• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umur Panen Tanaman Soba pada Iklim Mikro yang Berbeda

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Akumulasi Panas dan Umur Panen Tanaman Soba pada Kondisi Iklim yang Berbeda

4.2.3 Umur Panen Tanaman Soba pada Iklim Mikro yang Berbeda

Kondisi iklim berpengaruh pada umur panen dan akumulasi tanaman soba. Hasil penelitian menunjukkan umur panen dan akumulasi panas dipengaruhi oleh ketinggian, musim, dan naungan. Selanjutnya, hasil pengukuran akumulasi panas secara empiris menunjukkan perbedaan pada tahapan perkembangan (berkecambah, berbunga, bunga mekar, biji hijau, dan panen).

Ketinggian, Musim dan Naungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian tempat, musim, dan naungan memberikan umur panen 51 sampai 70 hari. Perbedaan umur panen disebabkan kondisi iklim yang berbeda (Gambar 16).

Gambar 15a Kelembaban pada naungan berbeda di ketinggian 600 m dpl – musim kemarau

Gambar 15b Kelembaban pada naungan berbeda di ketinggian 600 m dpl – musim hujan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 29 -M ay -12 05 -Jun -12 12 -Jun -12 19 -Jun -12 26 -Jun -12 03 -Jul -12 10 -Jul -12 17 -Jul -12 24 -Jul -12 31 -Jul -12 Cur ah H uj an ( m m ) Tanggal CH 0 10 20 30 40 50 60 70 80 08 -N ov -12 15 -N ov -12 22 -N ov -12 29 -N ov -12 06 -D ec -12 13 -D ec -12 20 -D ec -12 27 -D ec -12 03 -J an -13 C ur ah H uj an ( m m ) Tanggal CH

26

Umur panen terpanjang didapat pada perlakuan ketinggian 1150 m dpl musim kemarau dengan naungan yaitu 70 hari. Selanjutnya diikuti oleh perlakuan ketinggian 1150 m dpl musim kemarau tanpa naungan umur panen 60 hari, ketinggian 600 m dpl musim kemarau dengan naungan 59 hari, ketinggian 1150 m dpl musim hujan tanpa naungan dan ketinggian 1150 m dpl musim hujan dengan naungan 57 hari, ketinggian 600 m dpl musim kemarau tanpa naungan, ketinggian 600 m dpl musim hujan tanpa naungan, dan ketinggian 600 m dpl musim hujan dengan naungan umur panen 51 hari.

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman soba pada ketinggian 1150 m dpl, musim kemarau pada tanaman ternaungi lebih lebih panjang 70 hari dari kombinasi perlakuan lainnya. Pada ketinggian 600 m dpl, munculnya tanaman ke permukaan tanah lebih cepat satu hari dibanding dengan ketinggian 1150 m dpl. Hal ini disebabkan pada ketinggian 600 m dpl suhu udara rata-rata lebih tinggi mengakibatkan periode satu siklus hidup lebih pendek dibanding di ketinggian 600 m dpl.

Kombinasi perlakuan ketinggian, musim, dan naungan berpengaruh pada akumulasi panas tanaman soba. Akumulasi panas tertinggi terdapat pada kombinasi ketinggian tempat 600 m dpl, musim kemarau, dan pada tanaman yang ternaungi sebesar 1379.5 derajat hari. Akumulasi panas terendah didapat pada ketinggian 1150 m dpl, musim hujan, pada tanaman yang ternaungi sebesar 936 derajat hari. Penurunan akumulasi panas di ketinggian 1150 m dpl musim hujan dengan naungan sebesar 47.4 persen dari ketinggian 600 m dpl musim kemarau dengan naungan. Rendahnya akumulasi di ketinggian 1150 m dpl, musim hujan, pada tanaman ternaungi disebabkan oleh kondisi iklim mikro, yaitu suhu. Pada ketinggian 1150 m dpl dengan suhu rendah pada saat musim hujan intensitas radiasi lebih rendah, bila mencapai tanaman terhalang oleh adanya naungan sehingga akumulasi panas menjadi lebih rendah dibanding dengan ketinggian 600 m dpl musim kemarau dengan naungan. Ketinggian tempat dan musim Gambar 16 Periode satu siklus tanaman soba pada ketinggian, musim, dan

27 berpengaruh pada akumulasi panas tanaman soba (Tabel 2). Dalam penelitian umur panen dan akumulasi panas tanaman soba pada kondisi iklim yang berbeda, pengamatan pada populasi tidak dilakukan.

