• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijkan Program Lorong Sehat (longset) 1. Lahirnya Kebijakan

Dalam dokumen OLEH : Muh.Mulyadi (Halaman 56-71)

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

C. Kebijkan Program Lorong Sehat (longset) 1. Lahirnya Kebijakan

Kota Makassar sebagai ibu Kota Sulawesi Selatan, maka tak luput dari berbaagai masalah, mulai dari masalah kemiskinan karena kurangnya keterampilan, masalah kebersihan, kurangnya kesadaran, kriminalitas dan banyaknya pergaulan bebas serta masih banyak lagi masalah lain yang menggorogoti masyarakat Kota.

Oleh karena itu, melalui berbagai masalah yang timbul di Kota Makassar maka Walikota Makassar priode tahun 2014-1019 Bapak Ir.Ramdhan Pomanto dan wakilnya Dr. Syamsul Rizal,Msi resmi dilantik pada tanggal 9 mei 2014 di pelataran pantai losari menciptakan berbagai kebijakan-kebijakan atau program-program yang dimana untuk mengatasi kemiskinan maka muncullah kebijakan

“Beras Raskin” dan jaminan sosial lainnya, untuk mengatasi masalah kebersihan,

keasrian, keamanan, serta meminimalisir tindak kriminalitas muncullah yang

namanya MTR “Makassar Tak Rantasa”, Lisa “Lihat Sampah Ambil”, Longgar “Lorong Garden”, Longset “Lorong Sehat”, serta Sombere dan Smart City

Makassar yang dimana masing-masing istilah tersebut bermakna untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan, keamanan, dan keterampilan melalui kerjasama Pemerintah, swasta dan masyarakat melalui fasilitas yang diberikan.

Dalam menciptakan Kota bersih, aman, dan nyaman, saat ini Walikota Makassar telah memperkenalkan istilah Lihat Sampah Ambil (LISA), Gerakan Makassar Ta tidak Rantasa (MTR), Lorong Garden (LONGGAR), Lorong Sehat (Longset), serta Sombere dan Smart City Makassar yang merupakan suatu program yang dicanangkan oleh Walikota Makassar dalam menciptakan Kota Makassar yang bersih.

Sebagai bentuk keseriusan dari Pemerintah Kota Makassar untuk mendukung Makassar Ta tidak Rantasa adalah membuat Program Lorong Sehat yang merupakan suatu program yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan dalam menciptakan Kota Makassar yang bersih, terampil dan aman melalui keputusan Walikota Makassar No. 660.2/1087/Kep/V/2014 tentang pembagian wilayah binaan satuan perangkat kerja daerah (SKPD) Pelaksanaan Pogram Gerakan Makassar Ta tidak Rantasa (MTR) Kota Makassar.

Di Kota Makassar terdiri dari 7520 jumlah lorong, sebagian besar masyarakat hidup didalam lorong dan kondisinya terkesan kumuh, masyarakatnya

hidup dalam kondisi kurang sehat dan berperilaku belum ber-PHBS. Dari masalah tersebut untuk merubah perilaku masyarakat dari yang belum ber-PHBS menjadi ber-PHBS maka timbullah inovasi Lorong Sehat (longset) untuk menyelasaikan permasalahan tersebut dengan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengurangi tingkat kesakitan.

Program lorong sehat bisa dapat dikatakan adalah program

penanggulangan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat karena upaya dari masyarakat sendiri untuk mengubah perilakunya dan mengerti dengan masalah-masalah kesehatan dan partisipasi masyarakat sehingga dipercaya dapat menjadi solusi untuk hidup sehatdapat mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat sehingga dapat hidup sehat dan ber-PHBS memberikan hasil yang optimal.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kota Makassar membuat program yang langsung menyentuh pada masyarakat bawah dalam hal lorong sehat. Upaya untuk menurunkan dan mencapai program PHBS tersebut, maka dibentuklah

program Lorong Sehat (Longset) oleh Dinas Kesehatan. Program Lorong Sehat

adalah sebuah lompatan besar dan sangat penting yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar khususnya Dinas Kesehatan Kota Makassar.Meski sudah ada beberapa model program serupa, tetapi konsep yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar ini lebih maju dan komperehensif terutama karena program ini menyentuh lebih banyak lapisan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu kebutuhan pendataan kesehatan warga Makassar.

