B. Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama
3. Kebebasan dalam Menjalankan/Mengekspresikan Agama yang Diyakin
Termasuk dalam lingkup kebebasan untuk mengekspresikan/menjalankan agama ialah kebebasan untuk menjalankan/mengekspresikan agama baik secara individu ataupun secara berkelompok dengan orang lain secara umum atau pribadi.94 Hal ini mencakup pelaksanaan ritual dan seremonial yang memberikan dampak langsung terhadap keyakinan, maupun pengalaman sejenis yang integral termasuk pembangunan tempat ibadah, penggunaan formula maupun peralatan ritual dan simbol keagamaan.95
Bobot perlindungan terhadap kebebasan memanifestasikan/menjalankan agamanya masing-masing dengan kebebasan dalam meyakini keyakinannya masing-masing adalah berbeda. Jika kebebasan meyakini suatu agama/keyakinan
92
Michael Freeman, A Commentary on the United Nations Convention on the Rights of the Child: The Best Interests of the Child, Leiden: Martinus Nijhoff Publishers, 2007, hlm. 8. Ingvill Thorson Plesner. Op. Cit., hlm. 650-651.
93 General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion)
paragraf 6.
94 General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion)
paragraf 4.
96 merupakan hak yang absolut, hak untuk menjalankan/memanifestasikan suatu agama/kepercayaan merupakan hak yang dapat dibatasi pelaksanaannya dengan syarat tertentu. Berdasarkan Article 18 (3) ICCPR, Article 9 (2) ECHR, serta Article 12 (3) ACHR, kebebasan menjalankan/mengekspresikan agama hanya dapat dibatasi dalam rangka untuk melindungi keamanan publik, ketertiban, kesehatan, atau moral atau hak-hak dasar orang lain.96
Hak-hak yang akan disorot dalam kebebasan beragama, kebebasan dalam menjalankan/mengekspresikan agama dalam hukum internasional meliputi a) hak untuk bebas menjalankan agama sesuai tafsir yang diyakini; b) hak untuk mendirikan tempat ibadah; c) hak untuk membela/mempertahankan agama yang diyakini; serta d) hak untuk menyebarluaskan ajaran agama.
a. Hak untuk Bebas Menjalankan Agama sesuai Tafsir yang Diyakini
Walau tidak ada pernyataan eksplisit tentang jaminan dan perlindungan kebebasan menjalankan agama sesuai tafsir yang diyakini, namun hak ini tetap menjadi obyek perlindungan oleh hukum internasional.97 Kebebasan menafsirkan agama sesuai keyakinan masing-masing merupakan hak absolut.98 Pelaksanaan hak ini oleh seseorang ataupun oleh sekelompok orang dilindungi oleh Article 18 (1) ICCPR serta Article 18 UDHR. Namun pelaksanaan hak tersebut dapat
96 Manfred Nowak, Pembatasan-Pembatasan yang Diperbolehkan terhadap Kebebasan Beragama
atau Berkeyakinan, dalam Tore Lindholm, et al., Op. Cit., hlm. 207. Lihat juga General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion) paragraf 4.
97
Javier Martinez-Torron & Rafael Navarro-Valls, Perlindungan Kebebasan Beragama dalam Sistem Dewan Eropa, dalam Tore Lindholm, et al., Op. Cit., hlm. 275.
98 General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion)
97 dibatasi sepanjang pembatasan tersebut ditetapkan dengan hukum, dan pembatasan tersebut benar-benar diperlukan untuk melindungi keamanan (dalam arti keamanan pribadi pemeluk agama), ketertiban, kesehatan, nilai moral masyarakat, atau hak-hak mendasar orang lain.99 Secara a contrario, sepanjang tidak mengganggu keamanan, ketertiban, kesehatan, nilai moral masyarakat, atau hak-hak mendasar orang lain, (misalnya sebagai ekspresi keagamaan hal ini dilakukan secara damai), maka tindakan demikian tidak seyogianya dikenakan pembatasan oleh negara.
Salah satu contoh pembatasan yang diperbolehkan berdasarkan klausul keselamatan pulik adalah kasus X v. UK. Dalam kasus X v. UK, komisi HAM Eropa menganggap hukum di Inggris yang mengharuskan semua pengendara sepeda motor untuk menggunakan helm sebagai hukum yang diperbolehkan/dibenarkan untuk melindungi keselamatan publik, bahkan ketika hukum tersebut diterapkan kepada penganut Sikh.100
Lebih lanjut perbedaan penafsiran tersebut berimplikasi timbulnya golongan mayoritas dan minoritas dalam hal menafsirkan suatu agama. Prinsip non-diskriminasi mewajibkan Negara untuk menghormati dan menjamin kebebasan beragama atau berkeyakinan bagi semua orang yang berada dalam wilayahnya dan yang tunduk pada wilayah hukum atau yurisdiksinya tanpa
99 Article 18 ICCPR, Pasal 28J UUD 1945. Lihat juga Nicola Cobran, Op. Cit. Hlm. 724.
100 X v. UK, App No. 7992/77 (EcomHR, 14 Keputusan dan laporan 234, 12 Juli 1978), keputusan
98 pembedaan apapun.101 Pembatasan tidak boleh dikenakan untuk tujuan diskriminatif atau dilaksanakan dengan cara diskriminatif.102 Oleh karena itu tidak ada satupun orang yang dapat dibedakan perlakuannya walaupun ia memiliki penafsiran yang berbeda terhadap suatu agama.
