• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.7 Cara Pengambilan Data

3.7.2 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.2 Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data

- Editing (Pengeditan Data). Editing adalah memeriksa dan meneliti kembali kelengkapan kuensioner dan hasil pemeriksaan klinis.

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar persetujuan kepada orang tua. Kemudian, peneliti mewawancara orang tua

dan menjelaskan isi kuensioner kepada orang tua.

Melakukan pemeriksaan klinis:

1. Indeks Debris 2. Indeks Kalkulus

3. Indeks Oral Hygiene Simplified (OHIS)

Analisis data

Pencatatan hasil pemeriksaan

- Coding (Pengkodean Data). Pengisian kotak dalam daftar pertanyaan untuk pengkodean yang berdasarkan jawaban yang telah diisikan dalam kuensioner.

- Entry Data (Pemasukan Data). Data yang selesai decoding selanjutnya dimasukkan dalam tabulasi untuk dianalisis.

- Cleaning Data (Pembersihan Data). Tahap ini data yang ada ditandai diperiksa kembali untuk mengkoreksi kemungkinan suatu kesalahan yang ada.

b. Analisis Data.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Uji T (T-test) untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dan ekonomi orang tua dengan status kebersihan rongga mulut, dan Oneway Anova digunakan untuk melihat hubungan antara pendidikan ibu dan perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut pada nilai kemaknaan p <0,05.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di delapan Sekolah Luar Biasa (SLB-C) di seluruh Kota Medan dengan jumlah sampel 79 orang anak Sindroma Down usia 6-18 tahun berserta ibunya. Pengambilan data dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan September dan Oktober 2012.

4.1 Karakteristik Responden Anak

Karakteristik responden anak meliputi jenis kelamin dimana didapati persentase anak laki-laki 60% dan perempuan 40% (Tabel 3).

Tabel 3. Persentase Responden Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) %

Laki-laki Perempuan

47 32

60 40

4.2 Karakteristik Responden Ibu

Karakteristik responden ibu meliputi ekonomi keluarga dan pendidikan ibu.

Persentase keluarga ekonomi rendah 34,2% dan ekonomi tidak rendah 65,8%.

Berdasarkan pendidikan ibu, persentase pendidikan rendah 6,3%, sedang 48,1% dan tinggi 45,6% (Tabel 4).

Tabel 4. Persentase Responden Ibu Berdasarkan Ekonomi Keluarga dan Pendidikan

4.3 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Status Kebersihan Rongga Mulut

Berdasarkan jenis kelamin, rerata status kebersihan rongga mulut untuk anak laki-laki adalah 1,75 dengan SD 0,889 dan anak perempuan adalah 1,62 dengan SD 0,789. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan status kebersihan rongga mulut (p= 0,491) (Tabel 5).

Tabel 5. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Status Kebersihan Rongga Mulut Jenis Kelamin N Status Kebersihan Rongga Mulut

± SD

Berdasarkan ekonomi orang tua, rerata status kebersihan rongga mulut untuk anak yang berasal dari ekonomi rendah adalah 1,73 dengan SD 0,797, dan anak yang berasal dari ekonomi tidak rendah adalah 1,68 dengan SD 0,879. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara ekonomi orang tua dengan status kebersihan rongga mulut (p= 0,794) (Tabel 6).

Tabel 6. Hubungan Antara Ekonomi Orang Tua dengan Status Kebersihan Rongga Mulut

Ekonomi Orang Tua

N Status Kebersihan Rongga Mulut Hasil Analisis Statistik

4.5 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Status Kebersihan Rongga Mulut

Berdasarkan pendidikan ibu, anak yang pendidikan ibunya rendah, rerata status kebersihan rongga mulut adalah 1,13 dengan SD 0,446, anak yang pendidikan ibunya sedang 1,62 dengan SD 0,730, dan anak yang pendidikan ibunya tinggi 1,86 dengan SD 0,967. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status kebersihan rongga mulut (p= 0,149) (Tabel 7).

