• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Kebutuhan dan Permintaan Ibu Pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Kebutuhan dan Permintaan Ibu Pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. 2010"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS PAMULANG

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

Yusuf Brilliant

NIM: 107103000220

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatanm Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Oktober 2010

(3)

SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh Yusuf Brilliant NIM: 107103000220

Pembimbing Pembimbing

dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes Prof.Dr.H.Sardjana dr.SpOG(K),SH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

Laporan Penelitian berjudul POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG yang diajukan oleh Yusuf Brilliant (NIM: 107103000220), telah diujikan dalamsidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 05 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 05 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Penguji

dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes dr. Ahmad Husaini, SpOG

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

(5)

v

Pertama–tama Peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rakhmat dan karunia-Nya sehingga

Peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pola Kebutuhan Dan

Permintaan Ibu pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang sebagai salah satu syarat penyelesaian

studi pada Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Jakarta.

Pada kesempatan ini, Peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada para pembimbing riset ini serta pihak-pihak lain yang juga turut serta

mempermudah jalannya penelitian, yaitu:

1. Prof. Dr. dr. M.K Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas

kesempatan yang diberikan kepada Peneliti untuk mengikuti dan

menyelesaikan Program Studi dan Pendidikan Kedokteran pada Program

Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. DR. dr. H. Syarif Hasan Luthfie SpRM selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas kesempatan yang diberikan kepada

Peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi dan

Pendidikan Kedokteran pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah.

3. dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes selaku pembimbing penelitian yang telah

menyetujui dan mengijinkan penelitian ini dan dengan penuh perhatian

dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam

penelitian ini.

4. Prof.Dr.H.Sardjana dr SpOG(K),SH sebagai pembimbing awal dalam

penelitian ini yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan

(6)

vi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan

tanggung jawab kepada Peneliti melakukan penelitian ini dan menyetujui

ijin penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir dari Modul Riset

sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

6. Drg. Unna Rahmadona selaku Kepala Puskesmas Pamulang yang telah

memberikan kesempatan pada Peneliti untuk melakukan penelitian di

Puskesmas yang beliau pimpin.

7. DR. H. Arif Soemantri M.Kes selaku staf pengajar Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan

saran dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini secepatnya.

8. dr. Bisatyo Mardjikoen SpOT selaku staf pengajar Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan saran, kritik dan

semangat terhadap penelitian ini.

9. Kedua orangtua Peneliti, Prof DR H Sardjana dr SpOG (K) SH dan Arina

Nurfinnahari SE, SH yang telah memberikan banyak dukungan selama ini.

Saudara kandung Peneliti, Erlangga Husada dan Gulam Gumilar atas

bantuan, doa restu, dorongan moral yang tiada henti-hentinya mendoakan

demi keberhasilan Peneliti.

10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Ricky Fathoni, Syamsuddin dan

Tiara Bunga Melati Jelita yang selama ini telah memberikan dukungan

maupun peran sertanya kepada Peneliti dalam menyelesaikan penelitian

(7)

vii

Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Hara dan Hasyim yang telah

banyak membantu selama penelitian ini berlangsung.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu untuk terlaksananya

penelitian ini, Peneliti ucapakan terima kasih. Semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak peneliti-peneliti selanjutnya.

Jakarta, 05 Oktober 2010

(8)

viii

Yusuf Brilliant. Program Studi Pendidikan Dokter. Pola Kebutuhan dan Permintaan Ibu Pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. 2010.

Studi tentang pola kebutuhan dan permintaan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Studi ini mencakup 298 orang ibu yang bersalin (Bulin) pada periode bulan Maret 2009 s/d April 2010 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Uji statistik yang dipergunakan dalam studi ini adalah regresi logistik.

Tujuan studi adalah untuk mengetahui gambaran pola kebutuhan dan permintaan ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, mengukur besarnya kebutuhan dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas dan faktor apa yang mempengaruhinya, serta melihat faktor apa yang mempengaruhi perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu teerhadap pertolongan persalinan.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas (34,2%) lebih rendah jika dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh tenga kesehatan di luar puskesmas (56,7%), dan hal ini menyebabkan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (39,1%) juga lebih rendah jika dibandingkan dengan permintaan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan di luar Puskesmas (58,1%).

Faktor yang berpengaruh pada kebutuhan dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan bervariasi, tergantung pada jenis fasilitas pertolongan persalinannya. Secara umum, kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi kebutuhan ibu melakukan pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas. Faktor kebutuhan ibu dan jarak rumah dalam satuan menit ke tempat persalinan merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas. Sedangkan jarak tempuh rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit dan ada tidaknya penyulit dalam persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap pelayanan pertolongan persalinan.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan ... 11

2.1.2 Teori Permintaan ... 12

2.1.2.1 KonsepPermintaan Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 14

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan terhadap Pelayanan kesehatan ... 15

2.1.3 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) ... ...22

2.1.3.1 Pengertian Puskesmas ... 22

2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas ... 23

2.1.3.3 Fungsi Puskesmas ... 24

2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan ... 24

2.1.4 Pelayanan Kebidanan ... 25

2.1.4.1 Pengertian ... 25

2.1.4.2 Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan ... 26

2.1.4.3 Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan ... 31

2.1.5 Asuhan Persalinan Normal ... 32

2.2 Kerangka Konseptual ... 39

2.3 Definisi Operasional ... 40

BAB 3 Metodologi Penelitian ... 42

3.1 Desain Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Studi ... 42

3.3 Populasi atau Objek studi ... 42

3.4 Pengolahan Data ... 43

3.5 Tekhnik Analisis Data ... 43

(10)

x

4.2Pembahasan ... 57

4.2.1 Kebutuhan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ... 58

4.2.2 Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ... 62

4.2.3 Perubahan Kebutuhan Ibu Menjadi Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ... 66

BAB 5 Simpulan dan Saran ... 67

5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 768

Daftar Pustaka ... 69

(11)

xi

Gambar 1.1 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di

(12)

xii

Tabel 4.1 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Umur Ibu ... 45 Tabel 4.2 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Paritas ... 46 Tabel 4.3 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu ... 46 Tabel 4.4 Pengelompokkan Lama Pendidikan Responden Menurut Tingkat

Pendidikannya ... 47 Tabel 4.5 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikannya ... 47 Tabel 4.6 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Ibu ... 47 Tabel 4.7 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu . 48 Tabel 4.8 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Resiko Ibu Hamil

... 49 Tabel 4.9 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Penghasilan Keluarga ... 50 Tabel 4.10 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa Ibu ... 50 Tabel 4.11 Jumlah dan Distribusi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Menurut

