• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama : Dewintha F. Tambak NIM : 091101039

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Peneliti : Dewintha F. Tambak NIM : 091101039

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2013

Tanggal Lulus : 23 Juli 2013

Pembimbing Penguji I

Eryunita Lubis, S.Kep, Ns Nur Asiah, S.Kep, Ns

NIP. 1978 0409 200312 2004

Penguji II

Ellyta Aizar, S.Kp

NIP. 1974 1013 200012 2001 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Juli 2013 a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

Judul : Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu 2013

Nama : Dewintha F Tambak NIM : 091101039

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Kontrasepsi merupakan upaya-upaya pencegahan kehamilan secara sengaja yang dilakukan oleh salah satu atau kedua pasangan sebelum, selama, atau setelah berhubungan seksual. Metode kontrasepsi yang digunakan oleh Pasangan Usia Subur (PUS) di Indonesia sebagian besar merupakan metode kontrasepsi jangka pendek yang kurang efektif yaitu metode suntik dan pil. Pemilihan dan penggunaan kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur belum berdasarkan atas pilihan yang rasional dan belum mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur antara usia 20-49 tahun yang menggunakan salah satu jenis metode kontrasepsi minimal selama 1 tahun. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dan dengan jumlah sampel sebanyak 150 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kontrasepsi jangka pendek yaitu suntik dan pil merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak dipilih oleh wanita di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu. Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor usia wanita (p-value 0,013), jumlah anak (p-value 0,003), komposisi jenis kelamin anak (p-value 0,000), usia anak terkecil (p-value 0,021), jenis persalinan terakhir (p-value 0,000), usia pernikahan (p-value 0,002), tujuan reproduksi (p-value 0,000), dukungan pasangan (p-value 0,003), dan efek samping kontrasepsi (p-value 0,035) dengan pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu. Disarankan perlu adanya konseling dan penyuluhan mengenai jenis-jenis metode kontrasepsi dan efek sampingnya sehingga pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan rasional.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisa Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usai Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu”.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari penelitian serta penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Eryunita Lubis S.Kep., Ns, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan, saran, dan kritik kepada penulis, sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Yesi Ariani, S.Kep., _ selaku Dosen Pembimbing Akademik, serta Ibu Nur Asiah, S.Kep., Ns., dan Ibu Elyta Aizar, S.Kep., Ns. selaku dosen penguji I dan II yang telah banyak memberikan arahan, masukan, saran, dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(5)

5. Bapak Camat Pancur Batu yang telah memberikan izin penelitian.

6. Para responden yaitu ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu yang telah bersedia menjadi responden di penelitian ini.

7. Terima kasih tiada tara penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Bapak Drs. R Tarigan dan Ibu R. br Sitepu yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

8. Terima kasih ditujukan kepada Abang dan kakak ipar, Rimba dan Dewi, abangku Bobby, adikku Phillips yang selalu memberi dukungan, doa, kasih sayang dan keceriaan dalam hidup. Dan untuk malaikat kecilku, Ivana Stephanie Tarigan yang selalu bisa membuat Bibi tersenyum.

9. Terima kasih kepada seluruh teman-teman stambuk 2009, khususnya Desi, Sari, Rina dan Mira yang selalu bersama dalam perjuangan, suka dan duka sehingga semuanya terasa berarti dan indah.

10.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan dalam terlaksananya penelitian dan penulisan proposal skripsi ini.

Dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK --- i

KATA PENGANTAR --- ii

DAFTAR ISI --- iv

DAFTAR TABEL --- vi

DAFTAR SKEMA --- vii

DAFTAR LAMPIRAN --- viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang --- 1

1.2Pertanyaan Penelitian --- 5

1.3Tujuan Penelitian --- 5

1.3.1 Tujuan Umumu --- 5

1.3.2 Tujuan Khusus --- 5

1.4Manfaat Penelitian --- 6

1.4.1 Praktik Pelayanan Keperawatan --- 6

1.4.2 Masyarakat --- 6

1.4.3 Puskesmas --- 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pasangan Usia Subur (PUS) --- 7

2.2 Kontrasepsi --- 8

2.2.1 Defenisi Kontrasepsi --- 8

2.2.2 Klasifikasi Metode Kontrasepsi --- 9

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi --- 9

2.3.1 Tujuan Kontrasepsi (Contraceptive Goals) --- 10

2.3.2 Kompetensi Kontrasepsi (Contraceptive Competence) 17 2.3.3 Evaluasi Kontrasepsi (Contraceptive Evaluation) --- 20

2.3.4 Akses Kontrasepsi (Contraceptive Acess) --- 23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual --- 28

3.2 Defenisi Operasional --- 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian --- 33

4.2Populasi dan Sampel --- 33

4.2.1 Populasi --- 33

4.2.2 Sampel --- 33

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian --- 34

4.4 Pertimbangan Etik --- 34

4.5 Instrumen Penelitian --- 35

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas --- 37

4.7 Pengumpulan Data --- 38

4.8Analisa Data --- 39

(7)

4.8.2 Analisa Bivariat --- 40

4.8.3 Analisa Multivariat --- 40

BAB 5 METODOLOGI PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian --- 41

5.1.1 Karakteristik Responden dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu 41 5.1.2 Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu --- 46

5.1.3 Analisa Bivariat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu --- 47

5.1.4 Analisa Analisa Multivariat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu 53 5.2 Pembahasan --- 55

5.2.1 Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu --- 55

5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu --- 56

5.3 Keterbatasan Penelitian --- 70

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan --- 71

6.2 Saran --- 71

6.2.1 Tenaga Kesehatan --- 71

6.2.2 Penelitian Selanjutnya --- 72

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian --- 29 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode

Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) --- 43 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemilihan Pemilihan Metode

Kontrasepsi pada PUS --- 46 Tabel 5.3 Seleksi Bivariat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan

Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu --- 53 Tabel 5.4 Uji Signifikansi secara Keseluruhan Faktor-faktor yang

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Faktor-faktor yang Mempengaruhi

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Lembar Persetujuan Uji Validitas

4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 5. Ethical Clearance

6. Surat Izin Penelitian dari Camat Pancur Batu

7. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian 8. Uji Reliabilitas

9. Output SPSS 10.Taksasi Dana

(11)

Judul : Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu 2013

Nama : Dewintha F Tambak NIM : 091101039

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Kontrasepsi merupakan upaya-upaya pencegahan kehamilan secara sengaja yang dilakukan oleh salah satu atau kedua pasangan sebelum, selama, atau setelah berhubungan seksual. Metode kontrasepsi yang digunakan oleh Pasangan Usia Subur (PUS) di Indonesia sebagian besar merupakan metode kontrasepsi jangka pendek yang kurang efektif yaitu metode suntik dan pil. Pemilihan dan penggunaan kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur belum berdasarkan atas pilihan yang rasional dan belum mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur antara usia 20-49 tahun yang menggunakan salah satu jenis metode kontrasepsi minimal selama 1 tahun. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dan dengan jumlah sampel sebanyak 150 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kontrasepsi jangka pendek yaitu suntik dan pil merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak dipilih oleh wanita di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu. Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor usia wanita (p-value 0,013), jumlah anak (p-value 0,003), komposisi jenis kelamin anak (p-value 0,000), usia anak terkecil (p-value 0,021), jenis persalinan terakhir (p-value 0,000), usia pernikahan (p-value 0,002), tujuan reproduksi (p-value 0,000), dukungan pasangan (p-value 0,003), dan efek samping kontrasepsi (p-value 0,035) dengan pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu. Disarankan perlu adanya konseling dan penyuluhan mengenai jenis-jenis metode kontrasepsi dan efek sampingnya sehingga pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan rasional.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan ke-empat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, dengan jumlah penduduk 241 juta pada pertengahan tahun 2012 (Population Reference Bureau, 2012). Laju pertumbuhan penduduk (LPP) meningkat dari 1,45% menjadi 1,49% pada tahun 2000-2010 (Witjaksono, 2012). Bila angka pertumbuhan ini terus berlanjut, maka diproyeksikan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 305,8 juta jiwa pada tahun 2035. Konsekuensi dari jumlah penduduk yang sangat besar ini akan timbul masalah-masalah kependudukan, seperti masalah kesehatan, pendidikan, pengangguran dan kemiskinan (BAPPENAS, 2012).

