• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN 3 MEDAN

Afifah Thaiyibah1 Syafaruddin2 ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) Bagaimana perumusan kebijakan yang dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 3 Medan, 2) Bagaimana pelaksanaan kebijakan yang dibuat kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 3 Medan, 3) Bagaimana evaluasi kebijakan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 3 Medan. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriftif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Teknik penelitian ini dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala madrasah, KTU dan Guru madrasah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dalam perumusan kebijakan kepala madrasah melakukan perumusan kebijakan dengan melakukan analisis SWOT dan dalam perumusan dilakukan dengan cara bermusyawarah, 2) Dalam pelaksanaan kebijakan kepala madrasah melaksanakan dalam bentuk program-program madrasah seperti program menjadikan Sekolah Standart Nasional (SSN), mengembangkan sikap dan kompetensi keagamaan, mengembangkan budaya daerah dan mengembangkan kemampuan bahasa dan teknologi informasi, 3) Dalam evaluasi kebijakan secara rutin melalui pengamatan yang dilakukan setiap minggunya dan melalui rapat evaluasi secara berkala. Dan utnuk mengetahui tingkat keberhasilan ketercapaian pelaksanaan kebijakan kepala madrasah melakukan supervisi dan monitoring dalam rapat evaluasi berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.

Kata Kunci: Kebijakan Kepala Sekolah, Meningkatkan Mutu Pendidikan PENDAHULUAN

Kini muncul berbagai gagasan mengenai kebijakan pendidikan nasional menuju peningkatan mutu pendidikan, berbagai sistem baru

1 Alumni Prodi Manajemen Pendidikan Islam UIN Sumatera Utara

pengelolaan pendidikan telah ditawarkan. Bahkan standarisasi juga menjadi pilihan kebijakan pendidikan yang dimaksudkan untuk memenuhi daya saing lokal, nasional maupun global. Para penyelenggara pendidikan harus konsisten dengan kebijakan-

kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan. Setidaknya dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Problematika mendasar yang ada di Indonesia adalah masalah mengenai mutu pendidikan, menyadari posisi Indonesia yang jauh tertinggal dalam dunia pendidikan, berbagai langkah kebijakan ditempuh salah satunya seperti perubahan kurikulum, salah satu kebijakan pemerintah yang dimaksud berkaitan dengan pendidikan, yaitu adanya perubahan kurikulum 1994 berupa CBSA, menjadi KBK, lalu ditahun 2006 menjadi KTSP dan K13 (Berbasis karakter).

Seiring dengan perkembangan zaman yang terus berubah menuju kearah kemajuan, dalam era persaingan yang semakin bebas seperti saat ini. Pemimpin lembaga pendidikan dituntut untuk dapat memberikan kualitas pendidikan yang bermutu karena pendidikan yang kurang bermutu lama kelamaan akan ditinggal oleh masyarakat dan tersingkirkan dengan sendirinya. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka diperlukan seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan profesional karena kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Kunci keberhasilan suatu sekolah pada hakekatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas seorang kepala sekolah. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah dan keberhasilan kepala sekolah adalah keberhasilan sekolah.

Mutu pendidikan suatu instansi sekolah sangat diperlukan karena suatu pembentuk karekter penerus bangsa. Diharapkan penerus bangsa mampu memahami IQ, EQ, ESQ. Kepala sekolah sebagai pemimpin diharapkan mampu mencetak lulusan sesuai dengan yang diharapkan bangsa Indonesia.

Afifah Thaiyibah, Syafaruddin

Pendidikan merupakan gejala dan kelengkapan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada hakikatnya tak hanya akan tergantung pada alam tanpa adanya pengaruh lain. Dengan kata lain bahwa manusia itu akan dapat melepaskan diri dari pergaulan dengan sesamanya. Dalam proses itulah muncul pengaruh yang akan didapat oleh manusia dari manusia lain yang membawa perubahan sikap atas manusia yang di pengaruhinya.

Namun demikian, indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Istilah mutu menurut Deming dalam Arcaro (2005:75) adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Sedangkan menurut Suryadi dan Tilaar (1993:108) menjelaskan bahwa mutu pendidikan adalah merupakan kemampuan sistem pendidikan yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah faktor input agar menghasilkan out put yang setinggi- tingginya.

Dari dua definisi mutu yang telah dikemukakan secara sederhana dapat diambil pemahaman bahwa mutu pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dalam mengelola dan memproses pendidikan secara berkualitas dan efektif untuk meningkatkan nilai tambah agar menghasilkan out put yang berkualitas. Out put yang dihasilkan oleh pendidikan yang bermutu juga harus mampu memmenuhi kebutuhan stakholders seperti yang telah diungkapkan oleh mulyasa sebagai berikut:

Menurut Mulyasa (2004:226) pendidikan yang bermutu bukan hanya dilihat dari kualitas lulusannya tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (tenaga kependidikan) serta pelanggan eksternal (peserta didik, orang tua, masyarakat dan pemakai lulusan).

