• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM

2. Kebijakan Aplikatif

Kebijakan aplikatif ini mengarah pada penerapan dan penegakan Undang-undang Pemberantasan Terorisme di Indonesia pleh aparat penegak hukum. Tahap aplikasi ini juga merupakan penerapan hukum pidana in concerto oleh aparat penegak hukum mulai dari kepolisisan sampai ke pengadilan.

Hadirnya hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan ditengah masyarakat memiliki tujuan untuk mengayomi, melindungi, dan menciptakan stabilitas, keteraturan, ketentraman dan ketertiban. Pengaruh aparat penegak hukum dalam upaya mewujudkan negara hukum yang berkeadilan sangatlah penting.

Berdasarkan fakta lapangan ternyata undang-undang pemberantasan terorisme di Indonesia belum sesuai dengan prinsip-prinsip suatu produk hukum yang demokratis dan berkeadilan. Hal itu tidak semata karena kelemahan lembaga DPR sebagai lembaga legislasi, tetapi lebih berkaitan dengan kelemahan sistem pemerintahan yang belum sepenuhnya “committed” dengan prinsip-prinsip negara yang demokratis.54

Putusan tentang kejahatan terorisme yang baru-baru ini hangat di media pemberitaan yaitu terdakwa Aman abdurrahman yang telah terbukti secara sah

53 https://nasional.kompas.com/read/2018/07/03/13352211/jaksa-agung-uu-antiterorisme-yang-sekarang-selangkah-di-depan-teroris, dilansir pada selasa, 3 Juli 2018, pukul 13.35 WIB

54Mardenis, Op. Cit, Hal. 182

dan meyakinkan melakukan tindak pidana terorisme dan telah dijatuhi hukuman mati atas kasus teror bom di jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, tahun 2016.

Pada Jumat, 22 Juni 2018, terdakwa kasus terorisme Aman Abdurrahman divonis hukuman mati pada sidang pembacaan putusan. Majelis hakim menilai Aman terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana terorisme dengan menggerakkan orang lain melakukan aksi teror. Terdakwa Aman Abdurrahman melanggar pasal 14 jo Pasal 6 Perpu Nomor 1 Tahun 2002 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan tindak Pidana Terorisme (dakwaan kesatu Primer), dan juga melanggar Pasal 14 jo pasal 7 Perpu Nomor 1 Tahun 2002 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantaa tindak Pidana Terorisme (dakwaan kedua primer).55

Berikut rangkuman perjalanan sidang Aman Abdurrahman.56 1) Minggu, 13 Agustus 2017

Aman Abdurrahman ditangkap Densus 88 Antiteror. Polisi menduga Aman sebagai inisiator penyerangan pos polisi di Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis, 14 Januari 2016

2) Kamis, 22 Agustus 2017

Aman Abdurrahman ditetapkan sebagai tersangka karena diduga terlibat dalam teror bom di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis, 14 Januari 2016

55 https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/22/11194491/aman-abdurrahman-divonis-hukuman-mati, dilansir pada Jumat, 22 Juni 2018, Pukul 11.19 WIB

56 https://m.detik.com/news/berita/d-4077837/perjalanan-kasus-aman-abdurrahman-hingga-divonis-hukuman-mati, dilansir pada Jumat, 22 Juni 2019, pukul 11.59 WIB

3) Kamis, 15 Februari 2018

Aman Abdurrahman menjalani sidang perdana dakwaan kasus berbagai aksi teror kelompok Jamaah Ansharut Daulah, termasuk bom Thamrin. Aman Abdurrahman disebut menyebarkan paham melalui ceramah dan format MP3. Ceramah Oman ini disebarkan selama kurun waktu 2008-2016. Menanggapi dakwaan jaksa, Aman Abdurrahman tidak mengajukan eksepsi. Namun, dia mengakunkeberatan dengan sebagian dakwan jaksa.