(13)

mustahil untuk mencapai TFR yang ditargetkan Millenium Development Goals 2015 yaitu sebesar 2,1.

Mandeknya program KB ini salah satunya disebabkan oleh keikutsertaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang masih rendah (Witjaksono, 2012). Hasil Mini survei 2011 menunjukkan bahwa metode KB hormonal yaitu suntik dan pil merupakan metode yang paling dominan digunakan oleh peserta KB di Indonesia (Nasution, 2011). Metode suntik dan pil yang termasuk ke dalam metode kontrasepsi jangka pendek, rentan terhadap kegagalan dan tingkat drop out-nya cukup tinggi. Angka drop out, kegagalan dan komplikasi metode kontrasepsi jangka pendek mencapai 23-39% (suntik 23%; Pil 39%; Kondom 38%), sementara metode kontrasepsi jangka panjang hanya sekitar 0,5-10% (BAPPENAS, 2012).

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan metode yang dikenal efektif karena dapat memberikan perlindungan dari risiko kehamilan maksimal mencapai sepuluh tahun sehingga memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan TFR secara nasional. Penggunaan MKJP mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 11,6% pada tahun 2010 menjadi 12,7% pada tahun 2011 dengan proporsi pemakaian IUD 5,28%, MOW 2,19%, MOP 0,27% dan implant 4,93%. Akan tetapi, angka tersebut belum mencapai hasil yang ditargetkan.

(14)

oleh faktor pengguna dan penyedia pelayanan KB. Salah satu faktor yang dianggap berkontribusi dengan kecenderungan pemilihan metode kontrasepsi jangka pendek adalah faktor penerimaan atau image terhadap kontrasepsi tersebut. Selain itu dari sisi penyedia pelayanan, MKJP membutuhkan tenaga yang berkompeten, sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang memadai.

Pemilihan dan penggunaan kontrasepsi pada PUS belum berdasarkan atas pilihan yang rasional dan belum mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi (Witjaksono, 2012). Banyak wanita yang mengalami kesulitan menentukan pilihan jenis kontrasepsi karena terbatasnya metode yang tersedia, dan ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut (Pinem, 2008). Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemilihan kontrasepsi adalah faktor pasangan, faktor kesehatan, dan faktor metode kontrasepsi itu sendiri (Hartanto, 2010).

Penelitian yang dilakukan Kusumaningrum (2009) menunjukkan bahwa umur istri, jumlah anak dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan. Faktor lainnya yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi adalah fasilitas kesehatan (Stephenson, Beke, Tshibangu, 2008).

(15)

fakto-faktorr yang ditemukan signifikan diantaranya adalah usia, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan, lama pernikahan, sumber pelayanan KB dan tujuan ber-KB (Nasution, 2011).

Di provinsi Sumatera Utara terdapat 2.204.567 Pasangan Usia Subur. Jumlah peserta KB aktif sebanyak 1.509.109 (68,45%) dan terdapat 406.638 peserta KB baru (18,45%). Jenis metode kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntik (32,91%), pil (32,65%), IUD (10,81%), implan (9,3%), MOW (7,48%), MOP (7,48%), dan kondom (6,85%) (Depkes RI, 2011). Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi non MKJP yaitu suntik dan pil merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh PUS di provinsi Sumatera Utara (Depkes RI, 2012).

(16)

belakang tersebut, penulis berminat untuk melakukan penelitian tentang analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu.

