• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3.1. Perawatan ibu post partum di Desa Binaus

4.3.1.4. Kebiasaan Pantangan

Masyarakat di desa Binaus masih mentabukan beberapa jenis makanan yang dianggap dapat merugikan kesehatan, menimbulkan kesakitan bahkan kematian ibu post partum. Ibu post partum hanya diperbolehkan mengkonsumsi jagung bose dengan beberapa kacang turis selama 40 hari tanpa dicampur garam dapur/yodium. Jagung bose merupakan makanan yang terbuat dari jagung pipil yang dihilangkan kulit bijinya dengan cara ditumbuk dengan menambahkan sedikit air, kemudian dimasak dan dicampur sedikit kacang turis lalu dimasak selama 1-2 jam. Jagung sebelum dimasak biasanya disimpan dalam bentuk tongkol kering dan diambil pada saat akan dilakukan pengolahan.

Ibu post partum ini ditabukan makan makanan yang mengandung garam dan cabai (pedas). Menurut mereka perut masih terluka setelah melahirkan, dan makanan yang pedas membuat luka akan sukar sembuh. Ibu menyusui memiliki pantangan berbagai

135 makanan berupa garam dan cabe. Selama 40 hari post partum ibu hanya diperbolehkan makan jagung bose dengan alasan takut diare, atau bahkan meninggal karena perut bagian dalam masih terluka, atau supaya darah kotor keluar dengan lancar.

Semua ibu post partum melaksanakan pantangan terhadap makanan terutama yang bersumber dari protein hewani seperti ikan. Alasan mengapa informan pantang makan ikan karena mereka menganggap ada hubungan antara makanan yang di konsumsi dengan kondisi kesehatannya selama perawatan post partum tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan salah seorang ibu post partum yaitu ibu DO sebagai berikut :

Saya biasa makan jagung bose campur kacang turis sa, itu ju tidak pake garam deng kurus karna bisa buat kita pung luka dalam perut tambah parah. Orangtua bilang tidak boleh makan deng ikan juga, karna ikan bikin gatal2 badan jadi saya takut makan habis ikan kita pung jalan lahir gatal ko garuk nanti bisa luka. Kalo sudah lewat dari 40 hari dan sudah kegereja baru boleh makan ikan karna Luka dong belum kering, jadi bisa infeksi orangtua dong bilang begitu. Mama dukun bilang jangan makan ikan dulu nanti luka bisa lama sembuh.

Pemenuhan kebutuhan energi informan diperoleh dari makanan pokok, sayur-sayuran dan

136 kacang-kacangan. Alasan informan hanya mengkonsumsi makanan tersebut adalah supaya air susunya banyak. Hal ini seperti yang dikatakan ibu post partum yaitu ibu RT yang sedang melakukan proses panggang/Se’i didalam rumah bulat/ume kbubu :

Kami orang Timor, kalo habis melahirkan selama 40 hari ini hanya bisa makan bubur deng bose campur kacang, kadang-kadang ju pake sayur. Itu bose pung air kita pake minum supaya air susu banyak.

Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh mama Maria Lolomsait dukun setempat :

Kalo tahoin talail kais tah le bute-bute. Haim fe sin nah pen bose am campur nok fue tunis, nok sayor kle oes. Musti nah pen bose manenu he oe susu mpoi manenu msat.

(Kalau ibu yang baru melahirkan tidak boleh makan sembarangan. Kita biasa kasih makan jagung bose campur kacang turis, kadang ditambah sayur. Ibu harus makan jagung bose

yang banyak supaya air susu banyak).

Kebiasaan ibu post partum mengkonsumsi makanan penghasil energi terbentuk karena kebiasaan yang berlaku di keluarga dan masyarakat setempat serta ketersediaan makanan sumber energi berkaitan dengan mata pencaharian sehari-hari masyarakat yang sebagian besar adalah bertani.

137 Hal ini sejalan dengan pendapat Suhardjo, bahwa kebiasaan makan suatu masyarakat merupakan produk dari budaya setempat yang sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya bahan pangan tersebut di masyarakat (Suhardjo, 1989).

Pantangan yang dilakukan oleh ibu selama menjalani perawatan post partum merupakan bentuk pemahaman yang sederhana dari masyarakat setempat tentang hubungan antara makanan dengan kesehatan ibu post partum ditunjang dengan perlindungan yang bersifat sangat protektif terhadap ibu post partum sehingga keputusan untuk mengkonsumsi makanan harus ditentukan oleh pihak-pihak yang dianggap mempunyai kewenangan dalam hal ini orangtua maupun yang memiliki kemampuan seperti dukun setempat.

Kepercayaan ini harus ditaati dan cenderung dari mereka mematuhi apapun yang dikatakan oleh orangtuanya, bila tidak di khawatirkan kena kualat atau ada dampak akibat melanggar suatu pantangan. Hal ini dilakukan karena melihat pengalaman orang lain atau pengalaman dirinya sendiri yang mengalami kejadian

138 buruk karena dipercaya akibat melanggar pantangan tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti juga menemukan adanya beberapa faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi kejadian infeksi post partum pada ibu yang menggunakan kompres panas (tatobi), antara lain faktor pendidikan dan sosial-ekonomi.

4.3.2. Pendidikan

Dari 9 orang ibu post partum, 5 orang diantaranya menamatkan diri dari bangku Sekolah Dasar (SD), 1 orang dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 3 orang lainnya menamatkan diri dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan variasi tingkat pendidikan yang berbeda kesembilan orang ibu tersebut tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik untuk melakukan perawatan post partum. Hal inilah yang menyebabkan partisipan lebih memilih menggunakan kompres panas (tatobi) dari pada mengakses layanan kesehatan yang ada. Adapun penyebab lain mengapa ibu menggunakan tatobi yakni ibu lebih memilih melakukan proses persalinan di

139 rumah sehingga ibu tidak dapat mengakses layanan kesehatan karena peraturan pemerintah yang menyebutkan bahwa bagi ibu yang melahirkan di rumah tidak diijinkan melakukan perawatan post partum di fasilitas kesehatan sehingga ibu lebih memilih menggunakan tatobi.

Penelitian dari (Maharani, Widia dan Veny) menunjukkan bahwa seseorang dengan pengetahuan yang baik akan memiliki motivasi yang baik pula dalam melakukan tindakan dan sebaliknya apabila seseorang dengan pengetahuan kurang baik akan memiliki motivasi yang kurang baik pula. Semakin baik pengetahuan seseorang terhadap sesuatu, maka semakin baik pula motivasi seseorang untuk berprilaku. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indarti (2010) yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan motivasi perilaku pada masa post partum.

Dokumen terkait