b. Hak untuk Mendirikan Tempat Ibadah
Hukum internasional tidak memberikan pengaturan secara eksplisit mengenai kebebasan pendirian rumah ibadah. Mendirikan tempat ibadah merupakan salah satu pengaplikasian kebebasan menjalankan/mengekspresikan agama yang diyakini. Hak untuk mendirikan tempat ibadah yang merupakan dimensi eksternal hak atas kebebasan beragama dapat dibatasi sepanjang sesuai dengan kriteria pembatasan yang berlaku menurut hukum internasional. Namun pembatasan harus proporsional serta tidak boleh dikenakan untuk tujuan diskriminatif atau dilaksanakan dengan cara diskriminatif.103
Salah satu contoh penerapan pembatasan dalam hak untuk mendirikan tempat ibadah yang tidak proporsional adalah dalam kasus Mannousakis v. Greece. Pengadilan HAM Eropa menguji kesesuaian dakwaan terhadap pendirian dan pengoperasian suatu rumah ibadat tanpa izin dari Menteri Urusan Pendidikan
101 Article 2(1) ICCPR. 102
Cole Durham. Memfasilitasi Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan melalui Perundang- undangan Asosiasi Keagamaan dalam Tore Lindholm, et al., Op. Cit., hlm. 355. General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion) paragraf 8.
99 dan Agama Yunani.104 Pengadilan menyatakan bahwa penerapan keharusan adanya perizinan memang selaras dengan Article 9 ECHR, namun dengan catatan hanya berupa verifikasi persyaratan formal tertentu apakah sudah dipenuhi atau belum. Namun pengadilan menemukan dan mengemukakan bahwa Yunani telah menggunakan perizinan ini untuk menerapkan pula persyaratan-persyaratan yang kaku, atau yang bersifat mempersulit, bahkan melarang praktik keagamaan tertentu. Pengadilan memutuskan bahwa dakwaan terhadap pemohon merupakan suatu bentuk intervensi terhadap kebebasan mereka dalam memanifestasikan agama mereka, suatu intervensi yang tidak diperlukan.105
c. Hak untuk Membela/Mempertahankan Agama yang Diyakini
Hak untuk membela/mempertahankan agama yang diyakini merupakan bagian dari hak untuk bebas memeluk dan menjalankan/mengekspresikan agama sesuai tafsir yang diyakini. Hak tersebut dihadapkan dengan situasi yang menunjukkan adanya interpretasi yang berbeda satu sama lain mengenai suatu agama.106
Tidak ada aturan yang spesifik mengenai hak untuk membela/mempertahankan agama dalam pengaturan hukum internasional. Namun hak ini berlaku secara lex generalis dan sudah melekat dengan kebebasan untuk
104 Manousakis and Others v. Greece, 23 EHRR 387 (1997) (EctHR 1996-IV, 26 September
1996).
105
Ibid., Lihat juga Manfred Nowak dan Tanja Vosprnik dalam Tore Lindholm, et al., Op. Cit., hlm. 213.
106 General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion)
100 menjalankan/mengekspresikan agama/keyakinan yang telah dipeluk seseorang. Sebagai bagian dari dimensi eksternal, hak ini mendapatkan pembatasan.
Kebebasan mempertahankan agama merupakan wujud kebebasan mengekspresikan agama. Dalam rangka menjalankan kebebasan untuk mempertahankan agamanya tersebut setiap orang dapat dikenai pembatasan yang didasarkan untuk melindungi keamanan publik, ketertiban, kesehatan, atau moral atau hak-hak dasar orang lain.107 Oleh karena itu tidak seorangpun dapat memaksakan pendapat atau agama atau keyakinannya terhadap orang lain dalam rangka mempertahankan agamanya.108
d. Hak untuk Menyebarluaskan Ajaran Agama
Kebebasan menyebarkan agama bukanlah kebebasan yang tidak dapat dikenai pembatasan.109 Pembatasan yang paling utama dalam kebebasan ini ialah hak asasi orang lain yang menjadi sasaran penyebaran agama. Kebebasan menjalankan/mengekspresikan agama juga meliputi hak untuk mencoba meyakinkan orang lain untuk meyakini agamanya.110 Oleh karena itu praktik pengajaran agama terhadap penganut atau non-penganut agama tetap diakui dalam
107
Tore Lindholm, et al., Op. Cit., hlm. 207. Lihat juga General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion) paragraf 4.
108 General comment No. 22: Article 18 ICCPR (Freedom of thought, conscience or religion)
paragraf 3.
109
Ibid. Hlm. 537.
110 Kokkinakis v. Greece, 17 EHRR 397 (1994) (EctHR 260-A, 25 Mei 1993). Pengadilan
menegaskan bahwa kebebasan seseorang dalam memanifestasikan agamanya meliputi hak untuk mencoba meyakinkan orang lain dengan maksud untuk memperoleh anggota baru.
101 hukum internasional111 sepanjang tidak memenuhi kriteria pembatasan yang diperbolehkan.