1.2Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan Pasangan Usia Subur (PUS) di di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Praktik Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi sehingga dapat menjadi informasi tambahan bagi perawat ketika memberikan pendidikan kesehatan tentang pemilihan kontrasepsi rasional.

1.4.2 Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang pemilihan kontrasepsi yang rasional dan sesuai kebutuhan. 1.4.3 Puskesmas

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan yang sah yang umur istrinya antara 15-49 tahun (Pinem, 2009). Menurut SK Menkes nomor : 1202/Menkes/SK/VIII/2003, Pasangan Usia subur adalah wanita berusia 15-49 tahun dengan status kawin (Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2008). Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur 15-49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya berusia kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan) (BKBBN, 2011). PUS merupakan sasaran utama program KB sehingga perlu diketahui bahwa:

• Hubungan urutan persalinan dengan risiko ibu-anak paling aman pada persalinan kedua atau antara anak kedua dan ketiga.

• Jarak kehamilan 2–4 tahun, adalah jarak yang paling aman bagi kesehatan ibu-anak.

• Umur melahirkan antara 20–30 tahun, adalah umur yang paling aman bagi kesehatan ibu-anak.

(19)

(kesuburan) ini merupakan dasar dalam pola penggunaan kontrasepsi rasional.

2.2 Kontrasepsi

2.2.1 Definisi Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan (Suratun dkk, 2008). Kontrasepsi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan upaya-upaya yang digunakan untuk mencegah konsepsi (van der Akker, 2012). Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan secara sengaja oleh salah satu atau kedua pasangan seksual (Cash & Glass, 2011). Menurut Padilla (2006) kontrasepsi adalah pencegahan yang nyata secara langsung terhadap proses konsepsi sebelum, selama, atau setelah hubungan seksual yang disengaja.

(20)

2.2.2 Klasifikasi Metode Kontrasepsi

Menurut Hartanto (2010), metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi metode sederhana dan metode modern. Metode sederhana dibagi menjadi metode tanpa alat dan dengan alat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan KB alamiah seperti metode kalender (Ogino-Knaus), metode suhu basal (termal), metode lendir serviks, dan metode simpto-termal. Sedangkan kontrasepsi dengan alat dapat dibagi menjadi cara mekanis yaitu kondom pria, diafragma, kap serviks, spon, kondom wanita, dan cara kimiawi yaitu spermisida. Metode Modern, dibagi menjadi kontrasepsi hormonal (per oral yaitu pil oral kombinasi dan minipil, injeksi atau suntikan yaitu DMPA dan NET-ET, sub-kutis atau implan), alat kontrasepsi dalam rahim dan kontrasepsi mantap (MOP dan MOW).

Sementara berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non-MKJP). MKJP dibagi menjadi susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW. Sedangkan yang termasuk dalam kategori non-MKJP adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.

2.3Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi

(21)

evaluation), dan akses kontrasepsi (contraception access). Tujuan kontrasepsi

meliputi pengaruh spesifik terhadap kesuburan wanita atau pasangan yang dicapai melalui penggunaan kontrasepsi. Kompetensi kontrasepsi adalah kemampuan menggunakan metode kontrasepsi tertentu secara efektif. Evaluasi kontrasepsi meliputi penilaian praktik dan moral terhadap metode kontrasepsi tertentu. Terakhir, akses kontrasepsi meliputi keterjangkauan metode kontrasepsi dari segi biaya, lokasi, peraturan, dan informasi.

Menurut Hartanto (2010), terdapat 3 faktor dalam memilih kontrasepsi. pertama adalah faktor pasangan (motivasi dan rehabilitas) yang diantaranya meliputi umur, gaya hidup, frekuensi sanggama, jumlah keluarga yang diinginkan dan pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu. Kedua, dalam memilih metode kontrasepsi harus mempertimbangkan faktor kesehatan (kontraindikasi absolut dan relatif). Pertimbangan ketiga dalam memilih metode kontrasepsi adalah faktor metode kontrasepsi itu sendiri (penerimaan dan pemakaian berkesinambungan). Faktor metode kontrasepsi meliputi efektivitas, efek samping minor, kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial, dan biaya.

