• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan - Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan - Jakarta Timur"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Jakarta Timur

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.i)

Oleh

Jovendra Aliansyah NIM: 1050521751

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya. Narkotika merupakan zat atau bahan adiktif yang bekerja pada sistem sarap, dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Psikotropika yaitu zat atau bahan aktif yang bekerja pada sistem sarap pusat, dapat menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Banyak lembaga yang membicarakan penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba khususnya pada remaja. Salah satu lembaga yang khusus menangani permasalahan ini yaitu Panti Rehabilitasi Mental dan pengobatan Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Lembaga ini bergerak dalam pelaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan Penderita SKIZOFRENIA sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses rehabilitasi yang dilakukan dalam penyembuhan korban penyalagunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif., dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu satu orang instruktur terapi rehababilitasi, satu orang bidang sumber daya manusia dan satu orang bagian konselor pendamping.

Hasil penelitian ditemukan bahwa; Pertama, faktor yang mempengaruhi penggunaan narkoba adalah berawal dari rasa ingin tahu dan coba-coba.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wb.Wr.

Sedalam puji dan setinggi syukur kepada Allah SWT, yang telah

memberikan nikmat sehat dan hidayah serta Inayah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi. Shalawat serta salam semoga

selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW

serta seluruh keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa sebagai

manusia yang selalu memiliki kesalahan dan kekurangan yang tidak akan sukses

menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa adanya dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas

keterlibaan semua pihak yang telah membantu dalam mensukseskan penyusunan

skripsi ini dengan baik. Penulis sepatutnya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi.

2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si. dan Bapak Drs. Sugiharto MA. sebagai

Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku pembimbing materi yang selalu

(7)

4. Seluruh dosen dan staf akademik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi serta dosen penguji yang selalu mendukung dan menyediakan

waktunya untuk penulis.

5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Terima kasih kepada pihak Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” yang telah menerima penulis dengan baik

dalam penelitian skripsi.

7. Ayahanda Bahrun dan Ibunda Dalva Arini yang telah memberikan

dorongan, baik moril maupun materil serta telah sabar menanti penyelesian

skripsi ini. Tidak lupa Kakak Novi Heriawan, adik Mareta Aprilia, Zaiva

Anugra, yang telah memberikan semangat dan do’anya kepada penulis

hingga berhasil menyusun skripsi ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, serta

kawan-kawan seperjuangan yang telah banyak membantu, memberi

motivasi yang luar biasa pada penulis semoga kita tetap dekat dan terjaga

dalam persaudaran.

Atas segala bimbingan dan bantuan mereka penulis mendo’akan semoga

Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

(8)

merupakan keterbatasan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa

memberikan maghfirah dan keridhoannya.

Wassalamu „alaikum Wb.Wr.

Ciputat, 16 Januari 2013

(9)

v

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A.Rehabilitasi Mental ... 15

1. Pengertian Rehabilitasi ... 15

2. Pengertian Mental ... 19

3. Gangguan-Gangguan Mental ... 21

B.Penyalahgunaan Narkoba ... 22

1. Pengertian Penyalahgunaan ... 22

2. Pengertian Narkoba ... 25

C.Remaja ... 28

1. Pengertian Remaja ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM MADANI MENTAL HEALTH CARE ... 34

A.Sejarah Singkat Madani Mental Health Care ... 34

B. Visi dan Misi Madani Mental Health Care ... 37

1. Visi ... 37

2. Misi ... 37

C.Struktur Organisasi Madani Health Care ... 37

D.Program Pembinaan Madani Health Care ... 38

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS ... 40

A.Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja ... 40

B. Proses Rehabilitasi di Madani Health Care...42

1. Terapi Medik dan Komplikasi Medik (Bio) ... 44

2. Terapi Religius (Spritual) ... 45

3. Terapi Psikososial ... 45

4. Pengetahuan Umum ... 46

C.Keberhasilan dan Hambatan Madani Health Care ... 54

1. Keberhasilan ... 54

(10)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A.Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang, bangsa-bangsa di dunia sedang berada dalam

alam moderenisasi yang merupakan proses yang tidak dapat dielakkan. Tentu

saja hal tersebut membawa dampak yang sangat besar bagi perjalanan

kehidupan hampir seluruh negara-negara berkembang termasuk negara

Indonesia. Sebagaimana dampaknya dapat di lihat dari pola kehidupan

masyarakat sehari-hari.

Masalah utama dalam suatu masyarakat modern adalah timbulnya

pergeseran budaya dara masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern

karna unsur-unsurnya (kebiasaan, pola pikir, dan sikap) mengalami

perubahan-perubahan. Sudah dapat kita banyangkan tentunya yang menjadi

sasaran empuk dari dampak negatif perkembangan zaman adalah remaja,

dimana remaja memiliki kondisi jiwa dan mental yang labil masa transisi atau

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dengan semakin

meningkat pula kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka persaingan dalam

memenuhi kehidupan pun tidak dapat dihindari lagi. Remaja menurut

Thornburg terbagi tiga tahapan yaitu; remaja awal berusia 13-14 tahun,

remaja tengah berusia 15-17 tahun, dan remaja akhir yang berusia 18-21

tahun.1 Sebagaimana kemampuan psikologi manusia itu dapat terlihat dalam

perkembangan melalui berbagai aspek antara lain : pembawaan, pendidikan

keluarga, pengalaman dan pergaulan dengan masyarakat sekitar, dan

1

(12)

perpaduan antara pembawaan dan pengalaman yang diperoleh.2 Hingga

sering kali remaja salah dalam menentukan jalan hidupnya, dengan

melakukan tindakan-tindakan yang salah seperti melakukan tindakan

kejahatan kriminalitas (penganiayaan, pencurian, pemerkosaan).

Pesatnya perkembangan pemikiran manusia, yang diiringi dengan

kemajuan teknologi dan komunikasi, sejatinya si satu sisi membawa dampak

dan sisi lain juga menyisihkan masalah sosial dalam artian negatif, yaitu

penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Dalam catatan BNN, data kasus

narkoba secara nasional semakin meningkat, yaitu dari tahun 2004 ke 2008

naik sekitar 20 persen atau sebanyak 2,80 juta orang menjadi sekitar 3,3 juta

orang. Tidak sampai di situ, BNN juga memprediksi jumlah pengguna

narkoba akan meningkat sekitar 4,58 juta orang di tahun 2013, apabila tidak

ada langkah yang nyata untuk pencegahan dan pemberantasan.3

Sekarang ini tidak dapat kita pungkiri lagi maraknya kenakalan remaja

dalam penyalahgunaan narkoba. Sering sekali kita membaca, mendengar, dan

bahkan melihat berita, tentang penyalahgunaaan narkoba sebagian besar

korban pelakunya adalah anak remaja, seperti SMP, SMA , dan Mahasiswa.