Responden ………...51

Tabel 4.12 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Masyarakat Dalam melakukan Persalinan ………..51 Tabel 4.13 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Pola Kebutuhan Ibu

terhadap Pertolongan Persalinan ……….52 Tabel 4.14 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah-tempat

Persalinan dalam (Km) ………53 Tabel 4.15 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah – tempat

Persalinan dalam (menit) ……….53 Tabel 4.16 Disitribusi Sisitim Birokrasi yang Akan Dijalani Menurut Responden

………..54 Tabel 4.17 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Ada-Tidaknya Penyulit

Saat Persalinan ………54 Tabel 4.18 Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Sarana Persalinan yang Ada ………..55 Tabel 4.19 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jumlah Biaya yang Akan

Dikeluarkan ……….55 Tabel 4.20 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan Yang

Diharapkan ………..56 Tabel 4.21 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Permintaan Ibu Terhadap

Pertolongan Persalinan ………56 Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik Antara Variabel Bebas yang Mempunyai Pengaruh

(13)

xiii

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk

hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani serta social dan

bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (Dep.Kes

R.I, 2000)

Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah Crude Death Rate, Malnutrition, Infant Mortality rate, maternal Mortality Rate dan umur harapan hidup. Dari indikator tersebut, subyek yang paling banyak dijadikan

ukuran adalah ibu dan anak. Hal ini disebabkan ibu dan anak merupakan

kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit,

cacat dan kematian. Kerentanan ini disebabkan oleh adanya sifat yang khas dari

kelompok ini, yaitu adanya peristiwa kehamilan, proses kelahiran dan masa

pertumbuhan serta perkembangan.

Untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok ini diperlukan

perhatian khusus terhadap sistim pemberian pelayanan kesehatannya. Perhatian ini

juga harus dapat memberikan kemungkinan tentang cara penggunaan secara

efisien sumber daya dan sarana yang pada umunya serba terbatas (Morley David,

2003).

Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah pada umumnya telah

memberikan hasil, serta tampak adanya kemajuan. Tetapi sering terlihat bahwa

pola pelayanan terhadap ibu, khususnya ibu bersalin, masih belum mencapai

tingkat yang diharapkan. Dalam hal pencarian pertolongan persalinan, terutama

bagi ibu yang berada di pedesaan, sebagian besar masih mencari pertolongan

persalinan lewat dukun bayi.

Hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Propinsi Banten yang

ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya menurunkan angka kematian bayi

dan kematian ibu. Pertolongan persalinan oleh tenaga medis sebesar 56,6% pada

(15)

2005 menunjukkan bahwa masih terdapat 37,7% persalinan yang ditolong oleh

tenaga non medis atau dukun paraji (Dinas Kesehatan Propinsi Banten, 2002).

Persalinan yang ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya

menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu. Walaupun pergerakannya

lambat namun secara pasti proporsinya menunjukkan peningkatan dibanding yang

ditolong tenaga non medis (seperti dukun bayi). Kisarannya masih bergerak pada

angka 50-60%. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 51,3% bayi yang

persalinannya ditolong tenaga medis (dokter atau bidan) dan sisanya sebesar

48,7% menggunakan jasa tenaga non medis seperti dukun bayi (paraji).

Selanjutnya pada periode tahun 2004 perhatian masyarakat akan pentingnya

pemanfaatan tenaga medis meningkat menjadi 59,7%. (Dinas Kesehatan Propinsi

Banten, 2005)

Dari hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Kabupaten

Tangerang, komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian

besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan karena

pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.

Dalam lima tahun terakhir pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan terus meningkat. Pada tahun 2007 sebesar 73,66% dari 94.638

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, gambaran cakupan linakes dari

2005-2007 adalah sebagai berikut :

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tangerang

Tahun 2005-2007

(16)

Puskesmas Pamulang yaitu salah satu puskesmas di Kota Tangerang

Selatan yang dimana wilayah kerjanya mencakup 8 kelurahan yaitu : Pamulang

Barat, Pamulang Timur, Pondok benda, Benda Baru, Bambu Apus, Kedaung,

Pondok Cabe Ilir, dan Pondok Cabe Udik. Puskesmas Pamulang memiliki

beberapa macam fasilitas pelayanan kesehatan salah satu diantaranya adalah

pelayanan pertolongan persalinan.Puskesmas Pamulang telah mencatat jumlah

persalinan pada Januari s/d Desember 2009 yang ditolong oleh nakes di wilayah

kerja Puskesmas Pamulang adalah sebesar 82,85% dan sisanya persalinan

dilakukan oleh non nakes (dukun bayi), dan Puskesmas Pamulang sendiri telah

mencatat persalinan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang pada periode

Januari-Desember 2009 sebesar 90,58% dari sasaran ibu hamil yg diperiksa di

Puskesmas Pamulang (Puskesmas Pamulang, 2009).

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa Puskesmas Pamulang sebagai salah

satu Puskesmas di Kota Tangerang Selatan yang dulunya juga merupakan bagian

dari Kabupaten Tangerang telah menunjukkan data pertolongan persalinan yang

cukup baik untuk wilayah kerja di Puskesmas Pamulang namun tetap harus

dicermati apakah pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas Pamulang

tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan permintaan pelayanan bagi ibu pasangan

usia subur di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

Untuk mengetahui pelaksanaan pertolongan persalinan yang dapat

diterima masyarakat, perlu diketahui faktor penting yang mempengaruhi seorang

ibu dalam mencari pertolongan persalinan, sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan keinginan dan kemauan masyarakat dalam menggunakan

Puskesmas sebagai tempat persalinan.

Sarana pelayanan kesehatan akan digunakan oleh masyarakat bila

masyarakat merasa membutuhkan terhadap pelayanan kesehatan tersebut.

Kebutuhan yang dirasakan seseorang akan membuat seseorang mengambil

keputusan untuk mencari pertolongan atau tidak. Perwujudan felt need tidak selalu dapat terwujud menjadi penggunaan pelayanan kesehatan (demand atau permintaan yang efektif), oleh karena adanya faktor lain yang mempengaruhi

seperti faktor sosio kultural, faktor organisasional dan faktor sosio demografi

(17)

Untuk mengetahui hubungan penggunaan Puskesmas sebagai tempat

persalinan dan faktor determinan yang mempengaruhinya, maka diperlukan kajian

tentang demand pertolongan persalinan di Puskesmas pada ibu yang melahirkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Belum semua kelompok ibu Pasangan Usia Subur yang akan

melahirkan:

a. membutuhkan keberadaan Puskesmas

b. meminta atau menggunakan Puskesmas sebagai tempat

persalinannya

2. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan (need) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di

Puskesmas.

3. Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan atau penggunaan

(demand) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap

pertolongan persalinan di Puskesmas.

4. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan

potensial (felt need) menjadi permintaan riil demand pada kelonpok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan.

(18)

1.3 Hipotesis

Dalam studi ini akan dipergunakan hipotesis yang dirumuskan sebagai

berikut:

1. Adanya hubungan antara kebutuhan ibu terhadap pertolongan

persalinan di Puskesmas dengan : umur, paritas, pendidikan, pekerjaan,

tingkat pengetahuan, tingkat risiko ibu hamil, suku bangsa, kebiasaan

masyarakat, pengambil keputusan dalam keluarga, dan penghasilan

keluarga.

2. Permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas

dipengaruhi oleh faktor: kebutuhan ibu, sistim birokrasi, jarak rumah

tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah

tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan kepuasan konsumen.

3. Perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap

pertolongan persalinan Puskesmas dipengaruhi oleh faktor: sistim

birokrasi, jarak rumah ,tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam

persalinan, jumlah tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan

kepuasaan konsumen.

1.4 Tujuan Studi

Secara umum studi ini ingin menguraikan dan menilai adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan permintaan pada kelompok ibu

Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas, serta faktor

yang mempengaruhi perubahan kebutuhan menjadi permintaan pada kelompok

ibu Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, khususnya:

1. Mendapatkan gambaran pola :

a. Kebutuhan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah

kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan.

b. Permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah

kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan.

2. Mempelajari faktor yang mempengaruhi kebutuhan pada kelompok ibu

(19)

3. Mempelajari faktor yang mempengaruhi permintaan pada kelompok

ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di

Puskesmas.

4. Mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan

menjadi permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur terhadap

pertolongan persalinan.

1.5 Manfaat Studi

1. Sebagai bahan penulisan riset khususnya untuk kelengkapan data

primer, yang harus dipenuhi dalam rangka penyelesaian Program

Studi Pendidikan Dokter (PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Memberi masukan pada perencanaan dan pengelola program dalam

upaya peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), sehingga pelayanan pertolongan persalinan Puskesmas

dapat lebih berdaya guna di masa yang akan datang.

3. Memberikan informasi pada petugas pelaksana pelayanan

pertolongan persalinan di Puskesmas, sebagai dasar untuk

membuahkan pemikiran-pemikiran secara faktual dalam upaya

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kebutuhan

(Murray, 2001), mendefinisikan kebutuhan sebagai berikut:

A need is a construct (a convenient fiction or hypothetical concept) which stands for a force in the brain region, a force which organizer perception, apperception, intellection, conation and action in such a way as to transform in a certain direction an existing unsatisfying situation. A need is sometimes provoked directly by internal processes of a certain kind. But, more frequently by the occurrence of one of few commonly effective press (environmental forces). Each need is characteristically accompanied by a particular feeling or emotion and … certain may be weak or intense, momentary or enduring. But usually is persist and gives rise to certain course of overt behavior (or fantacy)

Kebutuhan adalah suatu konstruk (konsep hipotesis) yang memberikan

suatu kekuatan di dalam otak. Kekuatan yang mengorganisir persepsi, appersepsi,

inteleksi, konasi dan tindakan sedemikian rupa dengan maksud merubah suatu

keadaan tertentu yang ada yaitu sesuatu yang tidak memuaskan. Kebutuhan

kadang-kadang ditimbulkan secara langsung oleh proses internal tetapi lebih

sering ditimbulkan oleh peristiwa yang terjadi dalam lingkungan individu. Adanya

kebutuhan menyebabkan individu beraktivitas dan individu mempertahankan

aktivitas ini sampai kebutuhannya terpenuhi. Beberapa kebutuhan secara

karakteristik disertai oleh perasaan dan emosi. Kebutuhan dapat lemah dan kuat,

sebentar atau seterusnya, tetapi biasanya menetap dan berpengaruh terhadap

timbulnya perilaku yang nyata atau fantasi (Murray, 2001).

(Maslow, 2000), mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai

kebutuhan yang pemunculannya sangat tergantung pada kepentingan individu.

Kebutuhan yang harus dipenuhi merupakan faktor pendorong (motif) yang

menyebabkan seseorang beraktivitas. Manusia tidak hanya bereaksi terhadap satu

motif atau kebutuhan saja, tetapi membuat seleksi terhadap sejumlah motif yang

(21)

Kebutuhan itu terjadi secara bertahap (hirarkis) mulai dari kebutuhan yang paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis. Bila kebutuhan ini sudah terpenuhi baru

mencari kebutuhan pada hirarki yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa

keamanan dan perlindungan. Apabila kebutuhan ini sudah terpenuhi maka akan

muncul hirarki kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan aktualisasi

diri. Teori ini dikenal dengan five hierarchy of need dari (Maslow, 2000).

Tetapi teori (Maslow, 2000), di atas mempunyai kelemahan yaitu tidak

sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, karena manusia tidak harus memenuhi

kebutuhan pada hirarki yang lebih rendah baru memikirkan kebutuhan pada

hirarki yang lebih tinggi. Misalkan seseorang yang masih kekurangan kebutuhan

fisiologisnya tetapi dia ternyata sudah mempunyai kebutuhan akan harga diri.

Menurut (Robert Moroney, 2003), kebutuhan dapat dikelompokkan

menjadi:

1. Kebutuhan normatif (normative need) yaitu kebutuhan yang timbul pada individu yang pada umumnya banyak dipengaruhi faktor nilai, lingkungan

sosial dan hukum.

Seorang ibu hamil yang selalu mengalami perdarahan selama

kehamilannya, disarankan oleh bidan, untuk selalu periksa ke dokter ahli

kandungan dan melahirkan dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Ibu

hamil ini mempunyai kebutuhan normatif (kebutuhan yang sesuai dengan

norma kesehatan yang ada), untuk periksa dan melahirkan melalui

pertolongan dokter ahli kandungan.

2. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) yaitu apa yang menjadi kebutuhan mereka. Perceived need biasa disebut juga felt need.

Seorang ibu hamil merasa tidak mempunyai keluhan yang berarti selama

kehamilannya, dan menginginkan suatu proses persalinan yang menurut dia “aman” serta terjangkau biayanya. Ibu hamil tersebut merencakan untuk bersalin di Puskesmas, karena kebutuhan yang dirasakan (felt need) ibu tersebut cocok dengan kondisi Puskesmas. Dapat dikatakan bahwa ibu

hamil tersebut mempunyai feltneed pada Puskesmas.

