• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri dalam Aspek Mikro

Dalam dokumen Kajian 2015 kebijakan pemanfaatan pinjam (Halaman 41-51)

BAB 3 ANALISIS DAN HASIL KAJIAN

3.2 Kebijakan Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri Aspek Makro dan Mikro

3.2.2 Kebijakan Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri dalam Aspek Mikro

Selain sebagai sumber pembiayaan, pinjaman luar negeri juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas bagi pihak yang terlibat dalam kegiatan pinjaman luar negeri. Peningkatan kapasitas tersebut dapat diperoleh dari penerapan international best practices maupun alih ilmu dan teknologi (transfer of knowledge) melalui interaksi antara pihak yang terlibat dalam proyek. Beberapa pihak yang diharapkan dapat menerima dampak peningkatan kapasitas implementasi antara lain: (i) pelaksana proyek, (ii) penerima manfaat (beneficiaries), dan (iii) stakeholder lain (kontraktor, supplier) (Gambar 3.10).

Pinjaman/ obligasi Dalam Negeri dalam batas wajar Pembiayaan Defisit (utang pemerintah) Portofolio Utang: Domestik: SBN, Pinjaman DN External: Pinjaman LN Komposisi pembiayaa n lebih baik Mengurangi potensi crowding out

Beberapa bentuk peningkatan kapasitas sangat beragam, untuk pemerintah yang terlibat dalam proyek dapat memperoleh pembelajaran

dan peningkatan kapasitas implementasi proyek khusunya mengenai penyiapan dan manajemen proyek. Di sisi lain, beragam manfaat dapat diperoleh oleh penerima manfaat (beneficiaries) yang sebagian besar diterima masyarakat

diantaranya adalah pengetahuan berorganisasi, peningkatan keahlian, dan

peningkatan kemandirian masyarakat secara sosial maupun ekonomi. Untuk para stakeholder lain seperti kontraktor atau swasta dalam negeri, peningkatan kapasitas dapat diperoleh melalui pembelajaran inovasi, teknologi, know-how dari pihak luar (internasional) melalui transfer of knowledge ataupun internasional best practices.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan pinjaman luar negeri dalam peningkatan kapasitas implementasi, dibutuhkan pemilihan mitra yang sesuai dengan keahlian di bidangnya. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia telah melakukan kerjasama dengan berbagai mitra pembangunan baik secara bilateral maupun multilateral. Masing-masing mitra pembangunan tersebut mempunyai comparative advantage di dalam sektor-sektor proyek tertentu. Peningkatan kapasitas implementasi yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek pinjaman luar negeri dapat dilihat dari hasil pemantauan dan evaluasi pinjaman luar negeri yang dilaksanakan oleh pemerintah. Berdasarkan pemantauan dan evaluasi tersebut dapat dinilai bagaimana masing-masing lender mampu memberikan peningkatan kapasitas baik bagi pelaksana proyek maupun penerima manfaat (beneficiaries).

Pelaksana Proyek (manajemen proyek) International Best Practice & Transfer of Knowledge Beneficiaries: Masyarakat & Pemerintah (manajemen organisasi, pengetahuan, good governance, skill, empowerment) ↑

Kontraktor & Industri DN

(new technology, inovasi) ↑ Pinjaman Luar Negeri Interaksi Stakeholder dalam Proyek Pinjaman LN (International expert, Industri/ Local Supplier & International, Pemerintah Asing

& Lokal, Masyarakat,

Kontraktor)

Coastal Community Development Project (CCDP)

CCDP merupakan proyek pembangunan masyarakat pesisir yang bekerjasama dengan IFAD berupa dukungan dana pinjaman sebesar USD 29.9 Juta. Tujuan dari CCDP adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pelaku kegiatan perikanan dan kelautan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Lingkup proyek dilaksanakan pada 11 lokasi Kabupaten di Indonesia.

Dari hasil kunjungan lapangan diperoleh informasi mengenai beberapa manfaat proyek

bagi peningkatan kapasitas masyarakat penerima manfaat (benfiseries) sebagai berikut:

 Adanya pendekatan berbasis pemberdayaan masyarakat yang mampu meningkatkan

pendapatan rumah tangga secara signifikan. Hal ini dapat terlihat dari adanya kelompok pengolah hasil sumber daya alam laut oleh ibu-ibu di wilayah setempat. Ibu- ibu yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan, sangat merasakan manfaat dari CCDP. Sekarang mereka memiliki pendapatan/menabung sekitar Rp 600.000/bulan. Tidak hanya dari sisi peningkatan pendapatan, kelompok pengelola hasil sumber daya juga diberi pelatihan-pelatihan terkait pengolahan produk termasuk cara menggunakan teknologi pengolah yang sederhana.

