AGREGAT IKM 79,18 80,00 80,93 79,57 79,92
Dari Tabel 56 dapat diketahui bahwa secara kumulatif Indek Kepuasan masyarakat di keempat Puskesmas Cibinong, Puskesmas Cariu, Puskesmas Ciseeng dan Puskesmas Cigombong adalah 79,92 persen , artinya pelayanan kesehatan di Puskesmas belum memenuhi harapan masyarakat. Diantara 4 Puskesmas yang disurvey,Puskesmas Cariu (80,00 persen) dan Puskesmas Ciseeng ( 80,93 persen) telah memenuhi harapan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sedangkan Puskesmas Cibinong (79,18 persen), dan Puskesmas Cigombong (79,57 persen) dalam memberikan pelayanan kesehatan belum memenuhi harapan masyarakat.
Dari hasil survey yang dilakukan di empat wilayah Kecamatan yaitu Puskesmas Cibinong, Puskesmas Cariu, Puskesmas Cigombong dapat diketahui seberapa besar kepuasan masyarakat terhadap program peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas Puskesmas di Kabupaten Bogor telah berjalan dengan baik yang sesuai atau melebihi harapan masyarakat. adapun hasil survey adalah sebagai berikut:
1. Pencapaian hasil pengukuran IKM secara agregat adalah 79,92 persen. Hal ini berarti secara umum pelaksanaan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor belum memenuhi harapan pelanggan, masih masih ada 9 indikator yang belum memenuhi harapan pelanggan yaitu: Kemudahan prosedur pelayanan (79,9 persen), kejelasan dan kepastian petugas yang melayani (79,05 persen), kedisiplinan petugas (75,37 persen), keadilan untuk mendapatkan pelayanan (79,45 persen), kesopanan dan keramahan petugas (79,85 persen), ketepatan waktu pelayanan (78,55 persen) kenyamana lingkungan (78,2 persen), keamanan lingkungan (79,65 persen), dan kebersihan lingkungan (76,6 persen), sedang indikator yang sudah sesuai dengan harapan masyarakat ada 6 yaitu: Kesesuaian persyaratan dengan jenis pelayanan (80,25 persen), tanggung jawab petugas (82,1
persen), kemampuan petugas (82,6 persen), kecepatan pelayanan (80,25 persen) kewajaran biaya (82,05 persen), serta kesesuaian biaya dengan perda (81 persen). 2. Puskesmas Cibinong secara kumulatif pelayanan kesehatan yang diberikan belum memenuhi harapan masyarakat (79,18 persen), Hal ini berarti secara umum pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas ini belum memenuhi harapan masyarakat, masih ada 10 indikator yang belum memenuhi harapan pelanggan yaitu: Kemudahan prosedur pelayanan (78,6 persen), kesesuaian persyaratan dengan jenis pelayanan (79,4 persen), kejelasan dan kepastian petugas yang melayani (78,4 persen), kedisiplinan petugas (79,8 persen), kecepatan pelayanan (79,4 persen ), keadilan untuk mendapatkan pelayanan (78,6 persen), kesopanan dan keramahan petugas (79,8 persen), ketepatan waktu pelayanan (79,6 persen), kenyamana lingkungan (73,2 persen), dan kebersihan lingkungan (71,2 persen), sedang indikator yang sudah sesuai dengan harapan pelanggan ada 5 yaitu: tanggung jawab petugas (82,2 persen), kemampuan petugas (82,6 persen), kewajaran biaya (82 persen), kesesuaian biaya dengan perda (81,8 persen), serta keamanan lingkungan (82,8 persen).