(22)

mendapatkan pelayanan. Expressed need ini biasa disebut demand atau permintaan yang efektif.

Seorang ibu hamil yang sudah mempunyai rencana untuk melahirkan di

Puskesmas, tiba-tiba merasakan bahwa proses persalinannya sudah dekat,

pada saat malam hari. Keluarganya tidak membawa dia ke Puskesmas

tetapi meminta pertolongan dukun bayi yang berdekatan dengan

rumahnya, untuk membantu persalinan tersebut. Dalam kasus ini,

meskipun felt need ibu hamil tersebut pada Puskesmas tetapi expressed need atau demand nya pada dukun bayi.

4. Kebutuhan relatif (relative need) yaitu kebutuhan yang dalam pemenuhannya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya atau

antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Relative need ini juga biasa disebut sebagai comparative need.

Beberapa ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang relatif sama (tidak

mempunyai keluhan yang berarti selama kehamilannya), akan mempunyai

kebutuhan yang berbeda-beda pada saat dia melahirkan. Ada yang merencakan

untuk bersalin di rumah dengan pertolong dukun bayi, dirumah dengan

pertolongan bidan, di tempat praktek bidan, di Puskesmas atau di Rumah Sakit

dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Dalam kasus ini jelas bahwa

kebutahan beberapa ibu hamil tersebut relatif dalam pemenuhannya.

Berdasarkan definisi kebuthan yang dikemukakan oleh Moroney, maka

yang dimaksud need atau kebutuhan dalam penelitian ini adalah felt need: atau kebutuhan yang dirasakan. Menurut (David Mc Clelland, 2003), yang telah

memformulasikan konsep kebutuhan untuk keberhasilan (the need to achieve), orang yang mempunyai kebuthan untuk keberhasilan akan mempunyai keinginan

yang kuat untuk mencapai keberhasilannya tersebut dan mempunyai cirri-ciri

sebagai berikut: (Hick H G & Gullent C R, 2007).

1. Ia menempatkan tujuan yang moderat dan memperhitungkan

risikonya.

2. Penempatan tujuan seperti itu karena ia secara pribadi dapat

(23)

3. Ia menginginkan arus balik yang tepat mengenai keberhasilan atau

kegagalannya.

4. Ia lebih menyukai para pekerja pembantu yang kompeten walaupun

ada perasaan pribadi tentang mereka.

Teori (David Mc Clelland, 2003) ini lebih dikenal dengan nama

Achievement Motivation Theory, yaitu Seorang ibu hamil merencakan untuk melakukan persalinan dengan pertolongan bidan. Dalam hal ini, ibu tersebut (1)

telah menempatkan tujuannya sesuai dengan kemampuannya dan telah

memperhitungkan faktor risikonya, (2) dia telah memprediksi akan dapat

melakukan persalinan dengan baik (3) dia mengharapkan bidan dapat memberikan

gambaran tentang proses persalinan yang akan dohadapinya (kemungkinan

hambatan yang akan dihadapi), (4) dia percaya dengan kemampuan bidan dalam

menolong persalinannya dan mengabaikan perasaan pribadi.

Teori kebutuhan yang berhubungan dengan kepuasaan kerja dikemukakan

oleh (Frederick Herzberg, 2002), yang lebih dikenal dengan teori dua faktor pada

kepuasaan kerja atau konsep faktor motivator – hygience dari Herzberg. Menurut teori (Herzberg, 2002), ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

bekerja yaitu (1) faktor yang berperan sebagai motivator yaitu yang mampu

memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik, dan (2) faktor hygience yang dapat meimbulkan rasa tidak puas pada pegawai (Hicks H G & Gullent C R,

2007). Faktor yang berperan sebagai motivator adalah:

1. achievement (keberhasilan pelaksanaan) 2. Recognition (Pengakuan)

3. the work it self (pekerjaan itu sendiri) 4. responsibilities (tanggung jawab)

5. Advancement (pengembangan)

Sedangkan faktor hygience terdiri dari:

1. company pokicy and administration (kebijakan dan administrasi perusahaan)

2. technical supervisor (supervisi)

(24)

5. wages (gaji)

Seorang ibu hamil telah merencanakan untuk melakukan persalinan di

Puskesmas karena dia telah termotivasi oleh (1) keberhasilan proses persalinan

yang ditangani di Puskesmas, (2) merasa mendapat pengakuan dari masyarakat,

dan (3) keyakinan dapat melakukan persalinan dengan lancer. Selain itu dia juga

telah mempertimbangkan faktor 1) birokrasi yang harus dilakukan, (2) fasilitas

yang diberikan dan (3) biaya yang harus dikeluarkan.

2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri atas kebutuhan yang

dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat provider (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan menurut konsumen dipengaruhi oleh faktor sosio demograhi dan faktor sosio psikologis

(Dever G A, 2004).

John Cullis dan Peter A. West (1999), mengatakan bahwa kebutuhan yang

dirasakan (felt need) terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari kebutuhan fisiologis da psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan.

Felt need timbul bila individu menginginkan pelayanan kesehatan. Felt need berhubungan dengan persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan.

Sedangkan Kenneth Lee & Anne Mills (2003), menmgemukakan bahwa

kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas kebutuhan yang tidak dirasakan

dan kebutuhan yang dirasakan (felt need). Kebutuhan yang dirasakan (felt need) membuat individu mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau

tidak. Ekspresi dari felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan dari pelayanan kesehatan atau demand dari pelayanan kesehatan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang dirasakan

seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari

individu itu sendiri (faktor intrinstik) misalnya tingkat pengetahuan, umur dan

pekerjaan maupun factor di luar individu (faktor ekstrinsik) misalnya lingkungan

sosial.

Seorang ibu yang sedang hamil mungkin sudah mempunyai rencana untuk

(25)

tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang kesehatan dan kebiasaan yang

berlaku di daerah tersebut.

Ibu hamil yang lain mungkin merencanakan untuk bersalin dengan

pertolongan dokter spesialis kandungan, karena ibu ini sudah mengetahui bahwa

dirinya termasuk golongan “kehamilan risiko tinggi” dan untuk itu diperlukan

penanganan tenaga professional.

Ibu hamil yang mungkin merencanakan untuk bersalin dengan pertologan

bidan karena seluruh kerabatnya juga melakukan hal yang sama. Tetapi pada saat

bersalin ibu tersebut mengalami penyulit yang menyebabkan bidan mengambil

keputusan untuk merujuk ibu tersebut ke Rumah Sakit. Ibu tersebut akhirnya

bersalin dengan pertolongan dokter.

