• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Keaslian Studi Kasus

Laporan kasus tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan hipertensi sudah dilakukan oleh :

1. Dian, K (2016) Stikes Kusuma Husada, dengan judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Hipertensi di Klinik Pratama Rawat Inap An-Nur Karanganyar. Studi kasus ini menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney. Hasil dari studi kasus ini adalah Ny.R umur 36 tahun P3A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan hipertensi. Diberikan terapi obat kaptopril 12,5 mg dan Ibu profen 400mg selama 3 hari. Setelah dilakukan pemeriksaan tindakan dilakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan selama 3 hari diperoleh hasil akhir keadaan umum baik, tidak ada kecemasan, KIE penyebab hipertensi, ibu mengerti bahwa tekanan darah tingginya sebagai efek samping KB suntik 3 bulan. Pada kasus ini terdapat kesenjangan pada pemberian terapi.

Perbedaanya adalah subyek, tempat dan pemberian terapi. Pada penelitian Dian, K (2016) Stikes Kusuma Husada, dengan judul

“Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor KB Suntik 3 Bulan

dengan Hipertensi di Klinik Pratama Rawat Inap An-Nur Karanganyar” diberikan terapi obat kaptopril 12,5 mg dan Ibuprofen 400mg selama 3 hari sedangkan pada penelitian ini hanya diberikan kaptropil 12,5 mg 1x1 (3 tablet).

Kesamaanya adalah sama-sama mengambil kasus pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek samping kemudian menggunakan managemen 7 langkah varney antara keaslian dan kasus yang didapat.

8 A. Teori Medis

1. Keluarga Berencana a. Pengertian

1) Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (undang-undang No.10/1992)

2) Upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (Depkes RI, 2014)

3) Suatu program nasional yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa (pembatasan kelahiran).

(Maryunani,2016)

b. Tujuan Program Keluarga Berencana

Menurut Maryunani (2016) tujuan KB yaitu:

1) Memperbaiki kesehatan bangsa dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa

2) Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa

3) Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaaya-upaya menurunkan angka kematian ibu,bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

c. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana

Menurut Maryunani (2016) ruang lingkup KB adalah : 1) Keluarga berencana

2) Kesehatan reproduksi remaja

3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas 5) Keserasian kebijakan kependudukan

6) Pengelolaan SDM aparatur 2. Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormonprogesteron yang disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik (1 bulan sekali atau 3 bulan sekali). Jenisnya ada 2 yaitu : a. Golongan progestin, misalnya depoprovera 150mg isi 1 cc

(disuntikkan setiap 3 bulan sekali)

b. Golongan progestin dengan campuran estrogen propionat, misalnya oyelofem (disuntikkan tiap 1 bulan sekali). (Irianto,2014)

3. Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan a. Pengertian

Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung progestin saja dan banyak dipakai sekarang ini DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150mg. Disuntikkan secara intramuskular di daerah bokong ( Pinem, 2014)

b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi 3 Bulan

Menurut Affandi (2012), mekanisme kerja komponen progesterone atau derivate testoteroneadalah :

1) Suntikan progestin mencegah ovulasi

2) Mengentalkan lendir serviks sehingga penitrasi sperma terganggu 3) Manjadikan selaput rahim tipis

4) Menghambat transportasi gemet oleh tuba c. Efektifitas

Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) memiliki efketifitas

yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun asal penyuntikan dilakukan secara benar sesuai jadual telah ditentukan (Pinem, 2014)

d. Keuntungan

Menurut Pinem (2014), keuntungan Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) antara lain :

1) Sangat efektif

2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

3) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

4) Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun sampai perimonopause

e. Kerugian

Menurut Pinem (2014), kerugian Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) antara lain :

1) Sering ditemukan gangguan haid.

2) Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapat suntikan.

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum penyuntikan berikut.

4) Peningkatan berat badan.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, infeksi HIV, hepatitis B virus.

6) Setelah pemakain dihentikan kesuburan terlambat kembali karena pelepasan obat suntikan dari depannya belum habis.

7) Pada penggunaan jangka panjang : terjadi perubahan pada lipid serum, dapat sedikit menurunkan densitas (kepadatan) tulang menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, dapat menimbulkan gangguan emosi (tetapi jarang), sakit kepala, jerawat dan nervositas.

f. Indikasi

Indikasi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), menurut Pinem (2014) antara lain :

1) Usia reproduksi.

2) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi.

3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai 4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

5) Setelah abortus

6) Telah menginginkan banyak anak tetapi belum menginginkan tubektomi

7) Perokok

8) Tekanan darah, 180/110 mmHg, masalah gangguan darah atau anemia bulan sabit.

9) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin barbiturat) atau obat untuk tuberkulosis (rifampisin)

g. Kontra indikasi

Sedangkan kontra indikasi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), menurut Hanafi (2015) antara lain :

1) Kehamilan.

