• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan tentang faktor determinan peran pemuda

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Pengujian Hipotesis

5.4.2 Kebijakan tentang faktor determinan peran pemuda

Sudah dijelaskan sebelumnya tentang faktor- faktor penentu (determinan) peran pemuda di daerah penelitian. Determinan tersebut adalah kebijakan publik, jiwa kewirausahaan pemuda, pemilikan kapital sosial, serta pemilikan sumberdaya lainnya oleh pemuda. Dengan manipulasi determinan-determinan ini maka peran pemuda dapat lebih ditingkatkan.

Kebijakan publik yang mempengaruhi peran pemuda adalah : (1) adanya kegiatan penyuluhan serta (2) adanya kredit yang dapat digunakan pemuda sebagai modal usaha dan modal kerja.

Semakin banyak intensitas penyuluhan semakin besar peran pemuda. Penyuluhan yaitu penyampaian informasi kepada pemuda agar mereka menggunakan informasi tersebut untuk perubahan. Karena itu maka penyuluhan adalah peubah penting dalam pembangunan.

Kebijakan penyuluhan di dalam bidang kelautan dan perikanan mengalami mati suri sejak dimulai era otonomi daerah. Sebelumnya, kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan adalah bagian dari penyuluhan pertanian, baik organisasi, sumberdaya manusia tenaga penyuluh maupun programnya. Namun dengan diserahkannya kegiatan penyuluhan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, kegiatan penyuluhan dalam bidang kelautan dan perikanan cenderung tidak berjalan.

122

Menyadari pentingnya penyuluhan kepada masyarakat pedesaan, pemerintah baru saja menetapkan Undang-Undang (UU) No. 16 Tahun 2006 tentang penyuluhan. Namun demikian pada saat penelitian ini dilakukan, implementasi UU No.16/2006 ini belum ada di lapangan. Oleh karena itu, mengingat pentingnya kegiatan penyuluhan yang diantaranya dapat meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di pedesaan maka UU ini harus segera diimplementasikan.

Pentingnya peubah penyuluhan dalam meningkatkan peran pemuda dapat juga menjadi alasan untuk menempatkan pemuda sebagai kelompok sasaran (target group) dalam pembangunan pedesaan. Dinamika pemuda, meskipun ada banyak kelemahan yang dimiliki mereka seperti tingkat pendidikan yang rendah dan pengalaman yang kurang, dapat digunakan untuk menyebarkan program pemerintah kepada masyarakat pedesaan secara keseluruhan. Dalam hubungan ini, pemuda dapat dijadikan kelompok early adaptor yaitu mereka yang lebih dulu menerima pembaruan yang dari luar. Selanjutnya adalah tanggung jawab early adaptor ini untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, secara sistematis maupun tanpa perencanaan.

Determinan kredit kepada pemuda juga merupakan aspek penting. Semakin besar kredit usaha, baik untuk modal investasi maupun modal kerja, yang dapat dimanfaatkan pemuda semakin besar peranan mereka dalam pembangunan. Dengan alasan itu pemerintah perlu memiliki kebijakan untuk membuka akses pemuda kepada sumber kredit usaha. Selain itu program bantuan modal usaha dalam bentuk bantuan modal, bantuan sosial, baik untuk kelompok maupun individu patut digalakkan.

Karena akses yang mudah ke sumber permodalan akan meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan maka pemerintah pun harus memiliki kebijakan untuk membangun lembaga permodalan di tingkat pedesaan. Adanya beberapa bank yang dapat menyalurkan kredit usaha kepada pemuda adalah situasi ideal. Namun sebagai alternatif, pemerintah perlu mendorong terbentuknya lembaga keuangan non bank, koperasi simpan pinjam, atau bentuk lembaga permodalan lainnya yang dapat melayani pemuda di pedesaan pesisir.

Dikaitkan dengan program pemerintah yang sedang dijalankan saat ini, khususnya oleh Departemen Kelautan dan Perikanan, maka program pemberdayaan masyarakat pesisir yang di dalamnya termasuk pendirian lembaga keuangan non-bank, penyediaan cash collateral (sebagai jaminan agunan kepada perbankan), serta pelayanan usaha mikro dan kecil melalui fasilitasi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) perlu dipertahankan bahkan dikembangkan lebih jauh untuk menjangkau lebih banyak orang khususnya pemuda di pedesaan pesisir.

Determinan lain yang menentukan peran pemuda yaitu membaca dan mendengar berita. Semakin sering seorang pemuda membaca dan mendengar berita, semakin besar peranannya dalam pembanguna n kelautan dan perikanan, khususnya dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Determinan ini dianggap sebagai faktor yang menentukan seseorang mengembangkan jiwa kewirausahaan. Asumsinya yaitu dengan mendengar dan membaca berita, khususnya yang berkenaan dengan usaha kelautan dan perikanan, maka seseorang akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang besar yang menentukannya dalam berperan sebagai seorang pemuda.