2.3.1. Tujuan Kontrasepsi (Contraception Goals)

(22)

usia pernikahan dan tujuan reproduksi (fertility intention) (Laguna, Po, Perez, 2000).

1. Usia Wanita

Kemampuan reproduksi wanita sangat bergantung pada faktor usia. Masa reproduksi wanita dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa risiko kehamilan dan persalinan lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut (Siswosudarmo, 2001). Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan.

(23)

2.Jumlah Anak Hidup

Setiap anak memiliki nilai, maksudnya setiap anak merupakan cerminan harapan serta keinginan orang tua yang menjadi pedoman dari pola pikir, sikap maupun perilaku dari orang tua tersebut (Tedjo, 2009). Dengan demikian, setiap anak yang dimiliki oeh pasangan suami istri akan memberi pertimbangan tentang apakah mereka ingin memiliki anak dan jika ingin, berapa jumlah yang diinginkan (Tedjo, 2009).

Arnold et al. (1975) menyebutkan nilai anak sebagai nilai keseluruhan dari seorang anak yang terdiri dari nilai positif dan nilai negatif. Nilai positif merupakan kepuasan atau kegunaan yang dirasakan orang tua, sementara itu nilai negatif merupakan biaya atau beban yang ditimbulkan oleh keberadaan seorang anak. Manfaat/kepuasan dan biaya/beban tersebut tidak semata-mata aspek finansial (monetary), tetapi juga aspek psikologis dan sosial.

(24)

tidak langsung berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan (Hartoyo, Latifah & Mulyani, 2011).

Jumlah anak yang masih hidup erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan. Keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi, umumnya lebih mementingkan kualitas anak daripada kuantitas anak. Sementara itu pada keluarga miskin, anak dianggap memiliki nilai ekonomi. Umumnya, keluarga miskin lebih banyak mempunyai anak dibandingkan dengan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini disebabkan karena pada umumnya keluarga miskin mempunyai tingkat pendidikan rendah atau menikah pada usia muda sehingga memiliki banyak anak (Nasution, 2011).

(25)

3. Komposisi Jenis Kelamin Anak

Mayoritas budaya masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia menunjukkan kecenderungan untuk lebih menyenangi kelahiran anak laki-laki, dibandingkan kelahiran anak perempuan. Preferensi jenis kelamin laki-laki ini terutama terjadi di kalangan budaya Islam, Cina, India, dan di Indonesia, budaya ini ditemukan terutama pada masyarakat Batak dan Bali. Pemilihan secara aktif jenis kelamin anak-anak perempuan (sex preference culture) tampaknya hanya ada pada beberapa budaya tertentu. Faktor budaya ini yang antara lain menyebabkan suatu pasangan berkeinginan untuk menambah anak terus hingga keinginan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu terwujud (Irawan, 2008).

Pemilihan metode kontrasepsi modern dan tradisional secara signifikan berhubungan dengan komposisi jenis kelamin anak hidup yang dimiliki. Kecenderungan penggunaan metode kontrasepsi modern meningkat seiring dengan banyaknya jumlah anak laki-laki (Jayaraman, Mishra, Arnold, 2008). Penggunaan metode permanen secara positif berhubungan dengan meningkatnya jumlah anak laki-laki (Mannan, 2002; Jayaraman, Mishra, Arnold, 2008).

4. Usia Anak Terkecil

(26)

maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dari orang tuanya (Yolan, 2007). Perencanaan kehamilan dapat dilakukan dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

Usia anak terkecil suatu pasangan dapat mempengaruhi pemilihan metode dalam dua cara. Di daerah-daerah tempat angka kematian bayi tinggi, sebagian pasangan dengan anak yang masih kecil dan tidak lagi menginginkan anak menunda pemakaian metode kontrasepsi permanen sampai mereka cukup yakin bahwa anak mereka akan bertahan hidup. Seorang wanita yang baru melahirkan mungkin mengandalkan efek kontrasepsi dari menyusui atau memilih metode komplementer yang dapat digunakan sewaktu menyusui (WHO, 2006). Menurut sebuah penelitian, wanita yang baru melahirkan, atau dengan kata lain memiliki anak balita cenderung menggunakan metode kontrasepsi modern (Lyons-Amos, Durrant, Padmadas, 2011).