Tabel 7. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Status Kebersihan Rongga Mulut Pendidikan Ibu N Status Kebersihan Rongga

Mulut

4.6 Hubungan Antara Perilaku Membersihkan Gigi dengan Status Kebersihan Rongga Mulut

Berdasarkan perilaku membersihkan gigi, rerata status kebersihan rongga mulut pada anak yang berperilaku baik yaitu 0,96 dengan SD 0,686, anak yang berperilaku sedang yaitu 1,60 dengan SD 0,720, dan anak yang berperilaku buruk 2,71 dengan SD 0,859. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut (p = 0,001*) (Tabel 8).

Tabel 8. Hubungan Antara Perilaku Membersihkan Gigi dengan Status Kebersihan

Analisis Post-Hoc dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok yaitu dengan menggunakan uji LSD dan diperoleh hasil sebagai berikut yaitu kelompok antara buruk dan sedang diperoleh nilai p = 0,001, kelompok antara buruk dan baik diperoleh nilai p = 0,001 dan kelompok antara sedang dan baik diperoleh nilai p = 0,001. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang mempunyai perbedaan rerata status kebersihan rongga mulut adalah kelompok anak yang berperilaku membersihkan gigi buruk dan sedang, kelompok anak yang berperilaku membersihkan gigi buruk dan baik dan kelompok yang berperilaku membersihkan gigi sedang dan baik.

4.7 Status Kebersihan Rongga Mulut di Masing-Masing SLB-C Kota Medan

Secara keseluruhannya, didapati rerata status kebersihan rongga mulut (Indeks OHIS) di SLB-C Kota Medan pada 79 orang anak Sindroma Down adalah 1,70 dengan SD 0,847 . Berdasarkan status kebersihan rongga mulut, didapati SLB Santa Lusia memiliki rerata yang terendah 1,05 dengan SD 0,585. SLB Muzdalifah memiliki rerata yang tertinggi 2,02 dengan SD 0,991. Selain itu, masing-masing SLB dapat diketahui tingkat kebersihan oral hygienenya yaitu tingkat oral hygiene baik pada SLB Santa Lusia dan SLB Pembina dan tingkat oral hygiene sedang pada SLB YPAC, Markus, Muzdalifah, Abdi Kasih, TPI dan Al-Azhar. Tabel dibawah ini menunjukkan masing-masing rerata Indeks OHIS di setiap SLB-C Kota Medan (Tabel 9).

Tabel 9. Status Kebersihan Rongga Mulut di Masing-Masing SLB-C Kota Medan SLB-C N Status Kebersihan Rongga

Mulut ± SD

Tingkat Kebersihan Oral Hygiene

YPAC 19 1,95 ± 0,780 Sedang

Santa Lusia 14 1,05 ± 0,585 Baik

Pembina 8 1,21 ± 0,550 Baik

Markus 5 1,75 ± 0,835 Sedang

Muzdalifah 6 2,02 ± 0,991 Sedang

Abdi Kasih 11 2,00 ± 1,003 Sedang

TPI 10 1,93 ± 0,841 Sedang

Al-Azhar 6 1,72 ± 0,781 Sedang

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data OHIS seluruh anak penderita Sindroma Down usia 6-18 tahun yang bersekolah di SLB-C Kota Medan adalah sebanyak 79 orang dengan rerata OHIS 1,70 dengan SD 0,847. Hasil ini berbeda dengan penelitian Nancy (cit Oeripto dan Taqwa) tentang keadaan oral hygiene pada anak-anak cacat mental YPAC Medan yang menunjukkan bahwa rata-rata anak tersebut mempunyai oral hygiene yang jelek. Indeks oral hygiene rata-rata murid di YPAC Medan adalah 3,43.11 Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan status kebersihan rongga mulut pada anak cacat mental di Kota Medan dari tingkat kebersihan rongga mulut jelek ke tingkat kebersihan rongga mulut sedang. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya peningkatan pelayanan pada anak Sindroma Down di Kota Medan.

