• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS

C. Keberhasilan dan Hambatan Yayasan Madani Mental Health Care

1. Keberhasilan

Keberhasilan yang dicapai Yayasan Madani Mental Health Care ialah dalam bentuk pembinaan terhadap penyalahgunaan narkoba. Saat ini Yayasan Madani Mental Health Care telah menjalankan pembinaan terhadap penyalahgunaan narkoba sebanyak 16 orang dengan berbagai macam naza yang dikonsumsinya.

Kasus Yang Ditangani

Nama : Andre (nama samaran)

Alamat : RT.03/05 Kecamatan Kapuk Kamal Jakarta Barat

a. Kronologis Kasus

Ada sebuah keluarga sebut saja keluarga Andre (Nama samaran) yang sedang melaksanakan tugasnya yang berada di negeri India, Andre tinggal di Dubai selama 18 tahun, dikarenakan ada urusan keluarga bapak Andre, maka seluruh anggota keluarganya pulang kekampung halamannya yakni di Indonesia tepatnya di ibukota Jakarta.

Andre pun ikut ke Indonesia, Setahun sudah keluarga Andre tinggal di Jakarta, ia di sekolahkan oleh orang tuanya di salah satu sekolah didaerah Jakarta Selatan. Tidak lama kemudian Andre bertemu dengan seorang gadis yang lumayan cantik, gadis tersebut membuat Andre jatuh cinta kepadanya, lalu mereka pun berkenalan. Setelah 2

bulan sudah Andre mengenal gadis tersebut lalu ia menyatakan cintanya kepada gadis tersebut, sayangnya gadis tersebut menganggap Andre hanya sebagai sahabat dan teman curhatnya saja tidak lebih. Dengan kondisi yang dialami oleh andre, andre merasa prustasi dan mencoba menenangkan dengan menggunakan narkoba jenis Ice (shabu-shabu).

Ice (shabu-shabu) adalah berwujud kristal dan tidak berbau serta tidak berwarna, karna itu diberi nama Icu (ectas, speed, whizz, bliwhizz, pep pills). Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ice atau Shabu-shabu adalah: pupil mata melebar, penurunan berat badan, gelisah, penampilan seperti kurang tidur, tekanan darah tinggi, denyut jantung tidak beraturan, paranoid yang mendalam, pecahnya pembuluh darah otak, pingsan akibat kelelahan.

Andre pada ahirnya jadi prustasi, depresi sehingga perilakunya berubah drastis menjadi sensitif dan paranoid terhadap wanita. Ia membenci setiap wanita, sampai-sampai ibunya pun dipukul oleh Andre. Sehingga Andre dibawa oleh orangtuanya ke Yayasan Madani Mental Health Care dengan tujuan untuk menyembuhkan sikap dan perilakunya.

b. Diagnosis Masalah

Andre adalah seorang anak berumur 18 tahun, ia terkena depresi dan prustasi terhadap teman wanitanya dan membenci setiap wanita yang ditemuinya. Bemulah dari gangguan atau akibat penyalahgunaan narkoba Ice atau Shabu-shabu. Orang-orang yang menggunakan obat-obatan (NAPZA) dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan, relaksasi. Dalam hal ini Andre menggunakan narkoba untuk memperoleh relaksasi dampak dari kekecewaannya terhadap wanita.

POSITIF NEGATIF

 Peduli

 Rajin mengikuti program bakat minat (komputer, bahasa ingris, melukis dll)

 Sholat dan nagaji perlu diperbaiki

 Keras pendirian

 Pata semangat

 Merasa sepertssi paling smepurna (emosi yang tidak setabil)

 Keimanan lemah

 Tidak bisa mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah (patah hati)

c. Solusi

Solusi diambil oleh Yayasan Madani Mental Health Care harus dilakukan terapi, terapi tersebut seperti:

1. Terapi Biologi dimaksudkan untuk pemulihan fisiknya yang telah rusak misalnya saraf yang terdapat di otaknya, dan sarafnya menjadi tegang.

2. Terapi Psikologi ini dimaksudkan untuk pemulihan kejiwaannya yang telah terganggu oleh masalah-masalah yang diterimanya.

3. Terapi Sosial ini bermaksud untuk pemulihan sosialnya, baik di dalam keluarganya maupun lingkungan tempat tinggalnya.

4. Terapi Spiritual atau Religi ini dimaksudkan untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dan memberikan nilai-nilai pesan agama.