3. Puskesmas Cariu secara kumulatif pelayanan kesehatan yang diberikan telah memenuhi harapan pelanggan (80 persen), Hal ini berarti secara umum pelaksanaan pelayanan kesehatan berkualitas di Puskesmas Cariu Kabupaten Bogor sudah memenuhi harapan masyarakat, namun masih terdapat 5 indikator yang belum memenuhi harapan masyarakat yaitu: kedisiplinan petugas (78,7 persen), ketepatan waktu pelayanan (79,4 persen) kenyamana lingkungan (75,2 persen), keamanan (79,4 persen), dan kebersihan lingkungan (74,8 persen). 4. Puskesmas Ciseeng secara kumulatif pelayanan kesehatan yang diberikan telah memenuhi harapan masyarakat (80,93 persen), Hal ini berarti secara umum pelaksanaan pelayanan kesehatan berkualitas di Puskesmas Ciseeng Kabupaten Bogor sudah memenuhi harapan masyarakat, namun masih terdapat 4 indikator yang belum memenuhi harapan masyarakat yaitu: kejelasan dan kepastian petugas yang melayani (78,6 persen), kedisiplina petugas (79,2 persen), ketepatan waktu pelayanan (78,6 persen), keamanan (78,6 persen).
5. Puskesmas Cigombong secara kumulatif pelayanan kesehatan yang diberikan belum memenuhi harapan masyarakat (79,57 persen), Hal ini berarti secara umum
pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut belum memenuhi harapan pelanggan , masih ada 9 indikator yang belum memenuhi harapan masyarakat yaitu: Kemudahan prosedur pelayanan (77,8 persen), kesesuaian persyaratan dengan jenis pelayanan (78,6 persen), kejelasan dan kepastian petugas yang melayani (79,2 persen), kedisiplinan petugas (79,8 persen), kecepatan pelayanan (79,2 persen ), keadilan untuk mendapatkan pelayanan (78,2 persen), kesopanan dan keramahan petugas (77,6 persen), ketepatan waktu pelayanan (77,6 persen), serta keamanan lingkungan (82,8 persen), sedang indikator yang sudah sesuai dengan harapan masyarakat ada 6 yaitu: tanggung jawab petugas (81,2 persen), kemampuan petugas (80,8 persen), kewajaran biaya (81,8 persen), kesesuaian biaya dengan perda (80,4 persen), kenyamana lingkungan (81,6 persen),serta kebersihan lingkungan puskesmas (82 persen).
Demikian hasil survey kepuasan pelanggan di 4 Puskesmas dalam rangka mengukur seberapa besar keberhasilan program peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor.
5.3. Strategi Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bogor
Untuk menentukan alternatif strategi peningkatan pelayanan kesehatan digunakan analisis faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT (strenght, weaknesses, opportunities, threats) dan untuk menentukan prioritas strategi digunakan analisis
quantitative strategic planning matrix (QSPM).
5.3.1. Analisis Evaluasi Faktor Internal / Eksternal Peningkatan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Bogor
Identifikasi masalah dari hasil pengamatan, kuesioner dan wawancara dengan stakeholder sebagai responden di lapangan yaitu:1.Kepala Dinas Kesehatan, 2. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, 3. Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah, 4. Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan, 5.Ketua DPRD dan 6. Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor diperoleh beberapa faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor dapat dituangkan dalam
sebuah matriks IFE/EFE yang dapat membantu sebagai solusi alternatif strategi yang akan dibuat dalam peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas. Penilaian keterkaitan identifikasi pada matriks IFE/EFE ini dilakukan dengan cara pembobotan, pemberian rating dan adanya skor/nilai yang berpengaruh kepada kekuatan, kelemahan, peluang ataupun ancaman yang terdapat pada penelitian ini.
