PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAMULANG
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Yusuf Brilliant
NIM: 107103000220
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatanm Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2010
SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh Yusuf Brilliant NIM: 107103000220
Pembimbing Pembimbing
dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes Prof.Dr.H.Sardjana dr.SpOG(K),SH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iv
Laporan Penelitian berjudul POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG yang diajukan oleh Yusuf Brilliant (NIM: 107103000220), telah diujikan dalamsidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 05 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 05 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing Penguji
dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes dr. Ahmad Husaini, SpOG
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
v
Pertama–tama Peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rakhmat dan karunia-Nya sehingga
Peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pola Kebutuhan Dan
Permintaan Ibu pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang sebagai salah satu syarat penyelesaian
studi pada Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Pada kesempatan ini, Peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada para pembimbing riset ini serta pihak-pihak lain yang juga turut serta
mempermudah jalannya penelitian, yaitu:
1. Prof. Dr. dr. M.K Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas
kesempatan yang diberikan kepada Peneliti untuk mengikuti dan
menyelesaikan Program Studi dan Pendidikan Kedokteran pada Program
Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. DR. dr. H. Syarif Hasan Luthfie SpRM selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas kesempatan yang diberikan kepada
Peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi dan
Pendidikan Kedokteran pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
3. dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes selaku pembimbing penelitian yang telah
menyetujui dan mengijinkan penelitian ini dan dengan penuh perhatian
dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam
penelitian ini.
4. Prof.Dr.H.Sardjana dr SpOG(K),SH sebagai pembimbing awal dalam
penelitian ini yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan
vi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
tanggung jawab kepada Peneliti melakukan penelitian ini dan menyetujui
ijin penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir dari Modul Riset
sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
6. Drg. Unna Rahmadona selaku Kepala Puskesmas Pamulang yang telah
memberikan kesempatan pada Peneliti untuk melakukan penelitian di
Puskesmas yang beliau pimpin.
7. DR. H. Arif Soemantri M.Kes selaku staf pengajar Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan
saran dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini secepatnya.
8. dr. Bisatyo Mardjikoen SpOT selaku staf pengajar Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan saran, kritik dan
semangat terhadap penelitian ini.
9. Kedua orangtua Peneliti, Prof DR H Sardjana dr SpOG (K) SH dan Arina
Nurfinnahari SE, SH yang telah memberikan banyak dukungan selama ini.
Saudara kandung Peneliti, Erlangga Husada dan Gulam Gumilar atas
bantuan, doa restu, dorongan moral yang tiada henti-hentinya mendoakan
demi keberhasilan Peneliti.
10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Ricky Fathoni, Syamsuddin dan
Tiara Bunga Melati Jelita yang selama ini telah memberikan dukungan
maupun peran sertanya kepada Peneliti dalam menyelesaikan penelitian
vii
Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Hara dan Hasyim yang telah
banyak membantu selama penelitian ini berlangsung.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu untuk terlaksananya
penelitian ini, Peneliti ucapakan terima kasih. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak peneliti-peneliti selanjutnya.
Jakarta, 05 Oktober 2010
viii
Yusuf Brilliant. Program Studi Pendidikan Dokter. Pola Kebutuhan dan Permintaan Ibu Pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. 2010.
Studi tentang pola kebutuhan dan permintaan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Studi ini mencakup 298 orang ibu yang bersalin (Bulin) pada periode bulan Maret 2009 s/d April 2010 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Uji statistik yang dipergunakan dalam studi ini adalah regresi logistik.
Tujuan studi adalah untuk mengetahui gambaran pola kebutuhan dan permintaan ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, mengukur besarnya kebutuhan dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas dan faktor apa yang mempengaruhinya, serta melihat faktor apa yang mempengaruhi perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu teerhadap pertolongan persalinan.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas (34,2%) lebih rendah jika dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh tenga kesehatan di luar puskesmas (56,7%), dan hal ini menyebabkan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (39,1%) juga lebih rendah jika dibandingkan dengan permintaan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan di luar Puskesmas (58,1%).
Faktor yang berpengaruh pada kebutuhan dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan bervariasi, tergantung pada jenis fasilitas pertolongan persalinannya. Secara umum, kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi kebutuhan ibu melakukan pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas. Faktor kebutuhan ibu dan jarak rumah dalam satuan menit ke tempat persalinan merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas. Sedangkan jarak tempuh rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit dan ada tidaknya penyulit dalam persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap pelayanan pertolongan persalinan.