5. Jenis Persalinan Terakhir

Sebuah penelitian di Meksiko menunjukkan persalinan Sectio Cesarea yang dijalani wanita sebelumnya menjadi faktor penentu yang signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi postpartum (Gutierrez et al, 2003).

6. Usia Pernikahan

(27)

berubah setiap waktu. Hollingshead (1950), Katz dan Hill (1956) menyatakan perkawinan umumnya dibentuk antarindividu yang memiliki kategori kebudayaan tertentu, seperti kesamaan latar belakang etnis, ras, agama, pendidikan dan sosial ekonomi (Suryani, 2004).

Penelitian menunjukkan usia pernikahan memiliki efek yang signifikan terhadap penggunaan MKJP dan non MKJP. Pasangan dengan usia pernikahan lebih dari 10 tahun cenderung menggunakan MKJP. Pasangan dengan usia pernikahan yang lebih lama, umumnya memiliki status pernikahan yang lebih stabil sehingga kemungkinan besar menggunakan metode permanen (Nasution, 2011).

7. Tujuan Reproduksi (Fertility Intention)

Tujuan reproduksi dari suatu pasangan, apakah mereka akan menjarangkan anak mereka atau membatasi jumlah keluarga-jelas memiliki pengaruh pada pemilihan metode. Pasangan yang tidak lagi menginginkan anak mungkin memilih metode yang sangat efektif, bekerja lebih lama, atau permanen karena lebih cocok dengan kebutuhan mereka. Pasangan yang ingin memiliki anak di masa depan mungkin puas dengan metode yang yang kurang efektif karena mengetahui bahwa kegagalan metode hanya mempengaruhi penentuan waktu rencana reproduktif mereka dan tidak mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan secara keseluruhan (WHO, 2006).

(28)

Penelitian menunjukkan wanita yang tidak ingin memiliki anak dalam periode 12 bulan ke depan lebih cenderung menggunakan metode kontrasepsi modern (Stephenson et al, 2007). Terdapat hubungan yang signifikan antara tujuan ber-Kb dengan penggunaan MKJP dan non MKJP (Nasution, 2011). Secara umum, terdapat kecenderungan penggunaan metode permanen seiring semakin mendekatinya besar keluarga dan jumlah anak laki-laki dengan yang PUS inginkan (Jayaraman, Mishra, Arnold, 2008). Pasangan yang masih ingin menambah jumlah anak lagi atau setidaknya satu anak laki-laki, lebih cenderung menggunakan metode jangka pendek (Wang, 2010).

2.3.2. Kompetensi Kontrasepsi (Contraceptive Competence)

Kompetensi kontrasepsi adalah kemampuan menggunakan metode kontrasepsi tertentu secara efektif. Kompetensi kontrasepsi diantaranya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan dukungan pasangan (Laguna, Po, Perez, 2000).

1. Tingkat Pendidikan

(29)

dan penerimaan informasi. Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi, pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi umur perkawinan pertama, yang pada akhirnya akan mempengaruhi fertilitas. Wanita yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, umumnya umur perkawinan pertama juga tinggi dan pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan yang akan lebih sedikit (Iswarati, 2009).

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada wanita secara konsisten berhubungan dengan fertilitas yang lebih rendah dan penggunaan kontrasepsi yang lebih tinggi (Gubhaju, 2009). Variasi pemilihan metode kontrasepsi berdasarkan tingkat pendidikan tampaknya kecil, walaupun wanita yang berpendidikan lebih tinggi (menengah atau lebih tinggi) paling sering menggunakan metode jangka panjang, sementara tanpa pendidikan formal lebih cenderung menggunakan metode tradisional (Magadi & Curtis, 2003; Rahayu, Utomo, McDonald, 2009; Nasution, 2011, Lyons-Amos, Durrant, Padmadas, 2011). Akan tetapi, penggunaan metode suntik menurun seiring meningkatnya pendidikan (Magadi & Curtis, 2003).