Hasil penelitian Indriati Basong (2007), yang menghubungkan kebutuhan

(felt need) ibu dengan penggunaan posyandu, membuktikan bahwa umur, pengetahuan dan persepsi tentang posyandu ibu mempunyai hubungan yang

bermakna dengan felt need ibu terhadap posyandu.

2.1.2 Teori Permintaan

Di dalam teori ekonomi, konsep permintaan menggambarkan kerangka

sistematis tentang perilaku konsumen. Demand berarti permintaan sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen (willingness) dan konsumen mampu (ability) untuk membeli dalam satu kurun waktu tertentu atau dengan kata lain demand adalah julmah komoditas total yang dibeli oleh konsumen (Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001).

Dari teori di atas dapat dikatakan bahwa permintaan adalah kebutuhan

yang direalisasikan dalam perbuatan. Kebutuhan merupakan suatu permintaan

akan barang atau jasa yang mana konsumen mau (willingness) untuk membeli, tetapi belum diikuti dengan kenyataan (action) dalam membeli. Sedangkan permintaan adalah kebutuhan yang telah diikuti dengan kemampuan daya beli

(ability) dan direalisasikan dalam perbuatan (membeli barang atau jasa).

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama,

(26)

dasar harga komoditi yang diperhitungkan dengan harga komoditi lainnya,

penghasilan mereka, cita rasa dan selera mereka. Kedua, apa yang diinginkan

tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. Artinya,

merupakan jumlah orang yang bersedia dan mampu membelinya pada harga yang

harus mereka bayar untuk komoditi itu. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan

arus pembelian yang kontinyu artinya pembelian itu akan diikuti dengan

pembelian selanjutnya (Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001).

Jumlah barang yang diminta (permintaan) sangat tergantung kepada:

1. Harga atau tarif dari barang atau jasa yang bersangkutan.

2. Cita rasa (taste) dan preferensi konsumen 3. Pendapatan konsumen

4. Harga atau tarif dari barang atau jasa lain yang dekat hubungannya

dengan barang tersebut.

Dari uraian diatas, tersirat peran kebutuhan di dalam faktor cita rasa (taste) dan preferensi konsumen menunjukkan suatu kebutuhan yang belum

direalisasikan. Apabila citarasa dan preferensi telah diikuti dengan pertimbangan

harga, pendapatan (daya beli) dan harga barang substitusi serta diikuti dengan

perbuatan membeli, maka akan menjadi permintaan pada barang atau jasa

tersebut.

Sehingga secara matematik, permintaan merupakan fungsi dari beberapa

faktor, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Q = F ( P, Y, Z1 . . . Z n, T)

Dimana: Q = Kuantitas barang atau jasa yang diminta

P = harga dan tarif

Y = pendapatan konsumen

Z1 . . . Zn = harga atau tarif dari barang lain

T = citarasa dan preferensi konsumen

Rumus ini kalau diterapkan dalam pelayanan pertolongan persalinan

adalah:

Q = jumlah permintaan pertolongan persalinan di Puskesmas

P = biaya pertolongan persalinan di Puskesmas

(27)

Y = pendapatan konsumen

T = cita rasa dan preferensi konsumen terhadap pertolongan

persalinan yang diinginkan

2.1.2.1Konsep Permintaan terhadap Pelayanan Kesehatan

Michael Grossman seperti yang dikutip oleh Feldstein mengemukakan

bahwa konsumen mempunyai permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena

dua alasan, yaitu (1) kesehatan sebagai barang konsumsi, yang membuat

konsumen merasakan lebih baik, dan (2) pelayanan kesehatan sebagai barang

investasi, yang memberikan sejumlah waktu kepada kosumen untuk berproses

produksi (Feldstein, 2007).

Terdapat beberapa kesulitan dalam mengaplikasikan teori permintaan

terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

(Sorkin AL,2003)

1. Untuk estimasi permintaan individu diperlukan informasi tentang harga

pelayanan kesehatan pada institusi yang sama dengan karakteristik

penyakit dan pelayanan yang sama pula.

2. Availability pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi kuantitas

pelayanan yang diminta.

3. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

status kesehatan dan tingkat kebutuhan pelayanan medisnya.

4. Pelayanan kesehatan yang bersifat supply induced demand membawa konsumen pada posisi yang lemah, dimana jenis pelayanan yang dia

terima tergantung dari providernya.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa permintaan pelayanan kesehatan

tidak bisa murni seperti pada permintaan barang konsumsi, karena sangat

dipengaruhi baik oleh faktor individu itu sendiri maupun faktor di luar individu

tersebut, terutama faktor provider.

Permintaan terhadap pelayanan kesehatan tergantung pada beberapa

faktor, sehingga formulasi permintaan tersebut dapat digambarkan sebagai:

D = F (X1 . . . . Xn)

(28)

D = permintaan terhadap barang dan jasa, yang dalam penelitian ini adalah

jumlah ibu yang bersalin di Puskesmas (prosentasenya dibandingkan dengan yang

bersalin di luar Puskesmas)

X1 . . . Xn = factor yang mempengaruhi permintaan ibu terhadap

pertolongan persalinan di Puskesmas.

Hasil penelitian David S. Guzick (2006), tentang permintaan terhadap

pelayanan dokter umum dan dokter internist, menunjukkan bahwa faktor asuransi dan income, umur, jenis kelamin, ras (suku bangsa) dan tempat tinggal mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan terhadap pelayanan

dokter umum dan dokter internist. Masing–masing faktor mempunyai pengaruh

yang berlainan antara permintaan pelayanan dokter umum dan permintaan

pelayanan dokter internist.

Hasil penelitian Wasis Budiarto (2004), tentang permintaan terhadap

pelayanan kesehatan Puskesmas, membuktikan bahwa faktor kebutuhan,

pekerjaan, biaya, pendapatan, waktu dan jarak mempunyai hubungan yang

bermakna dengan permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan

Puskesmas.

Hasil penelitian Irene B (2006), tentang permintaan terhadap pelayanan

kesehatan gigi, membuktikan bahwa pengetahuan, biaya, pendapatan per kapita

dan kebiasaan merawat gigi seseorang mempunyai hubungan yang bermakna

dengan permintaan terhadap pelayanan kesehatan gigi.