 Keseragaman label dan mutu produk (standarisasi) akan dilakukan di “Rumah Kemasan”

sehingga produk olahan terorganisir dan dalam jangka panjang siap dipasarkan sebagai

komoditi ekspor. Jenis teknologi yang digunakan di “Rumah Kemasan” merupakan

teknologi sederhana yang diperoleh dari dalam negeri.

 Untuk menarik kunjungan masyarakat ke Pantai Cemare, Desa Lembar Selatan,

Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, kedepannya akan dikembangkan

wisata pantai dan pembuatan track didalam hutan mangrove untuk keperluan wisata

hutan mangrove. Dilokasi yang berdekatan dengan hutan mangrove, dibangun perpustakaan kecil sebagai sarana edukasi untuk anak-anak di wilayah sekitar. Perpustakaan menyediakan buku-buku yang diperoleh melalui donasi berbagai pihak seperti universitas.

Pembentukan “Koperasi Bina Bahari” sedang dilakukan dalam upaya untuk menjaga

keberlanjutan CCDP ketika masa proyek pinjaman luar negeri dari IFAD ini berakhir. Koperasi tersebut akan didampingi Bank Pesisir untuk permodalan.

Sekretariat sekaligus rumah Rumah Kemasan, Sekretariat salah satu kelompok produksi salah satu kelompok Kec. Lembar, NTB. pengelola sumber daya sekaligus pengolah hasil sumber daya. perpustakaan pesisir.

B. Pengembangan Model Proyek/Kegiatan (Replikasi/Scaling Up)

Dengan adanya pembelajaran berupa transfer of knowledge dan penerapan international best practices, kegiatan pinjaman luar negeri berpotensi untuk dikembangkan melalui replikasi/scaling up. Replikasi/scaling up merupakan upaya untuk melanjutkan proyek pinjaman yang dinilai sukses dengan menerapkan kegiatan yang serupa untuk memperluas pelaksanaannya. Untuk mengidentifikasi kelayakan proyek pinjaman luar negeri yang akan direplikasi/scaling up, dapat dilihat dari hasil pematauan dan evaluasi terhadap output/outcome dan manfaat proyek.

Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan untuk menilai proyek tersebut layak untuk di replikasi/scaling up adalah aspek unsur pembelajaran (best practice), aspek kelayakan (feasible), dan aspek prioritas (priority) (Gambar 3.11). Best practice, artinya proyek tersebut mampu memberikan lesson learn/inovasi dan memberikan dampak positif bagi pembangunan baik dari sistem dan tata kelola yang lebih baik maupun inovasi teknologi.

Feasible, adalah kesesuaian desain proyek untuk memungkinkan dilaksanakan dengan menggunakan sistem nasional baik dengan/tanpa modifikasi proyek. Beberapa kriteria proyek yang feasible untuk direplikasi/scaling up yaitu; model yang sederhana, memiliki standar pedoman yang jelas dan akuntabel, menawarkan inovasi yang belum pernah dikembangkan di program lain, tidak berkonteks lokal, tidak memiliki karakteristik tertentu yang dapat mengurangi relevansi perluasan, serta efektif dan efisien dari segi biaya maupun kelembagaan (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral, 2014). Hal terakhir yang perlu menjadi suatu pertimbangan dalam pemilihan proyek untuk replikasi/scaling up adalah priority, artinya adalah proyek tersebut merupakan prioritas nasional untuk mencapai sasaran pembangunan nasional.

Proyek/kegiatan Pinjaman Luar Negeri:

International best practice dan Transfer

of knowledge Output/ Outcome, dan manfaat Pemantauan dan Evaluasi Best Practice, Feasible, Priority Model proyek/kegiatan dapat direplikasi/ scaling up

Gambar 3.11 Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri dalam Pengembangan Model Proyek/Kegiatan

Proyek/kegiatan yang dapat direplikasi/scaling up dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, yaitu kuantitatif atau kualitatif (Gambar 3.12)3. Kegiatan

bersifat kuantitatif apabila replikasi/scaling up ditujukan untuk menjangkau penerima manfaat yang lebih luas atau adanya penambahan lokasi kegiatan. Di sisi lain, kegiatan yang bersifat kualitatif diidentifikasi dari apakah replikasi/scaling up dilakukan dengan mengadopsi sebagian atau keseluruhan model dalam sistem dan program pemerintah (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral, 2014).

