• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahkamah Agung Republik Indonesia

RUTE PADAT RUTE BATAVIA

I. KEBERATAN PERTAMA:

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan ter Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

SKRIPSI KEKUATAN HUKUM TERHADAP PEMBUKTIAN CIRCUMSTANTIAL

EVIDENCE (INDIRECT EVIDENCE) DALAM PUTUSAN KPPU NO. 25/KPPU-I/2009 TENTANG FUEL SURCHARGE YANG DIBATALKAN OLEH PUTUSAN MA NO. 613K/PDT.SUS/2011

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 71 dari 225 hal. Put. No. 613 K/PDT.SUS/2011

TERMOHON KEBERATAN TIDAK DAPAT MEMBUKTIKAN ADANYA PERJANJIAN TERTULIS ATAUPUN TIDAK TERTULIS SEBAGAIMANADISYARATKANDALAMPASAL5UUPERSAINGAN. 1. Bahwa Pasal 5 UU Persaingan berbunyi:

(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi:

(a) Suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau

(b) Suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.

2. Pasal 5 UU Persaingan di atas melarang pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya. Pasal 1 angka 7 UU Persaingan membagi perjanjian tersebut dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis sebagai berikut:

“Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain

dengan nama apa pun, baik tertulis maupun tidak tertulis.”

3. Bahwa tidak ada bukti tertulis maupun tidak tertulis dalam Putusan Termohon Keberatan yang menunjukkan adanya penetapan fuel

surcharge (“FS”) antara Pemohon Keberatan dan para Turut

Termohon Keberatan (dahulu para Terlapor).

4. Apabila Termohon Keberatan merujuk pada penetapan harga FS pada bulan Mei 2006 maka hal ini sangat keliru karena penetapan FS tersebut sudah dicabut dan tidak berlaku lagi sejak tanggal 30 Mei 2006.

5. Bahwa Termohon Keberatan dengan demikian telah mengakui bahwa perjanjian tertulis antara Pemohon Keberatan dengan maskapai penerbangan lainnya tidak pernah ada namun dengan demikian Termohon Keberatan dalam Putusannya telah berupaya mengkonstruksikan seakan-akan perjanjian itu ada tetapi tidak tertulis. 6. Bahwa konstruksi tersebut di atas dilakukan oleh Termohon Keberatan dengan memaksakan imajinasinya bahwa antar perusahaan penerbangan terdapat suatu perjanjian penetapan FS

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan ter Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

SKRIPSI KEKUATAN HUKUM TERHADAP PEMBUKTIAN CIRCUMSTANTIAL

EVIDENCE (INDIRECT EVIDENCE) DALAM PUTUSAN KPPU NO. 25/KPPU-I/2009 TENTANG FUEL SURCHARGE YANG DIBATALKAN OLEH PUTUSAN MA NO. 613K/PDT.SUS/2011

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 72 dari 225 hal. Put. No. 613 K/PDT.SUS/2011

berdasarkan model-model ekonomi (uji korelasi dan uji homogenitas), dan dengan sangat memaksa pula hasil model-model ekonomi tersebut dihubungkan dengan penetapan FS Rp.20.000 oleh INACA (Indonesia National Air Carriers Association) pada bulan Mei 2006 yang sudah tidak berlaku lagi atas saran dari Termohon Keberatan sendiri. Mohon perhatian Majelis Hakim, tidak dapat diterima akal sehat bahwa dengan imajinasi yang tidak berdasar, Termohon Keberatan telah menjatuhkan hukuman kepada Pemohon Keberatan. 7. Bahwa patut dipertanyakan apakah pembuktian adanya suatu

perjanjian yang tidak pernah ada melalui konstruksi berpikir dan analisis yang imajinatif tersebut dapat diterima dalam sistem peradilan di Indonesia, terlebih ketika hasil uji model-model ekonomi tersebut diragukan validitasnya secara statistik dan aplikasinya, ditambah tidak adanya bukti relevan tentang suatu rapat yang bersifat kolusif.