Hasil penelitian didapat bahwa jenis kelamin tidak ada hubungan yang bermakna dengan status kebersihan rongga mulut (p= 0,491) (Tabel 5). Ini berbeda dengan penelitian yang dijalankan di Udaipur, India pada individu retardasi mental di Sekolah Luar Biasa yang memperlihatkan bahwa individu laki-laki mempunyai oral hygiene serta status periodontal yang lebih jelek dibandingkan dengan individu perempuan. Denloye telah mengobservasi juga tentang status OHIS yang lebih tinggi pada laki-laki dari perempuan di dalam studinya pada anak retardasi mental di Nigeria.7-8 Dalam penelitian ini tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara status kebersihan rongga mulut laki-laki dan perempuan. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya keterbatasan motorik yang sama pada keduanya.

Pada penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara perekonomian keluarga dengan status kebersihan rongga mulut (p= 0,794) (Tabel 6).

Hal ini berlawanan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar S dkk (2009) pada anak retardasi mental usia 8-19 tahun yang terdiri atas anak Sindroma

Down dan Cerebral Palsy di Udaipur, India didapati status kebersihan rongga mulut (oral hygiene) sangat berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi anak-anak tersebut. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa keluarga dengan ekonomi rendah menyebabkan oral hygiene anak bertambah buruk.8 Hal ini berarti walaupun perekonomian keluarga tinggi atau rendah, kemungkinan mereka lebih mementingkan perawatan pada penyakit kongenital yang diderita oleh anak Sindroma Down daripada penyakit mulut. Kebanyakan orang tua menghabiskan uang mereka untuk merawat penyakit kongenital dan kurang memperhatikan masalah kesehatan gigi dan mulut anak mereka.

Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status kebersihan rongga mulut (p= 0,149) (Tabel 7). Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar S dkk (2009) pada anak retardasi mental usia 8-19 tahun yang terdiri atas anak Sindroma Down dan Cerebral Palsy di Udaipur, India didapati status kebersihan rongga mulut (oral hygiene) sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa ibu dengan pendidikan rendah menyebabkan oral hygiene anak bertambah buruk.8 Pada penelitian ini didapati walaupun tingkat pendidikan ibu tinggi atau rendah, kemungkinan ibu mempunyai pengetahuan dan sikap yang sama terhadap perilaku membersihkan gigi anak mereka.

Hasil uji statistik antara perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut ditemukan ada hubungan yang bermakna (p= 0,001) (Tabel 8). Ini berarti anak dengan perilaku membersihkan gigi yang buruk mempunyai nilai OHIS paling tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Eriska Riyanti (2005) bahwa keberhasilan perawatan gigi dan mulut serta pencegahan penyakit periodontal pada anak Sindroma Down sangat berpengaruh pada perilaku membersihkan gigi.

Semakin baik perilaku membersihkan gigi, maka semakin baik tingkat kebersihan oral hygiene anak tersebut. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh orang tua yang telah menanamkan kedisiplinan kepada anak mereka dalam membersihkan rongga mulut sejak dini.11

Berdasarkan status kebersihan rongga mulut, didapati SLB Santa Lusia memliliki rerata yang terendah 1,05 dengan SD 0,585 yaitu tingkat kebersihan oral hygiene baik sedangkan SLB Muzdalifah memiliki rerata yang tertinggi 2,02 dengan

SD 0,991 yaitu tingkat kebersihan oral hygiene sedang. Selain itu, pada masing-masing SLB dapat diketahui tingkat kebersihan oral hygienenya yaitu tingkat

oral hygiene baik pada SLB Santa Lusia dan SLB Pembina dan tingkat oral hygiene yang sedang pada SLB YPAC, Markus, Muzdalifah, Abdi Kasih, TPI dan Al-Azhar.

Perbedaan tingkat kebersihan oral hygiene ini kemungkinan terjadi karena adanya pengaruh yang diberikan oleh guru-guru di setiap SLB-C tersebut melalui penyuluhan tentang cara menyikat gigi yang baik.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Data OHIS seluruh anak penderita Sindroma Down usia 6-18 tahun yang bersekolah di SLB-C Kota Medan adalah sebanyak 79 orang dengan rerata OHIS 1,70 dengan SD 0,847 yaitu memiliki tingkat kebersihan oral hygiene sedang.

2. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara jenis kelamin, ekonomi orang tua, dan pendidikan ibu dengan status kebersihan rongga mulut.

Sementara ditemukan adanya hubungan antara perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut.

3. Berdasarkan status kebersihan rongga mulut, didapati SLB Santa Lusia memliki rerata yang terendah 1,05 dengan SD 0,585yaitu tingkat kebersihan oral hygiene baik sedangkan SLB Muzdalifah memiliki rerata yang tertinggi 2,02 dengan SD 0,991 yaitu tingkat kebersihan oral hygiene sedang.

6.2 Saran

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua anak Sindroma Down di setiap SLB-C Kota Medan mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya. Misalnya sebaiknya ibu meluangkan waktu untuk mengawasi dan mengajarkan anak saat menyikat gigi sehingga anak mengetahui bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menentukan tingkat kebersihan rongga mulut pada anak Sindroma Down dan faktor yang mempengaruhinya serta menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih terarah dan mendalam sehingga didapatkan hasil yang lebih baik dan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cheng, Yiu, Leung K. Oral health in individuals with down syndrome.

http://cdn.intechopen.com/pdfs/17991/InTechOral_health_in_individuals_wit h down_syndrome.pdf (April 2012)

2. Davidson, Melissa A. Primary care for children and adolescents with down syndrome. Pediatr Clin N Am., 2008: 1099-111.

3. Andrianti V. Distribusi kelainan kromosom sindrom down dan usia ibu saat melahirkan di SLB Negeri Semarang. http://eprints.undip.ac.id/24327/1 /Vidyaningsih.pdf ( April 2012)

4. Baidhowi A. Perjuangan Aryanti R. Yacub memimpin ikatan sindroma down Indonesia. Radar Lampung, Juni 2010. http://radarlampung.co.id/read/radar /berita-foto/25456-perjuangan-aryanti-r-yacub-memimpin-ikatan-sindroma-down-indonesia (April 2012)

5. Al-Khadra, Thamer A. Prevalence of dental caries and oral hygiene status among down’s syndrome patients in Riyadh-Saudi Arabia. Pakistan Oral &

Dental Journal 2011; 31(1): 115-7.

6. Ruhadi I. Pengaruh pasta gigi yang mengandung bahan cloxifenol 0,3%, arnica tincture, oleum caryophylli dan sodium monofluorophosphate 0,8%

terhadap gingivitis. Maj. Ked. Gigi (Dent. J.) 1997; 30(4): 151-5.

7. Jain M, Mathur A, Sawla L, dkk. Oral health status of mentally disabled subjects in India. Journal of Oral Sci 2009; 51(3): 333-5.

8. Kumar S, Sharma J, Duraiswamy P, dkk. Determinants for oral hygiene and periodontal status among mentally disabled children and adolescents. Journal Indian Soc Pedod Prevent Dent 2009; 27(3): 151-7.

9. Rao D, Amitha H, Munshi A. Oral hygiene status of disabled children and adolescents attending special schools of South Canara, India. Hong Kong Dental Journal 2005; 2(2): 107-13.

10. Susanti, Lukman, Triandini. Gambaran faktor-faktor yang berkontribusi terhadap intensi ibu merawat kesehatan gigi dan mulut anak down syndrome di SLB-C Kota Bandung. Jurnal Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat 2012: 3-5.

11. Hutagalung N. Perbandingan oral hygiene pada anak retardasi mental dan autism. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2007.

12. Wijaya S. Prevalensi karies gigi dan relasi gigi anterior pada anak sindroma down di Kota Makassar. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1886 ( Mei 2012)

13. Izhar F, Chaudhry S, Mirza BA, Khan AA. Oral health related quality of life in individuals with down syndrome. Journal Of The Pakistan Dent Assoc (JPDA) 2009; 18(3): 127-9.

14. Hennequin M, Faulks D, Veyrune J, Bourdiol P. Significance of oral health in persons with down syndrome. Development Medicine & Child Neurology 1999; 41: 275-83.