Santri yang dikatakan pulih secara mental setelah mengalami perubahan secara mental dengan kemandirian hidup 75-80%, selanjutnya menjalankan program silaturahmi yang berkesinambungan selama dua tahun. Tujuan yang hendak dicapai dalam program ini untuk memantapkan terwujudnya rumah tangga atau keluarga sakinah yaitu keluarga yang religius dan harmonis, sehingga dapat memperkecil kemungkinan kekambuhan NAZA. Dalam jangka waktu dua tahun

dengan pemantauan dan berdasarkan hasil pengamatan yang menujukan bahwa bila santri selama dua tahun itu tidak kambuh atau kembali menggunakan NAZA baru dinyatakan santri yang bersangkutan sembuh.

2. Hambatan

Ada dua jenis hambatan yang ditemui oleh madani mental health care dalam menjalankan visi dan misinya

1. Hambatan Internal:

Belum adanya modal yang baku dalam proses pembinaan (SOP) SDM. Sinergi antar SDM yang dirasakan masih belum maksimal.

Pengetahuan tentang dunia pembinaan korban narkoba masih harus terus ditingkatkan.

Tumpang tindihnya job deskription/pembagian kerja dikarenakan makin berkembangnya ruang lingkup/cakupan usaha Sarana dan prasarana khususnya sarana yg menunjang pembinaan.

2. Hambatan Eksternal:

Orangtua yang terkadang tidak mau mendengar arahan pihak madani (punya rencana pembinaan sendiri).

Tunggakan-tunggakan/piutang dari klien (keterlambatan dalam pembayaran biaya program).

Bantuan dari pihak pemerintah terkait dirasakan masih minim.

Selain kedua hambatan yang telah tertulis di atas ada hambatan yang membuat Yayasan Madani Mental Health Care menjadi sulit menangani para kliennya, itu disebabkan oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai. Ada pun sarana dan prasarana yang terdapat di Yayasan Madani Mental Health care adalah sebagai berikut.

Setiap tahunnya rata-rata Yayasan Madani Mental Health Care

menerima santri atau klien sebanyak 50 - 80 orang. Ini dikarenakan memang kapasitas Rumah Transit di Madani Mental Health Care hanya maksimal 16 orang. Dari tahun 2008 sampai saat ini tercatat telah ada 162 orang santri, klien

No Fasilitas Jml Keterangan

1 Kantors 1 ruang konsultasi

2 Kamar tidur 6 ber AC Kapasitas 20 tempat tidur (16 untuk transit dan 4 untuk

Stabilisasi) 3 Ruang belajar/Lab

Skill

1 4 unit komputer, Alat Service HP, Alat2 cetak sablon

4 Ruang santai 1 TV, Tape, DVD, PlayStation

5 Pendopo 2 Terbuka, tempat olah raga, TPA ,

Taman Bacaan Masy.

6 Perpustakaan 3 Ruang Atas,

atau pasien baik yang merupakan korban penyalahgunaan narkoba, maupun Paien Skizofrenia akibat dari pemakaian narkoba.

No Type Santri Jumlah

1 Korban NAZA 100

2 Skizofrenia 62

3 Laki-laki 97 %

4 Perempuan 3 %

5 Agama Islam 99 %

6 Agama lainnya (Non muslim) 1 %

Hingga saat ini kendala YayasanMadani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur yang sering terjadi dalam proses penanganan, salah satunya adalah pemahaman terkait tentang narkoba itu sendiri. Sebagaimana asumsi ada tiga teori dampak orang yang terkena narkoba itu; pertama mereka yang mengkonsumsi narkoba dapat dikatakan sakit secara moralnya maka dari pada itu dikembangkanlah metode menyatakan ini harus ditangani secara agama, adapun yang kedua perilakukanya yang salah, maka dibentuklah program psikososial, dan yang ke tiga bahwa orang yang salah secara emosi ditangani secara pendekata psikologis. Menurut Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari; Integrasi agama dalam psikologi adalah satu langkah yang diambil oleh medis dan ahli jiwa untuk menanggulangi korban penyalahgunaan narkoba, peran medis adalah mengembalikan kesehatan fisik sedangkan agama meningkatkan kesehatan

mental dan kualitas keberagamaan, kesehatan mental merupakan tujuan utama psikologi.10