Pada umumnya mereka terlibat pada penyalahgunaan narkoba selain dari

pergaulan. Mereka melalaikan seruan betapa narkoba merusak kesehatan

terutama pada susunan saraf pusat, yang mengakibatkan ganguan pada

mental dan perilaku. Pada gilirannya, akan mengganggu proses berpikir,

sehingga sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada diri remaja.

2

Arifin, PSIKOLOGI DAKWAH “Suatu Pengantar Studi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet Ke-5, h. 105.

3

(13)

Kemudian, berdampak hilangnya citra diri yang sering menjadi akar

permasalahan dari segala bentuk kenakalan remaja.

Bagi mereka yang terkena penyalahgunaan narkoba tentu masih ada

upaya penyembuhan yang dilakukan guna menjalani hidup yang normal. Di

mana pada saat ini banyak tempat-tempat menawarkan pengobatan atau

pemulihan, korban penyalahgunaan narkoba seperti diadakanya panti-panti

rehabilitasi dalam proses penyembuhan. Proses penyembuhan memang

banyak variasi ada yang dilakukan berdasarkan agama, pemberian makna, arti,

tujuan dan peranan hidup dengan kehidupan orang lain, namun ini bukanlah

masalah yang terpenting adalah klien penyalahgunaan NAZA itu sendiri.

Dengan keyakinan dan keinginan akan terjadinya sebuah perubahan yang

lebih baik pada aspek jasmani dan rohaniah sehingga pada gilirannya

menimbulkan perubahan yang drastis pula pada tingkah laku klien (Remaja)

dalam menghadapi semua tantangan dan penyelesaian masalah yang mereka

hadapi.

Negara kita memang sedang menghadapi arus manusia hitam, banyak

masyarakat kita lupa segala-galanya, tutup mata dan telinga terhadap

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba. Penyembuhan dan

penanganan korban penyalahgunaan narkoba bukanlah hal yang muda dalam

rangka rehabilitas, perlu campur tangan secara menyeluruh dan harus adanya

kerjasama. Dalam menyelenggarakan rehabilitasi diikut sertakan sebanyak

mungkin lembaga-lembaga sebagaimana dalam undang-undang tentang

(14)

memuat ketentuan-ketentuan mengenai pengobatan dan rehabilitas korban

penyalahgunaan narkotika.4

Oleh karena itu, maka banyak masyarakat mendirikan panti-panti

rehabilitas, seperti Yayasan Madani Mental Health Care, disamping dapat

mendatangkan pendapatan dan disisi lain juga merupakan upaya pencegahan

terhadap pemakai narkoba. Sebagaimana langkah-langkah para ahli Psikologi,

Khususnya Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater berawal dari rasa

tanggung jawab dan kepedulian terhadap korban NAZA. Mencoba mencari

solusi dalam penanggulangan korban penyalahgunaan narkoba yang akhirnya

menelurkan suatu pemikiran dalam menetapkan upaya-upaya mengatasi

berbagai permasalahan remaja korban penyalahgunaan narkoba.

Dengan mendirikan Panti Rehabilitasi Yayasan Madani Mental Health

Care yang merupakan pelaksanaan usaha pencegahan dan penanggulangan

melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya

yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta

meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan penderita skizofrenia

sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan

benar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

mengenai “Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” sebagai judul dalam skripsi ini.

4

(15)

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi ruang

lingkup penelitin pada rehabilitasi mental dan remaja di Yayasan Madani

Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” agar tidak

melebar jauh dan penelitian ini dapat difokuskan untuk memperoleh

data-data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar Belakang ini sebagaimana yang diuraikan di atas,

dalam pembahasan selanjutnya agar lebih mengarah dan mencapai hasil

yang maksimal, maka penulis mengambil alternative dari rumusan masalah

sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya

penyalahgunaan narkoba pada remaja di Yayasan Madani Mental

Health Care“Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”?

b. Bagaimana proses rehabilitiasi yang dilakukan dalam upaya

penyembuhan korban penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani

Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”?

c. Keberhasilan apa yang telah dicapai oleh Yayasan Madani Mental

Health Care dan hambatan apa saja yang dialami oleh Yayasan

Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta

(16)

C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan mengamati proses pembinaan atau bimbingan

yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan

narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar

Selatan, Jakarta Timur”.

b.Untuk mengetahui penyebab munculnya faktor-faktor penyalahgunaan

Narkoba pada remaja di Yayasan Madani Mental Health Care“Cipinang

Besar Selatan, Jakarta Timur”.

c. Untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami

Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta

Timur” dalam membina atau membimbing korban penyalahgunaan

narkoba.

2. Manfaat Penelitian adalah:

a. Manfaat Secara praktis

sebagai tambahan pengetahuan proses penanganan mental remaja

korban penyalahgunaan narkoba.

b. Manfaat Secara Akademik

secara akademik diharapkan memberikan sumbangsi ilmu

pengetahuan kepada jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dalam

(17)

c. Manfaat Secara Sosial

Hasil penelitian ini secara social diharapkan dapat menjadi bahan

masukkan dan informasi bagi masyarakat pada umumnya, dan

Sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan pembinaan dan

pengasuhan kepada anak khususnya.

D. Tinjauan Pustaka.

Dalam penelitian ini penulisi melakukan tinjauan pustaka terhadap

beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian

antara lain:

1. Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa’ Terhadap Kesehatan Mental Korban

Pencandu Narkotika, Psikotrapika dan Zat Adektif (NAPZA) di Yayasan

Nurul Syifa’ “Kelapa Dua Jakarta Barat” oleh Tini Aulawiyah Komba

skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.

2. Pelanyanan Konseling Pada Rehabilitas Pasien Napza di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO) “Cibubur Jakarta Timur” oleh Amelia

skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009.

3. Upaya Panti Sosial Pamardi Putra “Khusnul Khotimah” Dalam

Pemberdayaan Remaja Korban Narkotika Melalalui Program

(18)

skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam

suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian

ini kemudian dibagi menjadi:

1. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah remaja korban penyalahgunaan narkoba:

Andre, Nico, Dedi. Kemudian, subjek penelitian adalah Yayasan Madani

Mental Health Care. Informan kunci adalah Pimpinan yayasan sebagai

orang yang memiliki otoritas. Setelah informan kunci diperoleh,

selanjutnya dilakukan pencarian informan lain yang terlibat dalam

hubungan kerja..

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif adalah pendekatan yang mengacu prosedur penelitian yang

menghasilakan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang, dan perilaku

yang diamati.5

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan

penelitian karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

5

(19)

didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat, dan

digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya mengenai pembinaan

yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan

narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar

Selatan, Jakarta Timur”.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang peneliti pakai

adalah teknik pengumpulan data kualitatif berupa pengumpulan data

dalam bentuk kalimat, pernyataan, kata dan gambar.

a. Observasi

Observasi adalah metode yang menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat

atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.6

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data primer

yang menggunakan pertanyaan lisan dan tulisan.7 Observasi ini

diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara

aspek dalam fenomena tersebut.