2.1.2.2Faktor yang Mempengaruhi Permintaan terhadap Pelayanan Kesehatan

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan (permintaan)

pelayanan kesehatan, telah digolongkan oleh beberapa ahli dalam beberapa model,

yaitu:

1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Apabila individu bertindak untuk mencari pengobatan atas penyakitnya,

ada empat variable kunci yang terlihat di dalam tindakan tersebut, yaitu : (1)

(29)

(3) manfaat yang diterima atau rintangan yang dialami dalam melawan

penyakitnya dan (4) hal yang memotivasi tindakan tersebut (Wolinsky FD, 2000).

a. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)

Seseorang akan bertindak untuk mencari pencegahan atau pengobatan

terhadap suatu penyakit bila dia telah merasakan rentan terhadap

penyakit tersebut. Seorang ibu hamil berpikir untuk mencari

pertolongan dalam melakukan persalinan karena ibu tersebut merasa

rentan terhadap proses persalinan yang akan dialaminya.

b. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)

Seseorang bertindak untuk mencari pengobatan karena didorong oleh

keseriusan penyakit yang dideritanya. Seorang ibu hamil merencanakan

untuk melakukan persalinan dengan pertolongan bidan karena ibu

tersebut merasa bahwa dia akan dapat melakukan persalinan dengan

lancar tanpa ada faktor penyulit yang berarti.

Ibu hamil yang lain mungkin telah merencanakan untuk melakukan

persalinan dengan pertolongan dokter spesialis kandungan karena

selama hamil ibu tersebut mengalami perdarahan dan letak bayi dalam

kandungannya diketahui melintang.

c. Manfaat atau rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers) Seseorang akan beertindak mencari pengobatan untuk mendapatkan

manfaat (sembuh dari penyakitnya) atau menghindari rintangan yang

dirasakan (terhindar dari akibat penyakit yang dideritanya). Sesorang

ibu hamil mungkin mencari pertolongan persalinan di Puskesmas

karena ibu tersebut merasa mendapatkan manfaat (bisa melahirkan

dengan selamat) dan tetap sehat setelah melalui proses persalinan

tersebut.

d. Isyarat atau tanda-tanda (Cuse)

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,

keseriusan dan keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh

seseorang, diperlukan isyarat berupa faktor dari luar, misalnya

pesan-pesan yang ada di media massa, nasihat atau anjuran para ahli, teman,

(30)

kerentanan, keseriusan atau bahkan manfaat tindakannya dari

pesan-pesan yang ada pada media massa, nasihat dokter, bidan atau keluarga.

2. Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan (Health Service Utilization Model)

Andersen dan Anderson (2003), telah menggolongkannya menjadi

beberapa model berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor penentu,

yaitu: (Wolinsky FD, 2000).

a. Model Demografi (Demographic Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: umur, seks, status

perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan,

derajat kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan

diasumsikan akan berhubungan dengan seluruh variabel diatas.

Apabila kita perhatikan, variabel yang digunakan dalam model ini

adalah variable yang berasal dari dalam individu sendiri (intrinsik),

yang secara langsung akan mempengaruhi kebutuhan seseorang dan

apabila direalisasi dalam perbuatan akan menjadi permintaan.

b. Model Struktur Sosial (Social Structural Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: pendidikan,

pekerjaan dan suku bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan

adalah salah satu aspek gaya hidup (life style) seseorang, yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial psikologisnya.

Variabel di atas juga merupakan variabel yang secara langsung

mempengaruhi kebutuhan seseorang.

Seseorang yang sedang sakit perut (diare), langsung mencari

pengobatan dengan cara tradisional (memakan daun jambu yang masih

muda dan arang) karena kebiasaan yang ada di desa tersebut sedangkan

orang lain yang memiliki latar pendidikan SLTA, juga menderita diare,

dia merasa membutuhkan pertolongan dokter dan langsung pergi ke

dokter untuk mendapatkan pertolongan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa latar belakag social seseorang akan sangat berpengaruh pada

kebutuhan seseorang dan pada akhirnya akan mempengaruhi juga

(31)

c. Model Sosial-psikologis (Social Psycological Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah sikap dan keyakinan

(belief) individu. Variabel sosial psikologis pada umumnya terdiri dari empat kategori, yaitu (1) Kerentanan terhadap penyakit atau sakit yang

dirasakan, (2) Keseriusan penyakit atau sakit yang dirasakan, (3)

Keuntungan yang diharapkan dalam mengambil tindakan untuk

mengatasi penyakit (4) Kesiapan tindakan individu.

Seorang suami mengetahui istrinya akan melahirkan dia membawa

istrinya ke Rumah Sakit bersalin yang berdekatan karena (1) suami

tersebut merasa istrinya rentan terhadap persalinan yang akan

dihadapinya, (2) proses persalinan dianggap sebagai sesuatu yang serius

berkenaan dengan kesehatan, (3) dengan membawa ke rumah sakit

bersalin akan mendapatkan pertolongan yang memadai untuk mengatasi

proses persalinan tersebut, (4) tindakan suami tersebut didasari oleh

pengetahuan yang dimilikinya.

d. Model Sumber Daya Keluarga (Family Resouce Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pendapatan keluarga,

cakupan asuransi kesehatan, ekanggotaan dalam asuransi kesehatan.

Variabel ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bayar (daya

beli atau tingkat ekonomi) individu atau keluarga untuk pelayanan

kesehatan keluarga mereka.

Seorang ibu hamil merencakan untuk bersalin di rumah dengan

pertolongan bidan, karena biayanya yang cukup murah.

e. Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah penyediaan pelayanan

kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat dan ketercapaian

(accessibility) pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat.

Masyarakat di desa “A”, akan pergi ke Puskesma desa “A” tersebut

pada saat ada yag sakit, karena pemerintah telah menyediakan

(32)

f. Model Organisasi (organization Model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pencerminan

perbedaan bentuk system pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Gaya (Style praktek pengobatan (sendiri, rekanan atau kelompok) 2. Sifat (nature) dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau

tidak)

3. Letak pelayanan kesehatan (tempat pribadi, rumah sakit atau klinik)

4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter,

perawat, dukun dan sebagainya).

Seorang ibu hamil memutuskan untuk bersalin di rumah dengan

pertolongan bidan karena (1) gaya (style) prakteknya secara rekanan artinya apablia terjadi penyulit pada pasien bidan tersebut sudah

mempunyai tempat rujukan, (2) sifat pembayarannya secara langsung,

(3) letak pelayanannya merupakan tempat pribadi, dan (4) petugas

pertama kali yang kontak dengannya adalah bidan.

g. Model Sistem Kesehatan

Keenam model penggunaan fasilitas kesehatan tersebut di atas tidak

berbeda secara nyata, meskipun ada perbedaan dalam sifat (nature). Model system kesehatan menggabungkan keenam model tersebut di

atas ke dalam model yang lebih sempurna.