MODEL-MODEL EKONOMI (UJI KORELASI DAN UJI HOMOGENITAS) TIDAK DAPAT MEMBUKTIKAN ADANYA PERJANJIAN

1. Bahwa dalam Putusannya, Termohon Keberatan telah melakukan (a) uji homogenitas untuk melihat apakah terdapat FS yang parallel pada pergerakan FS perusahaan penerbangan; (b) uji korelasi untuk melihat hubungan positif dengan korelasi yang tinggi antara FS yang diterapkan oleh para perusahaan penerbangan.

2. Bahwa berdasarkan uji homogenitas, Termohon Keberatan menyatakan bahwa:

- berdasarkan uji pergerakan FS para perusahaan penerbangan pada periode I (Mei 2006 s/d Maret 2008) untuk penerbangan 0 s/d 1 jam; 1 s/d 2 jam; dan 2 s/d 3 jam menunjukkan hasil yang signivikan dengan terdapatnya variasi yang sama dari seluruh perusahaan penerbangan.

- berdasarkan uji pergerakan FS para perusahaan penerbangan pada periode II (April 2008 s/d Desember 2009) untuk penerbangan 0 s/d 1 jam; 1 s/d 2 jam; dan 2 s/d 3 jam menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana tidak terdapat variasi yang sama dari seluruh perusahaan penerbangan.

3. Sementara hasil uji korelasi yang dilakukan oleh Termohon Keberatan menyatakan bahwa terdapat hubungan linier positif dimana terdapat

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan ter Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

SKRIPSI KEKUATAN HUKUM TERHADAP PEMBUKTIAN CIRCUMSTANTIAL

EVIDENCE (INDIRECT EVIDENCE) DALAM PUTUSAN KPPU NO. 25/KPPU-I/2009 TENTANG FUEL SURCHARGE YANG DIBATALKAN OLEH PUTUSAN MA NO. 613K/PDT.SUS/2011

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 73 dari 225 hal. Put. No. 613 K/PDT.SUS/2011

korelasi yang tinggi dengan nilai rata-rata 0,90 atas pergerakan FS para perusahaan penerbangan.

4. Bahwa uji korelasi dan homogenitas tersebut dilakukan untuk menentukan apakah terjadi price parallelism yang dalam hal ini dirujuk oleh Termohon Keberatan dalam Putusannya untuk membuktikan terjadinya perjanjian penetapan FS.

5. Bahwa di lain pihak dalam Putusannya Termohon Keberatan telah menguji pola simetrisasi besaran FS yang pada dasarnya mengacu pada assimetry price transmission (APT).

6. Bahwa dalam pengujian tersebut Termohon Keberatan menghendaki adanya simetrisasi antara pergerakan harga avtur dengan FS dimana naik turunnya harga avtur harus diikuti secara simetris oleh FS perusahaan penerbangan.

7. Bahwa kedua pendekatan teori ekonomi yang diterapkan Termohon Keberatan bertentangan antara satu dengan lainnya karena secara jelas apabila terjadi simetrisasi antara pergerakan FS dengan pergerakan harga avtur dari para perusahaan penerbangan, maka hal ini pada akhirnya hanya akan menghasilkan pergerakan FS yang parallel antara para perusahaan penerbangan yang mana gerakan yang paralel itu sendiri dipakai oleh Termohon Keberatan untuk membuktikan adanya perjanjian penetapan harga antara perusahaan penerbangan.

8. Dengan demikian penerapan konsep model-model atau teori ekonomi oleh Termohon Keberatan sangat kontradiktif dengan apa yang hendak dicapai oleh Termohon Keberatan dalam perkara aquo. 9. Bahwa Termohon Keberatan dalam penerapan model-model ekonomi

tersebut secara imajinatif berlebihan yang sama sekali tidak terukur. Karenanya konsep model-model atau teori ekonomi tersebut menyesatkan dan harus ditolak oleh Majelis Hakim.

