• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pengembangan Teknologi Informasi

kerja subsektor teknologi informasi adalah 1,91%, berada di atas tingkat

3.2 Kebijakan Pengembangan Teknologi Informasi

Kebijakan merupakan pedoman dasar suatu kepemimpinan untuk melakukan tindakan. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum karena kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kebijakan merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif, seperti prioritas program dan pemilihan berdasarkan dampaknya. Saat ini, terdapat beberapa kebijakan yang terkait langsung dengan industri teknologi informasi. Bagian ini akan mencoba mengkaji beberapa kebijakan terkait dengan teknologi informasi yang saat ini sudah menjadi regulasi pemerintah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kebijakan-kebijakan tersebut.

3.2.1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

1 Nama peraturan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 2 Penjelasan

singkat

Tujuan

• Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia

• Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

• Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik

• Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab

• Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggaraan teknologi informasi

Isi undang-undang

• Informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik

• Penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan sistem elektronik • Transaksi elektronik

• Nama domain, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan perlindungan hak pribadi • Perbuatan yang dilarang

• Penyelesaian sengketa

• Peran pemerintah dan peran masyarakat • Penyidikan

• Ketentuan pidana • Ketentuan peralihan 3 Kelemahan dari

peraturan

UU ITE dianggap dapat membatasi hak kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat, dan menghambat kreativitas dalam bidang teknologi informasi khususnya melalui media internet. UU ITE masih ditemukan kelemahan-kelemahan dalam setiap pasal-pasalnya dan cenderung sebagai produk hukum yang konservatif. Oleh karena itu, UU ITE masih mengalami kendala dalam penerapannya sehingga masih perlu perbaikan, khususnya yang menyangkut sanksi tegas dan spesifik terhadap penyalahgunaan teknologi informasi.

4 Kesimpulan UU ITE berfungsi sebagai payung hukum dalam mengatur

berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Namun, UU ITE masih terdapat kelemahan khususnya sanksi tegas terhadap pelaku cyber crime. UU ITE juga perlu disosialisasikan lebih lanjut kepada masyarakat karena masih terdapat pro kontra dalam penerapannya.

73 BAB 3: Kondisi Umum Teknologi Informasi di Indonesia

3.2.2 Hak Kekayaan Intelektual

1 Nama peraturan Keputusan Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual No. H-08-Pr.07.10 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual melalui Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (8 Desember 2000) 2 Penjelasan

singkat

• Tata cara pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

• Biaya permohonan HKI sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak.

• Pembayaran biaya permohonan HKI, mulai dari formulir, lampiran yang dibutuhkan, dan bukti pembayaran permohonan sebesar Rp75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah).

• Permohonan pencatatan pengalihan hak ciptaan terdaftar. • Permohonan petikan resmi ciptaan terdaftar.

• Permohonan penghapusan ciptaan terdaftar. • Permohonan paten

• Permohonan pemeriksaan substantif

• Permohonan perubahan nama dan/atau alamat pemohon paten • Permohonan untuk memeroleh petikan daftar umum paten • Permohonan pendaftaran merek

• Permohonan perpanjangan merek terdaftar

• Permohonan pencatatan pengalihan hak merek terdaftar • Permohonan pencatatan perubahan nama dan alamat • Permohonan penghapusan merek terdaftar

• Permohonan pencatatan pembatalan merek terdaftar • Permohonan petikan merek terdaftar

• Keberatan atas permohonan pendaftaran merek • Permohonan keterangan tertulis mengenai daftar umum

• Permohonan keterangan tertulis mengenai persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar

3 Kelemahan dari peraturan

Secara keseluruhan, peraturan yang ada sudah cukup jelas dan detail. Namun, sosialisasi peraturan ini masih kurang sehingga tidak semua pelaku teknologi informasi mengetahui hal ini. Selain itu, proses pendaftaran yang masih dianggap sulit juga merupakan salah satu alasan para pelaku teknologi informasi enggan untuk mendaftar HKI.

4 Kesimpulan Untuk mendorong pelaku teknologi informasi mendaftarkan HKI-nya, disarankan Dirjen HKI melakukan sosialisasi berupa iklan layanan masyarakat yang dapat disebarkan melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial. Selain itu, memfasilitasi para pelaku teknologi informasi untuk mempermudah proses pendaftaran.

3.2.3 Paten

1 Nama peraturan UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 109)

2 Penjelasan singkat

Latar belakang

Ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan teknologi, industri, dan perdagangan yang semakin pesat

Tujuan

• Untuk memberikan perlindungan yang wajar bagi inventor

• Untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang jujur serta memperhatikan kepentingan masyarakat pada umumnya

74 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Teknologi Informasi Nasional 2015-2019

Isi undang-undang

Terdiri atas 139 pasal yang terbagi ke dalam 18 bab, undang-undang ini mengatur hal-hal sebagai berikut.