3. Model Perilaku Kesehatan Lawrence Green

Menurut Lawrence Green (2004), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3

faktor yaitu faktor predisposisi, faktor yang memudahkan dan faktor yang

memperkuat.

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), terwujud dalam pengatahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan persepsi dari

seseorang.

b. Faktor yang memudahkan (enabling factors), terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan).

(33)

4. Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan Alan Dever

Menurut Alan Dever (2004), faktor yang mempengaruhi penggunaan

(permintaan) pelayanan kesehatan adalah:

1. Faktor Sosiokultural, yaitu:

a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.

Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan

mempengaruhi seseonag dalam bertindak, termasuk dalam

menggunakan pelayanan kesehatan.

b. Tekhnologi yang digunakan dalamn pelayanan kesehatan.

Kemajuan di bidang tekhnologi dapat mengurangi atau menurunkan

angka kesakitan sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi pula

penggunaan pelayanan kesehatan. Tetapi kemajuan tekhnologi juga

dapat meningkatkan penggunaan pelayanan kesehatan, seperti pada

kasus tehnologi penyinaran.

2. Faktor Organisasional, yaitu:

a. Ketersediaan sumber daya.

Sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas,

sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan.

b. Keterjangkauan Lokasi.

Keterjangkauan lokasi (geografis), berkaitan dengan keterjangkauan

tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh,

waktu tempuh dan biaya perjalanan. Sedangkan keterjangkauan waktu,

dilihat dari keterbatasan waktu pelayanan kesehatan yang disediakan.

Seseorang yang akan menggunakan pelayanan kesehatan, akan

mempertimbangkan keterjangkauan lokasi ini.

c. Keterjangkauan sosial.

Konsumen memperhitungkan “sikap provider terhadap konsumen”

misalnya atribut petugas seperti etnis dan jenis kelamin, serta

kemampuan membayar.

d. Karakteristik dari struktur organisasi formal dan dari cara pemberian

(34)

Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi yang

formal misalnya Rumah Sakit dan ada yang tidak misalnya praktek

perorangan.

3. Faktor Interaksi Konsumer-Provider

a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen:

Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh

konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan

pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan

(perceived need) dan evaluated need (clinical diagnosis). Perceived need dipengaruhi oleh:

a.1. Faktor sosiodemografi: umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan,

jumlah keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan,

penghasilan).

a.2. Faktor sosiopsikologis: persepsi sakit, gejala sakit, keyakinan

terhadap perawatan medis atau dokter.

a.3. Faktor epidemiologis: mortalitas, morbiditas, disabilitas dan

factor risiko.

b. Faktor yang berhubungan dengan provider:

b.1. Faktor ekonomi: adanya barang substitusi, adanya keterbatasan

pengetahuan konsumen tentang penyakit yang diderita.

b.2. Karakteristik dari provider: tipe pelayanan kesehatan, sikap

petugas, keahlian petugas, fasilitas yang dipuyai oleh pelayanan

kesehatan tersebut.

Hasil penelitian Indriati Basong (2007), membuktikan bahwa felt need ibu terhadap posyandu mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan

atau permintaan posyandu oleh ibu

Berdasarkan teori-teori yang telah disebutkan di atas, maka dapat

dibuatkan model yang merupakan modifikasi dari model penggunaan pelayanan

kesehatan Alan Dever. Modifikasi model ini dianggap lebih lengkap, karena dapat

merangkum seluruh teori yang telah disebutkan diatas. Model yang telah

(35)

Gambar 2.1 : MODIFIKASI MODEL PENGGUNAAN PELAYANAN

KESEHATAN

Sumber : Model Determinan of health services utilization dari G. E. Alan Dever

(2004), yang telah dimodifikasi.

Modifikasi ini dianggap lebih cocok karena kebutuhan seseorang sangat

dipengaruhi oleh faktor pada individu itu sendiri dan faktor sosial dimana individu

tersebut berada. Sedangkan faktor organisasional yang dalam hal ini berkaitan

dengan sistim pelayanan kesehatan serta birokrasi untuk mendapatkan pelayanan,

lebih mempengaruhi penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan itu sendiri.

2.1.3 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)

2.1.3.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat

pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus

merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Dep. Kes.

R.I, 2000).

Definisi Puskesmas menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(1990/1991) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

Faktor ciri karakteristik

konsumen:

- Sosiodemografi

- Sosiopsokologis

- Epidemiologis

Kebutuhan Permintaan

Factor

sosiokultural

Factor

Organisasional

Faktor yang

berhubungan

dengan provider

Faktor

(36)

serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Dengan kata lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung

jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan, tergantung kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografik dan keadaan infrastruktur masing-masing Puskesmas. Sedangkan

pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan

yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang

ditujukan kepada semua jenis kelamin dan golongan umur (Dep. Kes. R.I, 2000).

2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas

Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui berbagai

kegiatan pokok, yaitu (Dep.Kes. RI., 2000):

a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)

b. Keluarga Berencana

c. Usaha Peningkatan Gizi

d. Kesehatan Lingkungan

e. Pencegahan dan Pemberanasan Penyakit Menular

f. Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan

g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

h. Kesehatan Sekolah

i. Kesehatan Olah Raga

j. Perawatab Kesehatan Masyarakat

k. Kesehatan Kerja

l. Kesehatan Gigi dan Mulut

m. Kesehatan Jiwa

n. Kesehatan Mata

o. Laboratorium Sederhana

p. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan

q. Kesehatan Usia Lanjut

(37)

Kegiatan pokok ini akan terus dikembangkan secara bertahap sesuai

dengan kebutuhannya. Beberapa Puskesmas tertentu sesuai dengan perkembangan

akan dilengkapi dengan sarana rawat tinggal dan unit pertolongan pertama pada

keadaan darurat atau gawat.

2.1.3.3 Fungsi Puskesmas

Beberapa fungsi Puskesmas adalah: (Dep.Kes R.I. 2000)

a. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan hidup sehat.

c. Sebagai pusat pengembangan Kesehatan Masyarakat di wilayah

kerjanya.

Sedangkan pelaksanaan fungsi Puskesmas di atas adalah:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menunjang dirinya sendiri.

b. Memberi petunjuk kepada masyarakat tentang upaya menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan

bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program Puskesmas.