6

http://riskofdawn.blogspot.com/2011/12/pengertian-obsevasi-dan-tujuan.html. di unduh tgl 16/01/13 jm 23.20.

7

Bambang Supomo, Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi Dan Manajemen,

(20)

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode

survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek

penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan

komunikasi atau hubungan dengan responden.8 Wawancara proses

memperoleh keterangan untuk tujuan peneliti dan salah satu metode

yang sangat penting dalam study kasus dengan cara tanggung jawab.

Dalam memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab (Wawancara)

sambil tatap muka, yang dijadikan sebagai kunci yaitu: Andre, Nico,

Dedi.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu dari metode

pengumpulan data dalam penelitian sosial. Dalam metode ini sebagian

besar data-data yang diperoleh untuk mendukung penelitian dalam

bentuk profil yayasan, laporan, kliping dan dokumen-dokumen lainya,

baik bersifat dokumenter dan literatur.

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga

buku-buku yang berkaitan dengan pendapat, teori, maupun hukum dan

lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau

penelitian.

8

(21)

4. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data

primer (primary data) dan data skunder (secondary data).

a. Data Primer (Primary Data) yaitu data dari penelitian yang sumbernya

langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang

dimaksud adalah data yang dikumpulkan melalui metode wawancara

dan pengamatan langsung (observasi) dengan pengurus yayasan Pusat

Rehabilitasi Mental Madani Health Care “Cipinang Besar Selatan,

Jakarta Timur”.

b. Data sekunder (secondary data) merupakan data penelitian yang

diperoleh secara tidak langsung, tapi melalui perantara pihak lain, data

sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research) yaitu penelitian yang diperoleh dari buku-buku,

laporan-laporan yang dikeluarkan oleh pemerintah, lembaga swasta maupun

yang ada dalam masyarakat.

5. Analisis data

Analisis data diartikan sebagai upaya mengelola data menjadi

informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan

mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-maslah yang

berkaitan dengan kegiatan penelitian.

Dalam penelitian ini, data mengenai Rehabilitasi mental terhadap

penyalahgunaan narkoba pada remaja, dan bahasan yang berkaitan

(22)

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur secara cermat apa yang

menjadi bahasan dalam skripsi ini, dalam arti peneliti berupaya menelusuri

dan menemukan seobjektif mungkin tentang Rehabilitasi Mental Terhadap

Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja.

Dari berbagai data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan

dianalisis dan dibahas, dan pada akhirnya diambil suatu kesimpulan yang

merupakan titik akhir dari skripsi ini.

6. Waktu Penelitian

Penyusuan skripsi ini dari awal (proposal) sampai dengan

terselesaikannya dalam bentuk laporan penelitian skripsi membutuhkan

waktu dari Maret 2012 sampai dengan Juni 2012. Waktu ini dapat

dirinci sebagai berikut: Tahap pertama, yaitu proposal selama satu

yaitu bulan Maret. Tahap kedua, penyusunan kerangka teori pada April

2012. Tahap ketiga adalah penelitian lapangan April sampai dengan Mei

2012. Terakhir, tahap penyusunan laporan laporan penelitian Mei

sampai dengan Juni 2012.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, di mana masing-masing

bab akan memaparkan hal-hal sebagai berikut: Bab Pertama, pada bab pertama

ini akan memuat tentang hal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini serta

beberapa teknis penulisannya seperti: Latar Belakang Masalah, Rumusan dan

Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Alasan Memilih Judul,

(23)

Kemudian dilanjutkan Bab Kedua, pada bab ini akan membicarakan

mengenai beberapa landasan teori yang berkaitan dengan rehabilitasi, teori

tersebut adalah teori yang telah di ungkapkan oleh beberapa tokoh yang telah

meneliti dan mengeluarkan teorinya. Hal ini dilakukan untuk menambah

wawasan serta sebagai pisau analisa dalam penelitian ini yang meliputi:

Pengertian, Rehabilitasi, Mental, Penyalahgunaan, Narkoba, dan Remaja.

Bab ketiga, bab ini mencoba mengambarkan secara umum tempat

penelitian yang meliputi Sejarah Singkat, Visi Misi, Struktur Organisasi,

Susunan Pengurus, Sarana Prasarana dan Program Yayasan Madani Mental

Health Care“Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”.

Kemudian akan di lanjutkan Bab Keempat, bab ini mencoba untuk

mencari jawaban atas tiga pertanyaan diatas. Dalam mencari jawaban

pertanyaan tersebut tentunya berdasarkan temuan lapangan yang dianalisa

berdasarkan teori yang telah dicantumkan di atas. Pembahasan pada bab ini

meliputi: Upaya Pembinaan atau Bimbingan Yayasan Madani Mental Health

Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” yang dilakukan dalam

manangani korban penyalahgunaan pada Remaja, Faktor-faktor yang

menyebabkan munculnya penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Yayasan

Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”, dan

Hambatan-hambatan yang dialami dalam Pembinaan atau Bimbingan pada

Remaja Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care

(24)

Bab Kelima, bab ini merupakan bab terakhir dan merupakan bab penutup

tulisan ini, yang berisikan tentang kesimpulan hasil penelitian ini serta

saran-saran terhadap Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan,

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Rehabilitasi Mental

1. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang

yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik maupun psikologinya.1

Pemondokan yang dilakukan agar pengguna obat terlarang dapat kembali

sehat meliputi sehat jasmani atau fisik (biologis), jiwa (psikologi), dan

rohani atau keimanan (spiritual).2 Menurut PP No. 2 Tahun 1988 tentang

usaha kesejahteraan sosial bagi anak yang bermasalah, Rehabilitasi suatu

proses refungsionalisasi dan pengembangan agar anak dapat tumbuh dan

berkembang dengan wajar baik secara jasmani, rohani, maupun sosial.

Adapun rehabilitasi sebagai lembaga pemasyarakatan pelaku kejahatan

dapat dikatakan segala bentuk tindakan sebagai usaha penyesuaian diri

secara fisik, mental, sosial, dan agama.3 Suatu wujud untuk meningkatkan

kemampuan hidup yang optimis dengan kelebihan dan kekurangan yang

dimiliki dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Proses pembinaan

kembali terhadap korban penyalahgunaan narkoba yang di tangani oleh

suatu lembaga atau organisasi agar klien terbebas dari ketergantungan

obat-obatan terlarang (NAPZA). Dimana penanganan mereka dilakukan

1

http://www.anneahira.com/narkoba-rehabilitasi.htm/di unduh tgl 18/01/13 jm 22.43 2

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/rehabilitasi-untuk-pengguna-narkoba/.di unduh tgl 12/4/12 jm 00.35.