ix
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan ... 11
2.1.2 Teori Permintaan ... 12
2.1.2.1 KonsepPermintaan Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 14
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan terhadap Pelayanan kesehatan ... 15
2.1.3 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) ... ...22
2.1.3.1 Pengertian Puskesmas ... 22
2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas ... 23
2.1.3.3 Fungsi Puskesmas ... 24
2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan ... 24
2.1.4 Pelayanan Kebidanan ... 25
2.1.4.1 Pengertian ... 25
2.1.4.2 Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan ... 26
2.1.4.3 Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan ... 31
2.1.5 Asuhan Persalinan Normal ... 32
2.2 Kerangka Konseptual ... 39
2.3 Definisi Operasional ... 40
BAB 3 Metodologi Penelitian ... 42
3.1 Desain Penelitian ... 42
3.2 Lokasi Studi ... 42
3.3 Populasi atau Objek studi ... 42
3.4 Pengolahan Data ... 43
3.5 Tekhnik Analisis Data ... 43
x
4.2Pembahasan ... 57
4.2.1 Kebutuhan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ... 58
4.2.2 Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ... 62
4.2.3 Perubahan Kebutuhan Ibu Menjadi Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ... 66
BAB 5 Simpulan dan Saran ... 67
5.1 Simpulan ... 67
5.2 Saran ... 768
Daftar Pustaka ... 69
xi
Gambar 1.1 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
xii
Tabel 4.1 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Umur Ibu ... 45 Tabel 4.2 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Paritas ... 46 Tabel 4.3 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu ... 46 Tabel 4.4 Pengelompokkan Lama Pendidikan Responden Menurut Tingkat
Pendidikannya ... 47 Tabel 4.5 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikannya ... 47 Tabel 4.6 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Ibu ... 47 Tabel 4.7 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu . 48 Tabel 4.8 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Resiko Ibu Hamil
... 49 Tabel 4.9 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Penghasilan Keluarga ... 50 Tabel 4.10 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa Ibu ... 50 Tabel 4.11 Jumlah dan Distribusi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Menurut
Responden ………...51
Tabel 4.12 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Masyarakat Dalam melakukan Persalinan ………..51 Tabel 4.13 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Pola Kebutuhan Ibu
terhadap Pertolongan Persalinan ……….52 Tabel 4.14 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah-tempat
Persalinan dalam (Km) ………53 Tabel 4.15 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah – tempat
Persalinan dalam (menit) ……….53 Tabel 4.16 Disitribusi Sisitim Birokrasi yang Akan Dijalani Menurut Responden
………..54 Tabel 4.17 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Ada-Tidaknya Penyulit
Saat Persalinan ………54 Tabel 4.18 Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Sarana Persalinan yang Ada ………..55 Tabel 4.19 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jumlah Biaya yang Akan
Dikeluarkan ……….55 Tabel 4.20 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan Yang
Diharapkan ………..56 Tabel 4.21 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Permintaan Ibu Terhadap
Pertolongan Persalinan ………56 Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik Antara Variabel Bebas yang Mempunyai Pengaruh
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani serta social dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (Dep.Kes
R.I, 2000)
Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah Crude Death Rate, Malnutrition, Infant Mortality rate, maternal Mortality Rate dan umur harapan hidup. Dari indikator tersebut, subyek yang paling banyak dijadikan
ukuran adalah ibu dan anak. Hal ini disebabkan ibu dan anak merupakan
kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit,
cacat dan kematian. Kerentanan ini disebabkan oleh adanya sifat yang khas dari
kelompok ini, yaitu adanya peristiwa kehamilan, proses kelahiran dan masa
pertumbuhan serta perkembangan.
Untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok ini diperlukan
perhatian khusus terhadap sistim pemberian pelayanan kesehatannya. Perhatian ini
juga harus dapat memberikan kemungkinan tentang cara penggunaan secara
efisien sumber daya dan sarana yang pada umunya serba terbatas (Morley David,
2003).
Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah pada umumnya telah
memberikan hasil, serta tampak adanya kemajuan. Tetapi sering terlihat bahwa
pola pelayanan terhadap ibu, khususnya ibu bersalin, masih belum mencapai
tingkat yang diharapkan. Dalam hal pencarian pertolongan persalinan, terutama
bagi ibu yang berada di pedesaan, sebagian besar masih mencari pertolongan
persalinan lewat dukun bayi.
Hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Propinsi Banten yang
ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya menurunkan angka kematian bayi
dan kematian ibu. Pertolongan persalinan oleh tenaga medis sebesar 56,6% pada
2005 menunjukkan bahwa masih terdapat 37,7% persalinan yang ditolong oleh
tenaga non medis atau dukun paraji (Dinas Kesehatan Propinsi Banten, 2002).
Persalinan yang ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya
menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu. Walaupun pergerakannya
lambat namun secara pasti proporsinya menunjukkan peningkatan dibanding yang
ditolong tenaga non medis (seperti dukun bayi). Kisarannya masih bergerak pada
angka 50-60%. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 51,3% bayi yang
persalinannya ditolong tenaga medis (dokter atau bidan) dan sisanya sebesar
48,7% menggunakan jasa tenaga non medis seperti dukun bayi (paraji).
Selanjutnya pada periode tahun 2004 perhatian masyarakat akan pentingnya
pemanfaatan tenaga medis meningkat menjadi 59,7%. (Dinas Kesehatan Propinsi
Banten, 2005)
Dari hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Kabupaten
Tangerang, komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan karena
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.
Dalam lima tahun terakhir pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terus meningkat. Pada tahun 2007 sebesar 73,66% dari 94.638
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, gambaran cakupan linakes dari
2005-2007 adalah sebagai berikut :
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2005-2007
Puskesmas Pamulang yaitu salah satu puskesmas di Kota Tangerang
Selatan yang dimana wilayah kerjanya mencakup 8 kelurahan yaitu : Pamulang
Barat, Pamulang Timur, Pondok benda, Benda Baru, Bambu Apus, Kedaung,
Pondok Cabe Ilir, dan Pondok Cabe Udik. Puskesmas Pamulang memiliki
beberapa macam fasilitas pelayanan kesehatan salah satu diantaranya adalah
pelayanan pertolongan persalinan.Puskesmas Pamulang telah mencatat jumlah
persalinan pada Januari s/d Desember 2009 yang ditolong oleh nakes di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang adalah sebesar 82,85% dan sisanya persalinan
dilakukan oleh non nakes (dukun bayi), dan Puskesmas Pamulang sendiri telah
mencatat persalinan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang pada periode
Januari-Desember 2009 sebesar 90,58% dari sasaran ibu hamil yg diperiksa di
Puskesmas Pamulang (Puskesmas Pamulang, 2009).
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa Puskesmas Pamulang sebagai salah
satu Puskesmas di Kota Tangerang Selatan yang dulunya juga merupakan bagian
dari Kabupaten Tangerang telah menunjukkan data pertolongan persalinan yang
cukup baik untuk wilayah kerja di Puskesmas Pamulang namun tetap harus
dicermati apakah pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas Pamulang
tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan permintaan pelayanan bagi ibu pasangan
usia subur di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
Untuk mengetahui pelaksanaan pertolongan persalinan yang dapat
diterima masyarakat, perlu diketahui faktor penting yang mempengaruhi seorang
ibu dalam mencari pertolongan persalinan, sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan keinginan dan kemauan masyarakat dalam menggunakan
Puskesmas sebagai tempat persalinan.
Sarana pelayanan kesehatan akan digunakan oleh masyarakat bila
masyarakat merasa membutuhkan terhadap pelayanan kesehatan tersebut.
