• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 Metodologi Penelitian

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kebutuhan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu, penghasilan keluarga, suku bangsa dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi (P = 0,0037; P = 0,0003; P = 0,0129; P= 0,0003). Faktor yang paling besar pengaruhnya pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi adalah kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (R = 0,1997) dan yang paling kecil pengaruhnya adalah faktor suku bangsa (R = 0,1199).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas adalah tingkat pengetahuan ibu dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (P = 0,0273; P = 0,0020), dan faktor yang paling berpengaruh adalah kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (R = 0,2309). Sedangkan umur ibu, paritas ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, suku bangsa ibu dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan, mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas (P = 0,0950; P = 0,0868; P =0,0072; P = 0,0796; P = 0,0083; P = 0,0528; P = 0,0010), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor kebiasaan masyarakat dalam persalinan (R = 0,1684).

Dalam model penggunaan pelayanan kesehatan G.A. Alan Dever (2004), kebutuhan menurut konsumen (perceived need atau felt need) dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi (umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), faktor sosiopsikologis

(persepsi sakit, gejala sakit, keyakinan terhadap para medis atau dokter), faktor epidemiologis (mortalitas, morbiditas dan faktor risiko) (Dever G A, 2004).

Variabel umur dilihat sebagai variabel yang dapat mempengaruhi seorang ibu dalalm memilih kebutuhannya terhadap pelayanan pertolongan persalinan, karena dengan meningkatnya umur maka pengalaman hidupnya akan lebih lama pula. Dalam studi ini, variabel umur mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi dari Akesode (2002) dan Slessinger (2005) yang menunjukkan bahwa umur ibu berpengaruh terhadap penggunaan pelayanan kesehatan. Tetapi dalam studi ini juga menunjukkan bahwa variabel umur ini tidak berpengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan karena variabel umur tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi maupun Puskesmas (lihat lampiran hasil crosstab antara variabel tergantung dengan variabel bebas). Hal ini kemungkinan disebabkan varaibel umur belum tentu menunjukkan kematangan seseorang dalam bertindak dan pengalaman seseorang dalam proses persalinan.

Variabel paritas dilihat sebagai variabel yang dapat menunjukkan pengalaman ibu dalam menentukan kebutuhannya akan pelayanan pertolongan persalinan. Dalam studi ini, paritas ibu mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Akan tetapi, paritas ibu tidak berpengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan antara variabel paritas dengan variabel kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan rata-rata paritas responden rendah (2 kali kehamilan), sehingga ibu tidak mempunyai pengalaman yang cukup.

Menurut Robert M Gagne (1997) yang dikutip oleh Suwondo (2002) tingkat pendidikan formal merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak

sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan. Dalam studi ini, tingkat pendidikan mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas.akan tetapi, tidak mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan variabel tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan studi Budiarto (2004), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap kunjungan Puskesmas tetapi tidak berpengaruh terhadap kunjungan paramedik dan dokter swasta.

Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima. Karena jenis pekerjaan juga mempengaruhi hubungan seseorang dengan lingkungannya dimana informasi dapat diperoleh atau diterima. Dalam studi ini, pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, tetapi tidak mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini dikarenakan tidak adanya hubungan antara variabel pekerjaan ibu dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi maupun Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan di tempat ibu bekerja telah disediakan sarana pertolongan persalinan sehingga ibu tidak membutuhkan dukun bayi atau Puskesmas.

Menurut Ancok (2005), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang sedikit banyaknya akan mempengaruhi keyakinan seseorang akan akibat tertentu dari konsekuensi tindakan yang dilakukannya. Hasil studi ini menunjukkan bahwa tigkat pengetahuan mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi Irene Budisantoso (2006), yang menunjukkan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap kunjungan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas. Selain itu, dalam studi ini juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tidak berpengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan

kebutuhan ibu terhadap pertolongan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi Andersen (2006), dan Mc. Kinlay (2006), yang menyatakan tidak terdapat atau sedikit saja hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dengan penggunaan pelayanan kesehatan (Wolinsky FD, 2000).

Variabel tingkat risiko ibu hamil dalam studi ini tidak mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini disebabkan karena variabel tingkat risiko ibu hamil tidak mempunyai hubungan dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan rendahnya tingkat risiko ibu hamil dari responden, rata-rata tingkat risiko ibu hamil responden tergolong rendah.

Variabel penghasilan keluarga mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, sedangkan pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas terbukti tidak berpengaruh. Hal ini sejalan dengan hasil studi Kalimo (2005), yang menunjukkan bahwa status ekonomi berpengaruh terhadap felt need pelayanan kesehatan. Adanya perbedaan dalam hasil studi ini kemungkinan disebabkan karena tarif atau biaya pertolongan persalinan yang berbeda, sehingga kemampuan ekonomi sangat menentukan penggunaan pelayanan pertolongan persalinan yang diinginkan.

Variabel suku bangsa mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, tetapi tidak mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap petolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel suku bangsa dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gesler dan Meade (2005), yang menunjukkan bahwa ras (suku bangsa) tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Dan hal ini juga sejalan dengan hasil studi Guzick (2006), yang menyatakan bahwa ras (suku bangsa), berpengaruh pada demand terhadap dokter umum dan dokter ahli penyakit dalam.

Dalam studi ini, variabel pengambil keputusan dalam keluarga tidak berpengaruh baik terhadap besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel pengambil keputusan dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas.

Dalam studi ini, kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan pendapat Green (2004), yang menyatakan bahwa salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposing (pengetahuan, sikap nilai kepercayaan). Faktor predisposing merupakan faktor yang dapat memotivasi seseorang untuk mengambil tindakan kesehatan yang dirasa paling sesuai.

Dokumen terkait