• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Deskripsi Lokasi Penelitian

5.6 Keberhasilan Pengelolaan Sumber Daya Hutan Melalui Kelembagaan Lokal

Di dalam proses kehidupan, kelembagaan tidak pernah terpisahkan dengan masyarakat. Kelembagaan muncul karena bentukan dari masyarakat itu sendiri. Begitu juga dengan KEMAGAHAN, kelompok ini merupakan bentukan dari masyarakat yang ada di Kelurahan Pekan Bahorok. Kelompok ini dibentuk karena adanya peran dari salah satu anggota masyarakat Pekan Bahorok yang bisa dikatakan sebagai agen perubahan (agent of change). Beliau mencoba untuk mengadakan suatu pembharuan di sektor kehutanan dan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. Kelompok yang sudah berusia 8 tahun ini masih tergolong muda, hambatan-hambatan yang dihadapi banyak mengarah kepada pengembangan kelompok. Munculnya hambatan-hambatan itu tidak menjadikan kelompok ini menyerah di tengah jalan. Para pengurus kelompok ingin terus mengembangkan kelompok agar eksis di masyarakat.

Salah satu bentuk nyata dari pengembangan kelompok ini adalah dengan membentuk anak kelompok yang masih dibawah kendali KEMAGAHAN. Kelompok ini dibentuk sekitar 3 bulan yang lalu dan sampai sekarang sudah beranggotakan 15 orang. Kelompok ini dibentuk di desa Timbang Lawan dan diketuai oleh Bapak Muhammad Hasbi, Bapak Jupri Tanjung sebagai sekretaris, dan Bapak Salman Nasution sebagai bendahara. Nama dari kelompok baru ini adalah Kelompok Gaharu Indah. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Muhammad Hasbi yaitu :

Kemagahan adalah kelompok yang dibentuk di Kelurahan Pekan Bahorok oleh masyarakat lokal. Para pengurus kelompok menginginkan kalau kelompok ini terus berkembang yang tidak hanya di Kelurahan Pekan Bahorok, melainkan di luar Pekan Bahorok. Untuk saat ini, Kemagahan sudah membentuk satu kelompok yang masih dibawahi oleh Kemagahan tetapi sudah memiliki struktur

organisasi di dalamnya walaupun masih sederhana. Nama kelompok ini adalah GAHARU INDAH.

(Sumber : Wawancara 13 April 2012)

Hal diatas juga diperkuat oleh Bapak Sany, yaitu :

“Memang benar kami sudah mendirikan kelompok baru di desa sebelah yaitu desa Timbang Lawan. Kelompok ini bernama Gaharu Indah yang sudah 3 bulan terbentuk. Saya mengharapkan kalau kelompok ini sudah terbentuk, masyarakat bisa lebih dekat lagi dengan gaharu.”

(Wawancara 10 Mei 2012)

Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah sebagai bukti dari keseriusan kelompok untuk melakukan pengembangan kelompok. Masyarakat di desa lain juga bisa tahu bahwa sebenarnya pohon gaharu memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga tidak hanya masyarakat di Kelurahan Pekan Bahorok yang mengetahui akan nilai positif ini. Pengembangan dilakukan mulai dari masyarakat yang berada di desa sebelah untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan gaharu melalui kelompok.

Sedikit kembali mengingat bahwa salah satu tujuan didirikannya KEMAGAHAN adalah ingin memberdayakan masyarakat. Kelompok Gaharu Indah adalah salah satu bukti bahwa upaya pemberdayaan masyarakat tidak terkonsentrasi di Kelurahan Pekan Bahorok. Bapak Sanny dan anggota kelompok memiliki satu tekad untuk mengembangkan kelompok di luar Kelurahan Pekan Bahorok. Keputusan itu diambil dengan alasan agar masyarakat yang masih bertempat tinggal di sekitar kawasan hutan mau membudidayakan gaharu. Masyarakat juga diajak untuk maju dan berdaya secara ekonomi bersama gaharu.

Ketika pertama sekali kelompok ini dibentuk, antusias dari masyarakat sangat tinggi untuk ikut bergabung kedalam kelompok. Hal ini dipertegas oleh Bapak Salman selaku bendahara dari Gaharu Indah, beliau menyatakan :

Saya sangat senang dengan dibentuknya kelompok Gaharu Indah di desa kami. Saya baru tahu kalau pohon alim (gaharu) ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sebenarnya saya sudah tahu keberadaan pohon alim ini di hutan-hutan yang ada di dekat TNGL, tetapi manfaatnya tidak banyak tahu. Hadirnya kelompok ini juga bisa membantu masyarakat lain untuk mensosialisasikan manfaat dari pohon alim ini.

