TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.2. Kebijakan Pendanaan
2. Price Book Value ( PBV )
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen
danorganisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham,
1996)., yang diproksikan dengan :
PBV
Menurut Aris (2006) Tujuan Utama Perusahaan adalah sebagai berikut : “Tujuan
Perusahaan adalah untuk meningkatkan Nilai Perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.”
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan dipandang dari sudut pandang investor, dimana
investor akan menilai suatu perusahaan dengan melihat pada harga saham atau harga
pasar (market price) perusahaan tersebut. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sudana (2011) yang menyatakan bahwa “bagi perusahaan yang sudah go public, memaksimalkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimalkan harga pasar
saham”. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diwakili oleh variabel PER (Price Earning Ratio).
2.1.2. Kebijakan Pendanaan
Setiap emiten akan berusaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan agar dapat
memakmurkan investornya. cara yang diterapkan adalah dengan menetapkan berbagai
kebijakan, kebijakan perusahaan adalah merupakan keputusan - keputusan ataupun pilihan - pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Menurut Moeljadi (2006) “Agar tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
dapat tercapai, maka perlu diambil berbagai kebijakan (financial decision) yang relevan dan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan. Kebijakan-kebijakan
(1)Kebijakan investasi (investment decision); (2) Kebijakan pendanaan (financing decision); dan (3) Kebijakan dividen (dividend decision)”.
Pengambilan keputusan atau kebijakan dalam perusahaan merupakan salah satu
tugas dari manajer keuangan perusahaan. Menurut Hanafi (2008), “ Tugas manajer
keuangan adalah mengambil keputusan investasi, pendanaan, dan likuiditas dengan
tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham)”. Jadi, keputusan
pendanaan termasuk faktor penting bagi manajer perusahaan dalam memaksimumkan
nilai perusahaan. Keputusan pendanaan berhubungan dengan alternatif pendanaan yang
dilakukan oleh perusahaan. Sudana (2011) menyatakan bahwa, “Keputusan pendanaan
berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk membelanjai
investasi yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia,
sehingga diperoleh suatu kombinasi pembelanjaan yang paling efektif.” Alternatif
pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber, seperti
yang dijelaskan oleh Keown et al. (2011) “Pembiayaan datang dari dua sumber utama : hutang (kewajiban - kewajiban) dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam
dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Ekuitas, disisi lain,
menunjukkan investasi pemegang saham dalam perusahaan.” Hal ini yang menjadi
bahan pertimbangan nilai perusahaan, karena dengan keputusan pendanaan yang baik
dan benar, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik.
“Keputusan pendanaan adalah keputusan keuangan tentang asal dana untuk
membeli aktiva. Ada dua macam sumber dana :
1. Dana pinjaman, seperti utang bank dan obligasi.
Dana pinjaman dan saham, merupakan sumber dana yang berasal dari luar
perusahaan, sedangkan laba ditahan merupakan sumber dana yang berasal dari dalam
perusahaan.” (Sudana, 2011) Menurut Modigliani dan Miller (1963) dalam Haruman
(2007) menyatakan bahwa pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.Apabila
pendanaan didanai melalui hutang, peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi
pemegang saham. Selain iru, penggunaan dana eksternal akan menambah pendapatan
perusahaan yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan investasi yang
menguntungkan bagi perusahaan, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Myers dalam Kartika (2009) perusahaan lebih menyukai penggunaan
pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas dan laba ditahan.
Urutan penggunaan sumber pendanaan menurut pecking order theory adalah: internal fund (dana internal, debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003 dalam Kartika, 2009).
as TotalEkuit
g TotalHutan
=
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak
memperoleh sorotan dari publik akibat penerbitan saham baru (Kartika, 2009).Dana
eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan
yaitu pertimbangan biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi lebih murah dibandingkan
biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan
menurunkan harga saham lama. Alasan kedua adalah adanya kekhawatiran manajer
bahwa penerbitan saham baru dapat ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal.
Pemilihan sumber pendanaan yang telah dilakukan oleh manajer keuangan perusahaan,
baik menggunakan utang ataupun menggunakan modal sendiri akan tercermin dalam
kolom neraca keuangan. “Hasil dari keputusan pembelanjaan tampak pada neraca sisi
pasiva, yaitu berupa utang lancar, utang jangka panjang, dan modal” (Sudana, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
variabel Debt to Equity Ratio (DER) untuk menilai keputusan atau kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007 – 2013.
Kebijakan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut
komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati,2005). Kebijakan
pedanaan dalam penelitian ini diproksi,
Debt to equity ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan
Houston, 2011).
DER
Menurut Horne dan Wachoviz (1998) “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm ( including current liabilities ) by its shareholders equity.” Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Sedangkan menurut Sawir (2001)
menjelaskan bahwa debt to equity ratio adalah “ Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.”
Menurut Robert Ang (1997) DER dapat digunakan untuk melihat struktur modal
suatu perusahaan karena DER yang tinggi menandakan struktur permodalan usaha yang
lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER
mencerminkan resiko perusahan relatif tinggi karena perusahaan dalam operasi relatif
tergantung pada hutang dan perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga
hutang sehinnga investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai
DER yang tinggi.