3

(26)

secara multidisiplin dan profesional baik penanganan dari dokter,

psikolog, ulama. Program-program rehabilitasi ini, bertujuan

memperdayakan eks-pecandu untuk memiliki modal pengertian dan

pemahaman diri, sehingga dapat merasa siap mental rohaniah guna

menyesuaikan diri di lingkungan sosial.4 Dengan serangakaian kegiatan

dalam upaya mengembalikan kondisi kehidupan korban penyalahgunaan

narkoba salah satunya pelayan dan bimbingan seoptimal mungkin yang

mencakup kegiatan di kemudian hari.

a. Bagian Rehabilitasi

Secara global upaya penanggulangan narkotika di kalangan

remaja dapat dilakukan secara moralistik dan abolisionalistik.5

Penanggulangan secara moralistik dapat diartikan menitikberatkan

pada pembinaan moral dan kekukuhan mental pada remaja. Adapun

cara abolisionistik dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan

narkotika pada kaum remaja adalah mengurangi, dan menghilangkan

sebab-sebab yang mendorong para pengedar narkotika di wilayah

Indonesia dengan motivasi apapun, memelihara kewaspadaan

masyarakat terhadap penyalahgunaan narkotika. Hal ini dimaksudkan

agar pelanyanan penggulangan korban penyalahgunaan narkoba

mendapatkan perlindungan dalam memperoleh hak asasi untuk

menemukan jati dirinya kembali.

4

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h.38.

5

(27)

b. Jenis-Jenis Rehabilitasi

Kegiatan dalam upaya mengembalikan kondisi kehidupan

korban penyalahgunaan narkoba dengan pelayanan dan bimbingan

semaksimal mungkin, adapun jenis rehabilitas terbagi menjadi

rehabilitas medis dan rehabilias sosial.

Rehabilitas Medis adalah suatu proses kegiatan pemulihan

secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan

narkotika. Sedangkan, rehabilitas sosial adalah suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu baik fisik, mental, maupun social agar

bekas pecandu dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam

kehidupan masyarakat. 6

c. Tahapan Rehabilitasi

Ada beberapa tahapan dalam kegiatan rehabilitasi7

1. Terapi dan Rehabilitasi Sosial

Proses terapi dan rehabilitas sosial memiliki beberapa kegiatan

antara lain:

a. Penerimaan adalah serangkaian kegiatan administrasi dan teknis

yang meliputi registrasi dan penempatan klien dalam program

rehabilitasi sosial.

6

H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 71.

7

(28)

b. Assesmen adalah upaya untuk menelusuri dan menggali data

klien termasuk dalam faktor-faktor penyebab masalah dan

akibat yang ditimbulkannya, persepsi dan tanggapan atas

permasalahan yang dialami serta kekuatan-kekuatan yang

dimiliki dalam membantu dirinya sendiri. Selanjutnya data

tersebut dikaji, dianalisis dan diolah untuk menetapkan akar

permasalahan dan pelayanan yang diperlukan.

c. Pemulihan kondisi fisik adalah serangkaian kegiatan bimbingan

atau tuntunan untuk mengenal praktek hidup sehat secara

teratur dan disiplin agar kondisi badan atau fisik selalu dalam

keadaan sehat. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan antara

lain: olah raga, senam kesegaran jasmani, tidur dan bangun

secara teratur mandi secara teratur, berpakaian bersih sesuai

dengan peruntukannya, makan dan minum yang sehat dan

teratur tidak merokok dan tidak minum-minuman keras serta

pemeriksaan kesehatan secara teratur.

d. Bimbingan Psikososial adalah klien dibantu untuk mengenal

dan memahami diri serta masalahnya secara jelas serta dibantu

mengembangkan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dan

berelasi dengan orang lain. Dengan tujuannya untuk

memulihkan rasa percaya diri dan harga diri klien, sehingga

(29)

e. Bimbingan Agama bertujuan untuk membina keimanan dan

ketakwaan klien, atas penguatan kepercayaan akan agama.

f. Bimbingan pelatihan kerja adalah suatu cara untuk

meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kerja

klien, agar lebih mudah memperoleh pekerjaan dan berinteraksi

dengan lingkungan kerja.

g. Sidang kasus ini dilakukan apabila korban mempunyai kasus

yang sangat kompleks sehingga diperlukan pembahasan secara

khusus oleh tim rehabilitasi dalam penanganannya.

2. Pengertian Mental

Istilah mental “bersangkutan dengan batin dan watak manusia,

yang bukan bersifat badan atau tenaga”.8

Dapat kita simpulkan bahwa

mental adalah perilaku, sikap emosi seseorang dalam menjalani

kehidupan. Para ahli psikologi memberikan defenisi Sikap antara lain: 9

a. Charlis Brid mengertikan sikap sebagai suatu yang berhubungan

dengan penyesuaian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan

sekitar yang dipilih atau kepada tindakanya sendiri.

b. F.H. Allport berpendapat bahwa sikap adalah suatu persiapan

bertindak atau berbuat dalam suatu arah tertentu.

8

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 733. 9

(30)

Dengan segala keterbatasan pemikiran, ketingkat peradapan yang

berbeda-beda, mulai dari tingkah laku dan pola hidup sampai pada

pemikiran yang terus bergerak maju, yang memuat aspek positif dan

negatif senantiasa menghiasi setiap era perkembangan itu sendiri.

Manusia menurut al-Qur’an terdiri dari dua dimensi, terkandang berjiwa

besar, sportif, siap memberi dan pemberani dalam merespon suatu

masalah yang terjadi dikehidupannya, sementara dilain sisi berjiwa kecil,

penakut, curang, putus asa bahkan lari dari tanggung jawab atas masalah

yang sedang dihadapi. 10 Memang manusia dapat dikatakan unik, dimana

ia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu, baik yang bersifat

positif maupun yang bersifat negatif, dan kecendrungan itulah merupakan

kemanusiaan manusia. Jika manusia memfungsikan akal, pikiran dan

hatinya, maka ia adalah mahluk yang istimewa namun jika sebaliknya

maka yang tinggal hanya sifat kehewanannya.11

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 30

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

(31)

bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

3. Gangguan-Gangguan Mental

Bersosialisasi dengan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat

penting setidaknya kita harus menghindarkan diri dari adanya

perbuatan-perbuatan tidak baik yang bisa merusak perilaku dikemudian hari. Seperti

adanya berbagai gangguan pola kepribadian diantaranya;12 Pertama,

ganggauan kepribadian paranoid yaitu curiga dan tidak percaya kepada

orang lain. Kedua, gangguan kepribadian schizoid yaitu tidak tertarik

kepada orang lain atau hubungan-hubungan sosial. Ketiga, gangguan

kepribadian skizotipal yaitu memiliki kepercayan-kepercayaan yang aneh

dan mengalami ilusi. Terahir, ganguan kepribadian perbatasaan yaitu

ketidakstabilan tingkah laku. Kemudian pada giliranya terjadi

ketimpangan antara keinginan dengan tindakan yang berlawanan dalam

penyesuaian diri terhadap lingkungan. Banyak bentuk tingkah laku yang

ditunjukkan kepada manusia dengan berbagai alasan kenapa itu semua

terjadi, terkadang tanpa memperdulikan baik buruknya bagi orang lain,

yang timbul bagi mereka hanyalah kebenaran dan keberanian semata.