2) Karsinoma payudara 3) Karsinoma traktus genitalia 4) Perdarahan abnormal uterus

h. Waktu mulai suntikan

Menurut BKKBN ( 2012) ,waktu yang tepat penggunaan KB suntik 3 bulan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), adalah :

1) Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil 2) Mulai hari pertama sampai hari ke -7 siklus haid.

3) Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi dapat diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4) Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan tidak hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu mengunggu sampai haid berikutnya.

5) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke 7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

i. Cara pemberian

Menurut Pinem (2014) cara pemberian KB suntik 3 bulan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) adalah :

1) Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg secara intramuskular dalam-dalam di daerah pantat (bila suntikan terlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan masase pada tempat suntikan.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah dibasahi dengan isopropyl alkohol 60%-90%. Tunggu dulu sampai kulit kering, baru disuntik.

3) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara.

Bila terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara menghangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu didinginkan.

4) Semua obat harus diisap ke dalam alat suntiknya.

j. Efek samping

1) Gangguan siklus haid.

2) Hipertensi.

3) Perubahan berat badan 4) Pusing/sakit kepala/migrain 5) Keputihan.

6) Jerawat.

7) Rambut rontok.

8) Mual dan muntah (Pramono,2008).

4. Hipertensi a. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian atau mortalitas.Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang dikembalikan ke jantung.

(Triyanto, 2014) b. Penyebab Hipertensi

Triyanto (2014) mengatakan ada 2 penyebab hipertensi yaitu : 1) Hipertensi Esensial atau Primer

Penyabab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Diagnosis hipertensi dibuat setelah minimal 2 kali pengukuran tekanan darah tetap menunjukkan peningkatan.Pengukuran pengulangan tekanan darah dilakukan setelah 2 menit.

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelanjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelanjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita

hipertensi dalah hipertensi esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditunjukan ke penderita hipertensi esensial.

c. Patofisiologi

Faktor yang memicu adalah usia dan jenis kelamin. Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah terutama pada usia >65 tahun. Tekanan darah pria cenderung lebih tinggi dari wanita.

(Purwanto, 2012)

d. Menurut Purwanto (2012) faktor resiko dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

a) Keturunan b) Jenis kelamin c) Umur

2) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi a) Merokok

b) Obesitas c) Stres

e. Menurut Pramono (2008) penanganan hipertensi adalah : Pengobatan hipertensi non farmakologis antara lain :

1) Mengatasi obesitas / menurunkan kelebihan berat badan 2) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh

3) Menciptakan keadaan yang rileks

4) Melakukan olahraga seperti senam serobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanak 3-4 kali dalam satu minggu

Sedangkan menurut Triyanto (2014) terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti berikutini :

1) Golongan diuretik

Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume ciran di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.

2) Penghambat adrenergik

Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek

sistem saraf simpatis.

3) ACE-inhibitor

Angiotensi converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.

4) Angiotensin-II-bloker

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor

5) Antagonis kalsium

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda.

6) Vasodilator lamgsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.

7) Kedaruratan hipertensi misalnya hipertensi maligna yaitu memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera.

B. Teori Manajemen Kebidanan Varney

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dsar sampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun (Rismalinda, 2014). Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut :

1. Langkah I : Pengkajian

Menurut Sulstyawati dan Nugraheny (2010), pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis. Bagian-bagian penting anamnesis antara lain sebagai berikut :

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang diperoleh dari klien suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui system interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2013) 1) Identitas

a) Biodata

(1) Nama : nama jelas dan lengkap, bile perlu nama panggilan sehrai-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.

(Ambarwati,2010)

(2) Umur : didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari Kartu Menuju Sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya (Matondang,2013) (3) Agama : Informasi ini dapat menuntun ke suatu

diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien (Astuti, 2012).

(4) Suku : berpengaruh pada adat istiadat atau

kebiasaan sehari-hari

(Ambarwati,2010)

(5) Pendidikan : perlu ditanyakan karena tingkat pendidikan berpengaruh pada pola pendekatan dalam anamnesis (Matondang,2013)

(6) Pekerjaan : untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya (Ambarwati,2010)

(7) Alamat : dituliskan dengan jelas dan lengkap, dengan nomor rumah,nama jalan,RT,RW,kelurahan dan kecamatannya, serta bila ada nomor telponnya (Matondang,2013)

b. Anamnesa (data subyektif) 1) Alasan kunjungan

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala pasien dibawa berobat (Matondang, 2013).Pada akseptor KB suntik 3 bulan ini mengatakan kepalanya pusing, rasa berat ditengkuk dan mudah lelah (Pramono, 2008)

2) Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,status menikah syah atau tidak (Ambarwati,2010)

3) Riwayat menstruasi, menurut Astuti (2012) adalah : a) Menarche (usia pertama datang haid)

Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12-16 tahun.

b) Siklus

Siklus haid terhitung mulai hari pertama haid hingga haid pertama haid berikutnya, siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien mempunyai kelainan siklus haid atau tidak.

c) Lamanya

Lamanya haid yang normal adalah ± 7 hari.

d) Banyaknya

Normalnya yaitu 2x ganti pembalut dalam sehari.

e) Dismenorhoe (nyeri haid).