15. Dr. A. Supratiknya. Mengenal perilaku abnormal. 1st ed. Kanisius, 2012 : 77-78.

16. Ford D. Children with down syndrome. 1st ed. Paediatric Dentistry, 2009:1-6.

17. Southern Association Of Institutional Dentists. Down syndrome a review for dental professionals.http://www.saiddent.org/modules/11_module3.pdf (Mei 2012)

18. Sureshbabu R, Kumari R, Ranugha S, dkk. Phenotypic and dermatological manifestations in down syndrome. Dermatology Online Journal 2011; 17(2):

1-12.

19. Pilcher ES. Dental care for the patient with down syndrome. Down Syndrome Research and Practice 1998; 5(3): 111-6.

20. Syarif W. Mikrodontia insisif lateral sebagai salah satu manifestasi oral penderita sindrom down tipe mosaik dan penuh. Majalah Kedokteran Bandung (MKB) 2009; 41(1): 33.

21. Mueller E. Dentistry for children with down’s syndrome. www.drbetsy.net (Mei 2012)

22. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj.

Ked. Gigi. (Dent. J.), 2005; 38 (3): 130-4.

23. Dental Professionals. Adults with down syndrome (trisomy 21).

http://dental.washington.edu/sites/default/files/departments/spec_need_pdfs/D own-Adult.pdf (Juli 2012)

24. Bimstein E, Needleman HL, Karimbux N, Dyke T. Periodontal and gingival health and diseases. Martin Dunitz, 2001 : 35-37

25. Ralph EM, David RV, Jeffrey AD. Dentistry for the child and adolescent. 8th ed. Mosby, 2000: 541-2.

26. Lister Hill National Center for Biomedical Communications.Handbook:

Mutations and health. http://ghr.nlm.nih.gov/handbook.pdf (April 2012).

27. Bima S. Sindrom down (down syndrome). http://forum.viva.co.id/kesehatan /21798-penyakit-sindrom-down.html (April 2012)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/WALI OBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Ibu/Sdri : ………..

Orang Tua/Wali Ananda : ………..

Alamat : ………

Bersama ini saya yang bernama, Nama : Kirandeep Kaur

NIM : 080600166

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU memohon kesediaan Ibu/Sdri agar dapat mengizinkan ananda yang bernama ………. untuk berpartisipasi sebagai objek dari penelitian saya yang berjudul :

Hubungan Antara Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Perilaku Membersihkan Gigi Dengan Status Kebersihan Rongga Mulut (Oral Hygiene) Pada Anak Sindroma Down Usia 6-18 Tahun Di Sekolah Luar Biasa (SLB-C) Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara sosial ekonomi orang tua dan perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut pada anak Sindroma Down.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua mengenai pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut anak sindroma Down dan memotivasi orang tua untuk memperhatikan, menjaga dan memberikan pengarahan kepada anak sejak dini untuk menjaga kebersihan mulut.

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dengan memeriksa gigi pada anak sindroma Down untuk melihat debris makanan maupun kalkulus (karang gigi) yang ada pada anak tersebut. Kemudian skor debris dan kalkulus tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan status kebersihan rongga mulut anak tersebut. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan sonde, kaca mulut, dan senter sebagai penerangan.

Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap ibu dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data mengenai perekonomian keluarga dan perilaku membersihkan gigi. Pemeriksaan tersebut langsung dilakukan oleh peneliti.

Adapun ketidaknyamanan yang dialami dalam prosedur penelitian yaitu anak membuka mulut sedikit lebih lama untuk memeriksa keadaan rongga mulut dan tidak menimbulkan efek samping. Namun keuntungan menjadi objek penelitian yaitu memperoleh data mengenai kondisi rongga mulut anak secara spesifik dan saran dalam upaya pemeliharaan kebersihan rongga mulut pada anak Sindroma Down dengan bantuan orang tua atau walinya. Pemeriksaan yang dilakukan tidak dikenakan biaya apapun.

Diharapkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat membantu memberikan solusi dalam upaya pemeliharaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak Sindroma Down di Indonesia dimasa yang akan datang.