Maka dari itu perlunya akan kesehatan mental yang diartikan sebagai

12

(32)

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang

lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.13 Agar

perubahan-perubahan perilaku yang kita lewati menjadi selaras dapat diterima oleh

masyarakat dan lingkungan dimana kita tinggal.

Pengertian Rehabilitasi mental adalah suatu proses kegiatan yang

ditujukan untuk memperkuat ketahanan mental seseorang dalam

menghadapi masalah yang dimiliki, agar dapat bertahan, tidak putus asa,

dan memiliki harapan untuk mengatasi masalahnya.14

B. Penyalahgunaan Narkoba

1. Pengertian Penyalahgunaan

Penyalahgunaan adalah orang yang mengunakan narkotika tanpa

sepengetahuan dan pengawasan dokter.15 Adapun Penyalahgunaan

obat-obatan ialah mereka yang dalam hidupnya, memang memiliki masalah atau

bermasalah dengan obat-obatan dan alkohol, baik secara fisik, mental,

emosional, maupun spiritual.16 Hal ini bisa dikatagorikan orang-orang yang

menggunakan obat-obatan (NAPZA) dengan tujuan untuk memperoleh

kesenangan, relaksasi, melepaskan kepenatan setelah bekerja, atau

mengatasi rasa stres dan kecemasan dalam kehidupan. Sehingga berakibat

pada kehidupan sehari-hari mereka telah terkondisikan secara sedemekian

13

Zakiah Daradjat, Kesehatan Menta, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985), Cet Ke-12, h. 11.

14

Drs. Tunggul Sianipar, Pedoman Penanganan Korban Traffiking, (Jakarta: Kementrian Sosial RI, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, 2010), h. 16.

15

H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA) 2005), h. 70.

16

(33)

rupa, selalu menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan (NAPZA)

secara terus-menerus pada saat mereka membutuhkan sehingga tidak

mampu mengontrol diri untuk tidak menggunakannya (kecanduan).

Ketergantungan obat atau kecanduan bisa diartikan seseorang yang

tidak dapat hidup tanpa menggunakan narkoba. Secara sederhana,

ketergantungan obat dapat diartikan: Saya tidak bisa berhenti (I can’t

stop).17 Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan fisik hingga

menyebabkan timbulnya rasa sakit bagi dirinya bila ia berusaha untuk

mengurangi pemakaian narkoba atau pemakaiannya dihentikan.

Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang

kompulsip untuk memperoleh obat-obatan tersebut, keadaan ini semakin

memburuk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal terhadap narkoba,

sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba menjadi meningkat sampai pada

efek yang sama dengan tingginya.18 Sebagaimana yang telah kita ketahui

bahwa narkotika, alkohol dan zat adiktif tersebut menurunkan ambang

untuk mengendalikan dorongan-dorongan agresifitas baik fisik maupun

seksual.19

17

Ibid, h. 33. 18

H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 5.

19

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan kesehatan Jiwa,

(34)

Dalam sebuah penelitian ilmiah, seorang psikiater Dr. Graham Blain

antara lain mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja

mempergunakan narkotika dengan beberapa sebab yaitu:20

a. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan

yang berbahaya seperti ngebut-ngebutkan, berkelahi, bergaul dengan

wanita dan lain-lain.

b. Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua

atau guru atau norma-norma sosial.

c. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.

d. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh

pengalaman-pengalaman emosional.

e. Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup.

f. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.

g. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepatan hidup.

h. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan

solidaritas.

i. Hanya iseng-iseng atau didorongan rasa ingin tahu.

20

(35)

2. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungaan yang

dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam

undang-undang atau yang kemudian ditetapkan sebagaimana keputusan

menteri kesehatan.21

Narkoba lazim disebut dengan narkotika dan zat adektif lainya

(Naza atau Napza) yang mempunyai manfaat sangat besar sekali bila

digunakan sebagai bahan pengobatan maupun sebagai bahan penelitian

guna meningkatkan ilmu pengetahauan. Akan tetapi jika sebaliknya apa

bila disalah gunakan khususnya oleh kaum remaja atau generasi muda

semua ini akan sangat berbahaya sekali bagi umat manusia, bangsa dan

negara. Karena para pecandu narkoba sering kali menimbulkan masalah,

baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat lingkungannya. Bagi

dirinya sendiri pada umunya mereka tidak berkeinginan untuk meraih masa

depan, tidak mengenal jati diri sendiri, hidupnya malas, dan tidak mampu

mengontrol emosi diri. Sedangkan bagi masyarakat para pecandu narkoba

akan berpengaruh secara luas sehingga menimbulkan keresahan

masyarakat sebab akan mengakibatkan kerusakan mental dan daya pikir,

pada diri mereka seperti halnya ketidak mampuan membedakan mana yang

21

(36)

baik dan buruk, perubahan perilaku yang menjadi anti sosial, dan tingginya

tingkat tindak kekerasan dan kriminalitas yang sering kali mereka lakukan.

Jadi narkoba dapat kita simpulkan adalah obat, bahan atau zat yang

berbahaya, yang dapat mengubah pikiran, kesadaran, perasaan, bahkan

fungsi mental dan perilaku seseorang.

Secara umum, seorang ahli psikologi Kartono (1992)

mengungkapkan karakteristik orang yang mengalami ketergantungan

obat-obatan atau narkoba antara lain:22 Pertama, Mempunyai keinginan yang

sangat tinggi sehingga tidak tertahankan untuk tidak menggunakan

narkoba, pada akhirnya berupaya memperoleh narkoba dengan cara halal

atau tidak halal. Kedua, Cenderung selalu menambah pemakaian dosis

sesuai dengan toleransi tubuh. Ketiga, pada giliranya menjadi

ketergantungan secara psikis dan fisik, akibatnya induvidu merasa

kesulitan untuk lepas dari kebiasan tersebut (kecanduan).

Adapun Jenis-jenis dan efek dari Narkoba: 23

a. Heroin.

Heroin adalah narkotika yang sangat keras

dengan zat adektif yang tinggi dan berbentuk butiran tepung.

(Putaw, putih, bedak, PT, white, etep)

22

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h.33.

23

(37)

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna heroin adalah rasa sakit

disertai kejang-kejang, kram diperut disertai sawan (rasa mau

pingsan), menggigil disertai muntah-muntah, keluar ingus,

mata berair, hilang nafsu makan dan hilang cairan tubuh.

b. Ectasy

Ectasy adalah zat psikotrapika dan biasa

diproduksi secara legal di dalam laboraturim dan dibuat dalam

table dan kapsul (Ianex, Kanding).

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ectasy adalah diare, rasa

haus yang berlebihan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing,

menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan

sering mual disertai munta-munta atau hilangnya nafsu makan.

c. Ice atau Shabu-shabu

Ice (shabu-shabu) adalah berwujud krietal dan

tidak berbau serta tidak berwarna, karna itu diberi nama Ice

(ectas, speed, whizz, bliwhizz, pep pills).