2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan

Puskesmas dengan perawatan adalah Puskesmas yang diberi yambahan

ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa

(38)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikerjakan oleh Puskesmas dengan

perawatan ini meliputi:

1. Melakukan tindakan operasi terbatas terhadap penderita gawat darurat

antara lain:

a. kecelakaan lalu lintas

b. persalinan dengan penyulit

c. penyakit lain yang mendadak dan gawat

2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi

penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata perawatan 3 hari atau

maksimum 7 hari.

3. Melakukan pertolongan sementara untuk persiapan pengiriman penderita

lebih lanjut ke Rumah Sakit.

4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan risiko tinggi dan

persalinan dengan penyulit.

5. Melakukan metode operasi pria untuk keluarga berencana.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa Puskesmas dengan perawatan adalah pengembangan dari Puskesmas biasa, yang mampu betindak sebagai “Pusat Rujukan Sementara” yang salah satu tugasnya adalah memberi pertolongan persalinan dengan risiko tinggi dan dengan penyulit. Sehingga secara otomatis dia

juga melaksanakan fungsi Puskesmas biasa yaitu memberi pertolongan persalinan

dengan tingkat risiko rendah atau persalinan normal.

2.1.4 Pelayanan Kebidanan 2.1.4.1 Pengertian

a) Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam

rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan keluarga

merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan

kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan

ibu dan anak. Adapun sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,

keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif

(39)

b) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi atau

sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan. Standar adalah

rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu

dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.

2.1.4.2 Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan

Menurut Depkes RI (2000), Standar pelayanan kebidanan adalah terdiri

dari 25 standar, yang meliputi standar pelayanan umum dan standar pelayanan

kebidanan termasuk di dalamnya adalah standar untuk penanganan

kegawatdaruratan. Standar tersebut dapat dikelompokkan dan diuraikan secara

berurutan dari standar 1 sampai dengan standar 25 yaitu sebagai berikut:

a) Standar Pelayanan Umum terdiri dari 2 Standar yaitu: Standar 1 dan

Standar 2.

Standar 1: Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Pernyataan Standar:

Bidan memberikan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan

masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk

penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam

menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang

tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.

Standar 2: Pencatatan

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu

regitrasi semua ibu hamil di wilayah kerjanya, rincian pelayanan yang diberikan

kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan

rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Bidan hendaknya mengikutsertakan

kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang

berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir. bidan meninjau secara teratur catatan

untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan

pelayanannya.

b) Standar Pelayanan Ante Natal terdiri dari 6 Standar yaitu:

(40)

Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinterakasi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan

anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak

dini dan secara teratur.

Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Pernyataan Standar:

Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal, pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai

apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan

risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PSM/Infeksi HIV,

memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang

tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

Standar 5: Palpasi Abdomen

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan

palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan

bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin

ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat

waktu.

Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau

rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

(41)

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamasi lainnya, serta mengambil

tindakan yang tepat dan merujuknya.

Standar 8: Persiapan Persalinan

Pernyataan Standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan

yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan

dengan baik, disamping persiapan transportaasi dan biaya untuk merujuk, bila

tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan

rumah untuk hal ini.

c).Standar Pertolongan Persalinan terdiri dari 4 Standar, yaitu

standar 9 s/d standar 12

Standar 9: Asuhan Saat Persalinan

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan

kebutuhan klien, selama proses

persalinan berlangsung.

Standar 10: Persalinan yang Aman

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan

dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

Standar 11: Pengeluaran Plasenta dengan Penegangan Tali Pusat

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi

Pernyataan Standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang

lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk menperlancar

persalinan, diikuti dengan penjahitan

(42)

d).Standar Pelayanan Nifas terdiri dari 3 Standar yaitu Standar 13

s/d Standar 15

Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir

Pernyataan Standar:

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan

melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan harus

mencegah hipotermia.

Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi

dalam dua jam seletah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

Bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya

kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Standar 15: Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas

Pernyataan Standar:

Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan rumah

pada hari ke tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk

membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang

benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,

kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian

ASI, imunisasi dan KB.

e).Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obtetri Neonatal, terdiri

dari 10 Standar yaitu Standar 16 s/d Standar 25.

Standar 16: Penanganan Pendarahan pada Kehamilan

Pernyataan Standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala pendarahan, serta

melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Standar 17: Penanganan Kegawatan pada Eklamasi

(43)

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamasi mengancam, serta

merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama

Standar 18: Penanganan Kegaawatan pada Partus Lama/Macet

Pernyataan Standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partuslama/ macet serta

melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.

Standar 19: Persalinan dengan Forcep Rendah

Pernyataan Standar:

Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forcep rendah, menggu nakan

forcep secara benar dan menolong persalinan secara aman bagi ibu dan bayinya.

Standar 20: Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor.

Pernyataan Standar:

Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraki vakum, melakukannya secara

benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan

keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.

Standar 21: Penanganan Retentio Plasenta

Pernyataan Standar:

Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan

pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan pendarahan, sesuai dengan

kebutuhan.

Standar 22: Penanganan Pendarahan Post Partum Primer

Pernyataan Standar:

Bidan mampu mengenali pendarahan yang berlebihan dalam 24 jam

pertama setelah persalinan (post partum primer) dan segera melakukan

pertolongan pertama untuk mengendalikan pendarahan.

Standar 23: Penanganan Pendarahan Post Partium Sekunder

Pernyataan Standar:

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala

pendarahan post portum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk

menyelamatkan jiwa ibu, dan/atau merujuknya.

Standar 24: Penanganan Sepis Puerpularis

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual  ......................................................................
Gambar 1.1 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2007.
Gambar 2.1 :
Gambar 2.2: KERANGKA KONSEP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan Pasangan Usia Subur (PUS) di di wilayah

Skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kehamilan Risiko Tinggi dengan Persiapan Persalinan pada Ibu Hamil Usia Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas

Persepsi ibu bersalin tentang pertolongan persalinan oleh dukun di wilayah Kecamatan Balantak Utara, ada ibu bersalin yang menjawab memilih pertolongan persalinan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Barebbo Kabupaten Bone, faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Barebbo Kabupaten Bone, faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh

Hubungan Obesitas dengan Infertilitas pada Ibu Pasangan Usia Subur di desa Wonosari Tanjung Morawa tahun 2014..

Jumlah responden dalam dalam penelitian ini sebanyak 98 pasangan usia subur yang melakukan kunjungan di Puskesmas Depok I, mayoritas penduduk yang berada di Wilayah

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Gambaran pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur WPUS dalam menentukan masa subur dengan menggunakan metode KB alami berdasarkan pendidikan ibu Hasil