Pendapat di atas menjelaskan bahwa mutu pendidikan terkait dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat. Dimana kebutuhan masyarakat dan perubahan yang terjadi bergerak dinamis seiring dengan perkembangan zaman, sehingga pendidikan juga harus bisa menyeimbangi perubahan yang terjadi secara cepat, dan bisa menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pendidikan memerlukan pemetaan dan kebijakan yang profesional. Hal itu diperlukan personal yang mampu dan tagguh. Dari hal inilah yang disebut sebagai pemimpin pendidikan (Kepala sekolah). Kepala

sekolah tidak saja dituntut menguasai teori kepemimpinan tetapi harus juga terampil menerapkan dalam situasi yang praktis diera kerja. Jika seorang kepala sekolah disamping memiliki bekal kepemimpinan dari teori yang bersifat eksteren tetapi juga pembinaan potensi yang dibawa sejak lahir atas anugerah Ilahi, namun orang dapat melatihnya agar dapat menjadi pemimpin yang tangguh, mampu serta terampil.

Secara sederhana kata kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai: “Seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antar guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran” (Wahyosumidjo, 2002:83).

Sedangkan menurut Mulyasa (2004:24) kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah dan pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Dari kedua pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepala sekolah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya. Melihat pentingnya strategi posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah, seharusnya kepala sekolah mempunyai kemampuan relation yang baik dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan sekolah dan pendidikan bermutu dapat dicapai secara optimal. Dia merupakan tokoh sentral di sekolah, ibarat pilot yang menerbangkan pesawat sampai landas hingga membawa penumpangnya selamat mendarat sampai tujuan.

Kebijakan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sangat penting karena dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya mutu pendidikan yang ada dalam sekolah itu sendiri. Kepala Sekolah sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit semangat, mendorong, merintis dan memantapkan serta sekaligus sebagai administrator. Dengan perkataan lain bahwa kepala sekolah adalah pengambil kebijakan, penentu arah tujuan sekolah, dan menjadi salah satu penggerak pelaksanaan manajemen pendidikan yang berkualitas.

Menurut Indra Fachrudi dalam (Imron, 2008:16) mengatakan bahwa kebijakan adalah wisdom. Sedangkan kebijaksanaan adalah policy.

Afifah Thaiyibah, Syafaruddin

Kebijakan adalah suatu ketentuan dari pimpinan yang berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena adanya alasan yang dapat di terima untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku. Sedangkan kebijaksanaan (policy) adalah aturan-aturan yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat kepada siapapun yang dimaksud untuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut.

Sedangkan menurut Gamage dan Pang dalam Syafaruddin (2008:2) menjelaskan kebijakan adalah terdiri dari pernyataan tentang sasaran dan satu atau lebih pedoman yang luas untuk mencapai sasaran tersebut sehingga dapat dicapai yang dilaksanakan bersama dan memberikan kerangka kerja bagi pelaksanaan program.

Berdasarkan penjelasan di atas telah menunjukkan kebijakan adalah hasil keputusan-keputusan yang dibuat secara arif dan bijaksana untuk seseorang atau sekelompok orang guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan melangkah lebih maju ke masa depan.

Dalam UU No. 22 tahun 1999 yang selanjutnya diubah menjadi UU No. 32 tahun 2004 yaitu Undang-Undang otonomi daerah yang kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Baik dan buruk suatu lembaga pendidikan menjadi tanggung jawab kepala sekolah, pemerintah hanya memfasilitasi sebagai aktivitas pendidikan, baik sarana, prasnarana, ketenagaan, maupun berbagai program pembelajaran yang direncanakan di sekolah, terutama mengenai mutu pendidikan di sekolah.

Oleh karena itu, dengan adanya UU tentang desentralisasi saat ini menyatakan bahwa kepala sekolah juga berpeluang sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan yang berbasis dengan keperluan masyaraka. Berbagai nilai-nilai kebaikan yang ada di masyarakat perlu diakomodasikan dalam merancang kebijakan pendidikan didaerah. Oleh sebab itu, para pengambil kebijakan perlu melibatkan dewan pendidikan, dunia industri, bisnis, kepala sekolah dan pihak yang terkait lainnya dalam merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan pendidikan untuk mempercepat pencerdasan kehidupan bangsa dan pemberdayaan masyarakat.

Pada konteks pendidikan seorang kepala sekolah berperan sebagai pimpinan, manajer, pendidik, pengawas, dan pendorong bagi untuk kemajuan dan perubahan sekolah menjadi lebih baik. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai suatu kebijakan yang mengarah pada

kemajuan sekolah tersebut untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah berperan sebagai lokomotif dan penentu arah kebijakan. Untuk mencapai mutu sekolah yang efektif, kepala sekolah harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, yang sering disebut dengan tujuh “M” yaitu: man (manusia, money (uang), material (alat-alat), method (cara), machine (guru), market (pasar), dan minute (waktu).

Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah harus digerakkan sedemikian rupa, oleh karena itu prilaku sebagai seorang yang memegang kunci dalam perbaikan administrasi dan pengajaran harus mampu menggerakkan kegiatan atau dalam rangka inovasi sekolah. Sehingga mutu pendidikan akan lebih baik dan berkualitas. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, sangat dipandang perlu penegasan kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 3 Medan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana perumusan kebijakan yang dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 3 Medan? (2) Bagaimana pelaksanaan kebijakan yang dibuat kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 3 Medan? dan (3) Bagaimana evaluasi kebijakan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 3 Medan?

Dokumen terkait