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ice/Shabu-shabu adalah:

penurunan berat badan, gelisah, penampilan seperti kurang tidur,

(38)

yang mendalam, pecahnya pembuluh darah otak, pingsan akibat

kelelahan.

d. Cannabis atau Ganja.

Cannabis atau Ganja adalah mengandung zat

kimia (delta-9-tetrahydrocannabino) yang mempengaruhi

perusahaan dan penglihatan serta pendengaran (cimeng).

Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Cannabis atau Ganja

adalah: hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut jantung,

kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, rasa gelisah dan

panic, depresi, kebingungan atau halusinasi.

Pengertian Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba

diluar indikasi medik, tanpa petujuk atau resep dokter yang secara teratur

atau secara berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan.24

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Prof. DR. Zkiah Daradjat, remaja adalah masa dari umur

manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga

membawahnya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa.25

24

Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011), h. 13.

25

(39)

Remaja suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi

belum bisa dapat dipandang/dikatakan dewasa. Jadi remaja adalah umur

yang menjembatani antar umur anak-anak dan umur dewasa.26 Dalam

beberapa buku-buku psikologi perkembangan usia 15-18 tahun yang

dikatagorikan sebagi “usia remaja” dimana masa ini merupakan masa

teransisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada kehidupan remaja

mempunyai urgensi yang sangat penting dan vital dalam pengembangannya.

Terlihat banyak orang-orang berpendapat bahwa persoalan yang dihadapi

remaja, merupakan beban berat pada umur kecil yang ditandai oleh

kegoncangan, ketegangan, dan kesukaran.27 Ini merupakan hal yang akan

menjadikan pertentangan di antara keyakinan dan pengetahuan dengan

praktek masyarakat yang terjadi dilingkungannya, sebagaimana telah

dikatakan bahwa masa remaja merupakan fase perkembangan yang sangat

mencolok baik secara fisik, psikologis, social, dan moralitas.

Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa

remaja, menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991): (a)

puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa inggris)

berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan

yang dilandasi oleh sifat tandah-tandah kelaki-lakian. Santrock (1998, 1999)

mendefinisikan puberitas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan

kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Adolescentia

berasal dari istilah latin adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi

26

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet Ke-2, h. 28. 27

Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri Lapangan Implementasi Dari Penyesuaian Diri,

(40)

antara 17 – 30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, ahirnya menyimpulkan

bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12 – 22 tahun.28

Perkembangan pada masa remaja tersebut berkaitan erat dengan dua

hal asasi bagi setiap manusia sebagai berikut: 29

a. Pertama adalah hal-hal yang bersifat jasmani atau fisik sebagai kebutuhan

primer seperti makan, minum, seks dan lain sebagainya.

b. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan yang bersifat rohani, yakni

psikhis dan sosial.

Kebutuhan pokok tersebut sedini mungkin sebagai modal utama

bagi perkembangan remaja. Dengan demikian remaja akan merasa

kebingungan bagaimana dengan setatus apa dia menempatkannya

dilingkungan. Sehingga tidak terkendali dan memiliki emosi yang labil hal ini

yang banyak menyebabakan problematika di masa-masa remaja. Karena masa

remaja adalah masa bermasalah. Adapun yang dimaksud dengan problem

remaja adalah bermacam-macam problem yang dihadapi oleh remaja akibat

perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Disamping kesukaran yang

terjadi akibat perlakuan masyarakat terhadap remaja yang sedang mengalami

perubahan. Disisi lain setiap segi perubahan itu, mempunyai problemanya

sendiri dengan kesukaran tertentu. Maka perubahan jasmani cepat

menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang menimbulkan

bermaca-macam pengalaman yang belum pernah dilalui oleh individu sebelum itu.

28

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 13.

29

(41)

Menurut pandangan Gunarsa (1991) bahwa secara umum ada dua

faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomy),

yakni (1) Endogen (2) Exogen. 30 Factor Endogen (nature), dalam pandanagan

ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi

oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang

tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi badan), bakat-minat, kecerdasan,

keperibadian, dan sebagainya. Sedangkan Factor Exsogen (Nurture),

menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini

diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan

fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak giografis, cuaca, iklim, dan

sebagainya. Sedangkan lingkungan social dimana seorang mengadakan relasi

atau interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya.

Adapun Interaksi antara endogen dan exogen, dalam

kenyataannya, masing-masing faktor tersebut tidak dapat dipisahkan. Kedua

itu saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi antara faktor internal

maupun eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi

perkembangan individu. Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga

ialah kombinasi dari dua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang (Berk,

1993; Gunarsa, 1991; Papalia, Olds dan Faldman, 2001, dan santrock, 1999)

menyakinkan bahwa kedua faktor internal (endogen) maupun eksternal

(exsogen) tersebut mempunyai peran yang sama besarnya, bagi perkembangan

dan pertumbuhan individu.

30

(42)

Apabila seorang remaja hidup dalam masyarakat yang mengerti

persoalan yang dilaluinya, lalu memperlakukannya berdasarkan pengertian

dan penghargaan, serta memberikan kesempatan yang cukup untuk

menyatakan diri, maka akan berkuranglah problema kejiwaan yang

dialaminya. 31 Akan tetapi jika sebaliknya remaja hidup dalam masyarakat

dimana lingkungannya tidak mengerti akan perubahan cepat yang dilaluinya

itu, dan disertai tidak memberikan kesempatan baginya untuk

mengembangkan, pribadinya, atau malahan menghadapinya dengan

tekanan-tekanan. Maka yang akan terjadi adalah berkembang dan

bertumpuk-tumpuknya problema remaja antara satu dengan yang lainnya, dimana setiap

problema yang tidak dapat terpecahkan hingga menyebabkan bertambahnya

problema pada priode berikutnya.

Menurut Havighurst (dalam Helms dan Turner, 1995; Saurdiman,

1987; Thornburg; 1982), ada berapa tugas-tugas perkembangan remaja, yaitu

sebagai berikut: 32

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan psikologis.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa

lain.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.

31

Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonisia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet Ke-3, h. 36.

32

(43)

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomi.

Dikarnakan tugas-tugas ini, merupakan salah satu proses yang

dapat membantu remaja untuk mencapai keberhasilan, dan kebahagian dalam

hidup, untuk mereka sadari dan pahami betapa pentingnya. Terlepas disadari

atau tidaknya tugas-tugas perkembangan tersebut pastinya akan mereka

hadapi. Dengan demikian orang tua, guru, ulama (kiyai) maupun lembaga

sosial lainnya, untuk dapat mengambil peran dalam menciptakan generasi

muda yang berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian,

menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, etika, serta dapat manjunjung

(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN MADANI MENTAL HEALTH CARE

Yayasan Madani Mental Health Care adalah sarana rehabilitasi yang

menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (cominity) dengan pendekatan

Biologi Psikologi Sosial Spiritual (BPSS).

