PERBANDINGAN PROVINSI DENGAN PROVINSI DI PULAU JAWA DAN BAL
A. KEADAAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 1 Keadaan Umum Wilayah
Luas wilayah Jawa Barat 1,9% dari luas Indonesia yang termasuk yang terbesar akan tetapi pembagian wilayah Administrasi di Jawa Barat masih ketinggalan dibandingkan dengan Jawa Tengah yang luas wilayah lebih kecil dan Jawa Timur yang luas wilayah hampir sama.
Secara Administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi 399 Kabupaten dan 98 Kota yang meliputi 6.694 Kecamatan, 77.465 Kelurahan/Desa. Provinsi Jawa Barat (26) menduduki urutan ke 3 setelah Jawa Tengah (35), Jawa Timur (38).
Tabel VII. A. 1.
Luas Wilayah, Jumlah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan Menurut Provinsi di Pulau Jawa dan Bali Tahun 2012.
Sumber : Profil kesehatan Indonesia Tahun 201
2. Kependudukan
Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 sebesar 245,138 juta jiwa Diantara Provinsi-Provinsi di Indonesia, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang paling besar jumlah penduduknya, yang diikuti dengan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat mencapai 44.548.431 jiwa, dengan ratio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Indonesia sebesar 101.
Angka ketergantungan penduduk Indonesia sebesar 52,15, yang artinya setiap penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung 52 orang penduduk usia tidak
Provinsi Luas Wilayah
(Km2) Kab Kota Kec
Desa/ Kelurahan 1. DKI Jaya 664 1 5 44 267 2. Jawa Barat 37.116 17 9 625 5.891 3. Jawa tengah 32.801 29 6 573 8.589 4. DI.Yogyakarta 3.133 4 1 78 438 5. Jawa Timur 47.800 29 9 662 8.523 6. Banten 9.663 4 4 154 1.535 7. Bali 5.780 8 1 57 714 Indonesia 1.910.931 399 98 6.694 77.465
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 106 produktif (0-14 tahun). Semakin besar angka ketergantungan, maka semakin besar pula beban yang ditanggung penduduk usia produktif, semakin besar pula hambatan atas upaya perkembangan daerah.
Tabel VII. A. 2.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa dan Bali Tahun 2012
Sumber : BPS, 2012
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukan bahwa penduduk yang berumur muda (0-14 tahun) sebesar 28,10%, yang berumur produktif (15-64 tahun) sebesar 66,80%, dan yang berumur tua (>65 tahun) sebsar 5,10%. Dengan demikian Angka Beban Tanggungan (dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2012 sebesar 46,8%, sedangkan Provinsi Jawa Barat sebesar 46,3%. Berdasarkan tipe daerah, angka beban tanggungan di pedesaan lebih besar dibandingkan perkotaan yaitu 58,49% berbanding 48,02%.
Demikian pula untuk indikator kependudukan lainnya seperti Angka Kesuburan (TFR), angka Jawa Barat menunjukan ke -2 yang paling tinggi diantara Provinsi- Provinsi yang ada di Jawa dan Bali. Berikut ini dapat dilihat perbandingan TFR antara Provinsi di Jawa dan Bali.
Tabel VII. A.3
Perbandingan Angka Kesuburan (TFR) Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali PeriodeTahun 2004, 2005, 2007-2010 dan 2012
Sumber : BPS, 2012
Dari Riskesdas 2010 dapat diketahui usia perempuan menikah pertama, seperti terlihat pada Gambar 5.14. Perempuan Indonesia, sudah menikah pada usia yang
Provinsi Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
1. DKI Jaya 9.869.690 14.852 2. Jawa Barat 44.548.431 1.242 3. Jawa tengah 32.586.588 998 4. DI.Yogyakarta 3.525.870 1.120 5. Jawa Timur 38.006.413 792 6. Banten 11.219.087 1.133 7. Bali 4.055.360 685 Indonesia 245.138.000 127 2004 2005 2007-2010 2012 1. DKI. Jakarta 2,2 2,2 1,5 2,3 2. Jawa Barat 2,8 2,8 2,2 2,5 3. Jawa Tengah 2,1 2,1 2,0 2,5 4. DI. Yogya 1,9 1,9 1,4 2,1 5. Jawa Timur 2,1 2,1 1,7 2,3 6. Banten 2,6 2,6 2,3 2,5 7. B a l i 2,1 2,1 1,7 2,3 Indonesia 2,6 2,6 2,2 2,6
sangat muda, 10 tahun, selanjutnya pada usia berikutnya proporsi perempuan menikah pertama ini semakin meningkat sampai dengan usia 19 tahun. Dari Gambar 5.15 dapat dilihat sekitar 46,4 persen perempuan di Indonesia sudah menikah sebelum menginjak usia 20 tahun .