Kebutuhan yang dirasakan seseorang akan membuat seseorang mengambil
keputusan untuk mencari pertolongan atau tidak. Perwujudan felt need tidak selalu dapat terwujud menjadi penggunaan pelayanan kesehatan (demand atau permintaan yang efektif), oleh karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
seperti faktor sosio kultural, faktor organisasional dan faktor sosio demografi
Untuk mengetahui hubungan penggunaan Puskesmas sebagai tempat
persalinan dan faktor determinan yang mempengaruhinya, maka diperlukan kajian
tentang demand pertolongan persalinan di Puskesmas pada ibu yang melahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Belum semua kelompok ibu Pasangan Usia Subur yang akan
melahirkan:
a. membutuhkan keberadaan Puskesmas
b. meminta atau menggunakan Puskesmas sebagai tempat
persalinannya
2. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan (need) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di
Puskesmas.
3. Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan atau penggunaan
(demand) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas.
4. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan
potensial (felt need) menjadi permintaan riil demand pada kelonpok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan.
1.3 Hipotesis
Dalam studi ini akan dipergunakan hipotesis yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Adanya hubungan antara kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan di Puskesmas dengan : umur, paritas, pendidikan, pekerjaan,
tingkat pengetahuan, tingkat risiko ibu hamil, suku bangsa, kebiasaan
masyarakat, pengambil keputusan dalam keluarga, dan penghasilan
keluarga.
2. Permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas
dipengaruhi oleh faktor: kebutuhan ibu, sistim birokrasi, jarak rumah
tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah
tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan kepuasan konsumen.
3. Perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas dipengaruhi oleh faktor: sistim
birokrasi, jarak rumah ,tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam
persalinan, jumlah tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan
kepuasaan konsumen.
1.4 Tujuan Studi
Secara umum studi ini ingin menguraikan dan menilai adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan permintaan pada kelompok ibu
Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas, serta faktor
yang mempengaruhi perubahan kebutuhan menjadi permintaan pada kelompok
ibu Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, khususnya:
1. Mendapatkan gambaran pola :
a. Kebutuhan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan.
b. Permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan.
2. Mempelajari faktor yang mempengaruhi kebutuhan pada kelompok ibu
3. Mempelajari faktor yang mempengaruhi permintaan pada kelompok
ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di
Puskesmas.
4. Mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan
menjadi permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur terhadap
pertolongan persalinan.
1.5 Manfaat Studi
1. Sebagai bahan penulisan riset khususnya untuk kelengkapan data
primer, yang harus dipenuhi dalam rangka penyelesaian Program
Studi Pendidikan Dokter (PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Memberi masukan pada perencanaan dan pengelola program dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), sehingga pelayanan pertolongan persalinan Puskesmas
dapat lebih berdaya guna di masa yang akan datang.
3. Memberikan informasi pada petugas pelaksana pelayanan
pertolongan persalinan di Puskesmas, sebagai dasar untuk
membuahkan pemikiran-pemikiran secara faktual dalam upaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kebutuhan
(Murray, 2001), mendefinisikan kebutuhan sebagai berikut:
“A need is a construct (a convenient fiction or hypothetical concept) which stands for a force in the brain region, a force which organizer perception, apperception, intellection, conation and action in such a way as to transform in a certain direction an existing unsatisfying situation. A need is sometimes provoked directly by internal processes of a certain kind. But, more frequently by the occurrence of one of few commonly effective press (environmental forces). Each need is characteristically accompanied by a particular feeling or emotion and … certain may be weak or intense, momentary or enduring. But usually is persist and gives rise to certain course of overt behavior (or fantacy)”
Kebutuhan adalah suatu konstruk (konsep hipotesis) yang memberikan
suatu kekuatan di dalam otak. Kekuatan yang mengorganisir persepsi, appersepsi,
inteleksi, konasi dan tindakan sedemikian rupa dengan maksud merubah suatu
keadaan tertentu yang ada yaitu sesuatu yang tidak memuaskan. Kebutuhan
kadang-kadang ditimbulkan secara langsung oleh proses internal tetapi lebih
sering ditimbulkan oleh peristiwa yang terjadi dalam lingkungan individu. Adanya
kebutuhan menyebabkan individu beraktivitas dan individu mempertahankan
aktivitas ini sampai kebutuhannya terpenuhi. Beberapa kebutuhan secara
karakteristik disertai oleh perasaan dan emosi. Kebutuhan dapat lemah dan kuat,
sebentar atau seterusnya, tetapi biasanya menetap dan berpengaruh terhadap
timbulnya perilaku yang nyata atau fantasi (Murray, 2001).
(Maslow, 2000), mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai
kebutuhan yang pemunculannya sangat tergantung pada kepentingan individu.
Kebutuhan yang harus dipenuhi merupakan faktor pendorong (motif) yang
menyebabkan seseorang beraktivitas. Manusia tidak hanya bereaksi terhadap satu
motif atau kebutuhan saja, tetapi membuat seleksi terhadap sejumlah motif yang
Kebutuhan itu terjadi secara bertahap (hirarkis) mulai dari kebutuhan yang paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis. Bila kebutuhan ini sudah terpenuhi baru
mencari kebutuhan pada hirarki yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa
keamanan dan perlindungan. Apabila kebutuhan ini sudah terpenuhi maka akan
muncul hirarki kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Teori ini dikenal dengan five hierarchy of need dari (Maslow, 2000).
Tetapi teori (Maslow, 2000), di atas mempunyai kelemahan yaitu tidak
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, karena manusia tidak harus memenuhi
kebutuhan pada hirarki yang lebih rendah baru memikirkan kebutuhan pada
hirarki yang lebih tinggi. Misalkan seseorang yang masih kekurangan kebutuhan
fisiologisnya tetapi dia ternyata sudah mempunyai kebutuhan akan harga diri.
Menurut (Robert Moroney, 2003), kebutuhan dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Kebutuhan normatif (normative need) yaitu kebutuhan yang timbul pada individu yang pada umumnya banyak dipengaruhi faktor nilai, lingkungan
sosial dan hukum.
Seorang ibu hamil yang selalu mengalami perdarahan selama
kehamilannya, disarankan oleh bidan, untuk selalu periksa ke dokter ahli
kandungan dan melahirkan dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Ibu
hamil ini mempunyai kebutuhan normatif (kebutuhan yang sesuai dengan
norma kesehatan yang ada), untuk periksa dan melahirkan melalui
pertolongan dokter ahli kandungan.
2. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) yaitu apa yang menjadi kebutuhan mereka. Perceived need biasa disebut juga felt need.
Seorang ibu hamil merasa tidak mempunyai keluhan yang berarti selama
kehamilannya, dan menginginkan suatu proses persalinan yang menurut dia “aman” serta terjangkau biayanya. Ibu hamil tersebut merencakan untuk bersalin di Puskesmas, karena kebutuhan yang dirasakan (felt need) ibu tersebut cocok dengan kondisi Puskesmas. Dapat dikatakan bahwa ibu
hamil tersebut mempunyai feltneed pada Puskesmas.
mendapatkan pelayanan. Expressed need ini biasa disebut demand atau permintaan yang efektif.
Seorang ibu hamil yang sudah mempunyai rencana untuk melahirkan di
Puskesmas, tiba-tiba merasakan bahwa proses persalinannya sudah dekat,
pada saat malam hari. Keluarganya tidak membawa dia ke Puskesmas
tetapi meminta pertolongan dukun bayi yang berdekatan dengan
rumahnya, untuk membantu persalinan tersebut. Dalam kasus ini,
meskipun felt need ibu hamil tersebut pada Puskesmas tetapi expressed need atau demand nya pada dukun bayi.
4. Kebutuhan relatif (relative need) yaitu kebutuhan yang dalam pemenuhannya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya atau
antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Relative need ini juga biasa disebut sebagai comparative need.
Beberapa ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang relatif sama (tidak
mempunyai keluhan yang berarti selama kehamilannya), akan mempunyai
kebutuhan yang berbeda-beda pada saat dia melahirkan. Ada yang merencakan
untuk bersalin di rumah dengan pertolong dukun bayi, dirumah dengan
pertolongan bidan, di tempat praktek bidan, di Puskesmas atau di Rumah Sakit
dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Dalam kasus ini jelas bahwa
kebutahan beberapa ibu hamil tersebut relatif dalam pemenuhannya.
Berdasarkan definisi kebuthan yang dikemukakan oleh Moroney, maka
yang dimaksud need atau kebutuhan dalam penelitian ini adalah felt need: atau kebutuhan yang dirasakan. Menurut (David Mc Clelland, 2003), yang telah
memformulasikan konsep kebutuhan untuk keberhasilan (the need to achieve), orang yang mempunyai kebuthan untuk keberhasilan akan mempunyai keinginan
yang kuat untuk mencapai keberhasilannya tersebut dan mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut: (Hick H G & Gullent C R, 2007).
1. Ia menempatkan tujuan yang moderat dan memperhitungkan
risikonya.
2. Penempatan tujuan seperti itu karena ia secara pribadi dapat
3. Ia menginginkan arus balik yang tepat mengenai keberhasilan atau
kegagalannya.
4. Ia lebih menyukai para pekerja pembantu yang kompeten walaupun
ada perasaan pribadi tentang mereka.
Teori (David Mc Clelland, 2003) ini lebih dikenal dengan nama
Achievement Motivation Theory, yaitu Seorang ibu hamil merencakan untuk melakukan persalinan dengan pertolongan bidan. Dalam hal ini, ibu tersebut (1)
telah menempatkan tujuannya sesuai dengan kemampuannya dan telah
memperhitungkan faktor risikonya, (2) dia telah memprediksi akan dapat
melakukan persalinan dengan baik (3) dia mengharapkan bidan dapat memberikan
gambaran tentang proses persalinan yang akan dohadapinya (kemungkinan
hambatan yang akan dihadapi), (4) dia percaya dengan kemampuan bidan dalam
menolong persalinannya dan mengabaikan perasaan pribadi.
Teori kebutuhan yang berhubungan dengan kepuasaan kerja dikemukakan
oleh (Frederick Herzberg, 2002), yang lebih dikenal dengan teori dua faktor pada
kepuasaan kerja atau konsep faktor motivator – hygience dari Herzberg. Menurut teori (Herzberg, 2002), ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
bekerja yaitu (1) faktor yang berperan sebagai motivator yaitu yang mampu
memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik, dan (2) faktor hygience yang dapat meimbulkan rasa tidak puas pada pegawai (Hicks H G & Gullent C R,
2007). Faktor yang berperan sebagai motivator adalah:
1. achievement (keberhasilan pelaksanaan) 2. Recognition (Pengakuan)
3. the work it self (pekerjaan itu sendiri) 4. responsibilities (tanggung jawab)
5. Advancement (pengembangan)
Sedangkan faktor hygience terdiri dari:
1. company pokicy and administration (kebijakan dan administrasi perusahaan)
2. technical supervisor (supervisi)
5. wages (gaji)
Seorang ibu hamil telah merencanakan untuk melakukan persalinan di
Puskesmas karena dia telah termotivasi oleh (1) keberhasilan proses persalinan
yang ditangani di Puskesmas, (2) merasa mendapat pengakuan dari masyarakat,
dan (3) keyakinan dapat melakukan persalinan dengan lancer. Selain itu dia juga
telah mempertimbangkan faktor 1) birokrasi yang harus dilakukan, (2) fasilitas
yang diberikan dan (3) biaya yang harus dikeluarkan.
2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri atas kebutuhan yang
dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat provider (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan menurut konsumen dipengaruhi oleh faktor sosio demograhi dan faktor sosio psikologis
(Dever G A, 2004).
John Cullis dan Peter A. West (1999), mengatakan bahwa kebutuhan yang
dirasakan (felt need) terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari kebutuhan fisiologis da psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan.
Felt need timbul bila individu menginginkan pelayanan kesehatan. Felt need berhubungan dengan persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan.
Sedangkan Kenneth Lee & Anne Mills (2003), menmgemukakan bahwa
kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas kebutuhan yang tidak dirasakan
dan kebutuhan yang dirasakan (felt need). Kebutuhan yang dirasakan (felt need) membuat individu mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau
tidak. Ekspresi dari felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan dari pelayanan kesehatan atau demand dari pelayanan kesehatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang dirasakan
seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari
individu itu sendiri (faktor intrinstik) misalnya tingkat pengetahuan, umur dan
pekerjaan maupun factor di luar individu (faktor ekstrinsik) misalnya lingkungan
sosial.