(Sumber : Wawancara 19 April 2012)

Pernyataan diatas juga dipertegas oleh Bapak Safrijal Tanjung, yaitu :

“Saya sudah lama mendengar KEMAGAHAN yang melakukan pembudidayaan pohon gaharu. Saya kira hanya di Pekan Bahorok saja pengembangannya, tetapi sudah sampai di desa ini. Saya sangat setuju dengan dibentuknya kelompok Gaharu Indah ini, secara pribadi saya ingin maju dan berkembang bersama gaharu.”

(Wawancara 9 Mei 2012)

Bapak Safrijal Tanjung sendiri adalah anggota kelompok yang berasal dari Desa Timbang Lawan. Bapak Tanjung merupakan penduduk pendatang yang sudah menetap di Desa Timbang Lawan selama 10 tahun. Alasan Bapak Tanjung untuk ikut bergabung dengan kelompok Gaharu Indah dikarenakan pengetahuannya tentang kayu tergolong tinggi. Bapak Tanjung sangat antusias dengan adanya pembentukan kelompok di Desa Timbang Lawan, selain membudidayakan gaharu juga mengkoordinir anggota masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kelompok. Masuknya Bapak Tanjung ke dalam kelompok berarti telah menambah satu petani yang memiliki pengetahuan tentang kayu dan diharapkan mampu membagi pengetahuan tersebut ke anggota kelompok lainnya.

Untuk tindakan lebih lanjut, Bapak Sanny dan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Langkat sudah mengukur lahan yang nantinya akan dipakai untuk menanam pohon gaharu. Setelah didata, luas keseluruhan lahan yang bisa dipakai senyak 25 Ha dengan ketentuan lahan miliki pribadi anggota-anggota kelompok. Model lahan yang digunakan tidak terkonsentrasi di satu tempat melainkan dengan pola menyebar di beberapa wilayah dan ditotalkan sebanyak 25 Ha. Model penanaman gaharu ini nantinya

dilakukan secara tumpangsari dengan tanaman milik anggota-anggota kelompok. Jumlah lahan diatas mayoritas ditanami oleh masyarakat dengan tanaman karet.

Berbicara tumpang sari, salah satu informan yang berhasil dengan model tumpang sarinya adalah Bapak Tengku Pid. Beliau menyatakan sebagai berikut :

Sebelum saya bergabung dengan Kemagahan, saya sudah mengenal yang namanya tumpang sari. Lahan yang saya miliki di sekitaran rumah saya ini banyak saya tanami macam jenis tanaman. Karena jiwa petani inilah saya sangat suka menanam jenis tanaman daripada menanam dengan model monokultur. Saya juga berharap kalau kawan-kawan yang lain mau mengikuti model tumpang sari.

(Sumber : Wawancara 17 April 2012)

Pernyataan diatas juga diperkuat oleh Bapak Wahidin, yaitu :

“Model tanaman yang saya tanam di kebun bukan dengan model monokultur tetapi dengan model polikultur. Di kebun, banyak yang saya tanami seperti gaharu dengan pohon asam, pohon asam dengan cabe. Kebun yang di tanam dengan cara tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan dengan tidak tumpangsari. ”

(Wawancara 20 Mei 2012)

Dari hasil wawancara diatas, Bapak Tengku Pid sangat menyukai model tumpang sari. Keanekaragaman tanaman yang ditanami diatas lahan miliknya bisa menghasilkan beberapa jenis manfaat. Keanekaragaman ini dicetuskan oleh beliau karena falsafah alam yang harus saling melengkapi. Jadi, beliau beranggapan kalau jangan menanam dengan model monokultur tetapi usahakan menanam dengan model polikultur. Hasil yang di dapat juga akan banyak dari model monokultur. Jika dikaitkan dengan model yang cocok dengan penanaman pohon gaharu, model polikultur atau tumpang sari sangat cocok sekali. Mengingat bahwa mulai dari penanaman awal hingga proses pemanenan memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 7-8 tahun, sehingga apabila dalam satu areal ditanami gaharu dengan tanaman lainnya seperti karet akan sangat berguna. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat bisa mengandalkan

hasil dari penjualan karet sedangkan pohon gaharunya diibaratkan sebagai tabungan yang sedang tumbuh yang pada waktunya bisa dinikmati hasilnya.