8. Bahwa sebaliknya fakta yang tidak terbantahkan, besaran FS yang diberlakukan oleh Pemohon Keberatan tidak sama dengan FS yang diberlakukan oleh para Turut Termohon Keberatan dalam perkara aquo. Jika Termohon Keberatan menyatakan terdapat trend yang sama atas pergerakan FS diantara para Terlapor, hal ini membuktikan bahwa penetapan besaran FS sesungguhnya tidak pernah terjadi apabila terdapat suatu perbedaan.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan ter Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

SKRIPSI KEKUATAN HUKUM TERHADAP PEMBUKTIAN CIRCUMSTANTIAL

EVIDENCE (INDIRECT EVIDENCE) DALAM PUTUSAN KPPU NO. 25/KPPU-I/2009 TENTANG FUEL SURCHARGE YANG DIBATALKAN OLEH PUTUSAN MA NO. 613K/PDT.SUS/2011

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 74 dari 225 hal. Put. No. 613 K/PDT.SUS/2011

9. Bahwa berdasarkan Tabel 23; Tabel 24; Tabel 25 dan Grafik 38; Grafik 39; Grafik 40 dalam Putusan Termohon Keberatan paska dihapuskannya penetapan FS oleh INACA, dimulai pada bulan Juli 2006 sampai dengan bulan Juli 2007 sudah terdapat perbedaan besaran FS antar perusahaan penerbangan. Walaupun ada persamaan besaran FS untuk beberapa perusahaan penerbangan, namun tidak kesemuanya menerapkan FS yang sama.

10. Bahwa perbedaan besaran FS semakin terlihat mulai pada bulan Agustus 2007 dan perbedaan tersebut semakin nyata setelah dikeluarkannya formula penghitungan FS oleh Departemen Perhubungan pada tanggal 3 Maret 2008.

11. Bahwa seperti terlihat dalam tabel dan grafik di bawah ini pada bulan Agustus 2007 sampai dengan Februari 2008 secara umum besaran FS Pemohon Keberatan berbeda dengan besaran FS perusahaan penerbangan lainnya.

Tabel 23

Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor untuk Penerbangan antara 0 s/d 1 jam

Bulan GA (1) SJ (1) MZ (1) RI (1) JT (1) 7P (1) RAL (1)1 XN (1) IW (1) KAE (1) TGN (1)2 QZ (1)

Agust-07 50,000 60000 50,000 40000 60000 30000 70000 70000 60000 40000 70000 110000 Sep-07 60,000 60000 66,000 60000 60000 30000 80000 80000 60000 80000 80000 140000 Okt-07 80,000 80000 88,000 80000 100000 30000 80000 80000 100000 80000 80000 160000 Nop-07 80,000 100000 110,000 80000 80000 100000 110000 110000 80000 80000 110000 n/a Des-07 140,000 150000 110,000 80000 125000 140000 165000 165000 125000 150000 165000 n/a Jan-08 160,000 150000 110,000 100000 160000 160000 165000 165000 160000 170000 165000 n/a Feb-08 160,000 150000 150,000 130000 160000 160000 200000 200000 160000 170000 200000 n/a Tabel 24

Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor untuk Penerbangan antara 1 s/d 2 jam

Bulan GA (2) SJ (2) MZ (2) RI (2) JT (2) 7P (2) RAL (2) XN (2) IW (2) KAE (2) TGN

(2) QZ (2)

Mei-06 20,000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000

Jun-06 20,000 20000 20000 20000 20000 20000 30000 30000 20000 20000 30000 20000

Jul-06 20,000 20000 20000 20000 20000 20000 30000 30000 20000 20000 30000 20000

1 Oleh karena Terlapor tidak memberikan data, maka data fuel surcharge bulan Mei

2006 s/d September 2008 (untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam) diasumsikan sama dengan PT Travel Express karena size perusahaan dianggap sama.

2 Oleh karena Terlapor tidak memberikan data, maka data fuel surcharge bulan Mei

2006 s/d Februari 2008 (untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam) diasumsikan sama dengan PT Travel Express karena size perusahaan dianggap sama.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan ter Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74

SKRIPSI KEKUATAN HUKUM TERHADAP PEMBUKTIAN CIRCUMSTANTIAL

EVIDENCE (INDIRECT EVIDENCE) DALAM PUTUSAN KPPU NO. 25/KPPU-I/2009 TENTANG FUEL SURCHARGE YANG DIBATALKAN OLEH PUTUSAN MA NO. 613K/PDT.SUS/2011

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 75 dari 225 hal. Put. No. 613 K/PDT.SUS/2011