Pada tahap awal, Dinas Kesehatan Kota Makassar secara intensif melakukan pertemuan sosialisasi pada sumber daya manusia yang disiapkan untuk menangani Program ini terutama di Lorong Sehat. Hal ini didasari bahwa secanggih apapun

Programnya kalau tidak di ikuti dengan kemampuan oleh manusianya hasilnya tidak akan maksimal.

Strategi penyediaan anggaran yang memadai yang diselaraskan dengan peningkatan sumber daya manusia membuat Program Lorong Sehat (longset) kini menjadi Program yang sangat dapat di andalkan untuk memenuhi kebutuhan layanan pendataan kesehatan (PHBS, Keluarga Sehat, Baduta (jika ada balita di bawah 2 th), P4K (jika ada yang hamil), kartu rumah sehat, bebas jentik), lingkungan yang bersih, hijau serta perubahan perilaku kesehatan pada setiap anggota keluarga, juga termasuk apabila ada sarana kesehatan yang ada di dalam lorong misalnya posyandu dan posbindu.

Jelas sekali bahwa dampak besar dan signifikan telah diperoleh dari keberadaan Program Lorong Sehat ini di Kota Makassar semenjak di canangkan di awal tahun 2015 baik yang dirasakan oleh warga yang membutuhkan, maupun bagi Pemerintah Kota Makassar sendiri. Banyak perubahan signifikan yang terjadi pada pendataan kesehatan di tingkat Puskesmas dan Lorong Sehat yang semakin tertata baik dalam pendataannya dan rapi dalam penghijaunnya jika dibandingkan dengan sebelum di canangkannya Program ini.

Kepercayaan warga atas keseriusan Pemerintah Kota Makassar dalam memberikan layanan pendataan kesehatan dan penghijauan lorong sepenuhnya bertambah dan hal ini terlihat dari peningkatan jumlah warga yang mempercayakan Puskesmas dalam pengananan pendataan kesehatan dan keluarganya.Hal yang paling penting adalah dengan berjalannya Program ini

merupakan cerminan arah yang jelas terkait dengan cita-cita Kota Makassar untuk menjadi Kota Dunia.

Program yang bagus adalah ketika dalam perencanaannya sudah

disiapkan keberlanjutannya.Seperti halnya Program Lorong Sehat ini, Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Makassar telah memikirkan keberlanjutannya.Untuk itulah, berbagai penyiapan telah dilakukan agar Program ini tak hanya sekedar menjadi Program seremonial yang dilaksanakan hanya sesaat saja.Dampak besar terhadap kehidupan warga Kota Makassar membuat Lorong Sehat wajib dipertahankan dan dijamin keberlangsungannya.

Melalui Lorong Sehat, pendekatan secara persuasif dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader kesehatan agar masyarakat tidak lagi segan dengan petugas kesehatan dalam melakukan pendataan kesehatan dasar di tiap rumah. Untuk itu, Program ini harus terus dipertahankan keberadaannya terutama jaminan bahwa Program terus berjalan. Langkah inovatif dan kreatif ini membuat Program Lorong Sehat menjadi salah satu andalan layanan kesehatan primer di Kota Makassar dan Indonesia di masa yang akan datang.

Pelajaran penting yang dapat kita petik dalam Program ini begitu sangat sederahana keinginan masyarakat, mereka hanya menginginkan kehadiran Pemerintah ketika mereka mengalami kesulitan termasuk misalanya masalah kesehatan mereka.Rakyat tidak menginginkan sesuatu yang luar biasa dari batas kemampuan Pemerintahtetapi keinginan mereka hanya sederhana yaitu hanya kebutuhan dasar yang sebenarnya mudah untuk dipenuhi oleh Pemerintah, tinggal

kemauan, ketelusan, inisiatif, kreatifitas, dan inovasi dari Pemerintah untuk menjawab keinginan rakyat yang sederhana itu.