Tabel 57. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Peningkatan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Bogor
No Faktor Internal Bobot Rating Bobot x
Rating
Kekuatan (Strengths) 2,029
1. Adanya alokasi Anggaran Kesehatan 0,122 4 0,488
2. Adanya sarana kesehatan 0,117 3 0,351
3. Adanya tenaga kesehatan 0,117 3 0,351
4. Adanya SOP dalam memberikan
pelayanan Kesehatan 0,117 3 0,351
5. Adanya wilayah kerja tertentu yang
menjadi pangsa pasar puskesmas 0,122 4 0,488
Kelemahan (Weaknesses) 0,575
1. Upaya kesehatan masih bersifat kuratif 0,085 1 0,085
2. Kurangnya sosialisasi pelayanan
kesehatan 0,085 2 0,170
3. Kurangnya pembinaan dan bimbingan
teknis terhadap tenaga Medis 0,075 1 0,075
4. Waktu Kerja pelayanan belum efektif 0,085 2 0,170
5. Citra Puskesmas masih kurang baik. 0,075 1 0,075
J u m l a h 1,000 2,604
Hasil akhir analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk elemen kekuatan dan kelemahan diperoleh dari indeks akumulatif skor kekuatan sebesar 2,029, sedangkan nilai akhir bobot skor untuk elemen kelemahan sebesar 0,575
.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden memberikan pandanganyang cukup tinggi pada faktor kekuatan dan respon yang relatif kecil untuk faktor kelemahan. Sedangkan untuk total nilai bobot skor faktor strategis internal sebesar 2,604. Melihat hasil tersebut menunjukkan peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor diatas rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhannya, maka dapat dikatakan bahwa peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mampu mengatasi kelemahan yang ada.
Tabel 58. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Peningkatan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Bogor
No Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x
Rating
Peluang (Opportunities) 1,837
1. Adanya Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) 0,116 4 0,464
2. Adanya komitmen dan dukungan
politis dari DPRD Kabupaten 0,111 3 0,333
3. Adanya kebijakan otonomi daerah
bidang Kesehatan 0,116 4 0,464
4. Adanya alat medis yang semakin
modern 0,086 3 0,258
5. Adanya UKBM sebagai bentuk peran serta masyarakat dibidang Kesehatan
0,106 3 0,318
Ancaman (Threats) 1,122
1. Adanya Kebijakan Zero Growth dan
Moratorium PNS 0,111 3 0,333
2. Masih tingginya Angka Kematian
Bayi dan Angka Kematian Ibu 0,106 2 0,212
3. Masih Rendahnya Tingkat
Pendidikan Masyarakat 0,081 2 0,162
4. Semakin rendahnya minat
masyarakat berobat ke Puskesmas 0,086 2 0,172
5. Berkembangnya pelayanan
kesehatan swasta 0,081 3 0,243
J u m l a h 1,000 2,959
Matriks EFE (External Factor Evaluation) menggambarkan apa dan bagaimana faktor eksternal yang terdapat pada sebuah organisasi, sehingga dapat membuat keputusan alternatif strategi solusi agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Matriks EFE mempunyai nilai yang dibobot antara nilai 0,0 (tidak
penting) sampai dengan 1,0 (terpenting), bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar dapat berhasil dalam organisasi dengan baik. Nilai rating/peringkat dalam EFE antara nilai 1 (ancaman utama) sampai dengan nilai 4 (peluang utama).
Hasil akhir analisis matriks EFE (Tabel 59) untuk elemen peluang diperoleh dari nilai indeks kumulatif skor sebesar 1,837, sedangkan nilai akhir bobot skor untuk elemen ancaman sebesar 1,122. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang cukup tinggi pada faktor peluang dan respon yang lebih kecil terhadap faktor ancaman. Untuk total nilai bobot skor untuk faktor strategis eksternal sebesar 2,959. Melihat hasil analisis tersebut, dengan nilai bobot skor untuk elemen peluang lebih besar dari bobot skor elemen ancaman, maka strategi peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor sangat prospektif sekali karena mampu memanfaatkan peluang sebaik mungkin. Hal ini, menunjukkan bahwa dalam kajian ini kekuatan eksternal ini memiliki posisi yang kuat karena dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan pengaruh negatif dari ancaman eksternal.
5.3.2. Matrik Internal Eksternal
Analisi matrik IE digunakan untuk mencari strategi umum (Grand strategi) dalam peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor.
TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR Total Skor Evaluasi
Faktor Internal
4.0 Kuat 3.0 Rata-rata 2.0 Lemah 1.0 Tinggi Total Skor 3.0 Evaluasi Faktor Sedang Eksternal 2.0 Rendah 1.0
Gambar 23. Matrik IE Peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor
I II III
Pertumbuhan Pertumbuhan Stabilitas
IV V VI
Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
(2,604 . 2,959)
VII VIII IX
Matrik IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor total IFE pada sumbu –x dan skor tatal EFE pada sumbu –y. Berdasarkan hasil perhitungan faktor-faktor strategis peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor diperoleh total skor IFE sebesar 2,604 dan total skor EFE sebesar 2,959.
Pada Gambar 21, Posisi peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor berada pada posisi sel V, artinya unit yang melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Bogor berada pada posisi pertumbuhan, yaitu dapat tumbuh melalui integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara internal menggunakan sumberdayanya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumberdaya dari luar.
5.3.3. Perumusan Strategi berdasarkan Analisis SWOT
Strategi adalah sekumpulan sasaran yang disertai dengan metode-metode untuk mencapainnya (Rustiadi,E, 2011). Berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi yang disajikan pada Gambar 24.
IFE (Internal Factor Evaluation ) EFE (External Factor Evaluation) KEKUATAN (S)
1. Adanya alokasi Anggaran Kesehatan
2. Adanya sarana kesehatan 3. Adanya tenaga kesehatan 4. Adanya SOP dalam memberikan
pelayanan Kesehatan
5. Adanya wilayah kerja tertentu yang menjadi pangsa pasar puskesmas
KELEMAHAN (W)
1.Upaya kesehatan masih bersifat kuratif 2.Kurangnya sosialisasi pelayanan
kesehatan
3.Kurangnya pembinaan dan bimbingan teknis terhadap tenaga Medis 4.Waktu Kerja pelayanan belum efektif 5.Citra Puskesmas masih kurang baik.
PELUANG (O)
1.Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
2.Adanya komitmen dan dukungan politis dari DPRD Kabupaten 3.Adanya kebijakan otonomi daerah
bidang Kesehatan
4.Adanya alat medis yang semakin modern
5.Adanya UKBM sebagai bentuk peran serta masyarakat dibidang Kesehatan
STRATEGI S-O
1. Memprioritaskan Anggaran Kesehatan dari berbagai sumber dana (S1, O1, O2, O3) 2. Optimalisasi pemanfaatan
sarana dan prasarana kesehatan (S2, S3, O3,04)
STRATEGI W-O
1.Peningkatan kapabilitas dan kompetensi tenaga kesehatan (W3, W4,W5,O3, O4,)
2.Penambahan waktu pelayanan Kesehatan ( W3,W4,O5)
ANCAMAN (T)