Dengan pemahaman ini tidak semua orang paham dengan metode ini hingga banyak dalam penanganan penyalahgunaan orang yang terkena narkoba dalam penanganannya dengan dirantai, diceburin kesumur dan sebagainya yang tidak manusiawi berakibat buruk menambah kekalutan mental korban. Dalam hal Rehabilitasi narkoba ada juga orang dalam penanggulangan atau menghilangkanya dari penggunaan narkoba dengan mengunakan narkoba juga, dengan menggunakan mengkonsumsi metadon, subutek yang itu semua merupakan turunan narkoba, sehingga hal tersebut hanya menghilangkan simpel ataupun perilaku-perilakunya saja. Semua itu dapat dikatakan paling tidak hanya sebatas pengalihan sebagaimana pada giliran kalau sudah sakaw atau gejala putus zat (tubuh menggigil) yang berakibat untuk menghilangkan rasa sakaw tersebut dengan mengkonsumsi metadon dan subutek sehingga kembali menjadi ketergantungan obat-obatan tersebut. Disatu sisi juga terkait dengan tataran hukum yang masih banyak penanganan penyalahgunaan narkoba secara tidak tuntas. Ada juga kebijakan NPUA sistem wajib lapor, yang terkadang kebijakan yang merupakan lembaga rehabilitas seperti mengurangi tahanan yang perlu dijalankan secara utuh.

10

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medik. (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2009), h. 11.

Di Indonesia yang sebagian besar para anggota legislatif dan eksutifnya beragama Islam, hingga sekarang belum adanya peraturan maupun undang-undang secara akurat dalam pemberantasan Narkoba, pemerintahan yang terkesan lamban menangani masalah ini. Beberapa kendalah dimasa lalu untuk masa datang yang semestinya sudah harus dapat diatasi adalah antara lain: 11

1. Masih rendahnya pendayagunaan hasil analisis, kajian, dan penelitian bagi perumusan kebijakan maupun pelaksaan program pembangunan kesehatan, khususnya dibidang penyalahgunaan NAZA.

2. Masih belum memadainya anggaran pemerintah yang disediakan untuk pembangunan sektor kesehatan, yang khususnya di bidang penyalahgunaan NAZA.

3. Penyalahgunaan NAZA bukan semata-mata merupakan masalah di bidang kedokteran kuratif (medik-psikiater), tetapi juga dibidang kesehatan (jiwa) masyarakat. Oleh karna itu perlu pemahaman wawasan kesehatan jiwa masyarakat kepada para pengambil keputusan, perumusan kebijaksanaan dan pengelolaan program di bidanag ini.

11

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan kesehatan Jiwa,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi remaja adalah kondisi yang masih labil karena remaja mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Fase ini dimana pencarian jati diri seseorang remaja akan dimulai, untuk itu perlu adanya bekal yang positif seperti pendidikan (keagamaan dan umum), perhatian dari keluarga sebagai pengontrol dan memastikan anak tetap berada pada jalur yang semestinya agar pencarian jati diri tersebut seseorang tidak terjerumus kedalam jurang yang suram menjadi salah satu faktor penting.

Kebaradaan Yayasan Madani Mental Health Care yang merupakan salah satu lembaga masyarakat menangani korban penyalahgunaan narkoba (NAZA) dengan merehabilitasi korban, sarana rehabilitasi yang menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (cominity) dengan pendekatan Biologi Psikologi Sosial Spiritual (BPSS) sangatlah membantu dalam mengembalian mental dan psikologi remaja. Dengan mengedepankan pikiran rasional berdasarkan Al Quran Sunnah dan Hujjah. Berjamaah dalam perjuangan, tidak membedakan orang (SDM) baik karena perkenalan, kedekatan, persaudaraan tetapi lebih mengedepankan siapa yang ingin teguh, sabar, dan semangat dalam membangun dan mengedepankan MHC.

Berdasarkan temuan lapangan dan kajian teoritis dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses rehabilitas di Yayasan Madani Mental Health Care adalah sebagai berikut; Pertama terapi medik yaitu stabilisasi pencucian racun tanpa anestesi dan subsitusi. Artinya Yayasan Madani Mental Health Care mencuci racun NAZA tanpa menggunakan bahan-bahan kimia atau zat adiptif. Kedua, dengan menggunakan terapi religius

yang meliputi berzikir, mengaji, shalat, mengkaji Al-Qur’an dan

Hadist, serta mengjarkan kepada klien tentang sukur dan nikmat dari Allah SWT. Ketiga, terapi psikososial ini ditujukan untuk mengembalikan klien untuk menguatkan cita-cita dan tekat yang kuat, mengajarkan interaksi dan sosialisasi kepada masyarakat dan keluarga, disampingitu juga diajarkan pengetahuan tentang kesadaran diri dan mengadakan latihan-latihan sharing parson atau pendekatan secara emosional terhadap orang lain. Keempat, melatih keterampilan klien sesuai dengan kemampuan yang dimilki klien. Keterampilan ini memadukan pengetahuan secara umum yang dapat berbenuk latihan bahasa Inggris dan Arab, Komputer, Seni lukis, Desain, Teknik Cetak Sablon, Tata Boga, Handicam, Service Hanphone, dan lain-lain, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah umumnya dilakukan dengan lahirnya rasa ingin tahu, sehingga tergerak untuk mencoba-coba. Kemudian, dari sikap ini menimbulkan rasa kesenangan untuk mengkonsumsi NAZA, sehingga lahir rasa