Sesuai dengan pendapat ibu Zikiah yang bekerja dikantor Dinas Kesahatan Kota Makassar, sebagai Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, menjelaskan bahwa:

Tujuan dari Lorong Sehat yaitu 1.mewujudkan kesadaran dari masyarakat tentang kesehatan, 2. berupayah mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat tentang kesehatan yang terencana tersistem dan masif, dan 3. Melengkapi keberlanjutan program-program kerakyatan yang telah berjalan selama ini yang berbasis lorong dan komunitas.(Wawancara ZTanggal 7 agustus 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkan tujuan dari Program Lorong Sehat yaitu 1.mewujudkan kesadaran dari masyarakat tentang kesehatan, 2. berupayah mengubah perilaku dan polo pikir masyarakat tentang kesehatan yang terencana tersistem dan masif, dan 3. Melengkapi keberlanjutan program-program kerakyatan yang telah berjalan selama ini yang berbasis lorong dan komunitas.

Hal senada pun di tambahkan lagi oleh ibu Zakiah mengenai manfaat dari Program Lorong Sehat (Longset), menjelaskan bahwa:

Manfaat dari Program Lorong sehat 1.Masyarakat mampu mengupayakan dan menjaga lingkungan secara mandiri, 2.Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan secara mandiri, 3.Masyarakat mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti posyandu, dan posbindu, 4.Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian di lingkungan masyarakat, dan 5.Masyarakat secara sadar mau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.(Wawancara Z Tanggal 7 agustus 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkanmanfaatnya dari Program Lorong Sehat yaitu 1.Masyarakat mampu mengupayakan dan menjaga lingkungan

secara mandiri, 2.Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan secara mandiri, 3.Masyarakat mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti posyandu, dan posbindu, 4.Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian di lingkungan masyarakat, dan 5.Masyarakat secara sadar mau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Namun ketika masyarakat mendengar program ini, mereka sangat antusias ingin melaksanakan bagian dari pada program Lorong Sehat, tinggal bagaimana Pemerintah mensosialisasikan dan menginformasikan secara merata tentang program Lorong Sehat (Longset) agar implementasi kebijakan Pemerintah Makassar tentang Lorong Sehat agar dapat berjalan seesuai apa yang diinginkan. D. Proses KolaborasiPemerintah, Swasta dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Lorong Sehat (Longset).

Pelaksanaan Program Lorong Sehat (Longset) di Kota Makassar di awali dengan Pelaksanaan Gerakan Makassar Tidak Rantasa dengan berbagai Program seperti LISA, Mabasa, Mabelo, diketahui pelaksanaan sebuah kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan. Pelaksanaan sebuah kebijakan sering dianggap hanya merupakan bagian yang kurang berpengaruh, hanya berupa sebuah putusan oleh legislative atau para pengambil keputusan.

Akan tetapi dalam kenyataannya, tahapan pelaksanaan sebuah kebijakan menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Pelaksanaan kebijakan merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat

mencapai tujuan kebijakan itu sendiri. Pelaksana kebijakan merupakan suatu kegiatan perwujudan dari keputusan para pengambil keputusan yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau Swasta ataupun Masyarakat saling berkerjasama dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan yang dikeluarkan.

Program ini lahir berdasarkan Visi Misi Walikota yang terpilih kemudian mengeluarkan keputusan Walikota Makassar No. 660.2/1087/Kep/V/2014 tentang pembagian wilayah binaan satuan perangkat kerja daerah (SKPD) Pelaksanaan Pogram Gerakan Makassar Ta tidak Rantasa (MTR) Kota Makassar.Program ini menyangkut seluruh aspek yang ada di Kota Makassar karena ingin membuat

Kota Makassar menjadi lebih baik layak atau tidak, „Rantasa‟ yang siap menjadi

Kota dunia.

Gemar MTR dalam aspek kebersihan telah meluncurkan berbagai program yang terkait dengan kebersihan, Seperti LISA, Mabasa dan Mabelo, LISA adalah singkat dari kata Lihat Sampah Ambil yang bertujuan untuk menyampaikan dan menyuruh kepada seluruh masyarakat Kota Makassar untuk senantiasa mengambil sampah yang berserakan yang ada disekitarnya untuk dibuang ketempat sampah. Mabasa singkatan dari Makassar bebas sampah yang bertujuan menciptakan Kota Makassar terbebas dari sampah-sampah yang berserakan yang ada disudut-sudut jalan sampai kerumah-rumah warga. Mabelo singkatan dari Makassar Bersih Lorong yang bertujuan lorong-lorong yang ada di Kota Makassar dapat tertata dengan rapih dan bersih serta tidak berantakan.