1. Adanya Kebijakan Zero Growth dan Moratorium PNS
2. Masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu
3. Masih Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat
4. Semakin rendahnya minat masyarakat berobat ke Puskesmas
5. Berkembangnya pelayanan kesehatan swasta
STRATEGI S-T
1. Peningkatan pemberdayaan kesehatan dan partisipasi masyarakat (S1, S3,T1 T2,T3,T4)
STRATEGI W – T
1. Menggiatkan promosi kesehatan (W1, W2, , T2, T3,T4,T5).
Alternatif strategi peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor ditemukan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap peran dan perkembangan pelaksanaan kegiatan. Berikut ini adalah rumusan strategi yang dihasilkan dari analisis internal dan eksternal, yaitu : a. Strategi S-O (Strengths – Opportunities)
Strategi ini disusun dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas, adanya alokasi Anggaran Kesehatan , adanya sarana kesehatan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten, Adanya tenaga kesehatan yang sesuai dengan kompetensinya, adanya standar operasional prosedur dan standar pelayanan minimal sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan, serta adanya wilayah kerja tertentu yang menjadi tugas tanggung jawab dan pangsa pasar puskesmas. Adapunn peluang yang dimiliki dalam meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas adalah adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam mendukung kegiatan pelayanan kesehatan, adanya komitmen dan dukungan politis dari DPRD Kabupaten untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu adanya kebijakan otonomi daerah bidang Kesehatan, serta adanya UKBM sebagai bentuk peran serta masyarakat dibidang Kesehatan. Adapun strategi yang diperoleh adalah:
(1)
Memprioritaskan anggaran kesehatan dari berbagai sumber danaStrategi ini dilakukan untuk memprioritaskan alokasi anggaran kesehatan dalam penyelenggaraan program-program pembangunan dibidang kesehatan yang didukung secara positif oleh pihak legeslatif dalam penetapan Anggaran kesehatan yang diajukan serta memanfaatkan kibijakan otonomi daerah dalam memprioritaskan pembangunan kesehatan serta memanfaatkan peluang adanya bantuan anggaran kesehatan baik yang bersunber dari Pemerintah pusat, provinsi, bantuan Luar Negeri, dan bantuan dari pihak Swasta.
(2)
Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatanStrategi ini disusun untuk mamanfaatkan sarana kesehatan yang ada agar dapat berfungsi dengan baik, terutama ditujukan untuk merhabilitasi ruang puskesmas yang rusak berat. Disamping itu strategi ini dilakukan pula untuk memanfaatkan peluang adanya alat kesehatan yang semakin modern sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities)
Strategi ini disusun dengan memanfaatkan seluruh peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan – kelemahan yang ada pada peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor adalah Upaya kesehatan masih bersifat kuratif, Kurangnya sosialisasi Informasi program dan hasil-hasil pelayanan kesehatan, Kurangnya pembinaan dan bimbingan teknis terhadap tenaga Medis, Waktu Kerja pelayanan Puskesmas belum efektif dan Citra Puskesmas masih kurang baik, terutama profesionalisme,dan keramahan petugas. Adapun peluang yang dimiliki dalam meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas adalah adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam mendukung kegiatan pelayanan kesehatan, adanya komitmen dan dukungan politis dari DPRD Kabupaten untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu adanya kebijakan otonomi daerah bidang Kesehatan, serta adanya UKBM sebagai bentuk peran serta masyarakat dibidang Kesehatan. Beberapa alternative strategi yang memungkinkan disusun dalam rangka mengatasi kelemahan adalah:
(1) Peningkatan kapabilitas dan kompetensi tenaga kesehatan
Setrategi ini dilakukan untuk meningkatkan tingkat kedisiplinan tenaga medis, mengingat banyaknya tenaga medis yang diindikasikan kurang disiplin dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, hal ini sering menimbulkan keluhan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan pada saat jam kerja. Disamping itu peningkatan kompetensi baik melaui jalur formal maupun informal secara intensif perlu dilakukan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan serta kemampuan tenaga medis dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan bekerja secara profesional.
(2) Penambahan waktu pelayanan Kesehatan .
Strategi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga tidak terbatas pada jam kerja. Dengan membuka layanan pengobatan 24 jam khususnya untuk Puskesmas belum berstatus Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) sehingga masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di waktu sore maupun malam hari.
c. Strategi S-T (Strengths – Threats)
Kekuatan yang dimiliki untuk meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas, adanya alokasi Anggaran Kesehatan , adanya sarana kesehatan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten, Adanya tenaga kesehatan yang sesuai dengan kompetensinya, adanya standar operasional prosedur dan standar pelayanan minimal sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan, serta adanya wilayah kerja tertentu yang menjadi tugas tanggung jawab dan pangsa pasar puskesmas. Ancaman yang terdapat adalah adanya Kebijakan Zero Growth dan Moratorium PNS, Masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu, dan Masih Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat, Semakin rendahnya minat masyarakat berobat ke Puskesmas, serta berkembangnya pelayanan kesehatan swasta. Beberapa alternative strategi yang memungkinkan disusun dalam rangka mengatasi Ancaman adalah :
(1) Peningkatan pemberdayaan kesehatan dan partisipasi masyarakat
Setrategi ini dilakukan untuk memberdayakan tenaga kesehatan yang ada serta sesuai dengan tupoksinya sehingga rasio kebutuhan tenaga kesehatan dapat sedikit teratasi, disamping itu stertegi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan berupa Usaha Kesahatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu,Polindes, Poskesdes, Posbindu, serta terbentuknya Desa Siaga.
