• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Kebersihan Rongga Mulut Anak Sindroma Down

Kebersihan rongga mulut memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola hidup sehat. Jika kebersihan rongga mulut tidak terpelihara maka akan menimbulkan berbagai penyakit di rongga mulut seperti karies gigi dan penyakit periodontal. Kebersihan rongga mulut dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan perilaku membersihkan gigi.

a. Sosial Ekonomi

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kumar S dkk (2009) pada anak retardasi mental usia 8-19 tahun yang terdiri atas anak Sindroma Down dan Cerebral Palsy di Udaipur, India didapati status kebersihan rongga mulut ( oral hygiene ) sangat berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi anak-anak tersebut. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa keluarga dengan ekonomi rendah menyebabkan oral hygiene anak bertambah buruk.8

b. Tingkat Pendidikan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kumar S dkk (2009) pada anak retardasi mental usia 8-19 tahun yang terdiri atas anak Sindroma Down dan Cerebral Palsy di Udaipur, India didapati status kebersihan rongga mulut ( oral hygiene ) sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu. Penelitian lain yang dilakukan pada anak Sindroma Down di Riyadh membuktikan kebanyakan ibu dengan tingkat pendidikan rendah didapati menggunakan air sahaja sebagai metoda membersihkan

gigi anak mereka dibandingkan anak dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.8

c. Jenis Kelamin

Penelitian yang dijalankan pada individu retardasi mental di Sekolah Luar Biasa di kota Udaipur, India pada individu usia 12- 30 tahun memperlihatkan bahwa individu laki-laki mempunyai oral hygiene serta status periodontal yang lebih jelek dibandingkan dengan individu perempuan. Denloye telah mengobservasi juga tentang status OHIS yang lebih tinggi pada laki-laki dari perempuan di dalam studinya pada anak retardasi mental di Nigeria.7,8

d. Perilaku Membersihkan Gigi

Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Oliveria AC pada tahun 2010 di Brazil tentang persepsi ibu mengenai kesehatan mulut pada anaknya yang mengalami Sindroma Down yaitu para ibu cenderung memiliki tanggungjawab terbatas dalam status kesehatan anak-anak mereka dan mengenai pengalaman dalam merawat kesehatan mulut anak-anak mereka mengalami kesulitan. Faktor- faktor lain yang menjadi kendala adalah masalah keuangan, waktu, dan akses terhadap pelayanan rujukan kesehatan yang dapat menghambat pencarian dalam perawatan gigi untuk individu dengan kebutuhan khusus.10

Menurut Eriska Riyanti (2005) keberhasilan perawatan gigi dan mulut serta pencegahan penyakit periodontal pada anak Sindroma Down sangat berpengaruh pada perilaku orang tua. Artinya para orang tua harus menanamkan kedisiplinan kepada mereka dalam membersihkan rongga mulut. Bila sejak dini sang anak terbiasa membersihkan rongga mulut, dia tidak akan berontak atau teriak sekuat tenaga jika suatu hari dibawa ke pelayanan kesehatan gigi. Orang tua harus gigih dan terus menerus memperkenalkan sikap membersihkan gigi pada anak Sindroma Down ini agar mereka mengerti cara sikat gigi yang baik dan benar agar rongga mulutnya senantiasa sehat.10

Penyikatan gigi, flossing dan profesional profilaksis disadari sebagai komponen dasar dalam menjaga keberishan mulut. Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan ditekankan pada anak di segala umur. Anak dibawah umur 5

tahun tidak dapat menjaga kebersihan mulutnya secara benar dan efektif maka orang tua harus melakukan penyikatan gigi anak setidaknya sampai anak berumur 6 tahun kemudian mengawasi prosedur ini secara terus-menerus. Penyikatan gigi anak mulai dilakukan sejak erupsi gigi pertama anak dan tatacara penyikatan gigi harus ditetapkan ketika molar susu telah erupsi. Metode penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya bagaimanapun caranya namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode bass dapat dilakukan.22

Pemakaian sikat gigi elektrik lebih ditekankan pada anak yang mempunyai masalah khusus. Pasta gigi yang mengandung 1000-2800 ppm menunjukkan hasil yang baik dalam pencegahan karies tinggi pada anak di antara umur 6-16 tahun. Anak sebaiknya tiga kali sehari menyikat gigi segera sesudah makan dan sebelum tidur malam.Pemakaian benang gigi dianjurkan pada anak yang berumur 12 tahun ke atas di mana selain penyakit periodontal meningkat pada umur ini, flossing juga sulit dilakukan dan memerlukan latihan yang lama sebelum benar-benar menguasainya.

Profesional profilaksis (skeling, aplikasi flour) dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan anak. Pada anak cacat dan keterbelakangan mental, hal ini harus lebih ditekankan.19,22

2.6.1 Oral Hygiene :

Pemeriksaan intra oral yang dilakukan untuk mengetahui oral higiene meliputi Indeks oral hygiene (OHIS) yang terdiri atas Indeks kalkulus dan Indeks debris.

2.6.2 Indeks Oral Hygiene (OHIS)

Indeks oral hygiene (OHIS) adalah indeks digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dengan mengukur indeks kalkulus dan indeks debris dan kemudiannya dijumlahkan untuk mendapatkan indeks oral higienenya. Jumlah gigi yang diperiksa hanya 6 gigi dengan permukaan yang tertentu yaitu :

bukal labial bukal 6 1 6 6 1 6

lingual labial lingual Indeks Debris

Indeks debris turut dikenali sebagai Simplified Debris Index (D.I.S). Kriteria indeks debris adalah seperti berikut:

0: tidak ada debris atau stain.

1: a) debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

b) ada extrinsic stain yang tidak tergantung pada luas permukaan gigi yang ditutupi walaupun tanpa debris.

2: debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3: debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Tingkat kebersihan oral debris dapat digolongkan sebagai berikut : Baik : 0,0-0,6

Sedang: 0,7-1,8 Jelek : 1,9-3,0

Indeks Kalkulus

Indeks kalkulus turut dikenali sebagai Simplified Calculus Index (C.I.S).

Kriteria indeks kalkulus meliputi seperti berikut:

0: tidak ada kalkulus gigi.

1: kalkulus gigi supragingiva yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2: kalkulus gigi supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/ atau adanya bercak karang gigi subgingiva yang tidak melingkari leher gigi.

3: kalkulus gigi supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3 dari permukaan gigi dan/

atau karang gigi subgingiva yang dengan tidak putus-putus melingkari leher gigi.

Tingkat kebersihan oral kalkulus dapat digolongkan sebagai berikut : Baik : 0,0-0,6

Sedang: 0,7-1,8 Jelek : 1,9-3,0

Jadi, untuk mengetahui masing-masing Indeks Debris dan Indeks Kalkulus, skor total masing-masing debris dan kalkulus dibahagikan dengan jumlah gigi yang diperiksa.

Jumlah angka C.I.S / D.I.S =

Jumlah gigi yang diperiksa

Sedangkan, untuk mengetahui Indeks Oral Higiene, dijumlahkan Indeks Debris dan Indeks Kalkulus yang telah diperoleh.

Tingkat kebersihan oral hygiene dapat digolongkan sebagai berikut : Baik : 0,0-1,2

Sedang: 1,3-3,0 Jelek : 3,1-6,0

2.7 Efek Samping yang Terjadi pada Rongga Mulut akibat Pengobatan

Dokumen terkait