Bulan GA (2) SJ (2) MZ (2) RI (2) JT (2) 7P (2) RAL (2) XN (2) IW (2) KAE (2) TGN

(2) QZ (2) Agust-06 30,000 30000 30000 30000 30000 20000 30000 30000 30000 20000 30000 30000 Sep-06 30,000 30000 30000 30000 30000 20000 30000 30000 30000 20000 30000 40000 Okt-06 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 40000 40000 40000 20000 40000 40000 Agust-07 50,000 60000 60000 60000 60000 30000 70000 70000 60000 40000 70000 90000 Sep-07 60,000 60000 60000 60000 60000 30000 80000 80000 60000 80000 80000 140000 Okt-07 80,000 80000 80000 60000 120000 30000 80000 80000 120000 80000 80000 160000 Nop-07 80,000 100000 100000 60000 120000 100000 110000 110000 120000 125000 110000 n/a Des-07 160,000 150000 150000 130000 145000 160000 165000 165000 145000 125000 165000 n/a Jan-08 175,000 160000 160000 150000 175000 160000 165000 165000 175000 200000 165000 n/a Feb-08 175,000 160000 160000 175000 175000 160000 200000 200000 175000 200000 200000 n/a Tabel 25

Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor untuk Penerbangan antara 2 s/d 3 jam

Bulan GA (3) SJ (3) MZ (3) RI (3) JT (3) 7P (3) RAL (3) XN (3) IW (3) KAE (3) TGN

(3) QZ (3) Agust-07 50,000 60000 50000 60000 60000 30000 70000 70000 60000 40000 70000 90000 Sep-07 60,000 60000 66000 60000 60000 30000 80000 80000 60000 80000 80000 140000 Okt-07 80,000 80000 88000 60000 120000 30000 80000 80000 120000 80000 80000 160000 Nop-07 80,000 100000 110000 60000 120000 100000 110000 110000 120000 160000 110000 n/a Des-07 180,000 150000 165000 130000 145000 180000 165000 165000 145000 160000 165000 n/a Jan-08 200,000 180000 165000 200000 175000 180000 165000 165000 175000 220000 165000 n/a Feb-08 200,000 180000 200000 200000 175000 270000 200000 200000 175000 220000 200000 n/a Grafik 38

Perbandingan pergerakan fuel surcharge para Terlapor untuk penerbangan 0 s/d 1 jam

Pergerakan Fuel Surcharge untuk Penerbangan 1 Jam dari Seluruh Maskapai 2006 - 2009 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 M a y -0 6 A u g -0 6 N o v -0 6 F e b -0 7 M a y -0 7 A u g -0 7 N o v -0 7 F e b -0 8 M a y -0 8 A u g -0 8 N o v -0 8 F e b -0 9 M a y -0 9 A u g -0 9 N o v -0 9 Bulan R u p ia h Sriw ijaya Garuda Mandala Ekspress Air RAL Lion Batavia Kartika Merpati Wings Trigana Air Asia Grafik 39 Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan ter Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75

SKRIPSI KEKUATAN HUKUM TERHADAP PEMBUKTIAN CIRCUMSTANTIAL

EVIDENCE (INDIRECT EVIDENCE) DALAM PUTUSAN KPPU NO. 25/KPPU-I/2009 TENTANG FUEL SURCHARGE YANG DIBATALKAN OLEH PUTUSAN MA NO. 613K/PDT.SUS/2011

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hal. 76 dari 225 hal. Put. No. 613 K/PDT.SUS/2011

Perbandingan pergerakan fuel surcharge para Terlapor untuk penerbangan 1 s/d 2 jam

Pergerakan Fuel Surcharge Untuk Penerbangan 2 Jam dari Seluruh Maskapai Tahun 2006 - 2009

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 M ay -0 6 A ug -0 6 N ov -0 6 F eb -0 7 M ay -0 7 A ug -0 7 N ov -0 7 F eb -0 8 M ay -0 8 A ug -0 8 N ov -0 8 F eb -0 9 M ay -0 9 A ug -0 9 N ov -0 9 Bulan R up ia h Sriwijaya Garuda Mandala Ekspress Air RAL Lion Batavia Kartika Merpati Wings Trigana Air Asia Grafik 40

Perbandingan pergerakan fuel surcharge para Terlapor untuk penerbangan 2 s/d 3 jam

Pergerakan FS Penerbangan 3 Jam Untuk Seluruh Maskapai