3 Mekanisme replikasi/scaling up diadopsi dari hasil Studi Kebijakan: Kerangka

Kerja Replikasi (Scaling Up) Hasil-Hasil Terbaik Proyek-Proyek Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral, Bappenas.

Sifat Model proyek/kegiatan yang dapat direplikasi/

scaling up

Kualitatif

Penambahan Lokasi

Sebagian Model (modifikasi) Kuantitatif

Jumlah Penerima Manfaat

Keseluruhan Model

Strategi Keberlanjutan dan Inisiasi Replikasi Proyek READ (Rural Empowerment and Agricultural Development)

READ merupakan proyek kerjasama pemerintah dengan IFAD yang bertujuan untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat miskin secara berkelanjutan melalui peningkatan pertumbuhan kegiatan ekonomi pertanian masyarakat. READ dilaksanakan di provinsi Sulawesi tengah: Kabupaten Banggai, Kabupaten Buol, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso, dan Kabupaten Toli-toli. Institusi pelaksana proyek ini adalah Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian. Dukungan dana diperoleh dari IFAD berupa pinjaman sebesar USD 21,08 Juta dan hibah sebesar USD 500.000.

Evaluasi hasil READ pada pertengahan 2014 yang dilakukan oleh pengelola proyek, menunjukkan bahwa pendekatan pemberdayaan READ telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan berkontribusi pada peningkatan produksi pertanian masyarakat. Selain itu, hasil evaluasi juga menunjukkan adanya keunggulan dan pembelajaran dalam proyek READ.

Dengan melihat hasil evaluasi dan manfaat proyek READ tersebut, maka terdapat dorongan untuk memperluas proyek READ. Oleh karena itu, sebagai salah satu exit strategy, Pemerintah menginisiasi dilakukannya replikasi READ di wilayah lain. Inisiatif replikasi READ didasarkan pada penilaian terhadap pemantauan dan evaluasi proyek yang dilakukan selama proyek berjalan. Termasuk perbandingan dengan program-program serupa yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian.

Replikasi READ di wilayah lain tersebut dimaksudkan untuk memperluas cakupan penerima manfaat dan lokasi READ. Dengan mempertimbangkan pembelajaran dan pencapaian READ, pemerintah pusat berinisiatif untuk mereplikasi READ di wilayah perbatasan dengan negara lain, yaitu pada Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut, adalah kesamaan karakteristik wilayah dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan kondisi daerah yang relatif masih tertinggal dari wilayah lain di Indonesia. Masyarakat di lokasi tersebut umumnya memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah, dengan pertanian sebagai mata pencaharian utama.

Sumber: (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral, 2014),(diolah).

C. Sebagai Instrumen Kerjasama Pembangunan

Seiring dengan perkembangan ekonomi global, pinjaman luar negeri yang dilakukan Indonesia memiliki upaya dalam mendorong peningkatan kerjasama internasional baik di forum multilateral maupun bilateral. Pada tingkat multilateral, pinjaman luar negeri dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan lembaga- lembaga multilateral seperti World Bank, Asian Development Bank, Islamic

Development Bank, dan lain-lain. Selain sebagai member country dan borrower, peran Indonesia juga dapat ditingkatkan untuk lebih aktif dalam lembaga tersebut. Selain itu, kerjasama dalam lembaga tersebut juga mampu membangun network dengan dunia internasional (Gambar 3.13).

Pada tingkat bilateral, pelaksanaan pinjaman luar negeri G-to-G akan memperkuat hubungan bilateral antar negera sehingga dapat meningkatkan kerjasama pada level yang lebih besar seperti pada aspek perdagangan, pariwisata, dan sebagainya. Selain itu, pinjaman luar negeri dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan comparative advantage di masing-masing negara.

Adanya peran aktif Indonesia dalam menjalin kerjasama internasional baik secara multilateral maupun bilateral dapat mendukung peran Indonesia dalam melakukan diplomasi ekonomi yang dapat menciptakan citra internasional yang baik. Namun yang perlu diperhatikan adalah keselarasan diplomasi ekonomi dan diplomasi politik agar dapat memberikan hasil yang optimal dalam memenuhi kepentingan nasional di dunia internasional.

D. Mendorong Peran BUMN dan Swasta Nasional

Proyek pinjaman luar negeri tidak hanya melibatkan kerjasama G-to-G saja, namun juga melibatkan peran BUMN dan swasta nasional dalam pelaksanaannya. BUMN dan swasta dapat terlibat secara langsung dalam proyek pinjaman luar negeri sebagai pelaksana proyek, kontraktor, pemasok (supplier), atau bagian dari KPS (Kerjasama Pemerintah-Swasta) (Gambar 3.14).

