dan di Cisarua dengan ketinggian 600 m dpl dengan suhu rata- rata 24.9oC tanaman soba dapat dibudidayakan. Hal ini sesuai dengan nilai kisaran

optimum untuk suhu pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman soba 18-25oC (Koesmaryono dan Budiman 2009). Tanaman soba akan tumbuh baik pada kisaran suhu udara siang hari 18-30oC dan suhu udara malam hari lebih

rendah 5-10oC. Suhu untuk aktivitas fotosintesis berada pada kisaran 10-40oC

(Grubben dan Siemonsma 1996).

Kelembaban udara merupakan indikator keadaan defisit uap air di sekitar pertanaman. Semakin tinggi suhu udara, kapasitas udara untuk menampung uap air persatuan volume udara juga semakin besar. Tanaman soba dikembangkan di daerah yang bersuhu dingin dengan kelembaban udara yang tinggi. Kelembaban optimal bagi tanaman soba sebesar 60-80 persen.

Tanaman soba mempunyai kecenderungan toleran terhadap kekeringan dibanding tanaman lain, seperti gandum, kedelai (Kephart et al. 1997). Selanjutnya Sattell et al. (1998) menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman soba rendah dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang basah. Kebutuhan air tanaman berkisar antara 60 mm pada awal pertumbuhan sampai 120 mm pada pertumbuhan paling aktif (Koesmaryono dan Budiman 2009).

Hasil analisis tanah menunjukkan tanah di daerah Pacet relatif lebih subur, sedangkan tanah di Cisarua kurang subur. Hasil penelitian sebelumnya melaporkan bahwa tanaman soba dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur (Kreft 1995; Popovic et al. 2013; Ikanovic et al. 2013), selanjutnya tanaman soba dapat tumbuh pada lahan yang memiliki kandungan nitrogen yang rendah (Oplinger et al. 1989; Koesmaryono dan Budiman 2009). Tanaman soba juga dapat dibudidayakan pada lahan baru tanpa pemberian pupuk, tanah rawa kering, lahan kering (Oplinger et al. 1989).

Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Suhu dan kelembaban

Berdasarkan data dari stasiun Pacet selama periode 2001 sampai dengan 2011, daerah penelitian di ketinggian 1150 m dpl memiliki suhu rata-rata bulanan

18

sebesar 21.4oC dengan suhu maksimum 25.8oC dan suhu minimum 16.9oC. Kelembaban udara rata-rata bulanan antara 76.6 sampai 86.5 % (Gambar 6).

Gambar 6 Unsur iklim suhu dan kelembaban udara pada ketinggian 1150 m dpl periode 2001-2011 Stasiun Pacet

Curah hujan

Besarnya curah hujan rata-rata bulanan sepanjang tahun beragam dari curah hujan tertinggi 598 mm pada bulan Februari dan terendah 119 mm pada bulan Juli (Gambar 7). Periode bulan basah yaitu bulan yang curah hujan lebih besar dari 200 mm terjadi pada bulan Oktober sampai Mei, periode bulan lembab yaitu bulan dengan curah hujan kurang dari 200 mm tapi lebih besar dari 100 mm terjadi pada bulan Juni sampai September, sedangkan periode bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya kurang dari 100 mm tidak terjadi di daerah Pacet.Berdasarkan klasifikasi agroklimat Oldeman, Pacet termasuk dalam zona iklim B1 yaitu bulan basah selama 7-9 bulan, dan tidak terdapat bulan kering.

Hasil analisis tanah Balai Penelitian Tanah menunjukkan pH agak masam (5.7). Kondisi tanah di Pacet relatif subur hal ini ditunjukkan dengan kapasitas tukar kation yaitu banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah dan kandungan kation kalsium, magnesium dan kalium berkisar sedang sampai tinggi. Hasil analisis untuk kejenuhan basa, yaitu perbandingan antara Gambar 7 Histogram curah hujan pada ketinggian 1150 m dpl periode 2001-

19 jumlah kation-kation basa dengan jumlah kation asam yang ada dalam kompleks jerapan tanah di Pacet sangat tinggi.

4.2 Akumulasi Panas dan Umur Panen Tanaman Soba pada Kondisi Iklim