Gambar. VII. A. 1
Proporsi Perempuan Umur 10-54 tahun menurut Umur Menikah Pertama, Di Indonesia dan Antara Provinsi Di Jawa-Bali Tahun 2012
3. Ekonomi
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi nasional menunjukan bahwa pada tahun 2009 sebesar 4,5% mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,10% dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi 6,50%. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen PDB pengguna, yakni konsumsi rumah tangga sebesar 5,0%, konsumsi pemerintah sebesar 3,9%, pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,2% serta ekport mapun impor barang dan jasa sebesar 16,9%.
Berdasarkan data jumlah penduduk miskin menurut provinsi dari BPS terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata perbedaannya. Lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa yaitu 57,1% tahun 2008 dan menjadi 55,7% tahun 2011. Selebihnya tersebar di Sumatera 21,5%, Sulawesi 7,2%, Kalimantan 3,2%, Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 6,9%, Maluku dan Papua 5,5% (tahun 2011). Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Pulau Jawa dan Bali Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 108 Tabel VII. A. 4
Persentase Penduduk Miskin
Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2008-2012
Sumber : BPS 2012
Apabila melihat tabel diatas persentase penduduk miskin mengalami penurunan yang signifikan dari 15,4% penduduk miskin Indonesia tahun 2008 menjadi 11,7% penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 sebesar 9,9% menduduki urutan ke 4 setelah Provinsi DI. Yogyakarta (5,9%) dan dibawah angka Indonesia. Sekitar 15,72% penduduk Miskin di Indonesia berada di pedesaan dan 9,23% di perkotaan, sedangkan di Jawa Barat 9,09% berada di perkotaan dan 13,39% di pedesaan.
Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, jumlah kabupaten tertinggal ditetapkan terdapat 199 kabupaten dari 465 kabupaten/kota di seluruh Indonesia (42,8%). Jumlah kabupaten tertinggal di Provinsi Jawa Barat terdapat 2 kabupaten tertinggal yaitu Kabupaten Garut dan Kabupaten Sukabumi.
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diharapkan dapat meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya.
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Jamkesmas terdiri dari pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Pemberi pelayanan
2008 2009 2010 2011 2012 1. DKI. Jakarta 4,3 3,6 3,5 3,8 3,7 2. Jawa Barat 13 12 11,3 10,7 9,9 3. Jawa Tengah 19,2 17,7 16,6 15,8 15 4. DI. Yogya 18,3 17,2 16,8 16,1 5,9 5. Jawa Timur 18,5 16,7 15,3 14,2 13,1 6. B a l i 8,2 7,6 7,2 6,3 5,7 7. Banten 6,2 5,1 4,9 4,2 4 Indonesia 15,4 14,2 13,3 12,5 11,7
kesehatan dasar Jamkesmas adalah seluruh puskesmas dan jaringannya (pustu, polindes/ poskesdes, pusling) yang berjumlah 8.234 unit. Sedangkan pemberi pelayanan kesehatan Jamkesmas tingkat lanjut berjumlah 920 dengan rincian sebagai berikut: 56% rumah sakit pemerintah, 7% rumah sakit TNI/POLRI, 33% rumah sakit swasta, dan 4% balai pengobatan seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar. VII. A. 2
Pemberi Pelayanan Kesehatan Jamkesmas di Indonesia
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011
Secara nasional, persentase golongan pengeluaran penduduk per kapita yang terbesar berkisar 200.000-299.999 rupiah selama sebulan (30,71%), diikuti dengan golongan pengeluaran 300.00-499.999 rupiah selama sebulan (24,27%) dan golongan pengeluaran 150.000-199.999 rupiah selama sebulan (19,31%).