2.Tingkat pengetahuan

(30)

pengalaman terbukti akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Kusumaningrum, 2009).

Pengetahuan tentang kontrasepsi secara signifikan mengurangi fertilitas, baik apakah fertilitas diukur sebagai fertilitas sepanjang hidup atau kemungkinan melahirkan. Keterpaparan terhadap media dan jaringan sosial memainkan peran penting dalam perolehan pengetahuan tentang kontrasepsi modern. Wanita yang teratur menonton TV, mendengarkan radio, atau membaca koran dan majalah cenderung terpapar oleh informasi yang berhubungan dengan kontrasepsi sehingga akan memiliki pengetahuan lebih tentang kontrasepsi (Withers, Kano, Pinatih, 2010).

3. Dukungan Pasangan

(31)

Penelitian menunjukkan wanita yang diberikan izin oleh suami menggunakan KB lebih cenderung menjadi akseptor KB dan menggunakan metode kontrasepsi modern (Rahayu, Utomo, McDonald, 2009; Stephenson, Beke, Tshibangu, 2008). Wanita yang tidak diiizinkan oleh pasangannya untuk ber-KB cenderung lebih sering menggunakan metode tradisional. Wanita dengan keadaan tersebut juga umumnya lebih memilih metode suntik dan jarang menggunakan metode barrier daripada wanita yang mendapatkan persetujuan dari suami (Magadi & Curtis, 2003).

2.3.3. Evaluasi Kontrasepsi (Contraceptive Evaluation)

Evaluasi kontrasepsi diantaranya dipengaruhi oleh faktor efek samping kontrasepsi dan agama (Laguna, Po, Perez, 2000).

1. Agama

(32)

sperma dan sel telur umumnya diterima. Sementara metode kontrasepsi dengan IUD ditolak oleh sebagian ulama karena adanya kemungkinan bahwa IUD tidak mencegah pertemuan sperma dan sel telur melainkan mencegah hasil konsepsi untuk menempel ke rahim, yang berarti sama dengan pengguguran atau pembunuhan (Kuntari, 2010). Adapun pencegahan kehamilan yang permanen (sterilisasi) seperti vasektomi dan tubektomi, menurut MUI hukumnya haram (BKKBN, 2011).

Agama selain Islam di Indonesia umumnya mendukung KB. Pandangan agama Hindu terhadap KB sangat positif karena alat kontrasepsi dipergunakan untuk kesejahteraan manusia sehingga akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan ditentang. Agama Buddha, yang memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya ber-KB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya ber-KB, yang mana sedikit berbeda dengan agama Katolik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Gereja Katolik hanya menerima abstinensia dan pantang berkala (hubungan seksual hanya dilakukan pada masa tidak subur dalam siklus bulanan seorang wanita) sebagai metode keluarga berencana yang sesuai dengan pandangan gereja dan menolak secara tegas metode KB lainnya (Hartini, 2011).

2. Efek Samping Kontrasepsi

(33)

suatu metode tidak dapat diterima oleh seorang wanita hanya karena metode tersebut dapat mengganggu kegiatan rutinnya. Efek samping, misalnya perdarahan ireguler, juga dapat mempengaruhi pemilihan metode. Di daerah-daerah tempat wanita dilarang melakukan kegiatan aktivitas tertentu selama haid, suatu metode yang menyebabkan perdarahan ireguler, mungkin sulit diterima. Sebaliknya, metode yang menyebabkan perdarahan yang teratur dan sedikit, misalnya kontrasepsi oral, mungkin dipandang sangat sesuai (WHO, 2006).