Regulasi sangat penting dalam sebuah kebijakan karena jadi payung hukum sekaligus acuan pelaksanaan sebuah kebijakan.Gemar MTR memiliki banyak aspek didalamnya dan dalam penelitian ini penulis lebih kepada aspek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Regulasi untuk Gemar MTR adalah Peraturan Daerah Kota Makassar No 4 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Regulasi ini adalah landasan bagi Pemerintah Kota Makassar dalam menjalankan Gemar MTR terkait kebersihan. Adapun kedepannya akanada regulasi hasil revisi yang tidak jauh beda dengan regulasi sebelumnya namun ada perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat Kota Makassar.

Dalam pengelolaan lorong saat ini sudah berada pada penataan tahap keempat.Dimana tahap tersebut telah dilakukan berbagai program dan kegiatan.Adapun kegiatan ditahap pertama adalah lorong bersih atau lorong ceria, dimana semuanya dicat, sehingga lorong-lorong kelihatan rapih, bersih dan terang.

Pada tahap ke dua, lorong garden (LONGGAR), semua lorong harus memilki taman dan memiliki tempat sampah yang memudahkan setiap masyarakat untuk senantiasa ikut membantu memelihara, membersihkan dan menjaga kenyamanan lorong.

Tahap ketiga, yaitu singara lorongku (lorong yang terang, yang dimana setiap lorong memiliki penerangan lampu listrik yang disediakan oleh Pemerintah melalui kerja sama dengan pihak PLN untuk menerangi setiap lorong).

Saat ini berada di tahap ke empat, Lorong Sehat (LONGSET), dimana 1.setiap warga masyarakat mewujudkan kesadaran sendiri tentang kesehatan. 2.

upaya mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat tentang kesehatan yang terecanna tersistem dan massif. 3. Melengkapi keberlanjutan program-program kerakyatan yang telah berjalan selama ini yang berbasis lorong dan komunitas.

Dalam proses kerjasama anatara Pemerintah, Swasta dan Mayarakat dalam pelaksanaan program Lorong Sehat (longset), kerjasama menjadi kunci penggerak roda keberhasilan. Sinergitas dan kerjasama ini tidak hanya pada implementasi saja, tetapi harus dimulai sejak tahap perencanaan program. dalam upaya mencapai mutlak diperlukan, yaitu mencakup: (1) face to face dialog, yang dimaksud adalah dialog anatar pemerintah, swasta dan masyarakat secara langsung atau dialog secara tatap muka langsung, dialog sangat penting dalam rangka mengidentifikasi peluang dan ketentuan bersama. (2) trust building, merupakan upaya untuk salimg membangun kepercayaan anatara pemerintah, swasta dan masyarakat. membangun kepercayaan perlu dilakukan sesegera mungkin ketika proses kerjasama pertama dilakukan. (3) shere understanding, saling berbagi pemahaman antara pemerintah, swasta dan masyarakat, mengenai apa yang dapat mereka capai melalui kerjasama yang dilakukan. Saling berbagi pemahaman ini dapat di gambarkan sebagai misi bersama, tujuan bersama, objektivitas umum, visi bersama, ideology yang sama dan lain-lain, saling berbagi pemahaman dapat berimplikasi terhadap kesepakatan bersama untuk memaknai dan mengartikan suatu masalah.

Untuk mengetahui bagaimana kerjasama yang baik, maka ada namanya proses face to face dialog, dialog yang dimaksud adalah dialog antara Pemerintah, swasta dan masyarakat secara langsung atau dialog secara tatap muka langsung, didalam dialog merencanakan bagaimana proses kolaborasi dan kegiatan dilapangan. Maka peneliti malakukan wawancara dengan Pemerintah mengenai proses kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam Pelaksanaan Program Lorong Sehat (longset). Wawancara kami lakukan dengan ibu Zikiah yang bekerja dikantor Dinas Kesahatan Kota Makassar, sebagai Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, menjelaskan bahwa:

Kami selaku pihak Pemerintahsebagai langkah awal untuk melaksanakan kolaborasi, kamimengundang baik kepada swasta dalam hal ini pertamina maupun kepada masyarakat kelurahan kassi-kassi dalam hal ini yakni majelis tallim dan melakukan pertemuan dan membicarakan bagaimana proses kolaborasi dalam pelaksanaan program lorong sehat dan merencanakan kegiatan dilapangan. (Wawancara ZKTanggal 7Agustus 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkan, dalam sebuah agenda pemerintah yang berisi kebijakan atau program untuk menyelasaikan persoalan sosial dimasyarakat, maka pemerintah sebagai langkah awal pemerintah melakukan pertemuan baik kepada swasta dalam hal ini pertamina maupun kepada masyarakat kelurahan kassi-kassi dalam hal ini yakni majelis tallim. Agar pemerintah, swasta dan masyarakat dapat mengetahui proses kolaborasi dan merencanakan yang akan dilakukan dilapangan.

Hal serupa yang diungkapkan oleh pihak swasta dalam membantu dan mendukung Program Lorong Sehat (longset).Peneliti mewawancarai adalah pihak swasta yakni Pertamina Makassar dengan ungkapan wawancara sebagai berikut:

Oh iya betul, Kami dari pihak swasta apabila ada undangan pertemuan yang dilakukan oleh pihak pemerintah maka serta merta kami menunaikan undangan tersebut untuk membicarakan langkah-langkah proses kolaborasi dari pada kebijakan lorong sehat tersebut.(wawancara PTtanggal 8 agustus 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pihak Swasta telah terlibat dalam proses pelaksanaan dari pada program lorong sehat (longset).

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pihak Masyarakat dalam membantu dan mendukung Program Lorong Sehat (longset). Pihak Masyarakat peneliti mewawancarai adalahmajelis tallim yang bernama bu Fitriyang berumur 43tahun yang selaku anggota majelis tallim mengungkapkan bahwa:

Iye, Biasanya kalau ada undangan dari pemerintah untuk menghadiri acara mengenai pembahasan proses kolaborasi dalam pelaksanaan program lorong sehat datang miki juga beberapa orang dari ibu-ibu majelis tallim. (wawancaraFTtanggal 9agustus 2019).

Dari hasil wawancara penulis dapatkan dari masyarakat dalam hal ini ibu-ibu majelis tallam bawasanya masyarakat pada umumnya ikut terlibat dalam proses pelaksanaan program lorong sehat.

2. Trust Building (saling membangun kepercayaan).

Dalam sebuah kerjasama harus diawali dengan saling membangun kepercayaan, kepercayaan yang dimaksud adalah berbagi tugas atau peran dalam proses kolaborasi dalam pelaksanaan program lorong sehat (longset), karena merupakan upaya untuk mencapai tujuan bersama, berbagi peran atau tugas perlu dilakukan sesegera mungkin ketika proses kolaborasi pertama dilakukan. Maka peneliti melakukan wawancara dengan ibu Zakiah yang bekerja di Kantor Dinas

Kesehatan Kota Makassar, sebagai Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, mengungkapkan bahwa:

Sebagai pihak pemerintah, dalam proses kolaborasi adapun tugas kami mengontrol perkembangan atau jalannya dari program lorong sehat, tapi awalnya kami bergerak dulu dilapangan memperlihatkan kepada pihak swasta dan masyarakat apa yang mau di buat sebagai langkah awal, agar masyarakat dapat mengetahui apa yang akan dilakukan dan mengetahui tujuan dan manfaat dari program lorong sehat. Ketika masyarakat tau apa mesti yang akan dibuat. setelah itu pemerintah tinggal melakukan peninjauan dan mengotrol jalannya program lorong sehat sehingga sampi tahap akhir. (wawancaraZKtanggal 11 agustus 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pihak Pemrintah telah berperan penuh dalam proses kolaborasi pelaksanaan program lorong sehat (longset).