Adapun persentase golongan pengeluaran terbesar di Provinsi Jawa Barat , untuk golongan pengeluaran 200.000-299.999 rupiah sebesar 31,14%, diikuti dengan golongan pengeluaran 300.00-499.999 rupiah selama sebulan (26,67%) dan golongan pengeluaran 150.000-199.999 rupiah selama sebulan (16,86%).
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Untuk mengambarkan keadaan lingkungan, dipengaruhi beberapa indikator seperti: persentase rumah tangga terhadap akses air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum dan sumber air minum dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitasi buang air besar.
Berdasarkan Riskesdas Tahun 2010, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum sesuai MDG’s secara nasional sebesar 66,7%, dan Provinsi Jawa Barat baru mencapai 65,7%.Sedangkan persentase rumah tangga menurut Akses terhadap air minum berkualitas secara nasional sebesar 67,5 dan Provinsi Jawa Barat sebesar 70,4%.
7% 56% 4% 33% RS TNI Polri RS Depkes/Pemda Balai-Balai RS Swasta
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 110 Tabel VII. A. 5
Persentase Rumah Tangga Akses Terhadap Air Minum (MDG’s), Air Minum Berkualitas,Kualitas Fisik Air Minum yang Baik Menurut Provinsi
di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010
Sumber : Riskesdas Tahun 2010
Kategori sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindungi dan tidak terlindungi. Sumber air minum terlindungi terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindungi, sumur terlindungi dan air hujan, sedangkan sumber air minum tidak terlindungi terdiri dari sumur ta, air sungai tak terlindungi, mata air tak terlindung dan lainnya. Secara Nasional Proporsi rumah tangga yang akses terhadap sumber air minum terlindung adalah 66,7% dan di Provinsi Jawa Barat baru mencapai sebesar 65,7%. Sedangkan persentase rumah tangga menurut kualitas fisik air minum yang baik secara nasional sebesar 90% dan di Provinsi Jawa Barat baru mencapai 92,6%.
Persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak di Indonesia sebesar 41,66% dan jika dibandingkan antar Prrovinsi Pulau Jawa dan Bali, Jawa Barat (30,37%) menduduki ranking ke tiga dari bawah setelah DKI Jakarta, dapat pada gambar dilihat dibawah ini
Gambar. VII. A. 3
Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Ke Sumber Air Minum Layak Menurut Provinsidi Pulau Jawa-BaliTahun 2012
Sumber : Susenas 2012
Provinsi
Persentase Rumah Tangga Akses Terhadap Air Minum
(MDG’s)
Air Minum
Berkualitas Minum yang BaikKualitas Fisik Air
1. DKI. Jakarta 91,4 87,0 92,4 2. Jawa Barat 65,7 70,4 92,6 3. Jawa Tengah 65.2 74,0 94,1 4. DI. Yogya 68,2 76,8 94,3 5. Jawa Timur 64,2 75,1 93,8 6. Banten 69,0 74.2 90,5 7. B a l i 88,8 79,7 95,7 Indonesia 66,7 67,5 90,0
Secara Nasional sekitar 69,7% rumah tangga menggunakan fasilitas tempat buang air besar (BAB) milik sendiri, dan 15,8% rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas tempat BAB. Apabila dibandingkan provinsi di Jawa-Bali, ternyata Presentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat BAB ,ilik sendiri di Provinsi Jawa Barat (73,5%) menduduki urutan ke-3 setelah Provinsi DI Yogyakarta (75,5%) dan DKI Jakarta (77%). Presentase rumah tangga yang menggunakan jenis kloset Leher Angsa secara nasional sebesar 77,58% dan tempat pembuangan tinja sebagian besar rumah tangga di Indonesia 59,3% menggunakan tanki septik. Apabila dibandingkan antara provinsi di Jawa-Bali, Presentase rumah tangga yang menggunakan jenis kloset Leher Angsa Provinsi Jawa Barat sebesar 77,39% menduduki urutan ke 5, dan tempat pembuangan tinja menggunakan tanki septik di Provinsi Jawa Barat menduduki urutan terakhir. Presentase rumah tangga menurut Akses terhadap Pembuangan Tinja Layak sesuai MDG’s di Indonesia sebesar 55,%%. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel VII. A. 6
