• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Penyalahgunaan Narkoba

1. Pengertian Remaja

Menurut Prof. DR. Zkiah Daradjat, remaja adalah masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawahnya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa.25

24

Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011), h. 13.

25

Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet Ke-3, h. 35.

Remaja suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum bisa dapat dipandang/dikatakan dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antar umur anak-anak dan umur dewasa.26 Dalam beberapa buku-buku psikologi perkembangan usia 15-18 tahun yang dikatagorikan sebagi “usia remaja” dimana masa ini merupakan masa teransisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada kehidupan remaja mempunyai urgensi yang sangat penting dan vital dalam pengembangannya. Terlihat banyak orang-orang berpendapat bahwa persoalan yang dihadapi remaja, merupakan beban berat pada umur kecil yang ditandai oleh kegoncangan, ketegangan, dan kesukaran.27 Ini merupakan hal yang akan menjadikan pertentangan di antara keyakinan dan pengetahuan dengan praktek masyarakat yang terjadi dilingkungannya, sebagaimana telah dikatakan bahwa masa remaja merupakan fase perkembangan yang sangat mencolok baik secara fisik, psikologis, social, dan moralitas.

Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja, menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991): (a)

puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat tandah-tandah kelaki-lakian. Santrock (1998, 1999) mendefinisikan puberitas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Adolescentia

berasal dari istilah latin adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi

26

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet Ke-2, h. 28. 27

Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri Lapangan Implementasi Dari Penyesuaian Diri,

antara 17 – 30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, ahirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12 – 22 tahun.28

Perkembangan pada masa remaja tersebut berkaitan erat dengan dua hal asasi bagi setiap manusia sebagai berikut: 29

a. Pertama adalah hal-hal yang bersifat jasmani atau fisik sebagai kebutuhan primer seperti makan, minum, seks dan lain sebagainya.

b. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan yang bersifat rohani, yakni psikhis dan sosial.

Kebutuhan pokok tersebut sedini mungkin sebagai modal utama bagi perkembangan remaja. Dengan demikian remaja akan merasa kebingungan bagaimana dengan setatus apa dia menempatkannya dilingkungan. Sehingga tidak terkendali dan memiliki emosi yang labil hal ini yang banyak menyebabakan problematika di masa-masa remaja. Karena masa remaja adalah masa bermasalah. Adapun yang dimaksud dengan problem remaja adalah bermacam-macam problem yang dihadapi oleh remaja akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Disamping kesukaran yang terjadi akibat perlakuan masyarakat terhadap remaja yang sedang mengalami perubahan. Disisi lain setiap segi perubahan itu, mempunyai problemanya sendiri dengan kesukaran tertentu. Maka perubahan jasmani cepat menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang menimbulkan bermaca-macam pengalaman yang belum pernah dilalui oleh individu sebelum itu.

28

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 13.

29

Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi” , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 155.

Menurut pandangan Gunarsa (1991) bahwa secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomy), yakni (1) Endogen (2) Exogen. 30 Factor Endogen (nature), dalam pandanagan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi badan), bakat-minat, kecerdasan, keperibadian, dan sebagainya. Sedangkan Factor Exsogen (Nurture),

menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak giografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan social dimana seorang mengadakan relasi atau interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya.

Adapun Interaksi antara endogen dan exogen, dalam kenyataannya, masing-masing faktor tersebut tidak dapat dipisahkan. Kedua itu saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi antara faktor internal maupun eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu. Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga ialah kombinasi dari dua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang (Berk, 1993; Gunarsa, 1991; Papalia, Olds dan Faldman, 2001, dan santrock, 1999) menyakinkan bahwa kedua faktor internal (endogen) maupun eksternal (exsogen) tersebut mempunyai peran yang sama besarnya, bagi perkembangan dan pertumbuhan individu.

30

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 14-15.

Apabila seorang remaja hidup dalam masyarakat yang mengerti persoalan yang dilaluinya, lalu memperlakukannya berdasarkan pengertian dan penghargaan, serta memberikan kesempatan yang cukup untuk menyatakan diri, maka akan berkuranglah problema kejiwaan yang dialaminya. 31 Akan tetapi jika sebaliknya remaja hidup dalam masyarakat dimana lingkungannya tidak mengerti akan perubahan cepat yang dilaluinya itu, dan disertai tidak memberikan kesempatan baginya untuk mengembangkan, pribadinya, atau malahan menghadapinya dengan tekanan-tekanan. Maka yang akan terjadi adalah berkembang dan bertumpuk-tumpuknya problema remaja antara satu dengan yang lainnya, dimana setiap problema yang tidak dapat terpecahkan hingga menyebabkan bertambahnya problema pada priode berikutnya.

Menurut Havighurst (dalam Helms dan Turner, 1995; Saurdiman, 1987; Thornburg; 1982), ada berapa tugas-tugas perkembangan remaja, yaitu sebagai berikut: 32

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan psikologis.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.

31

Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonisia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet Ke-3, h. 36.

32

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 78.

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomi.

Dikarnakan tugas-tugas ini, merupakan salah satu proses yang dapat membantu remaja untuk mencapai keberhasilan, dan kebahagian dalam hidup, untuk mereka sadari dan pahami betapa pentingnya. Terlepas disadari atau tidaknya tugas-tugas perkembangan tersebut pastinya akan mereka hadapi. Dengan demikian orang tua, guru, ulama (kiyai) maupun lembaga sosial lainnya, untuk dapat mengambil peran dalam menciptakan generasi muda yang berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, etika, serta dapat manjunjung tinggi nama bangsa dan negara.

BAB III

Dokumen terkait