KEBERHASILAN AGILE, ADAPTIF, DAN PIVOTING
DALAM PELAYANAN IMIGRASI
Dalam mempercepat dan meningkatkan pelayanan publik di sektor keimigrasian beberapa institusi pembina seperti Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melakukan evaluasi dan memberikan penghargaan terhadap pelayanan publik. Penerapan Reward dan
Punishment sejalan dengan Undang-undang
Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang mengamanatkan pendayagunaan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Hal tersebut juga terkait dengan upaya meningkatkan dan mempercepat reformasi birokrasi yang masuk dalam salah satu prioritas pemerintahan.
Pentingnya reformasi birokrasi juga ditegaskan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, dengan ditempatkannya reformasi birokrasi sebagai agenda pembangunan nasional, untuk membangun tata kelola pemerintahan yang Bersih, Efektif, Demokratis dan Terpercaya. Di tahun 2018 dan 2019, setelah
“Pelayanan Imigrasi yang lebih Agile, lebih Adaptif dan bisa Pivoting
mampu menjawab tuntutan pelayanan publik Jaman now”
penghimpunan data dan mencapai rangking tertinggi dalam hal pelayanan publik, maka atase imigrasi di KBRI KL berhasil menjadi salah satu personal maupun institution branding dengan inovasi-inovasi pelayanan yang diwujudkan. Melalui keberhasilan dalam meningkatkan kinerja organisasi, di mana Atase Imigrasi harus bisa lebih Agile, Adaptif dan mampu Pivoting dalam pelayanan imigrasi.
A. Kesuksesan dan Penghargaan yang Diraih
Hasil kerja keras dan kerja cerdas seorang atase imigrasi di KBRI kula lumpur tentunya tidak akan luput dari beberapa penghargaan yang diberikan oleh instansi pembina.
Bentuk apresiasi dalam usaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang profesional sesuai dengan tuntutan jabatan. Diperlukan suatu pembinaan yang berkeseimbangan, yaitu suatu usaha kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan pemeliharaan tenaga kerja agar mampu melaksanakan tugas dengan efektif dan efisien. Sebagai langkah nyata dalam hasil pembinaan maka diadakan pemberian Reward pegawai yang telah menunjukkan prestasi kerja yang baik.
BAB 5
KEBERHASILAN AGILE, ADAPTIF, DAN PIVOTING
DALAM PELAYANAN IMIGRASI
Dalam mempercepat dan meningkatkan pelayanan publik di sektor keimigrasian beberapa institusi pembina seperti Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melakukan evaluasi dan memberikan penghargaan terhadap pelayanan publik. Penerapan Reward dan
Punishment sejalan dengan Undang-undang
Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang mengamanatkan pendayagunaan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Hal tersebut juga terkait dengan upaya meningkatkan dan mempercepat reformasi birokrasi yang masuk dalam salah satu prioritas pemerintahan.
Pentingnya reformasi birokrasi juga ditegaskan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, dengan ditempatkannya reformasi birokrasi sebagai agenda pembangunan nasional, untuk membangun tata kelola pemerintahan yang Bersih, Efektif, Demokratis dan Terpercaya. Di tahun 2018 dan 2019, setelah
“Pelayanan Imigrasi yang lebih Agile, lebih Adaptif dan bisa Pivoting
mampu menjawab tuntutan pelayanan publik Jaman now”
penghimpunan data dan mencapai rangking tertinggi dalam hal pelayanan publik, maka atase imigrasi di KBRI KL berhasil menjadi salah satu personal maupun institution branding dengan inovasi-inovasi pelayanan yang diwujudkan. Melalui keberhasilan dalam meningkatkan kinerja organisasi, di mana Atase Imigrasi harus bisa lebih Agile, Adaptif dan mampu Pivoting dalam pelayanan imigrasi.
A. Kesuksesan dan Penghargaan yang Diraih
Hasil kerja keras dan kerja cerdas seorang atase imigrasi di KBRI kula lumpur tentunya tidak akan luput dari beberapa penghargaan yang diberikan oleh instansi pembina.
Bentuk apresiasi dalam usaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang profesional sesuai dengan tuntutan jabatan. Diperlukan suatu pembinaan yang berkeseimbangan, yaitu suatu usaha kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan pemeliharaan tenaga kerja agar mampu melaksanakan tugas dengan efektif dan efisien. Sebagai langkah nyata dalam hasil pembinaan maka diadakan pemberian Reward pegawai yang telah menunjukkan prestasi kerja yang baik.