A. Sejarah Singkat Yayasan Madani Mental Health Care

Yayasan Madani Mental Health Care merupakan salah satu lembaga

masyarakat yang menangani korban penyalahgunaan narkoba (NAZA) atas

dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab dengan kepedulian terhadap

lingkungan. Berawal dititipkan dua orang anak (Kakak Beradik) korban

NAZA tepatnya pada 28 Nopember 1999, dikarenakan kedua orang tuanya

bingung dan tidak ada tempat lain yang dianggap layak. Di mana kedua anak

tersebut sudah sering relapse (kekambuhan) dan keluar masuk panti

rehabilitas tapi belum juga dapat disembuhkan dari ketergantungan NAZA.

Dengan tekat dan keberanian menampung, membina kedua santri yang

dibantu oleh keluarga dan teman-teman, alhamdulillah dengan keuletan

(kesungguhan) dan kesabaran kedua anak (santri) berhasil dibina.1

Sehingga seiring berjalannya waktu dan informasi dari kedua santri

dan orang tuanya dari mulut ke mulut tentang adanya rumah ustadz yang ada

kost korban NAZA, banyak orang tua lain yang menitipkan anak-anaknya

untuk dapat dibina sampai berhasil. Sebagaiman hal ini menjadikan tantangan

1

(45)

untuk membantu santri terlepas dari NAZA dan memberikan

motivasi-motivasi dengan didasari landasan agama agar mereka dapat kembali di

kehidupan yang normal dalam arti kehidupan sebenarnya. Hingga pembinaan

pun dikaji ulang dan terus berupaya untuk menjadi lebih baik. Adapun

pembinaan para santri yang dibantu oleh SDM (Insruktur Religi) direkruk

dari beberapa panti rehab diantaranya dari pesantren Darul Ihsan, Wisma

Ibrahim, Wisma Ismail dan Rumah Sakinah dan semua adalah lulusan dari

berbagai perguruan tinggi.

Dengan tenaga yang telah memiliki pengalaman dalam pembinaan

santri, memadukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada

baik pembinaan, kekuatan visi dan misi untuk pembinaan para santri.

Sehingga dicetuskan Yayasan Madani Mental Health Care Metode Prof. Dr.

dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, “Bio-Psiko-Sosio-Spiritual (BPSS)”.

Kira-kira pada akhir bulan Agustus 2003 bertempat di Jl. Pancawarga III/no. 34

Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur dengan berkumpulah para aktivis

muda.

Dengan dorongan berbagai pihak mereka memberanikan diri untuk

mendirikan Madani Mental Helath Care (pembinaan berbasis masyarakat

atau community basis), sebagai wujud sikap untuk berperan aktif dalam

menyelamatkan anak bangsa dari bahaya penyalahgunaan NAZA dan

mengarahkan kualitas hidup yang lebih baik bagi para penderita skizofrenia.

Adapun latar belakang pemikiran dan tekad mendirikan lembaga ini

(46)

tanpa menafikan juga sebagai alat untuk mendapatkan rezeki yang halal lagi

baik. Kedua, Tempat mengorbankan waktu, tenaga, fikiran, uang bahkan

nyawa sekalipun untuk kebaikan MHC (dipandang untuk menegakkan

dakwah atau syariat Islam). Ketiga, Berusaha konsisten terhadap nilai-nilai

perjuangan juga berani menerima resiko yang terjadi. Mengedepankan pikiran

rasional berdasarkan Al-Quran Sunnah dan Hujjah yang kuat daripada

persetujuan mayoritas emosional. Keempat, Berjamaah dalam perjuangan,

tidak membedakan orang (SDM) baik karena perkenalan, kedekatan,

persaudaraan tetapi lebih mengedepankan siapa yang mau teguh, sabar, dan

semangat dalam membangun dan mengedepankan MHC.

Akan tetapi keputusan ini sebenarnya belumlah 100% dikarenakan

menunggu Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater memberikan restu dan

menerima dengan baik keputusan tersebut. Selanjutnya saudara Darmawan

S.Ag yang sebagai penghubung untuk menyampaikan berita dan tawaran

mereka terhadap beliau bahwa ingin bersilaturahmi dan mempresentasikan

ide tersebut kepadanya. Alhamdulillah, gayung pun bersambut akhirnya

beliau menyediakan waktu 1 September 2003 di R.S Thamrin jam 13.00.

pada pertemuan tersebut Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari menyetujui. Maka

memproklamirkan: Madani Home Health Care Metode Prof. Dr. dr. H.

Dadang Hawari, Psikiater metode Bio-Psiko-Sosio-Spiritual (BPSS).

Setelah beberapa Tahun berlangsung, akhirnya MHC diajukan ke

notaris agar lembaga ini berbadan hukum. Dengan berbagai perjuangan yang

(47)

menjalankan lembaga ini dengan mengusung nama baru pada tanggal 11

November 2007 yayasan Madani diresmikan dan disahkan oleh Negara.

B. Visi dan Misi Madani Mental Health Care 1. Visi

Menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra

keluarga, masyarakat, dan bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup

menjadi lebih baik.2

2. Misi

Melaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan,

pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari

penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta serta meningkatkan

kualitas hidup korban NAZA dan penderita SKIZOFRENIA sehingga

dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.

C. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care

2

(48)

D. Program Pembinaan Madani Mental Health Care

Sejauh ini program pembinaan yang di laksanakan Yayasan Madani

Mental health Care, secara terpadu dan berkesinambungan oleh

tenaga-tenaga yang berpengalaman pada bidangnya. Disini program pembinaan

dijalankan dalam jangka waktu tiga bulan namun dapat diperpanjang sesuai

dengan kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama tiga bulan

serta masuk fasa kemandirian enam bulan. Transit House, Day Care, dan

Home Care yang merupakan jenis tahapan dari program pembinaan.

Dengan disertai beberapa program terapi dalam pembinaan yang

berbasis masyarakat (communit base) korban penyalahguna narkoba yakni:

khusus Program Pembinaan Rehabilitasi korban NAZA dan Skizofrenia

(mental disorder), Yayasan Madani Mental Health Care memakai Sistem

Terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS); Metode: Prof. Dr. dr. H. Dadang

Hawari, Psikiater.

Tujuan program pembinaan adalah, apabila santri (client) mengikuti

dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka diharapkan dapat

sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan

meningkatnya perilaku sosial yang baik. Dimana bimbingan yang selanjutnya

dijadikan bahan dasar pengertian dalam melaksanakan tugas sesuai kehendak,

dengan disertai penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual agama dalam

kegiatan hidupnya dikemudian hari.3

3

(49)

Program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan

berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dibidangnya.