4) Riwayat obstetri

Data ini dikaji untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (Ambarwati,2010)

5) Riwayat KB

Menurut (Astuti,2012) adalah sebagai berikut :

a) Metode

Tanyakan kepada klien metode KB apa yang selama ini ia gunakan.

b) Lama

Tanyakan kepada klien berapa lama ia telah menggunakan alat kontrasepsi tersebut.

c) Masalah

Tanyakan kepada klien apakah ia mengalami masalah saat menggunakan alat kontrasepsi

6) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, Asma.( Ambarwati,2010)

b) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini .(

Ambarwati,2010)

c) Riwayat kesehatan keluarga

Menurut Astuti (2012) ada 2 yaitu : (1) Penyakit menular

Tanyakan kepada klien apakah mempunyai keluarga yang saat ini sedang menderitapenyakit menular.

(2) Penyakit keturunan

Tanyakan kepada klien apakah mempunyai keluarga yang mempunyai penyakit keturunan.

d) Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah pasien sudah pernah melakukan operasi (Astuti, 2012).

c. Data Obyektif 1) Status Generalis

(a) Keadaan umum

Data ini didapat dengan mengamati keadaanpasien secara keseluruhan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

(b) Tanda-tanda vital (1)) Tekanan darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70-90 mmHg.Hipertensi jika tekanan diastolik sama dengan atau kurang dari 70 mmHg. (Astuti,2012)

(2)) Suhu

Dalam keadaan normal suhu badan berkisar antara 36,5-37,2 °C. (Astuti,2012)

(3)) Nadi

Dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri dibeberapa tempat seperti carotis, brachialis, radialis, femoralis, dorsalis pedis. Normalnya 60-100 kali/menit (Astuti,2012)

(4)) Pernafasan

Frekuensi pernapasan normal (16-24kali/menit) (Astuti,2012).

(5)) Tinggi Badan

Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.

(Astuti,2012) (6)) Berat badan

Parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang,merupakan indeks untuk suatu nutrisi.( Matondang, 2013)

2) Pemeriksaan Sistematis

Pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.

1. Kepala

a. Rambut : dinilai warna, kelebatan,distribusi serta karakteristik lain rambut (Matondang,2013)

b. Muka : untuk mengetahui apakah ada oedema dan cloasma gravidarum (Astuti,2012)

c. Mata : untuk mengetahui bagaimana keadaan konjungtiva,sklera, dan oedema (Astuti,2012)

d. Hidung : dilihat apakah ada secret dan benjolan (Astuti,2012)

e. Telinga : dilihat dari adanya tanda infeksi, serumen dan kesimetrisan

(Astuti,2012)

f. Mulut : meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis, epulsi, karies dan lidah (Astuti,2012)

2. Leher : meliputi pemeriksaan kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tyroid, dan bendungan vena juguralis atau tumor.

(Astuti,2012)

3. Dada dan Axilla : untuk mengetahui adanya pembesaran, simetris, dan areola . retraksi pembesaran kelenjar ketiak, massa dan nyeri tekan (Astuti,2012)

4. Abdomen : meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi (Astuti,2012) 5. Anogenital

a) Vulva, vagina dan perineum

Meliputi pemeriksaan verices, luka,kemerahan, pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak,massa)

b) Anus

Meliputi pemeriksaan haemoroid (Astuti,2012)

6. Ekstremitas : ada oedema, varices kuku jari dan reflek patella. (Astuti, 2012)

7. Pemeriksaan penunjang

Data penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, rontgen dan USG. (Astuti,2012)

2. Langkah II : Interpretasi data

Identifikasi yangbenar terhadap diagnosis/ masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah/ diagnosis yang spesifik (Rismalinda, 2014)

1) Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. (Rismalinda, 2014) Diagnosa : Ny. X umur ... tahun. P... A... akseptor KB suntik 3 bulan dengan hipertensi.