Persentase Rumah Tangga Menggunakan Fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB), Jenis Kloset Leher Angsa , Pembuangan Tinja Tanki Septik, Pembuangan
Tinja Layak sesuai MDG’s Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010
Sumber : Riskesdas Tahun 2010
Secara nasional Presentase rumah tangga menggunakan tempat pembuangan Air Limbah (SPAL) sebesar 13,5% dan 41,3% air limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai/ parit/ got dan 18,9% dibuang ke tanah (tanpa penampungan). Menurut tempat tinggal, presentase rumah tangga tertinggi yang memiliki SPAL lebih tinggi di perkotaan (18,7%) dibandingkan di pedesaan (7,9%), dan berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita menunjukan behwa semakin tinggi tingkat pengeluarannya, maka semakin besar presentase rumah tangga yang memiliki SPAL. Akan tetapi pada umumnya rumah tangga di Indonesia masih melakukan pembuangan limbah langsung ke got/sungai (41,3%). Apabila dibandingkan antara provinsi di Jawa-Bali, ternyata untuk Presentase rumah tangga menggunakan tempat pembuangan Air Limbah (SPAL) tertinggi di Provinsi DI. Yogyakarta, sedangkan
Provinsi
Persentase Rumah Tangga Akses Terhadap Fasilitas
Tempat Buang Air Besar
Jenis Kloset
Leher Angsa PembuanganTinja Tanki Septik Pembuangan Tinja Layak Sesuai MDG’s 1. DKI. Jakarta 99,7 94,14 90,6 82,7 2. Jawa Barat 92,3 77,39 56,7 54,3 3. Jawa Tengah 84,4 80,46 62,4 58,9 4. DI. Yogya 95,5 87,96 76,1 79,2 5. Jawa Timur 81,2 74,94 58,0 54,3 6. Banten 78,1 85,31 67,0 61,2 7. B a l i 87,0 94,82 73,1 71,8 Indonesia 84,2 77,58 59,3 55,5
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 112 Provinsi Jawa Barat (13,9%) menduduki urutan ke 3. Dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel VII.A. 7
Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Air Limbah Dan Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010
Sumber : Riskesdas Tahun 2010
Menurut tempat tinggal, di perkotaan cara penanganan sampah tertinggi dengan cara diangkut petugas (42,9%), sedangkan di pedesaan yang paling umum adalah dengan cara dibakar (64,1%). Penanganan sampahnya dibuat kompos sangat sedikit baik di perkotaan (0,5%) maupun di pedesaan (1,7%).
Untuk penanganan sampah umumnya rumah tangga di Indonesia dilakukan dengan cara dibakar (52,1%) dan diangkut oleh petugas (23,4%), sedangkan penanganan sampah di Provinsi Jawa Barat umumnya dilakukan dengan cara dibakar (47,9%) menduduki urutan ke 4. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel VII. A. 8
Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Penanganan Sampah Dan Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010
Sumber : Riskesdas Tahun 2010 Tempat Pembuangan
Air Limbah (SPAL)
Penampungan Tertutup di Perkarangan Penampungan Terbuka di Perkarangan Penampungan Di Luar Perkarangan Tanpa Penampungan (ditanah) Langsung ke Got/Sungai 1. DKI. Jakarta 17,0 3,1 0,9 1,1 0,5 77,4 2. Jawa Barat 13,9 7,2 9,6 6,3 4,8 58,3 3. Jawa Tengah 12,5 7,3 17,2 3,8 16,0 43,3 4. DI. Yogya 28,1 17,0 14,8 1,4 15,2 23,4 5. Jawa Timur 11,4 9,1 20,2 5,7 17,4 36,2 6. Banten 9,4 4,5 13,8 6,8 11,9 53,6 7. B a l i 7,4 13,4 9,0 3,8 21,4 45,0 Indonesia 13,5 6,4 14,9 5,0 18,9 41,3 Provinsi