5.6.1 Aspek Internal dan Eksternal Yang Mempengaruhi Keberhasilan KEMAGAHAN

Aspek Internal

Berdasarkan hasil observasi langsung, dari keseluruhan informan yang memiliki lahan, rata-rata mereka tidak menanam pohon gaharu pada satu areal khusus melainkan di tumpangsarikan dengan jenis tanaman lain. Seperti bapak Tengku Pid menggabungkan dengan durian, duku, mangga, dan lain-lain. Bapak Tepu menggabungkan pohon gaharu dengan pohon mahoni yang rencananya akan di panen waktu dekat ini. Bapak Wahidin menggabungka pohon asam jawa dengan pohon gaharunya dan masih banyak lagi informan lainnya dengan model tumpangsari yang dikembangkan sendiri.

Keberhasilan lainnya yang di raih oleh kelompok adalah sudah mampu melakukan pembibitan sendiri yang berlokasi di rumah Bapak Iyek. Awalnya kelompok ini masih mengandalkan bibit dari hutan, kemudian dengan kerja keras yang tinggi maka sampai saat ini pembibitan sudah bisa dilakukan secara mandiri oleh kelompok.

Jika dianalisis dengan beberapa prinsip hutan rakyat oleh Wahana Lingkungan Hidup, maka aktor utama dalam pembentukan kelompok berasal dari masyarakat lokal bahkan dianggap sebagai tokoh masyarakat. Bapak Sanny menjadi promotor untuk mengajak masyarakat Kelurahan Pekan Bahorok untuk membentuk kelompok. Kelompok ingin dijadikan wadah bagi masyarakat untuk menjalankan tujuan bersama. Kelompok yang dibentuk dijalankan dan diawasi oleh anggota kelompok sendiri.

Pengawasan secara swadaya oleh masyarakat akan menjadikan kelompok semakin berkembang dan transparansi terjaga.

Di dalam menjalankan proses kehidupannya, interakasi yang terjadi antar anggota kelompok tetap terjaga karena seperti yang sudah dijelaskan diatas, nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong masih melekat di masyarakat. Begitu juga dengan hubungan antara masyarakat dengan lingkungan alamnya. Atas dasar kelekatan nilai- nilai terhadap lingkungan alamnya, sebahagian masyarakat mau berpartisipasi untuk ikut kedalam KEMAGAHAN. Ketika kelompok pertama sekali dibentuk, Bapak Sanny dan beberapa anggota kelompok lainnya masih mengandalkan pengetahuan lokal dalam mengembangkan gaharu, karena pada saat itu masih tahap pembibitan. Setelah berjalan 8 tahun, Bapak Sanny mencoba panen perdana dan teknologi yang digunakan tidak lagi menggunakan pengetahuan lokal tetapi dari luar. Bukan berarti kelompok menggunakan teknologi luar dan tidak sesuai dengan prinsip pengelolaan lembaga hutan rakyat. Justru hal ini menjadi keberhasilan kelompok karena proses panjang telah dilalui hingga pada pemanenan dan pengetahuan lokal tidak ada. Walaupun anggota kelompok belum mampu mengadopsi teknologi tersebut dan seiring berjalannya waktu, Bapak Sanny percaya anggota kelompok akan memiliki pengetahuan tersebut.

Tujuan akhir dari pembentukan kelompok adalah peningkatan pendapatan ekonomi baru bagi masyarakat. Sistem ekonomi yang dipakai oleh kelompok bukan berbasis individualistis tetapi kesejahteraan bersama dan sesuai dengan tujuan bersama anggota kelompok. Alasan inilah yang membuat Bapak Sanny untuk tidak melanjuti hubungan kerjasama dengan investor luar yang berorientasi pada profit pribadi.

Aspek Eksternal

Beberapa penghargaan yang diterima oleh Kemagahan sendiri sudah banyak dicapai seperti sertifikat KUP (Kelompok Usaha Produktif) yang di dapat dari Bogor. Beberapa-beberapa pelatihan juga sudah banyak diikuti seperti pelatihan penyuntikan dari Balitbanghut Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara tentang penerapan teknologi Inokulasi, kemudian mempresentasikan tentang pengenalan hingga manfaat dari pohon gaharu yang diadakan oleh Universitas Simalungun di Siantar. Bapak Iyek juga sering memberikan kuliah-kuliah umum tentang pohon gaharu dan proses penyuntikan yang diadakan oleh Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Baru-baru ini juga ada kunjungan ke Thailand untuk mengikuti pelatihan tata cara penyuntikan inokulasi. Begitu juga sebaliknya, utusan dari Thailand pun dikirim ke Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada Kemagahan dan melihat jenis pohon gaharu yang ada di Sumatera Utara khususnya di Kelurahan Pekan Bahorok.

Keterlibatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Langkat menjadi faktor eksternal bagi keberhasilan pengembangan KEMAGAHAN. Model-model penyuluhan dan pelatihan bagi kelompok akan sangat berguna terhadap pengetahuan keompok, mulai dari pelatihan teknis hingga pelatihan tentang kelembagaan.