1. Data Subyektif

Data Subyektif adalah data yang didapat dari hasil anamnesa (Ambarwati, 2010).

a) Ibu mengatakan memakai KB suntik 3 bulan b) Ibu mengatakan kepalanya pusing

c) Ibu mengatakan tengkuknya terasa berat dan mudah lelah 2. Data obyektif

Data ini di dapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati, 2010) a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis c) Tanda Vital menurut Astuti (2012) :

a. Tekanan Darah : antara 110/70-140/90 mmHg b. Nadi : 60-100 x/menit

c. Respirasi : 16-24 x/menit

d. Suhu : 36,5-37,2°C

2) Masalah

Masalah adalah permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien dan hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.(Ambarwati, 2010). Pada kasus ini akseptor KB suntik 3 bulan dengan hipertensi mengatakan kepalanya pusing, rasa berat di tengkuk dan mudah lelah (Pramono,2008)

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2012).Kebutuhan yang berikan pada akseptor KB suntik 3 bulan yaitu : (a) Memberitahu ibu tentang hipertensi

(b) Menciptakan suasana yang rileks (Pramono,2008) 3. Langkah III : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial lain rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan di harapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2012). Dalam kasus ini akseptor KB suntik 3 bulan denganhipertensi, diagnosa potensialnya adalah gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, kelumpuhan (Pramono, 2008)

4. Langkah IV : Antisipasi/Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2010). Pada kasus ini dilakukan penanganan dan pengobatan pada penderita dengan tekanan darah yang tinggi dapat diberikan obat anti hipertensi dan dianjurkan untuk diet rendah garam.

Apabila cara ini tidak berhasil maka dianjurkan untuk mengganti cara kontrasepsi (Pramono,2008)

5. Langkah V : Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang terbaru, evidence based care, serta di validasi dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan sebaiknya pasien di libatkan pada akhirnya pengambilan keputusan untuk di laksanakannya suatu rencana asuhan harus di setujui oleh pasien.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2012).

Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan hipertensi :

a. Lakukan pemeriksaan terhadap ibu

b. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

c. Beri penjelasan kepada ibu tentang efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan

d. Beritahu kepada ibu tentang faktor yang mempengaruhi hipertensi e. Beritahu ibu untuk mengurangi asupan garam ke dalam tubuh f. Beri terapi pada ibu obat anti hipertensi

g. Anjurkan mangganti kontrasepsi bila tidak berhasil (Pramono,2008)

6. Langkah VI Pelaksanaan

Realisasi dari perencanaan sebagian di lakukan oleh bidan atau anggoata keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Pada situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karna pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut (Sulistyawati dan Nugraheny, 2012).

a) Melakukan pemeriksaan terhadap ibu’

b) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

c) Memberi penjelasan kepada ibu tentang efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan tentang hipertensi

d) Memberitahu kepada ibu tentang faktor yang mempengaruhi hipertensi

e) Memberitahu ibu untuk mengurangi asupan garam ke dalam tubuh

f) Memberi terapi pada ibu obat anti hipertensi

g) Menganjurkan mengganti kontrasepsi bila tidak berhasil (Pramono,2008)

7. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah di lakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang di berikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah di laksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati, 2010). Hasil yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan hipertensi adalah tekanan darah ibu turun dan normal dengan menggunakan obat anti hipertensi (Pramono, 2008)

DATA PERKEMBANGAN

Data perkembangan menggunakan metode SOAP (Rismalinda, 2014) S : Subyektif

Pengkajian data yang diperoleh dengan anamnesis, berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.

O : Data Objektif

Data berasal dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lainnya.

A : Assesment

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif objektif.

P : Planing

Perencanaan dibuat saat ini dan yang datang.Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

C. Landasan Hukum

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010, tenteng ijin penyelenggaraan praktik bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :

1. Pasal 9

a) Pelayanan kesehatan ibu

b) Pelayanan kesehatan anak

c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

2. Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

3. Pasal 13

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dan 12, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan yaitu pada huruf a Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit(Kemenkes RI,2010

34 A. Jenis Studi Kasus

Studi kasus adalah studi kasus yang dilakukan meneliti suatu permasalahan yang terdiri dari yunit tunggal. Jenis studi kasus ini merupakan studi kasus denganmetode deskriptif yaitu dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu, pada jenis kasus ini menggunakan asuhan kebidanan dengan managemen varney yang terdiri dari 7 langkah dengan data perkembangan SOAP (Notoatmodjo,2012) Studi kasus ini menggambarkan tentang asuhan kebidanan yang di berikan kepada akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny.DUmur 43tahun P2A0dengan hipertensi.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi tersebut dilakukan (Notoatmodjo,2012).Lokasi studi kasus ini dilakukan di BPM Suratini Amd.Keb di Kisworejo, Rt.02/10, Mojosongo, Surakarta.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.Jika kita bicara tentang subyek penelitian, sebetulnya kita bicara

tentang unit analisis, yaitu subyek yang menjadi pusat perhatian atau

tentang unit analisis, yaitu subyek yang menjadi pusat perhatian atau

Dokumen terkait