kecanduan. Setelah kecanduan mengakibatkkan mereka ketergantungan terhadap NAZA dan apabila kecanduan ini tidak dapat dilampiaskan maka secara biologis dan psikologis mereka seperti terlihat betindak seperti orang yang tidak normal (sakau). Hal inilah senada yang dikatakan oleh Dadang Hawari bahwa faktor-faktor remaja mengkonsumsi narkoba karena faktor predisposisi yang meliputi kepribadian, kecemasan, dan depresi. Faktor prediposisi ini juga merupakan faktor intenal bagi si pemakai NAZA, kerena hal ini terkait keinginan dan ketahanan tubuh sepemakain secara biologis. Selanjutnya, Faktor kontribusi terkait dengan kondisi keluarga, pendidikan, lingkungan. Faktor ini juga lazim disebut sebagai faktor eksternal. Ha ini dikarenakan pengaruh dari luar diri si pemakai.

3. Gambaran tentang keberhasilan dan habatan yang dialami Yayasan Madani Mental Health Care. Pertama, keberhasilan yang diraih oleh yayasana adalah masyarakat menuruh kepercayaan untuk menangai korban NAZA tercatat 162 santri yang ditangani oleh yayasan ini dari tahun 2008 samapi saat ini. Kemudia, konspep hasil pengobatan tidak hanya sebatas sembuh tetapi pulih. Artinya, yayasan ini memiliki kontrol penyembuhan yang intensif, hal ini terliahat dari bagaimana upaya yayasan mengontrol pasien yang sudah sembuh. Seperti,

Transit House (proses nyantri/tinggal di rumah rehabilitas), Day Care (pengobatan diluar rumah tetapi mereka datang pada hari-hari tertentu ke tempat rehabilitas tersebut), terakhir Home Care (pihak madani yang mengadakan kunjungan/kontrol kerumah klien). Kedua,

Hambatan yang dialami Yayasan Madani Mental Health Care adalah terkait keterbatasan fasilitas, seperti kurang memadahinya daya tampung Transit House (tempat rehabilitas berlangsung). Kemudian, sulitnya memberikan pemahaman kepada klien tentang proses-proses pengobatan, karena banyak masyarakat mempersepsikan pengobatan korban NAZA ini, klien harus dirantai, dimasukin ke sumur, sehingga berdampak buruk terhadap mental si klien. Kemudian yang menjai hambatan juga adalah mengenai belum adanya satu regulasi (hukum) atau Undang-Undang secara akut untuk memberantas Narkoba.

B. Saran

Lembaga rehabilitasi merupakan tempat yang sangat strategis dalam mengembalikan mental dan perilaku remaja menyimpang dengan menyalahgunakan narkoba untuk dikonsumsinya sebagai jalan keluar atas kekacauan pikiran dan permasalahan remaja. Metode yang digunakan Yayasan Madani Mental Health Care melaui pendekatan perpaduan antara ilmu kesehatan dan keagamaan sudah sanagatlah tepat.

Dari beberapa hambatan yang dialami oleh yayasan ini yang harus diselesaikan atau dicari solusi salah satunya yaitu sarana yang masih minim seperti daya tampung Rumah Transit di Madani Mental Health Care hanya maksimal 16 orang, sedangkan Setiap tahunnya rata-rata

Yayasan Madani Mental Health Care menerima santri atau klien sebanyak 50 – 80. Seandainya daya tampung tersebut ditambah lagi tentunya daya tampungnya akan bertambah. Dengan bertambahnya pasien yang mampu

ditampung dan metode yang digunakan oleh yayasan ini sudah sangatlah tepat maka akan semakin cepat dan dapat meminimalisir remaja yang mengalami gangguan jiwa dan kejahatan lainnnya.

Pada penulisan skripsi ini penulis sadar bahwa, penulisan ini merupakn proses pembelajaran awal dalam membuat karya ilmiah. Tentunya banyak sekali kekurangan baik dari segi teknis penulisan, kerangka konseptual maupun metode pendekatannya. Bagi para pembaca asupan dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan pembuatan skripsi kedepannya sangatlah diharapkan.

Dokumen terkait