Banyak penghargaan atau kesuksesan yang diraih oleh penulis dalam ruang lingkup tugasnya di KBRI KL yang akan ditampilkan serta diharapkan dapat memberikan motivasi kepada pembaca modul best
practice, di antaranya adalah:
● Tahun 2018 penghargaan Special Mention Award dari Menteri Luar Negeri
● Tahun 2019, Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN-RB);
● Tahun 2019, Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan Award 2019 (2019) kepada Atase Imigrasi KBRI Kuala Lumpur kategori Staf Perwakilan;
● Tahun 2019, Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan Award 2019 (2019) kategori Pelayanan Publik di Perwakilan RI untuk KBRI Kuala Lumpur.
● Tahun 2019, TOP 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN-RB).
● Penghargaan dari Menteri Hukum dan HAM RI pada hari Bakti Imigrasi ke-70, 26 Januari 2020, sebagai Atase Imigrasi berprestasi dalam bidang Inovasi Pelayanan Publik.
Pada tahun yang sama di 2019 mendapatkan penghargaan inovasi pelayanan publik yang diselenggarakan Kemenpan RB, TOP 99 dan TOP 45. Perbedaannya adalah dari jumlah pelayanan pemerintah yang masuk dalam kategori penghargaan inovasi pelayanan publik, jadi dari banyaknya pelayanan pemerintah terdapat 99 pelayanan yang dianggap mampu memberikan pelayanan publik terbaik kepada masyarakat, kemudian dari 99 pelayanan tersebut dipilih lagi 45 pelayanan yang terbaik.
B. Tantangan Pelayanan Imigrasi ke Depannya
Instansi pemerintah sebagai Lembaga publik didorong untuk memahami arti pentingnya suatu kualitas pelayanan serta pentingnya dilakukan perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan publik terhadap masyarakat. Kemungkinan-kemungkinan atau tantangan ke depannya sebagai perbaikan dalam pelayanan imigrasi khususnya di KBRI, dapat diprediksi dengan meningkatnya jumlah pelayanan yang ada di KBRI KL, sayangnya tidak berbanding lurus dengan pengembangan sarana dan prasarana yang ada. Untuk itu berbagai inovasi harus terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada WNI, sehingga ke depannya kami harapkan adanya tambahan sarana dan prasarana untuk mendukung inovasi-inovasi dimaksud dan harus didukung oleh daftar isian pelaksana anggaran (DIPA) Kementerian terkait seperti Kementerian Hukum dan HAM, Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kementerian Luar Negeri.
Banyak penghargaan atau kesuksesan yang diraih oleh penulis dalam ruang lingkup tugasnya di KBRI KL yang akan ditampilkan serta diharapkan dapat memberikan motivasi kepada pembaca modul best
practice, di antaranya adalah:
● Tahun 2018 penghargaan Special Mention Award dari Menteri Luar Negeri
● Tahun 2019, Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN-RB);
● Tahun 2019, Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan Award 2019 (2019) kepada Atase Imigrasi KBRI Kuala Lumpur kategori Staf Perwakilan;
● Tahun 2019, Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan Award 2019 (2019) kategori Pelayanan Publik di Perwakilan RI untuk KBRI Kuala Lumpur.
● Tahun 2019, TOP 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN-RB).
● Penghargaan dari Menteri Hukum dan HAM RI pada hari Bakti Imigrasi ke-70, 26 Januari 2020, sebagai Atase Imigrasi berprestasi dalam bidang Inovasi Pelayanan Publik.
Pada tahun yang sama di 2019 mendapatkan penghargaan inovasi pelayanan publik yang diselenggarakan Kemenpan RB, TOP 99 dan TOP 45. Perbedaannya adalah dari jumlah pelayanan pemerintah yang masuk dalam kategori penghargaan inovasi pelayanan publik, jadi dari banyaknya pelayanan pemerintah terdapat 99 pelayanan yang dianggap mampu memberikan pelayanan publik terbaik kepada masyarakat, kemudian dari 99 pelayanan tersebut dipilih lagi 45 pelayanan yang terbaik.
B. Tantangan Pelayanan Imigrasi ke Depannya
Instansi pemerintah sebagai Lembaga publik didorong untuk memahami arti pentingnya suatu kualitas pelayanan serta pentingnya dilakukan perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan publik terhadap masyarakat. Kemungkinan-kemungkinan atau tantangan ke depannya sebagai perbaikan dalam pelayanan imigrasi khususnya di KBRI, dapat diprediksi dengan meningkatnya jumlah pelayanan yang ada di KBRI KL, sayangnya tidak berbanding lurus dengan pengembangan sarana dan prasarana yang ada. Untuk itu berbagai inovasi harus terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada WNI, sehingga ke depannya kami harapkan adanya tambahan sarana dan prasarana untuk mendukung inovasi-inovasi dimaksud dan harus didukung oleh daftar isian pelaksana anggaran (DIPA) Kementerian terkait seperti Kementerian Hukum dan HAM, Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kementerian Luar Negeri.