Jika Ibu/Sdri bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Objek Penelitian harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Perlu Ibu/Sdri ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat Ibu/Sdri untuk dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung. Apabila ada hal yang ingin ditanyakan pada peneliti maka Ibu dapat menghubungi saya pada :

No. HP : 083199404800

Alamat : Jl. Kangkung, No 36, Pringgan, Medan

Mudah-mudahan keterangan saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan ibu dan ananda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ………

Peneliti,

Kirandeep Kaur

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Setelah membaca keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya/

anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Hubungan Antara Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Perilaku Membersihkan Gigi Dengan Status Kebersihan Rongga Mulut (Oral Hygiene) Pada Anak Sindroma Down Usia 6-18 Tahun Di Sekolah Luar Biasa (SLB-C) Kota Medan.

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengizinkan anak saya dan saya berpatisipasi dalam penelitian dari Kirandeep Kaur sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,……….

Tanda Tangan,

(………...)

Orang Tua Ananda………..

Alamat : No. Telp/HP :

Lampiran 3

2. Indeks Kalkulus

Skor Kalkulus : =

3. Skor OHIS = Skor Debris + Skor Kalkulus = +

= 16

Bukal

11 Labial

26 Bukal 46

Lingual

31 Labial

36 Lingual

Skor Kriteria kalkulus 0 Tidak ada

1 Supragingival <1/3 2 Supragingival >1/3-

<2/3 dan mengelilingi leher gigi.

3 2/3 dan subgingival mengelilingi leher gigi.

Lampiran 4

No. .

KUESIONER ORANG TUA

HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERILAKU MEMBERSIHKAN GIGI DENGAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT (ORAL HYGIENE) PADA ANAK SINDROMA DOWN USIA 6-18

TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB-C) KOTA MEDAN Tanggal pemeriksaan :

Nama anak :

Jenis kelamin : LK/PR

Tanggal lahir :

Anak ke :…… dari…… bersaudara

Nama orang tua :

Alamat rumah :

No. Telepon/Hp orang tua :

Nama SLB :

SOSIAL EKONOMI

1. Pendidikan Ibu: 1.

1. Tidak sekolah, tamat SD 2. Tamat SMP, Tamat SMA 3. Tamat diploma, tamat sarjana

2. Total penghasilan keluarga perbulan: 2.

Sebutkan……..

Jumlah anggota keluarga……..

Perekonomian keluarga = penghasilan : jumlah anggota keluarga 1. Perekonomian tidak rendah (≥ Rp 880.000 per kapita)

2. Perekonomian rendah (< Rp 880.000 per kapita) PERILAKU MEMBERSIHKAN GIGI

3. Berapa kali dalam sehari anak ibu menyikat gigi ? 3.

1. Satu kali sehari 2. Dua kali sehari

3. Lebih dari 2 kali sehari

4. Kapan saja anak Ibu menyikat gigi/ disikatkan giginya ? 4.

1. Tidak tentu/ jawaban lain

2. Saat mandi/ setelah makan pagi/ sebelum tidur malam 3. Setelah makan pagi dan sebelum tidur malam

5.Apakah Ibu mengawasi/memberi bantuan ketika anak Ibu sikat gigi? 5.

1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu

6.Apakah anak Ibu menyikat gigi dengan pasta gigi berfluor? 6.

1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu

7.Jenis sikat apa yang digunakan oleh anak ibu ? 7.

1. Biasa 2. Elektrik

8.Jumlah skor perilaku kebersihan rongga mulut: 8.

9.Kategori perilaku kebersihan rongga mulut: 9.