Seorang ibu yang sedang hamil mungkin sudah mempunyai rencana untuk
tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang kesehatan dan kebiasaan yang
berlaku di daerah tersebut.
Ibu hamil yang lain mungkin merencanakan untuk bersalin dengan
pertolongan dokter spesialis kandungan, karena ibu ini sudah mengetahui bahwa
dirinya termasuk golongan “kehamilan risiko tinggi” dan untuk itu diperlukan
penanganan tenaga professional.
Ibu hamil yang mungkin merencanakan untuk bersalin dengan pertologan
bidan karena seluruh kerabatnya juga melakukan hal yang sama. Tetapi pada saat
bersalin ibu tersebut mengalami penyulit yang menyebabkan bidan mengambil
keputusan untuk merujuk ibu tersebut ke Rumah Sakit. Ibu tersebut akhirnya
bersalin dengan pertolongan dokter.
Hasil penelitian Indriati Basong (2007), yang menghubungkan kebutuhan
(felt need) ibu dengan penggunaan posyandu, membuktikan bahwa umur, pengetahuan dan persepsi tentang posyandu ibu mempunyai hubungan yang
bermakna dengan felt need ibu terhadap posyandu.
2.1.2 Teori Permintaan
Di dalam teori ekonomi, konsep permintaan menggambarkan kerangka
sistematis tentang perilaku konsumen. Demand berarti permintaan sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen (willingness) dan konsumen mampu (ability) untuk membeli dalam satu kurun waktu tertentu atau dengan kata lain demand adalah julmah komoditas total yang dibeli oleh konsumen (Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001).
Dari teori di atas dapat dikatakan bahwa permintaan adalah kebutuhan
yang direalisasikan dalam perbuatan. Kebutuhan merupakan suatu permintaan
akan barang atau jasa yang mana konsumen mau (willingness) untuk membeli, tetapi belum diikuti dengan kenyataan (action) dalam membeli. Sedangkan permintaan adalah kebutuhan yang telah diikuti dengan kemampuan daya beli
(ability) dan direalisasikan dalam perbuatan (membeli barang atau jasa).
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama,
dasar harga komoditi yang diperhitungkan dengan harga komoditi lainnya,
penghasilan mereka, cita rasa dan selera mereka. Kedua, apa yang diinginkan
tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. Artinya,
merupakan jumlah orang yang bersedia dan mampu membelinya pada harga yang
harus mereka bayar untuk komoditi itu. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan
arus pembelian yang kontinyu artinya pembelian itu akan diikuti dengan
pembelian selanjutnya (Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001).
Jumlah barang yang diminta (permintaan) sangat tergantung kepada:
1. Harga atau tarif dari barang atau jasa yang bersangkutan.
2. Cita rasa (taste) dan preferensi konsumen 3. Pendapatan konsumen
4. Harga atau tarif dari barang atau jasa lain yang dekat hubungannya
dengan barang tersebut.
Dari uraian diatas, tersirat peran kebutuhan di dalam faktor cita rasa (taste) dan preferensi konsumen menunjukkan suatu kebutuhan yang belum
direalisasikan. Apabila citarasa dan preferensi telah diikuti dengan pertimbangan
harga, pendapatan (daya beli) dan harga barang substitusi serta diikuti dengan
perbuatan membeli, maka akan menjadi permintaan pada barang atau jasa
tersebut.
Sehingga secara matematik, permintaan merupakan fungsi dari beberapa
faktor, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Q = F ( P, Y, Z1 . . . Z n, T)
Dimana: Q = Kuantitas barang atau jasa yang diminta
P = harga dan tarif
Y = pendapatan konsumen
Z1 . . . Zn = harga atau tarif dari barang lain
T = citarasa dan preferensi konsumen
Rumus ini kalau diterapkan dalam pelayanan pertolongan persalinan
adalah:
Q = jumlah permintaan pertolongan persalinan di Puskesmas
P = biaya pertolongan persalinan di Puskesmas
Y = pendapatan konsumen
T = cita rasa dan preferensi konsumen terhadap pertolongan
persalinan yang diinginkan
2.1.2.1Konsep Permintaan terhadap Pelayanan Kesehatan
Michael Grossman seperti yang dikutip oleh Feldstein mengemukakan
bahwa konsumen mempunyai permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena
dua alasan, yaitu (1) kesehatan sebagai barang konsumsi, yang membuat
konsumen merasakan lebih baik, dan (2) pelayanan kesehatan sebagai barang
investasi, yang memberikan sejumlah waktu kepada kosumen untuk berproses
produksi (Feldstein, 2007).
Terdapat beberapa kesulitan dalam mengaplikasikan teori permintaan
terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
(Sorkin AL,2003)
1. Untuk estimasi permintaan individu diperlukan informasi tentang harga
pelayanan kesehatan pada institusi yang sama dengan karakteristik
penyakit dan pelayanan yang sama pula.
2. Availability pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi kuantitas
pelayanan yang diminta.
3. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
status kesehatan dan tingkat kebutuhan pelayanan medisnya.
4. Pelayanan kesehatan yang bersifat supply induced demand membawa konsumen pada posisi yang lemah, dimana jenis pelayanan yang dia
terima tergantung dari providernya.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa permintaan pelayanan kesehatan
tidak bisa murni seperti pada permintaan barang konsumsi, karena sangat
dipengaruhi baik oleh faktor individu itu sendiri maupun faktor di luar individu
tersebut, terutama faktor provider.
Permintaan terhadap pelayanan kesehatan tergantung pada beberapa
faktor, sehingga formulasi permintaan tersebut dapat digambarkan sebagai:
D = F (X1 . . . . Xn)
D = permintaan terhadap barang dan jasa, yang dalam penelitian ini adalah
jumlah ibu yang bersalin di Puskesmas (prosentasenya dibandingkan dengan yang
bersalin di luar Puskesmas)
X1 . . . Xn = factor yang mempengaruhi permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas.