124

Implikasi dari fakta ini yaitu bahwa pemerintah perlu mengembangkan program penyampaian informasi kepada pemuda di pedesaan. Program penyuluhan melalui media cetak dan media elektronik (radio dan televisi) perlu dikembangkan. Selain itu program radio, televisi, atau koran yang khusus tentang pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut perlu ditingkatkan.

Disamping program penyampaian berita melalui radio, televisi, dan koran, maka pemerintah juga patut mendiseminasikan teknologi dan informasi yang diperoleh melalui kegiatan riset, penelitian, dan pengembangan yang dilakukan secara internal. Selain itu, teknologi dan informasi yang mungkin diperoleh secara eksternal dari sumber lain perlu disampaikan juga kepada pemuda pedesaan dalam bahan cetakan atau audio- visual.

Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa jiwa kewirausahaan dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman berusaha. Semakin tinggi pendidikan serta semakin banyak pengalaman maka semakin besar peran pemuda dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.

Dengan fakta bahwa pendidikan di daerah penelitian masih cukup rendah maka hal ini merupakan justifikasi yang kuat bahwa pendidikan perlu ditingkatkan. Pendidikan yang diukur sebagai determinan peran pemuda dalam penelitian ini tentu saja terbatas pada pendidikan formal. Faktanya, seseorang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tidak saja melalui pendidikan formal tetapi juga pendidikan non- formal yaitu pelatihan di luar sekolah. Karena itu bagi peningkatan peran pemuda dalam pembangunan maka perlu dilakukan pendidikan non- formal atau pendidikan luar sekolah yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka. Karena usaha perikanan mensyaratkan kemampuan

seseorang dalam hal teknis dan manajerial maka pendidikan formal yang diprogramkan pemerintah patut meliputi kedua aspek ini.

Kelompok determinan kapital sosial yaitu : (1) jumlah mitra bisnis, (2) keikutsertaan dalam organisasi masa dan politik, (3) keikutsertaan dalam organisasi agama, dan (4) kekayaan keluarga mempenga ruhi peran pemuda secara positif. Determinan kapital sosial ini memang sulit diintervensi atau dimanipulasi pemerintah dalam rangka meningkatkan peran pemuda. Adanya dan kepemilkan kapital sosial lebih banyak tergantung pada pemuda itu sendiri. Kendati demikian, pemerintah dapat mengembangkan kebijakan dalam hal mendorong dan memfasilitasi lahir dan berkembangnya organisasi masa, politik, dan agama di pedesaan.

Bagaimana mekanisme pengaruh kapital sosial terhadap peran pemuda adalah sesuatu yang sulit dideskripsikan. Mungkin saja dengan memiliki kapital sosial seperti ini seseorang pemuda memiliki wawasan dan cara pandang terhadap usaha (bisnis) yang makin luas sehingga memampukan dia melihat peluang- peluang bisnis yang bisa dikembangkan. Mungkin juga pemilikan kapital sosial seperti ini membuat seseorang pemuda dengan lebih mudah dapat berhubungan dengan orang yang lain. Yang jelas, bahwa kapital sosial sangat tipis batasnya dengan kolusi dan nepotisme. Namun dengan adanya koneksi seseorang pemuda dengan orang lain yang terbangun sebagai kapital sosial akan memperbesar peluang pemuda tersebut dalam bekerja dan berusaha.

Kelompok determinan kepemilikan sumberdaya berupa : (1) kepemilikan tabungan, (2) kepemilikan lahan non-perikanan, (3) kepemilikan aset usaha, dan

126

(4) kepemilikan tenaga kerja dalam keluarga berpengaruh positif terhadap peran pemuda. Semakin besar sumberdaya yang dimiliki, semakin besar peran pemuda.

Pemilikan tabungan oleh pemuda adalah aspek menarik yang patut menjadi perhatian mengingat stigma masyarakat nelayan yang boros, tidak berhemat, dan tidak menabung. Sifat usaha perikanan tangkap yang mengejar ikan yang hidup secara natural ikut membentuk sifat ini. Akan tetapi penelitian ini mengungkapkan bahwa rata-rata responden memiliki tabungan saat ini. Semakin besar tabungan yang dimiliki pemuda semakin besar perannya dalam pembangunan.

Mengingat bahwa tabungan yang dimaksud ini tidak hanya tabungan di bank tetapi justru lebih banyak tabungan di rumah atau disimpan oleh orang lain maka sudah saatnya kebiasaan menabung di bank ditingkatkan di kalangan pemuda. Sejalan dengan rekomendasi kebijakan sebelumnya untuk membangun bank atau lembaga simpan pinjam di pedesaan maka apabila hal itu diwujudkan akan lebih banyak pemuda menabung dan lebih mudah akses mereka ke sumber permodalan.