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pihak Swasta dalam

membantu dan mendukung Program Lorong Sehat (longset).Peneliti

mewawancarai adalah pihak Pertamina dengan ungkapan wawancara sebagai berikut:

Dalam proses kolaborasi kami pihak swasta sendiri, setelah melihat langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah maka kami sebagai pihak swasta memberi dukungan atau sport terkait kebijakan program lorong sehat berbentuk materil seperti tong sampah,Pot bunga, cat dan bibik tanaman. (wawancara PT tanggal 8 Agustus 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pihak Swasta telah terlibat dalam proses kolaborasi untuk pelaksaanaan program lorong sehat yakni memfasilitasi berbentuk materil seperti tong sampah,Pot bunga, cat dan bibik tanaman.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pihak masyarakat bernama Muliana umur 34 tahun selaku anggota majelis tallim dengan ungkapan wawancara sebagai berikut:

Dari pihak masyarakat sendiri untuk membantu menyukseskan proses kolaborasi dari pada jalannya progrm lorong sehat maka kegiatan yang biasa kami lakukan seperti membersihkan lorong, menyapu, mengecet, menanam bunga, menanam tanaman jangka pendek, dan menanam pohon. (wawancaraMLtanggal 11 agustus 2019).

Dari hasil wawancara diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pihak masyarakat terutama majelis tallim telah berperan besar terhadap proses kolaborasi daalam pelaksanaan program lorong sehat.

3. Shere understanding (Saling berbagi pemahaman).

Dalam proses kerjasama harus saling berbagi pemahaman antara pihak yang terkait, yakni pemerintah, swasta dan masyarakat. pemahaman yang dimaksud adalah mengenai apa yang meraka capai dari kolaborasi dilakukan. Didalam pemahaman ini dapat digambarkan sebagai misi bersama dan tujuan bersama.Maka peneliti melakukan wawancara dengan ibu Zakiah yang bekerja di Kantor Dinas Kesehatan Kota Makassar, sebagai Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, menjelaskan:

Dari pihakpemerintah kusunya Dinas kesehatan dalam pelaksanaan program lorong sehat kami berkolaborasi dengan pihak swasta dalam hal ini pertamina, dan pihak masyarakat dalam ini majelis tallim, agar program tersebut dapat mencapai tujuan akhirnya secepat munking, dari kolaborasi ini bukan apa yang mau kita capai tapi ini sudah tugas dan tanggung jawab kami sebagai pihak pemerintah mengenai lingkungan masyarakat dan kesehatan masyarakat. (wawancara ZK tanggal 7 agustus 2019).

Dalam kutipan diatas maka penulis menyimpulkan, dalam sebuah program dari pemerintah harus berkolaborasi dengan pihak swasta yakni pertamina, dan

pihak swasta yaikni majelis tallim agar program tersebut dapat mencapai tujuan akhirnya secepat munking. Keadaan masyarakat, kesehatan masyarakat dan lingkungannya ini sudah merupakan tugas dan tanggung jawab dari pihak pemerintah.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pihak swasta dalam membantu dan mendukung proses kerjasama untuk pelaksanaan program Lorong Sehat (longset). Peneliti mewawancarai pihak swasta yakni pegawai Pertamina denganmengungkapkan bahwa:

Yang kami capaidalam proses kolaborasi dalam pelaksanaan program lorong sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bersih dan terhindar dari penyakit karena sebagian besar karyawan kami bertempat tinggal dalam lorong. (wawancara PT tanggal 11 agustus 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pihak swasta sendiri telah berkolaborasi memberi dukungan atau sport terkait kebijakan program lorong sehat berbentuk materil karena sebagian besar karyawan pertamina bertempat tinggal di dalam lorong.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pihak masyarakat bernama bu Joharia umur 37 tahun selaku kelompok majelis tallim dengan ungkapan wawancara sebagai berikut:

Alhamdulillah dengan proses kolaborasi antara pemerintah dan swasta yang baik kami dapat menikmati hasilnya seperti saat ini yakni keadaan lorong indah, bersih dan rapi terhidar dari asbab penyakit. (wawancara RI tanggal 11 agustus 2019).

Dari hasil wawancara diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pihak masyarakat terutama majelis tallim telah menikmati hasil dari kolaborasi yang baik antara pemerinntah dan swasta.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pelaksanaan Program Lorong

Dalam dokumen OLEH : Muh.Mulyadi (Halaman 56-71)

Dokumen terkait