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2015, BUMN dapat memanfaatkan pinjaman luar negeri melalui pinjaman langsung (direct lending) yang memungkinkan adanya jaminan pemerintah didalamnya. Pemanfaatan pinjaman luar negeri juga dapat diarahkan untuk mengembangkan industri BUMN dan swasta nasional dengan semaksimal mungkin memanfaatkan pasokan (supply)

Pinjaman Luar Negeri Kerjasama Multilateral Kerjasama Bilateral Networking ↑ Hubungan Bilateral antar Negara ↑ (dan diperluas untuk sektor

lain)

Kerjasama Pembangunan

Gambar 3.13 Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri sebagai Instrumen Kerjasama Pembangunan

produk-produk mereka dalam mendukung proyek pinjaman luar negeri. Terkait dengan keterlibatan BUMN dan swasta nasional dalam KPS, hal ini dilakukan dengan mengarahkan pinjaman luar negeri untuk membiayai proyek dengan skema KPS. Dalam pola ini, pemerintah memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk mendanai porsi pemerintah, sedangkan BUMN dan Swasta membiayai porsi privat-nya.

Secara tidak langsung, proyek pinjaman luar negeri dapat meningkatkan peran BUMN dan swasta melalui pengalokasian beberapa proyek pinjaman luar negeri pada kegiatan yang paling dibutuhkan BUMN dan swasta untuk berkembang. Jenis kegiatan yang dimaksud merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan daya tarik investasi (investment leverage) seperti proyek pada sektor infrastuktur dan energi. Proyek-proyek di sektor infrastruktur dan energi akan meningkatkan daya saing nasional dalam melakukan usaha (doing business), yang salah satunya adalah adanya penurunan biaya investasi (cost of investment) yang harus dikeluarkan oleh BUMN dan swasta. Dampak dari efisiensi tersebut akan meningkatkan minat dan peran BUMN dan swasta untuk berinvestasi di Indonesia dan meningkatkan kontribusi mereka dalam pembangunan nasional.

E. Mendukung Pertumbuhan Ekonomi, Meningkatkan Akses Pelayanan, atau Pemerataan Pembangunan

Pinjaman luar negeri dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, akses pelayanan, dan pemerataan pembangunan (Gambar 3.15). Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pinjaman luar negeri difokuskan pada proyek-proyek pembangunan dengan investment leverage yang tinggi seperti sektor infrastruktur dan energi.

P e n in g k a ta n P e ra n B U M N da n S w a st a da la m P e re k o n o m ia n N a si o n a l P ro y e k P in ja ma n L u a r N e g e ri Proyek Pinjaman Luar Negeri yang melibatkan BUMN/Swasta Stakehol- der - Pelaksana proyek - Kontraktor - Supplier - Pembiayaan KPS(Kerjasama Pemerintah-Swasta) Investment Leverage (energi, infra) Daya Saing ↑, Cost of investment ↓ Investasi Swasta/ BUMN ↑ Proyek yang berdampak pada investasi swasta/BUMN

Gambar 3.14 Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri dalam Mendorong Peran BUMN dan Swasta

Dalam hal peningkatan akses pelayanan, pinjaman luar negeri lebih difokuskan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan fasilitas kebutuhan dasar masyarakat (basic public need project

)

. Peningkatan fasilitas kebutuhan dasar masyarakat yang dimaksud adalah akses rumah sakit bagi masyarakat, sarana pendidikan, dan lain-lain. Untuk pemerataan pembangunan, pinjaman luar negeri diarahkan pada proyek untuk daerah terluar, terpencil, dan pinggiran. Pelaksanaan proyek perlu dilaksanakan dengan memperhatikan potensi keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah, serta posisi geografis strategis di masing-masing pulau agar sasaran pembangunan tercapai dan kesejahteraan masyarakat pun meningkat.

Pemerataan pembangunan Proyek pinjaman

luar negeri

Proyek investment leverage

Proyek kebutuhan masyarakat

Proyek untuk daerah terluar, terpencil, dan pinggiran

Akses pelayanan Pertumbuhan ekonomi

Gambar 3.15 Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri dalam Mendukung

Pertumbuhan Ekonomi, Meningkatkan Akses Pelayanan, atau Pemerataan Pembangunan

Dalam dokumen Kajian 2015 kebijakan pemanfaatan pinjam (Halaman 41-51)

Dokumen terkait