d. Strategi WT (Weaknesses- Threats)
Kelemahan yang ada pada peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor adalah Upaya kesehatan masih bersifat kuratif, Kurangnya sosialisasi informasi program dan hasil-hasil pelayanan kesehatan, Kurangnya pembinaan dan bimbingan teknis terhadap tenaga Medis, Waktu Kerja pelayanan Puskesmas belum efektif dan Citra Puskesmas masih kurang baik, terutama profesionalisme,dan keramahan petugas. Ancaman yang terdapat adalah adanya Kebijakan Zero Growth dan Moratorium PNS, Masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu, dan Masih Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat,, Semakin rendahnya minat masyarakat berobat ke Puskesmas, serta berkembangnya pelayanan kesehatan swasta. Beberapa alternative strategi yang
memungkinkan disusun dalam rangka meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman adalah :
(1) Menggiatkan Promosi Kesehatan
Strategi ini dilakukan dalam untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya promosi, sosialisasi dan penyuluhan, sehingga produk-produk layanan puskesmas dapat dikenal dan diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, sehingga tidak perlu langsung berobat ke Rumah Sakit. Adapun promosi pengembangan produk, merupakan kegiatan yang bertujuan agar puskesmas dapat meningkatkan layanan dengan cara meningkatkan varian layanan kesehatan sebagai upaya memperbaiki dan atau mengembangkan produk-produk layanan kesehatan yang sudah ada.
5.4. Tahap Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Untuk menentukan prioritas strategi peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas digunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM adalah alat untuk memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif, berdasarkan pada faktor-fakot kritis untuk sukses internal dan ekternal. Secara konsep QSPM menentukan daya tarik dari berbagai strategi berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor secara kritis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki.
Analisis QSPM merupakan lanjutan dari analisis SWOT sebagai tahapan pengambilan keputusan untuk perumusan prioritas strategi. Dari rumusan strategi yang diperoleh dari analisis SWOT kemudian dilakukan analisa dengan cara memberikan nilai kemenarikan relatif (Attractive Score = AS) pada masing- masing faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kemenarikan relatif (Total Attractive Score = TAS) yang tertinggi adalah merupakan prioritas strategi. Setelah dilakukan perhitungan dan analisis, maka diperoleh hasil analisis QSPM dalam perumusan prioritas strategi peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 59.
Tabel 59. Hasil Analisis QSPM Dalam Perumusan Prioritas Stategi Peningkatan pelayanan kesehatan
Alternatif Strategi Skor Peringkat
1. Memprioritaskan anggaran kesehatan dari berbagai sumber dana
5,743 5
2. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan
5,894 2
3. Peningkatan kapabilitas dan kompetensi Tenaga Kesehatan
6,233 1
4. Penambahan waktu pelayanan kesehatan 5,844 3
5. Peningkatan pemberdayaan kesehatan dan partisipasi masyarakat
5,840 4
6. Menggiatkan Promosi Kesehatan 5,658 6
Dari Tabel 59 terlihat bahwa total nilai tertinggi pada strategi (3) Peningkatan kapabilitas dan kompetensi Tenaga Kesehatan dengan total nilai 6,233, kermudian diikuti dengan (2) Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan dengan total nilai 5,894, (4) Penambahan waktu pelayanan kesehatan dengan total nilai 5,844, (5) Peningkatan pemberdayaan kesehatan dan partisipasi masyarakat dengan total nilai 5,840, (1) Memprioritaskan anggaran kesehatan dari berbagai sumber dana dengan total nilai 5,743, dan pada strategi (6) Menggiatkan Promosi Kesehatan dengan total nilai 5,658
5.5. Strategi, Program dan Kegiatan Peningkatan pelayanan Kesehatan
Strategi, program dan kegiatan berdasarkan hasil analisis QSPM, diharapkan dapat membantu program peningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor, sehingga kebutuhan masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, serta pada akhirnya kegiatan ini mampu mendorong tercapainya indikator derajat kesehatan di Kabupaten Bogor. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 60.