Hasil analisis biplot (Gambar 17) yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman data sebesar (87.9%). Suhu berkorelasi positif dengan akumulasi panas. Umur panen berkorelasi positif dengan radiasi. Kelembaban berkorelasi postif dengan curah hujan. Curah hujan berkorelasi negatif dengan akumulasi panas. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara umur panen dan faktor yang memengaruhi (radiasi, suhu, curah hujan dan kelembaban), terlihat bahwa seluruh variabel memiliki tanda negatif yang berarti bahwa peningkatan setiap satuan dari masing-masing variabel radiasi, suhu, curah hujan dan kelembaban akan menyingkatkan umur panen sebesar koefisien regresi masing-masing variabel.

Variabel yang memberikan pengaruh nyata pada umur panen adalah radiasi, suhu dan kelembaban, sebaliknya curah hujan tidak berbeda nyata. Peningkatan radiasi, suhu dan kelembaban berdampak pada penurunan/pengurangan umur panen masing-masing sebesar 2.230, 1.996 dan 1.369. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penurunan umur panen adalah radiasi.

Tabel 2 Rataan akumulasi panas (0C hari) pada periode perkembangan tanaman

soba pada berbagai perlakuan yang berbeda

Perlakuan Kecambah Berbunga Bunga mekar Biji hijau Panen (ohari) (ohari) (ohari) (ohari) (ohari)

T1M1N0 100.8 371.0 660.0 738.0 1239.3 T1M1N1 95.8 356.0 660.4 760.0 1379.5 T1M2N0 87.3 439.9 531.4 666.7 1143.2 T1M2N1 84.2 466.0 549.0 679.1 1086.0 T2M1N0 88.9 329.8 580.9 674.0 1126.9 T2M1N1 87.2 324.5 626.7 718.3 1297.2 T2M2N0 90.2 245.8 355.2 577.7 955.0 T2M2N1 88.5 275.0 396.3 565.2 936.0

Ket:T1 = Ketinggian 600 m dpl; T2 = Ketinggian 1150 m dpl; M1 = Musim kemarau; M2 = Musim hujan; N0 = Tanpa naungan; N1 = Dengan naungan

28

Hasil analisis persamaan regresi diperoleh persamaan seperti pada Tabel 3 dengan nilai koefisien determinan sebesar 0.837. Hal ini berarti radiasi, suhu, kelembaban, dan curah hujan memberikan pengaruh secara simultan pada umur panen sebesar 83.7%.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi akumulasi panas adalah radiasi, suhu, curah hujan dan kelembaban. Berdasarkan hasil pengujian, maka diperoleh bahwa radiasi, curah hujan dan kelembaban memiliki tanda positif, ini berarti bahwa perubahan satu satuan variabel radiasi, curah hujan dan kelembaban akan menurunkan atau mengurangi akumulasi panas masing-masing sebesar koefisien regresi radiasi, curah hujan dan kelembaban. Suhu memiliki tanda positif yang berarti bahwa perubahan akumulasi panas sejalan dengan perubahan masing-masing variabel penjelasnya. Hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh factor iklim, yaitu radiasi, suhu, curah hujan, dan kelembaban secara simultan memengaruhi akumulasi panas ditampilkan pada Tabel 4.