Hasil penelitian David S. Guzick (2006), tentang permintaan terhadap
pelayanan dokter umum dan dokter internist, menunjukkan bahwa faktor asuransi dan income, umur, jenis kelamin, ras (suku bangsa) dan tempat tinggal mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan terhadap pelayanan
dokter umum dan dokter internist. Masing–masing faktor mempunyai pengaruh
yang berlainan antara permintaan pelayanan dokter umum dan permintaan
pelayanan dokter internist.
Hasil penelitian Wasis Budiarto (2004), tentang permintaan terhadap
pelayanan kesehatan Puskesmas, membuktikan bahwa faktor kebutuhan,
pekerjaan, biaya, pendapatan, waktu dan jarak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan
Puskesmas.
Hasil penelitian Irene B (2006), tentang permintaan terhadap pelayanan
kesehatan gigi, membuktikan bahwa pengetahuan, biaya, pendapatan per kapita
dan kebiasaan merawat gigi seseorang mempunyai hubungan yang bermakna
dengan permintaan terhadap pelayanan kesehatan gigi.
2.1.2.2Faktor yang Mempengaruhi Permintaan terhadap Pelayanan Kesehatan
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan (permintaan)
pelayanan kesehatan, telah digolongkan oleh beberapa ahli dalam beberapa model,
yaitu:
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Apabila individu bertindak untuk mencari pengobatan atas penyakitnya,
ada empat variable kunci yang terlihat di dalam tindakan tersebut, yaitu : (1)
(3) manfaat yang diterima atau rintangan yang dialami dalam melawan
penyakitnya dan (4) hal yang memotivasi tindakan tersebut (Wolinsky FD, 2000).
a. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)
Seseorang akan bertindak untuk mencari pencegahan atau pengobatan
terhadap suatu penyakit bila dia telah merasakan rentan terhadap
penyakit tersebut. Seorang ibu hamil berpikir untuk mencari
pertolongan dalam melakukan persalinan karena ibu tersebut merasa
rentan terhadap proses persalinan yang akan dialaminya.
b. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)
Seseorang bertindak untuk mencari pengobatan karena didorong oleh
keseriusan penyakit yang dideritanya. Seorang ibu hamil merencanakan
untuk melakukan persalinan dengan pertolongan bidan karena ibu
tersebut merasa bahwa dia akan dapat melakukan persalinan dengan
lancar tanpa ada faktor penyulit yang berarti.
Ibu hamil yang lain mungkin telah merencanakan untuk melakukan
persalinan dengan pertolongan dokter spesialis kandungan karena
selama hamil ibu tersebut mengalami perdarahan dan letak bayi dalam
kandungannya diketahui melintang.
c. Manfaat atau rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers) Seseorang akan beertindak mencari pengobatan untuk mendapatkan
manfaat (sembuh dari penyakitnya) atau menghindari rintangan yang
dirasakan (terhindar dari akibat penyakit yang dideritanya). Sesorang
ibu hamil mungkin mencari pertolongan persalinan di Puskesmas
karena ibu tersebut merasa mendapatkan manfaat (bisa melahirkan
dengan selamat) dan tetap sehat setelah melalui proses persalinan
tersebut.
d. Isyarat atau tanda-tanda (Cuse)
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,
keseriusan dan keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh
seseorang, diperlukan isyarat berupa faktor dari luar, misalnya
pesan-pesan yang ada di media massa, nasihat atau anjuran para ahli, teman,
kerentanan, keseriusan atau bahkan manfaat tindakannya dari
pesan-pesan yang ada pada media massa, nasihat dokter, bidan atau keluarga.
2. Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan (Health Service Utilization Model)
Andersen dan Anderson (2003), telah menggolongkannya menjadi
beberapa model berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor penentu,
yaitu: (Wolinsky FD, 2000).
a. Model Demografi (Demographic Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: umur, seks, status
perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan,
derajat kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan
diasumsikan akan berhubungan dengan seluruh variabel diatas.
Apabila kita perhatikan, variabel yang digunakan dalam model ini
adalah variable yang berasal dari dalam individu sendiri (intrinsik),
yang secara langsung akan mempengaruhi kebutuhan seseorang dan
apabila direalisasi dalam perbuatan akan menjadi permintaan.
b. Model Struktur Sosial (Social Structural Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: pendidikan,
pekerjaan dan suku bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan
adalah salah satu aspek gaya hidup (life style) seseorang, yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial psikologisnya.
Variabel di atas juga merupakan variabel yang secara langsung
mempengaruhi kebutuhan seseorang.
Seseorang yang sedang sakit perut (diare), langsung mencari
pengobatan dengan cara tradisional (memakan daun jambu yang masih
muda dan arang) karena kebiasaan yang ada di desa tersebut sedangkan
orang lain yang memiliki latar pendidikan SLTA, juga menderita diare,
dia merasa membutuhkan pertolongan dokter dan langsung pergi ke
dokter untuk mendapatkan pertolongan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa latar belakag social seseorang akan sangat berpengaruh pada
kebutuhan seseorang dan pada akhirnya akan mempengaruhi juga
c. Model Sosial-psikologis (Social Psycological Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah sikap dan keyakinan
(belief) individu. Variabel sosial psikologis pada umumnya terdiri dari empat kategori, yaitu (1) Kerentanan terhadap penyakit atau sakit yang
dirasakan, (2) Keseriusan penyakit atau sakit yang dirasakan, (3)
Keuntungan yang diharapkan dalam mengambil tindakan untuk
mengatasi penyakit (4) Kesiapan tindakan individu.
Seorang suami mengetahui istrinya akan melahirkan dia membawa
istrinya ke Rumah Sakit bersalin yang berdekatan karena (1) suami
tersebut merasa istrinya rentan terhadap persalinan yang akan
dihadapinya, (2) proses persalinan dianggap sebagai sesuatu yang serius
berkenaan dengan kesehatan, (3) dengan membawa ke rumah sakit
bersalin akan mendapatkan pertolongan yang memadai untuk mengatasi
proses persalinan tersebut, (4) tindakan suami tersebut didasari oleh
pengetahuan yang dimilikinya.
d. Model Sumber Daya Keluarga (Family Resouce Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pendapatan keluarga,
cakupan asuransi kesehatan, ekanggotaan dalam asuransi kesehatan.