Tabel 60.Strategi, Program dan Kegiatan Peningkatan pelayanan Kesehatan
N
O. STRATEGI PROGRAM KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN (Tahun) UNIT KERJA 2013 2014 2015
1. Peningkatan kapabilitas dan
kompetensi tenaga kesehatan Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan BKPP Dinkes 2. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan Pemeliharaan Alat – Alat kesehatan Dinkes BPKAD Peningkatan sarana dan prasarana puskesmas DTBP 3. Penambahan waktu pelayanan kesehatan Peningkatan pelayanan kesehatan Membuka layanan 24 jam Dinkes BKPP 4. Peningkatan pemberdayaan kesehatan dan partisipasi masyarakat Pemberdayaa n Masyarakat dalam bidang kesehatan Penguatan posyandu Penguatan Desa Siaga Dinkes Kecamatan Kelurahan/ Desa 5. Memprioritaskan anggaran kesehatan dari berbagai sumber dana Pendanaan Kesehatan Menggalang dana bantuan berdasarkan sumber dana Bappeda BPKAD Dinkes 6. Menggiatkan promosi kesehatan Promosi Kesehatan Sosialisasi pelayanan kesehatan Sosialiasi program kesehatan Dinkes Diskominfo Dishub Kecamatan Kelurahan/ Desa
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode regresi linier berganda terhadap faktor – faktor yang diduga mempengaruhi indikator derajat kesehatan adalah APBD kesehatan, pendapatan perkapita masyarakat dan rata- rata lama sekolah dan SDM Kesehatan, diperoleh hasil bahwa dari empat faktor tersebut yang berpengaruh secara signifikan adalah tersedianya Kapasitas Sumber Daya Manusia bidang Kesehatan di Kabupaten Bogor. 2. Berdasarkan hasil analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap
pelayanan kesehatan ditingkat dasar secara agregat belum memenuhi kepuasan dan harapan masyarakat. Hal ini diduga disebabkan oleh belum terpenuhinya rasio jumlah Sumberdaya manusia dibidang kesehatan dan tingkat kedisiplinan tenaga kesehatan yang perlu ditingkatkan.
3. Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap faktor internal dan eksternal, teridentifikasi lima faktor kekuatan, lima faktor kelemahan, lima faktor peluang , dan lima faktor ancaman. Berdasarkan analisis QSPM diproleh alternatif strategi (1) Peningkatan kapabilitas dan kompetensi Tenaga Kesehatan, (2) Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan, (3)
Penambahan waktu pelayanan kesehatan, (4) Peningkatan pemberdayaan
kesehatan dan partisipasi masyarakat, (5) Memprioritaskan anggaran kesehatan dari berbagai sumber dana, dan (6) Menggiatkan Promosi Kesehatan .
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut usulan kebijakan sebagai berikut :
1. Pemerintah Kabupaten Bogor, perlu meningkatkan kapabilitas dan kompetensi tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan yang secara langsung bertugas memberikan pelayanan kesehatan ditingkat dasar.
2. Pemerintah Kabupaten Bogor perlu mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan melalui pemeliharaan alat–alat kesehatan, serta peningkatan sarana dan prasarana puskesmas.
3. Pemerintah Kabupaten Bogor, perlu penambahan waktu pelayanan kesehatan dengan membuka layanan 24 jam bagi puskesmas yang berada didaerah pinggiran yang jauh dengan fasilitas kesehatan lainnya, sehingga masyarakat