• Lingkup paten, yaitu untuk invensi (penemuan) baru, mengandung langkah baru, dan dapat diterapkan dalam industri. Selain itu, dijelaskan mengenai jenis-jenis invensi/penemuan yang tidak termasuk lingkup paten

• Jangka waktu paten, yaitu selama 20 tahun (10 tahun untuk Paten Sederhana) dan tidak dapat diperpanjang

• Hak dan kewajiban pemegang paten • Tata cara permohonan paten

• Pengumuman dan pemeriksaan substantif, yaitu menempatkan dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara berkala oleh Dirjen

• Persetujuan atau penolakan permohonan, yang memakan waktu maksimal 36 (tiga puluh enam) bulan untuk Paten dan 24 (dua puluh empat) bulan untuk Paten Sederhana

• Komisi banding paten

• Pengalihan dan lisensi paten jika pemilik paten memberikan paten dengan sebab-sebab tertentu

• Pembatalan paten, baik karena hukum, gugatan, maupun karena permohonan pemegang paten

• Pelaksanaan paten oleh pemerintah

• Permohonan melalui Traktat Kerja Sama Paten • Biaya pengajuan paten

• Penyelesaian sengketa, mulai dari penetapan sementara pengadilan, penyidikan, hingga ketentuan pidana

3 Kelemahan dari peraturan

Peraturan ini sudah cukup jelas dan detail. Namun, jangka waktu persetujuan atau penolakan permohonan terlalu lama karena memakan waktu lebih dari dua tahun. Hal tersebut akan membuat pelaku teknologi informasi enggan mendaftarkan paten karena setiap produk memiliki siklus hidupnya masing-masing yang lebih sedikit daripada waktu tunggu persetujuan/penolakan. Selain itu, sosialisasi untuk pelaku teknologi informasi juga masih kurang. 4 Kesimpulan Untuk mendorong pelaku teknologi informasi mendaftarkan paten, disarankan

Dirjen HKI melakukan sosialisasi berupa iklan layanan masyarakat yang dapat disebarkan melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi jangka waktu persetujuan atau penolakan paten yang masih terlalu lama bagi desainer dan memfasilitasi para pelaku teknologi informasi untuk mempermudah proses pendaftaran.

3.2.4 Hak Cipta

1 Nama peraturan UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 2 Penjelasan

singkat

Latar belakang

• Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/suku bangsa dan budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan-pengembangannya yang memerlukan perlindungan Hak Cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut

• Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan Hak Cipta pada khususnya

• Perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah sedemikian pesat

75 BAB 3: Kondisi Umum Teknologi Informasi di Indonesia

Tujuan

• Untuk melindungi Hak Cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman Indonesia

• Untuk pengejawantahan Hak Cipta lebih lanjut dalam sistem hukum nasional Indonesia

• Untuk peningkatan perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas

Isi undang-undang

• Definisi hak cipta, yaitu “hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”

• Lingkup hak cipta • Perlindungan ciptaan • Hak cipta atas potret • Hak moral

• Masa berlaku hak cipta, yang seumur hidup pencipta dan berlaku hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia

• Pendaftaran ciptaan

• Lisensi, yaitu “izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu”

• Dewan hak cipta • Hak terkait

• Pengelolaan hak cipta

• Biaya pengajuan permohonan permintaan petikan Daftar Umum Ciptaan, pencatatan pengalihan hak cipta, pencatatan perubahan nama dan/atau alamat, pencatatan perjanjian lisensi, pencatatan lisensi wajib, serta lain-lain;

• Penyelesaian sengketa, mulai dari penetapan sementara pengadilan, penyidikan, hingga ketentuan pidana.

3 Kelemahan dari peraturan

Undang-undang ini sudah memuat beberapa ketentuan baru, terutama mengenai hak cipta terkait teknologi informasi. Informasi yang ada di undang juga sudah detail. Namun, seperti kebijakan sebelumnya, undang-undang ini juga masih kurang disosialisasikan kepada pelaku teknologi informasi.

4 Kesimpulan Untuk mendorong pelaku teknologi informasi mendaftarkan paten, disarankan Dirjen HKI melakukan sosialisasi berupa iklan layanan masyarakat yang dapat disebarkan melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi jangka waktu persetujuan atau penolakan paten yang masih terlalu lama bagi desainer dan memfasilitasi para pelaku teknologi informasi untuk mempermudah proses pendaftaran. Undang-undang ini harus lebih banyak disosialisasikan bersama dengan Undang- undang-undang Paten dan HKI.

3.2.5 Nomenklatur Pendidikan Tinggi Teknologi Informasi

1 Nama peraturan Daftar rumpun ilmu dari nomenklatur pendidikan tinggi teknologi informasi 2 Penjelasan

singkat

Pada peraturan pendidikan tinggi, bidang teknologi informasi terdapat dalam rumpun ilmu teknik dengan sub rumpun teknik elektro dan informatika. Beberapa sub rumpun ilmu dalam teknik elektro dan informatika adalah: • Teknik Elektro

• Teknik Tenaga Elektrik • Teknik Telekomunikasi

76 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Teknologi Informasi Nasional 2015-2019

• Teknik Elektronika

• Teknik Kendali (atau Instrumentasi dan Kontrol) • Teknik Biomedika • Teknik Komputer • Teknik Informatika • Ilmu Komputer • Sistem Informasi • Teknologi Informasi • Teknik Perangkat Lunak • Teknik Mekatronika

• Bidang Teknik Elektro dan Informatika Lain Yang Belum Tercantum 3 Kelemahan dari

peraturan

Bidang teknologi informasi sangat luas. Pendidikan tinggi teknologi informasi tidak hanya menyangkut kemampuan teknis, tetapi harus meliputi keilmuan dalam manajemen teknologi informasi agar menghasilkan lulusan yang paham bagaimana mengelola teknologi informasi dan menciptakan wirausaha kreatif di bidang teknologi informasi yang tidak hanya menguasai teknologi informasi secara teknis namun secara manajerial juga. Oleh karena itu, diperlukan adanya spesifikasi rumpun keilmuan mengenai teknologi informasi.

4 Kesimpulan Nomenklatur pendidikan tinggi teknologi informasi secara spesifik telah tercantum dalam rumpun ilmu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bidang teknologi informasi sangat luas. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum oleh setiap perguruan tinggi harus disusun sedemikian rupa agar peserta didik (mahasiswa) dapat memahami dan menerapkan keilmuannya dalam dunia kerja.