Variabel ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bayar (daya
beli atau tingkat ekonomi) individu atau keluarga untuk pelayanan
kesehatan keluarga mereka.
Seorang ibu hamil merencakan untuk bersalin di rumah dengan
pertolongan bidan, karena biayanya yang cukup murah.
e. Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah penyediaan pelayanan
kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat dan ketercapaian
(accessibility) pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat.
Masyarakat di desa “A”, akan pergi ke Puskesma desa “A” tersebut
pada saat ada yag sakit, karena pemerintah telah menyediakan
f. Model Organisasi (organization Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pencerminan
perbedaan bentuk system pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Gaya (Style praktek pengobatan (sendiri, rekanan atau kelompok) 2. Sifat (nature) dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau
tidak)
3. Letak pelayanan kesehatan (tempat pribadi, rumah sakit atau klinik)
4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter,
perawat, dukun dan sebagainya).
Seorang ibu hamil memutuskan untuk bersalin di rumah dengan
pertolongan bidan karena (1) gaya (style) prakteknya secara rekanan artinya apablia terjadi penyulit pada pasien bidan tersebut sudah
mempunyai tempat rujukan, (2) sifat pembayarannya secara langsung,
(3) letak pelayanannya merupakan tempat pribadi, dan (4) petugas
pertama kali yang kontak dengannya adalah bidan.
g. Model Sistem Kesehatan
Keenam model penggunaan fasilitas kesehatan tersebut di atas tidak
berbeda secara nyata, meskipun ada perbedaan dalam sifat (nature). Model system kesehatan menggabungkan keenam model tersebut di
atas ke dalam model yang lebih sempurna.
3. Model Perilaku Kesehatan Lawrence Green
Menurut Lawrence Green (2004), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu faktor predisposisi, faktor yang memudahkan dan faktor yang
memperkuat.
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), terwujud dalam pengatahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan persepsi dari
seseorang.
b. Faktor yang memudahkan (enabling factors), terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan).
4. Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan Alan Dever
Menurut Alan Dever (2004), faktor yang mempengaruhi penggunaan
(permintaan) pelayanan kesehatan adalah:
1. Faktor Sosiokultural, yaitu:
a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.
Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan
mempengaruhi seseonag dalam bertindak, termasuk dalam
menggunakan pelayanan kesehatan.
b. Tekhnologi yang digunakan dalamn pelayanan kesehatan.
Kemajuan di bidang tekhnologi dapat mengurangi atau menurunkan
angka kesakitan sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi pula
penggunaan pelayanan kesehatan. Tetapi kemajuan tekhnologi juga
dapat meningkatkan penggunaan pelayanan kesehatan, seperti pada
kasus tehnologi penyinaran.
2. Faktor Organisasional, yaitu:
a. Ketersediaan sumber daya.
Sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas,
sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan.
b. Keterjangkauan Lokasi.
Keterjangkauan lokasi (geografis), berkaitan dengan keterjangkauan
tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh,
waktu tempuh dan biaya perjalanan. Sedangkan keterjangkauan waktu,
dilihat dari keterbatasan waktu pelayanan kesehatan yang disediakan.
Seseorang yang akan menggunakan pelayanan kesehatan, akan
mempertimbangkan keterjangkauan lokasi ini.
c. Keterjangkauan sosial.
Konsumen memperhitungkan “sikap provider terhadap konsumen”
misalnya atribut petugas seperti etnis dan jenis kelamin, serta
kemampuan membayar.
d. Karakteristik dari struktur organisasi formal dan dari cara pemberian
Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi yang
formal misalnya Rumah Sakit dan ada yang tidak misalnya praktek
perorangan.
3. Faktor Interaksi Konsumer-Provider
a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen:
Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh
konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan
pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan
(perceived need) dan evaluated need (clinical diagnosis). Perceived need dipengaruhi oleh:
a.1. Faktor sosiodemografi: umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan,
jumlah keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan).
a.2. Faktor sosiopsikologis: persepsi sakit, gejala sakit, keyakinan
terhadap perawatan medis atau dokter.
a.3. Faktor epidemiologis: mortalitas, morbiditas, disabilitas dan
factor risiko.
b. Faktor yang berhubungan dengan provider:
b.1. Faktor ekonomi: adanya barang substitusi, adanya keterbatasan
pengetahuan konsumen tentang penyakit yang diderita.
b.2. Karakteristik dari provider: tipe pelayanan kesehatan, sikap
petugas, keahlian petugas, fasilitas yang dipuyai oleh pelayanan
kesehatan tersebut.
Hasil penelitian Indriati Basong (2007), membuktikan bahwa felt need ibu terhadap posyandu mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan
atau permintaan posyandu oleh ibu
Berdasarkan teori-teori yang telah disebutkan di atas, maka dapat
dibuatkan model yang merupakan modifikasi dari model penggunaan pelayanan
kesehatan Alan Dever. Modifikasi model ini dianggap lebih lengkap, karena dapat
merangkum seluruh teori yang telah disebutkan diatas. Model yang telah
Gambar 2.1 : MODIFIKASI MODEL PENGGUNAAN PELAYANAN
KESEHATAN
Sumber : Model Determinan of health services utilization dari G. E. Alan Dever
(2004), yang telah dimodifikasi.
Modifikasi ini dianggap lebih cocok karena kebutuhan seseorang sangat
dipengaruhi oleh faktor pada individu itu sendiri dan faktor sosial dimana individu
tersebut berada. Sedangkan faktor organisasional yang dalam hal ini berkaitan
dengan sistim pelayanan kesehatan serta birokrasi untuk mendapatkan pelayanan,
lebih mempengaruhi penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan itu sendiri.
2.1.3 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
2.1.3.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat
pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus
merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Dep. Kes.
R.I, 2000).
Definisi Puskesmas menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(1990/1991) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
Faktor ciri karakteristik
konsumen:
- Sosiodemografi
- Sosiopsokologis
- Epidemiologis
Kebutuhan Permintaan
Factor
sosiokultural
Factor
Organisasional
Faktor yang
berhubungan
dengan provider
Faktor
serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dengan kata lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan, tergantung kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografik dan keadaan infrastruktur masing-masing Puskesmas. Sedangkan
pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang
ditujukan kepada semua jenis kelamin dan golongan umur (Dep. Kes. R.I, 2000).