4) Jumat, 18 Mei 2018

Aman Abdurrahman dituntut hukuman mati karena diyakini menjadi penggerak sejumlah teror di Indonesia. Aksi teror, disebut jaksa, dilakukan setelah Amanmenginisiasi terbentuknya Jamaah Ansharut Daulah (JAD)

Teror-teror yang disebutkan jaksa dipengaruhi Aman diantaranya aksi teror bom di Gereja Samarinda pada 13 November 2016, bom Thamrin pada Januari 2016, bom kampung melayu pada 24 Mei 2017, serta penusukan polisi di Sumut dan penembakan polisi di Bima pada 2017.

Jaksa menganggap perbuatan Aman sangat sadis sehingga tak adahal yang dapat meringankan tuntutannya selain vonis mati.

5) Jumat, 25 Mei 2018

Dalam pledionya, Aman Abdurrahman membantah mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan aksi teror. Aman menyebut kasusnya Politis.

Aman menyebutkan aksi teror di sejumlah tempat itu terjadi saat ia berada di Lapas Nusakambangan. Dia mengaku tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun saat di Penjara.

6) Rabu, 30 Mei 2018

Jaksa meminta Majelis Hakim untuk menolak nota pembelaan (pledoi) Aman Abdurrahman. Aman diyakini menjadi penggerak sejumlah teror. Jaksa Anita Dewayani berkeyakinan Aman terlibat sejumlah teror di Indonesia. Karena itu, Jaksa meminta Hakim menjatuhkan hukuman mati sebagai tuntutan Jaksa.

7) Jumat, 22 Juni 2018

Aman Abdurrahman divonis dengan hukuman mati. Aman terbukti menjadi penggerak sejumlah teror di Indonesia termasuk bom Thamrin pada 2016. Kuasa hukum Aman Amdurrahmanmenyatakan pikir-pikir untuk mengajukan banding. Sedangkan Aman langsung dibawa keluar ruang sidang. Tidak ada pernyataan dari Aman di luar sidang

Hal-hal yang memberatkan yaitu: Aman merupakan residivis kasus terorisme; Aman merupakan penggagas, pembentuk, dan pendirijemaah Anshorut Daulah, organisasi yang menentang NegaraKesatuan Republik Indoneia yang diangapnya kafir dan harus diperangi; Aman adalah penganjur, penggerak kepada

pengikutnya untuk melakukan jihad, amaliyah teror, melalui dalil-dalilnya sehingga menimbulkan banyak korban aparat; Perbuatan Aman telah mengakibatkan banyak korban meninggal dan korban luka berat; Perbuatan Aman telah membuat anak meninggal dan terluka; Pemahaman Aman tentang syirikdemokrasi yang diunggah di laman Millah Ibrahim dapat diakses secarabebas sehingga dapatmemengaruhi banyak orang, serta; perbuatan Aman merugikan negara.57

Aman Abdurrahman langsung bersujud seusai hakim ketua menjatuhkan vonis mati terhadap dirinya.

Dijatuhkannya putusan terhadap kejahatan terorisme hingga saat ini memberikan indikasi bahwa undang-undang terorisme telah dapat dilaksanakan sebagaimana yang diinginkan oleh pemerintah dan masyarakat.

Terkait dengan undang-undang terorime yang baru, undang-undang terorisme ini diharapkan dapat digunakan secara bertanggungjawab oleh Kepolisian Republik Indonesia, Datasmen Khusus 88 Antiteror, Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT), Tentara Nasional Indonesia, Jaksa dan Hakim, dan dalam menjalankan tugas pemerintah dan penegak hukum tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia. Perubahan undang-undang ini juga diharapkan dapat memberikan kewenangan pada penegak hukum untuk melakukan tindak pencegahan terhadap kegiatan-kegiatan yang diduga kuat berdasrakan hukum sebagai perbuatan persiapan terorisme.

57 https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/25/07585891/vonis-mati-yang-disambut-aman-andurrahman-dengan-sujud-syukur, dilansir pada 25 Juni 2018, pukul 11.19 WIB

Dokumen terkait