A. Baik : 12-14 B. Sedang : 9-11

C. Jelek :

0-usia

6 1 2 1 2 2 2 2 2 3 3 1 11 2 2 0,67

12 1 2 1 2 3 1 2 2 3 3 1 11 2 2 0,5

8 1 2 1 5 2 2 2 2 3 3 1 11 2 2 1,16

9 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 9 2 2 0,67

11 1 2 2 5 3 1 2 2 3 3 1 11 2 2 2,5

17 2 2 2 9 1 1 2 2 3 3 1 11 2 2 1,83

18 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 1 9 2 2 1,33

14 2 3 2 2 2 1 3 1 3 3 1 11 2 2 1,84

10 1 3 1 1 2 1 1 2 3 3 1 10 2 2 0,83

11 1 3 2 2 1 1 2 2 3 3 1 11 2 2 1,17

7 1 3 1 3 1 1 1 2 3 3 1 10 2 2 1,16

13 2 3 1 6 3 1 3 3 3 3 1 13 1 1 0,5

11 1 3 1 2 2 1 2 2 2 3 1 10 2 2 0,83

8 1 3 1 1 3 1 2 3 3 3 1 12 1 1 2,17

11 1 3 1 4 2 1 2 2 1 3 1 9 2 2 1,17

15 2 4 2 2 2 1 3 3 2 2 1 11 2 2 1,33

8 1 4 1 3 2 2 2 2 2 2 1 9 2 2 2

10 1 4 2 3 3 1 2 3 2 2 1 10 2 2 2,83

11 1 4 2 2 2 1 3 2 2 2 1 10 2 2 2

14 2 4 1 1 2 1 2 3 3 3 1 12 1 1 0,6

14 2 5 1 3 2 2 1 1 2 2 1 7 3 3 2,45

6 1 5 1 1 3 1 1 1 2 2 1 7 3 3 3,67

12 1 5 1 5 2 2 2 1 2 3 1 9 2 2 1,17

12 1 5 1 2 2 2 2 1 2 3 1 9 2 2 2,33

15 2 5 1 6 2 2 2 1 2 3 1 9 2 2 1,34

8 1 5 1 2 2 2 1 1 3 2 1 8 3 3 1,17

9 1 6 2 1 3 1 2 2 3 3 1 11 2 2 1,33

18 2 6 2 2 3 1 2 2 2 2 1 9 2 2 2,34

15 2 6 2 3 2 2 1 1 1 2 1 6 3 3 3,17

9 1 6 1 3 3 1 1 1 2 2 1 7 3 3 3,67

14 2 6 2 1 3 1 1 1 2 3 1 8 3 3 3,33

9 1 6 2 2 3 1 2 2 2 2 1 9 2 2 1,67

9 1 6 1 2 3 1 2 2 2 3 1 10 2 2 1

13 2 6 2 3 2 1 2 2 1 3 1 9 2 2 1,2

9 1 6 2 1 3 1 2 2 2 2 1 9 2 2 1,83

7 1 6 2 2 2 1 2 2 3 3 1 11 2 2 0,67

17 2 6 1 3 3 1 2 2 3 3 1 11 2 2 1,83

15 2 7 1 1 2 2 1 1 2 2 1 7 3 3 3,17

18 2 7 1 4 1 1 3 2 2 3 1 11 2 2 0,83

18 2 7 2 2 3 2 2 2 3 3 1 11 2 2 1,17

18 2 7 1 2 3 2 1 1 2 2 1 7 3 3 3

9 1 7 2 2 2 1 2 2 1 1 1 7 3 3 2,84

14 2 7 1 4 2 1 2 2 2 3 1 10 2 3 2,33

18 2 7 2 1 2 1 1 2 2 2 1 8 3 3 1,66

7 1 7 2 1 3 1 2 3 3 2 1 11 2 2 1,17

11 1 7 1 1 2 1 1 1 2 3 1 8 3 3 1,67

10 1 7 1 3 3 2 2 2 3 3 1 11 2 2 1,5

10 1 8 2 2 3 2 1 2 3 3 1 10 2 2 1,33

8 1 8 1 3 3 1 2 3 3 2 1 11 2 2 2,45

12 1 8 1 2 3 1 2 2 3 3 1 11 2 2 2,84

12 1 8 1 3 2 2 1 2 3 3 1 10 2 2 1,16

11 1 8 1 1 3 2 2 3 2 2 1 10 2 2 1,68

10 1 8 2 1 2 1 2 3 3 3 1 12 1 1 0,83

Dokumen terkait