Hasil analisis persamaan regresi diperoleh persamaan seperti pada Tabel 4 dengan nilai koefisien determinan sebesar 0.90. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan ketinggian tempat, musim, dan naungan yang menggambarkan kondisi iklim, yaitu suhu, radiasi, kelembaban, dan curah hujan berpengaruh pada umur panen dan akumulasi panas. Respon kondisi iklim berbeda antara umur panen dan akumulasi panas. Meskipun umur panen sama, tetapi nilai akumulasi panas yang diberikan berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman soba kultivar Harunoibuki dapat didekati dengan menggunakan konsep akumulasi panas. Selama siklus hidupnya, tanaman akan mengumpulkan sejumlah panas tertentu untuk setiap fase perkembangannya. Waktu yang diperlukan kultivar Harunoibuki untuk satu siklus hidupnya relatif berbeda, yaitu selama 51 – 70 hari dengan total akumulasi panas sebesar 936- 1379⁰C hari. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara umur panen dan unsur iklim, yaitu suhu, radiasi, kelembaban, dan curah hujan, terlihat bahwa seluruh variabel memiliki pengaruh signifikan. Hal ini disebabkan oleh kondisi iklim, suhu, radiasi, kelembaban, dan curah hujan secara simultan berpengaruh terhadap Tabel 4 Hubungan unsur iklim pada akumulasi panas (oC hari)

Variabel (Y) Persamaan Regresi P R2

Akumulasi

panas Y = 3749 - 51.2R + 15.1S - 6.56CH- 29.6RH 0.000 90.0

Ket: R = Radiasi; S = Suhu; CH = Curah hujan; RH = Kelembaban

Tabel 3 Hubungan unsur iklim pada umur panen

Variabel (Y) Persamaan Regresi P R2

Umur Panen Y = 245 - 2.23R - 2.00S - 0.326CH - 1.37RH 0.000 83.7

29 umur panen dan akumulasi panas tanaman soba. Secara umum, perkecambahan terjadi lebih cepat pada ketinggian 600 m dpl dibanding dengan ketinggian 1150 m dpl, radiasi memiliki pengaruh negatif pada umur panen, artinya peningkatan radiasi sebesar 1 MJ m-2 akan mengurangi umur panen sebesar 2.23 hari,

sebaliknya jika radiasi mengalami penurunan sebesar 1 MJ m-2 akan memperpanjang umur panen sebesar 2.230 hari. Fakta di lapangan menunjukkan pada penanaman di ketinggian 600 m dpl dimusim kemarau tanpa naungan dengan intensitas radiasi yang tinggi, umur panen lebih cepat (51 hari) dengan akumulasi panas sebesar 1239.3ºC hari dibandingkan dengan kondisi yang ternaungi dan umur panen lebih panjang (59 hari) dengan akumulasi panas sebesar 1379.3ºC hari. Hal yang sama juga terlihat di ketinggian 1150 m dpl, pada tanaman tanpa naungan, panen lebih cepat (60 hari) dengan akumulasi panas sebesar 1126.9ºC hari dibandingkan tanaman dengan naungan (70 hari) dengan akumulasi panas sebesar 1297.2ºC hari. Pada ketinggian 600 m dpl pengurangan intensitas radiasi sebesar 3.9 MJ m-2 akan memperpanjang umur panen 8 hari pada tanaman soba, sebaliknya dengan peningkatan intensitas radiasi akan mempersingkat umur panen 8 hari. Nahar et al. (2010) melaporkan radiasi akan berpengaruh pada suhu. Suhu yang tinggi akan mempersingkat siklus hidup tanaman gandum. Selanjutnya Cawoy et al. (2007) melaporkan, bahwa tanaman soba yang ditanaman pada musim panas dengan intensitas radiasi dan suhu yang tinggi memiliki masa pertumbuhan yang singkat, akumulasi panas sebesar 900- 1100 ºC hari. Hasil penelitian jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu menunjukkan, akumulasi panas tanaman soba sebesar 936-1379ºChari. Koesmaryono et al. (2005) mendapatkan akumulasi panas tanaman soba 901-975ºC hari. Hasil penelitian sebelumnya dilaporkan akumulasi panas tanaman soba sebesar 1200 ºC hari (Edwardson 1995). Diduga perbedaan umur panen dan akumulasi panas disebabkan oleh kondisi iklim dan kultivar yang digunakan.

4.3 Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Soba Pada Iklim Mikro yang Berbeda