• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-bumen, yang menurut sejarahnya, mereka yang datang ke daerah ini tidak ingin pindah lagi, mengingat udaranya yang sejuk dan nyaman, sehingga mereka senang bumen-bumen atau bertempat tinggal di daerah ini. Pada tahun 1914 Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Kota Sukabumi sebagai "Burgerlijjk Bestuur" dengan status "Gemeenteraad Van Sukabumi" dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pelayanan yang istimewa. Sejak ditetapkannya Sukabumi menjadi Daerah Otonom pada bulan Mei 1926, maka resmi diangkat "Burgemeester" yaitu Mr. G.F.Rambonnet. Pada masa inilah dibangun sarana dan prasarana penting seperti Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, Gereja dan Pembangkit Listrik. Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah, selanjutnya ada tiga "Burgemeester" sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.I. Van Unen dan Mr. W.J.Ph.VanWaning (BAPPEDA Sukabumi 2001).

Kabupaten Sukabumi terletak pada batas meridian 60 57'–70 25' LS dan 106049'–107000' BT. Secara topografis pada umumnya bergelombang di bagian

selatan dan bergunung di bagian utara dan wilayah bagian tengah, ketinggian di atas permukaan laut berkisar antara (0 – 2.960 m), berjarak tempuh 120 km dari Ibukota Negara dan 95 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat. Dataran rendah ada di pesisir selatan, yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, mulai dari Teluk Ciletuh sampai muara sungai Cikaso dan Cimandiri. Dengan adanya daerah pantai dan gunung-gunung antara lain Gunung Salak (2.211 m) dan Gunung Gede (2.958 m) menyebabkan lereng sangat miring (lebih besar dari 35o) meliputi 29% dari luas Kabupaten Sukabumi, kemiringan antara (13o - 35o) meliputi 37% dan kemiringan antara (2o -13o) meliputi 21% dari luas kabupaten. Sisanya daerah datar meliputi 13% dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor, erosi tanah, dan lain- lain.

Batasan-batasan wilayah administratif sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor; sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur; dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Secara fisik, luas wilayah Kabupaten Sukabumi adalah 412.592 ha yang secara administratif dibagi dalam 45 kecamatan, 343 desa dan terdiri oleh 60% daratan dan 40% lautan (BAPPEDA Sukabumi 2001).

Panjang pantai Kabupaten Sukabumi sekitar ± 117 km dimulai dari ujung barat Kecamatan Cisolok sampai dengan ujung timur Kecamatan Tegal Buled yang melintasi 9 kecamatan pesisir (65 desa) dengan dihampari terumbu karang dan rumput laut ya ng tumbuh dengan indah diterpa oleh sapuan ombak setinggi 1,8 -3 meter di wilayah kewenangan daerah (702 km2). Khusus di wilayah pesisir

58

Teluk Pelabuhan Ratu terdapat 4 kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Simpenan, Pelabuhan Ratu, Cikakak dan Cisolok dari keseluruhan 9 (sembilan) kecamatan pesisir. Kecamatan pesisir dalam hal ini didefinisikan sebagai kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya berbatasan langsung dengan lautan, dalam hal ini adalah Samudera Hindia.

Kabupaten Sukabumi secara administratif juga berbatasan langsung

dengan wilayah Kota Sukabumi yang merupakan daerah kantong (enclave)

dikelilingi beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sukabumi dan Kadudampit di sebelah utara; Kecamatan Cisaat di sebelah barat; Kecamatan Nyalindung di sebelah selatan; dan Kecamatan Sukaraja di sebelah timur. Dengan kondisi fisik geografis tersebut tentu mengakibatkan adanya keterkaitan yang kuat dalam interaksi dan dinamika perkembangan sosial, ekonomi dan budaya antara Kabupaten dan Kota Sukabumi, oleh karenanya terdapat peluang diselenggarakannya kerjasama antara daerah sesuai dengan spesifikasi dan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya di masing- masing daerah.

Dilihat dari peranan wilayah Kabupaten Sukabumi dalam aspek pemanfaatan ruang secara nasional, telah dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan dalam PP No. 47/1997 bahwa dalam mempertimbangkan faktor kompetisi dan faktor sinergis antara kawasan secara nasional, identifikasi sektor-sektor unggulan untuk kawasan andalan Sukabumi (kabupaten/kota) dan sekitarnya adalah: perikanan, pariwisata dan perkebunan. Pada tingkat provinsi, Bappeda Jawa Barat telah menyepakati sektor-sektor unggulan untuk kawasan andalan Sukabumi dan sekitarnya adalah: pariwisata,

perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, kehutanan dan perkebunan. Selain itu dialog kawasan andalan Jawa Barat tahun 2000, sebagai operasionalisasi pengembangan kawasan andalan tersebut, sektor-sektor unggulan untuk kawasan andalan Sukabumi dan sekitarnya adalah: pertanian, pariwisata dan kelautan (BAPPEDA Sukabumi 2001).

Dari aspek kemampuan (kedalaman efektif dan tekstur), Kabupaten Sukabumi sebagian bertekstur tanah sedang (tanah lempung). Kedalaman tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm) dan kedalaman tanah kurang dalam (kurang dari 90 cm). Kedalaman tanah sangat dalam tersebar di bagian utara, sedangkan kedalaman tanah kurang dalam tersebar di bagian tengah dan selatan. Hal ini mengakibatkan wilayah bagian utara lebih subur dibanding wilayah bagian selatan.

Di bagian tengah, yaitu di sebelah selatan Sungai Cimandiri terletak dataran tinggi Jampang dengan ketinggian 500 – 1.000 meter dpl (di atas permukaan laut). Secara morfologis, wilayah Kabupaten Sukabumi dapat dikelompokan ke dalam 4 (empat) kelompok sebagai berikut:

(1) Pegunungan berapi di bagian utara, terdiri dari timbunan bahan vulkanik yang masih baru. Ketinggian berkisar antara 500 – 3.000 meter dpl. Kemiringan bervariasi antara 0 - 40% dan memungkinkan untuk membudidayakan komoditi, termasuk holtikultura dataran tinggi.

(2) Pegunungan lipatan di bagian tengah dan barat, terbentuk dari batuan sedimen, berlapis dan berlipat kuat dengan banyak patahan. Di daerah ini

60

ditemukan intrusi batuan keras yang terbentuk pada zaman pra tersier (andesit dan basalt).

(3) Pegunungan plateau di bagian tenggara, terbentuk oleh endapan vulkanik tersier. Kesatuan tersebut terdiri dari endapan yang berasal dari laut, seperti breksi vulkanik, batu pasir, batu lempung dan batu tufa. Dataran ini banyak terpotong oleh sungai yang membentuk lereng- lereng curam. Ketinggiannya bervariasi antara 10 s/d 700 meter dpl.

(4) Dataran pesisir dengan sungai terdiri dari tanah endapan. Kesatuan ini terbatas pada daerah-daerah yang sempit di sepanjang aliran sungai dan pesisir. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi didominasi oleh tanah mineral dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Luas areal berdasarkan jenis tanahnya secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Jenis tanah di Kabupaten Sukabumi

Jenis tanah Luas (hektar) Prosentase (%)

Gleisol 6.500 1,6

Alluvial 8.720 2,1

Regosol 2.740 0,6

Andosol 13.430 3,4

Asosiasi Renzina dan Combisol 17.430 4,2

Grumosol 23.560 5,7

Mediteran 48.720 11,7

Podsol 65.550 16,0

Latosol 227.160 54,7

Jumlah 414.770 100

Sumber: Kabupaten Sukabumi 2004