2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas
Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan pokok, yaitu (Dep.Kes. RI., 2000):
a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
b. Keluarga Berencana
c. Usaha Peningkatan Gizi
d. Kesehatan Lingkungan
e. Pencegahan dan Pemberanasan Penyakit Menular
f. Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
h. Kesehatan Sekolah
i. Kesehatan Olah Raga
j. Perawatab Kesehatan Masyarakat
k. Kesehatan Kerja
l. Kesehatan Gigi dan Mulut
m. Kesehatan Jiwa
n. Kesehatan Mata
o. Laboratorium Sederhana
p. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan
q. Kesehatan Usia Lanjut
Kegiatan pokok ini akan terus dikembangkan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhannya. Beberapa Puskesmas tertentu sesuai dengan perkembangan
akan dilengkapi dengan sarana rawat tinggal dan unit pertolongan pertama pada
keadaan darurat atau gawat.
2.1.3.3 Fungsi Puskesmas
Beberapa fungsi Puskesmas adalah: (Dep.Kes R.I. 2000)
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan hidup sehat.
c. Sebagai pusat pengembangan Kesehatan Masyarakat di wilayah
kerjanya.
Sedangkan pelaksanaan fungsi Puskesmas di atas adalah:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menunjang dirinya sendiri.
b. Memberi petunjuk kepada masyarakat tentang upaya menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program Puskesmas.
2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan
Puskesmas dengan perawatan adalah Puskesmas yang diberi yambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa
Kegiatan-kegiatan yang dapat dikerjakan oleh Puskesmas dengan
perawatan ini meliputi:
1. Melakukan tindakan operasi terbatas terhadap penderita gawat darurat
antara lain:
a. kecelakaan lalu lintas
b. persalinan dengan penyulit
c. penyakit lain yang mendadak dan gawat
2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi
penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata perawatan 3 hari atau
maksimum 7 hari.
3. Melakukan pertolongan sementara untuk persiapan pengiriman penderita
lebih lanjut ke Rumah Sakit.
4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan risiko tinggi dan
persalinan dengan penyulit.
5. Melakukan metode operasi pria untuk keluarga berencana.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa Puskesmas dengan perawatan adalah pengembangan dari Puskesmas biasa, yang mampu betindak sebagai “Pusat Rujukan Sementara” yang salah satu tugasnya adalah memberi pertolongan persalinan dengan risiko tinggi dan dengan penyulit. Sehingga secara otomatis dia
juga melaksanakan fungsi Puskesmas biasa yaitu memberi pertolongan persalinan
dengan tingkat risiko rendah atau persalinan normal.
2.1.4 Pelayanan Kebidanan 2.1.4.1 Pengertian
a) Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam
rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan keluarga
merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan
ibu dan anak. Adapun sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,
keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
b) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi atau
sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan. Standar adalah
rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu
dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
2.1.4.2 Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan
Menurut Depkes RI (2000), Standar pelayanan kebidanan adalah terdiri
dari 25 standar, yang meliputi standar pelayanan umum dan standar pelayanan
kebidanan termasuk di dalamnya adalah standar untuk penanganan
kegawatdaruratan. Standar tersebut dapat dikelompokkan dan diuraikan secara
berurutan dari standar 1 sampai dengan standar 25 yaitu sebagai berikut:
a) Standar Pelayanan Umum terdiri dari 2 Standar yaitu: Standar 1 dan
Standar 2.
Standar 1: Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang
tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
Standar 2: Pencatatan
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu
regitrasi semua ibu hamil di wilayah kerjanya, rincian pelayanan yang diberikan
kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan
rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Bidan hendaknya mengikutsertakan
kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang
berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir. bidan meninjau secara teratur catatan
untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan
pelayanannya.
b) Standar Pelayanan Ante Natal terdiri dari 6 Standar yaitu:
Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinterakasi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan
anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak
dini dan secara teratur.
Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal, pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai
apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PSM/Infeksi HIV,
memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas
terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang
tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Standar 5: Palpasi Abdomen
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin
ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat
waktu.
Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamasi lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
Standar 8: Persiapan Persalinan
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan
yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan
dengan baik, disamping persiapan transportaasi dan biaya untuk merujuk, bila
tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan
rumah untuk hal ini.
c).Standar Pertolongan Persalinan terdiri dari 4 Standar, yaitu
standar 9 s/d standar 12
Standar 9: Asuhan Saat Persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan
kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
Standar 10: Persalinan yang Aman
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
Standar 11: Pengeluaran Plasenta dengan Penegangan Tali Pusat
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk menperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan
d).Standar Pelayanan Nifas terdiri dari 3 Standar yaitu Standar 13
s/d Standar 15
Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan Standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan harus
mencegah hipotermia.
Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
dalam dua jam seletah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya
kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Standar 15: Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan rumah
pada hari ke tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.
e).Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obtetri Neonatal, terdiri
dari 10 Standar yaitu Standar 16 s/d Standar 25.
Standar 16: Penanganan Pendarahan pada Kehamilan
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala pendarahan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17: Penanganan Kegawatan pada Eklamasi
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamasi mengancam, serta
merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama
Standar 18: Penanganan Kegaawatan pada Partus Lama/Macet
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partuslama/ macet serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
Standar 19: Persalinan dengan Forcep Rendah
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forcep rendah, menggu nakan
forcep secara benar dan menolong persalinan secara aman bagi ibu dan bayinya.
Standar 20: Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor.
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraki vakum, melakukannya secara
benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.
Standar 21: Penanganan Retentio Plasenta
Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan pendarahan, sesuai dengan
kebutuhan.
Standar 22: Penanganan Pendarahan Post Partum Primer
Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali pendarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (post partum primer) dan segera melakukan
pertolongan pertama untuk mengendalikan pendarahan.
Standar 23: Penanganan Pendarahan Post Partium Sekunder
Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
pendarahan post portum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk
menyelamatkan jiwa ibu, dan/atau merujuknya.
Standar 24: Penanganan Sepis Puerpularis