Program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat

diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama

3 (tiga) bulan serta masuk fase kemandirian 6 (enam) bulan. (Transit House,

Day Care, dan Home Care merupakan jenis tahapan dari program

(50)

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS

A. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja

Pembahasan ini merupakan hasil penelitian, untuk melihat faktor-faktor

apa saja penyebab remaja mengkonsumsi narkoba hingga pada ahirnya menjadi

ketergantungan. Sejauh ini dari pengamatan dan wawancara yang penulis

lakukan dapat diketahui remaja korban penyalahgunaan narkoba, sepanjang

pengalaman yang ditemukan pengurus Yayasan Madani Mental Health Care

berawal dari coba-coba, dan kesenangan semata. Sebagaimana masa-masa

remaja seorang yang pastinya mempunyai sifat selalu ingin tahu segalah sesuatu,

dan ingin mencoba sesuatu yang belem mereka tahu, tanpa memperdulikan

dampak negatifnya. Seperti pemakaian Narkoba Shabu-shabu sebagai doving

(penguat daya tahan tubuh), Putauw Ngeplay (releksasi atau kesenangan

semata).1 Selain itu muncul keinginan dan keberanian untuk meniru dan mencoba

hal-hal yang baru merupakan sesuatu yang sangat mempermudah terlaksananya

kedua hal tersebut, apalagi jika dimotivasi oleh faktor-faktor lainnya.

Penelitian Hawari (1990) mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAZA,

dikemukakan terjadi oleh interaksi antara faktor-faktor predisposisi;

keperibadian, kecemasan, depresi, faktor Kontribusi; kondisi keluarga, dan faktor

1

(51)

Pencetus; pengaruh teman kelompok sebaya dan zat itu sendiri.2 Secara umum

banyak faktor yang mempengaruhi remaja menyalahgunakan Narkoba rasa ingin

tahu, coba-coba, untuk kesenangan, kondisi keluarga, dan pengaruh teman atau

lingkungan.

Remeja yang tergolong pada penyalahgunaan narkoba adalah remaja

memakai narkoba tanpa mengikuti petunjuk medis (resep doter), sehingga

mengakibatkan ngangguan kesehatan mental dengan berbagai alasan mengapa

mereka sampai kecanduan narkoba. Adapun salah satu alasan meningkatnya

penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah kurangnya pendidikan dan

pengetahuan tentang betapa bahayanya pengaruh narkoba. Sudah menjadi

kenyataan hari ini bahwa cara pendidikan pada anak tahun-tahun pertama dari

kehidupan seseorang mempengaruhi hari depannya, bahkan ia merupakan factor

terpenting yang membentuk prilakuannya di kemudian hari.

Maka dari itu perlunya bimbingan atau pembinaan pada remaja

bagaimana cara menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pergaulan mereka

agar tidak terjerumus kepada penyalahgunaan narkoba (NAZA). Karna

bimbingan mempunyai peranan penting dalam mengatasi persoalan-persoalan

remaja, terutama mengenai pendidikan, dan pemahaman terhadap

penyalahgunaan narkoba itu sendiri.

2

(52)

B. Proses Rehabilitiasi di Yayasan Madani Mental Health Care

Pembahasan ini merupakan hasil penelitian, untuk melihat proses

rehabilitasi dan tahapannya yang dilakukan oleh Yayasan Madani Mental Health

Care Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur selaku yayasan yang melakukan

pembinaan terhadap penyalahgunaan narkoba. Rehabilitasi Yayasan Madani

Mental Health Care, merupakan suatu proses pengembalian kesehatan baik

secara biologis, psikologi maupun sosial dan agama terhadap NAZA atau

narkoba. Penanganan Korban penyalahgunaan narkoba ini harus menggunakan

beberapa metode secara multi-disiplin karena adanya hubungan antara kesehatan

secara fisik dengan kejiwaan seseorang (mental), oleh karena itu pelaksanaan

rehabilitasinya harus melibatkan dokter dan psikiater. Penangganan yang

dilakukan oleh dokter atau medis berkaitan dengan kesehatan fisik, sedangkan

peranan psikiater adalah mengembalikan mental dan membentuk kepribadian

seseorang akan tetapi dengan pelayan dan bimbingan seoptimal mungkin secara

psikis dan mental.3

Dari hasil penelitian baik dari jenis sumber wawancara maupun

dokumen-dokumen yang diperoleh selama penelitian, Yayasan Madani Medical

Health Care mempunyai proses dan metode tersendiri yaitu prosesnya melalui

beberapa tahapan dan metodenya adalah dengan pengabungan antara terapi

medis dan terapi psikologi religius. Proses pembinaan korban penyalahgunaan

3

(53)

narkoba melalui beberapa tahapan, tahapan tersebut untuk memudahkan

pembinaan dengan cara perlahan-lahan atau setahap demi setahap dan

membutuhkan waktu sembilan bulan yang kemudian dibagi menjadi tiga fase.4

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater sebagai pembina yayasan ini

menggunakan metode penggabungan antara ilmu kesehatan dan ilmu spiritual.

“Komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit,

meingkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan

dengan catatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya”.5

Korban NAZA

selain mengalami gangguan fisik juga mengalami ganguan mental.

Penanggulangannya maka harus melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan

upaya pemulihan fisik dan saraf (mental). Metode yang dilakukan oleh yayasan

ini berdasarkan penelitian sebelumnya dilakukan oleh para pakar yang

disimpulkan bahwa komitmen agama dapat mencegah dan melindungi dari

penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat

penyembuhan dengan cacatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya.

Agama lebih bersifat protektif dan pencegahan sebagaiman agama juga

mempunyai hubungan yang signifikan dan positif dengan keuntungan klinis.

Medik dengan agama merupakan satu kesatuan yang berkaitan dalam

upaya penyembuhan penyakit kejiwaan, khusus program pembinaan rehabilitasi

korban NAZA dan Skizofrenia (mental disorder), Madani Mental Health Care

4

Dokumen Yayasan Madani Mental Health Care. 5

(54)

Memakai Sistem Terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS). Tujuan program

pembinaan adalah, apabila santri (client) mengikuti dan menjalankan program

pembinaan dengan baik maka diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa),

bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya perilaku sosial yang baik,

oleh sebab itu perlu dilakukan terapi-terapi tersebut meliputi:

1. Terapi Medik & Komplikasi Medik (Bio)

Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa

seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah

yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung

dari jenis narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter

butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala

kecanduan narkoba tersebut.

Terapi medik yang di lakukan di Yayasan Madani Mental Health Care

meliputi: Stabilisasi (pencucian racun tanpa anestesi dan substitusi) dan

penyembuhan penyakit komplikasi akibat dari NAZA rujukan ke Prof. Dr. dr.

H. Dadang Hawari, Psikiater (RS. Internasional MH Thamrin Salemba Jakarta

Pusat). Stabilisasi dapat juga dilakukan dirumah dengan mengikuti petunjuk

Gambar

table dan kapsul (Ianex, Kanding).
GAMBARAN UMUM YAYASAN MADANI MENTAL HEALTH CARE

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pada ketiga subyek penelitian remaja korban penyalahgunaan narkoba mendapatkan kenyamanan dan ketenangan jiwa selama

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui program rehabilitasi korban narkoba yang dilakukan Yayasan Tabina Aceh selama ini dan untuk mengetahui