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 memperlihatkan 25% responden mengalami masalah kesehatan selama menggunakan alat kontrasepsi. Persentase terbesar yang mengalami gangguan kesehatan selama menggunakan alat kontrasepsi adalah mereka yang menggunakan suntik 3 bulan (30%) dibandingkan dengan metode yang lain. Selanjutnya adalah mereka yang menggunakan metode suntik 1 bulan (25%). Sementara persentase terkecil adalah mereka yang menggunakan metode sterilisasi wanita (12%). Mereka yang menggunakan metode IUD juga tidak banyak yang mengalami masalah kesehatan, yaitu 12%. Perbedaan persentase ini cukup signifikan (p-value= 0,000).

(34)

Responden yang paling banyak mengalami gangguan tidak haid adalah mereka yang menggunakan suntik 3 bulan (30%), kemudian metode susuk 5 tahun (27%), dan susuk 3 tahun (12%). Masalah kesehatan lainnya paling banyak dialami oleh mereka yang menggunakan susuk 5 tahun (45%), dan paling sedikit dialami oleh mereka yang minum pil (14%). Gejala gangguan kesehatan juga ditandai dengan kenaikan berat badan, yang banyak dialami oleh mereka yang menggunakan metode suntik 1 bulan (23%) dan metode susuk tahun (17%).

(Hastono, 2009)

Di negara berkembang, 20-30% wanita yang menggunakan kontrasepsi oral atau suntik menghentikan penggunaan kontrasepsi setelah 2 tahun karena efek samping atau efek terhadap kesehatan lainnya (Alemaheyu, Belachew, Tilahun, 2012). Prevalensi persepsi negatif terhadap metode kontrasepsi, dan khususnya rasa takut terhadap efek samping dan resiko kesehatan, berhubungan dengan pemilihan penggunaan metode yang kurang efektif dalam mencegah kehamilan (Walsh, 2005). Penelitian menunjukkan berdasarkan kenyamanan suatu metode, wanita lebih cenderung menggunakan pil dibandingkan dengan metode modern lainnya, sementara mereka jarang menggunakan metode sterilisasi (Mannan, 2002 dalam Hollander, 2003).

2.3.4. Akses Kontrasepsi (Contraceptive Access)

(35)

keberadaan dan lokasi fasilitas pelayanan kontrasepsi. Aksesibilitas ekonomi meliputi biaya langsung untuk mendapatkan pelayanan atau alat kontrasepsi dan biaya untuk mencapai tempat pelayanan kontrasepsi (Htay & Gardner, 2003).

1. Fasilitas Pelayanan Kontrasepsi

Bruce (1990); Wilopo(1995) mengemukakan bahwa kualitas layanan yang tinggi akan menurunkan fertilitas melalui peningkatan pemakaian dan pemilihan alat kontrasepsi. Ada beberapa kemungkinan dampak positif yang muncul. Pertama, pemberian pilihan alternatif alat kontrasepsi akan meningkatkan efektifitas program KB. Kedua, memberikan pilihan metode alternatif akan meningkatkan prevalensi. Beberapa studi menunjukkan semakin banyak metode alternatif yang disediakan, maka semakin tinggi angka prevelansi kontrasepsinya. Ketiga, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan klien dalam memberikan jenis kontrasepi akan meningkatkan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Keempat, pemberian jenis alat kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan individu maupun pasangan akan mempunyai hasil yang lebih baik dibanding kalau memaksa pemakaian jenis kontrasepsi tertentu. Dengan demikian tampak bahwa kualitas pelayanan tidak hanya menyangkut kedekatan dan jarak tempuh ke tempat layanan semata, tetapi juga menyangkut ekonomi, psikologi, kesadaran dan persepsi klien terhadap metode kontrasepsi yang dibutuhkannya (Dwiyanto, 1997; Thang dan Anh, 2002 dalam Hastono 2009).

(36)

klien yang seharusnya bekerja. Faktor ini terutama terjadi pada metode kontrasepsi yang memerlukan pemberian ulang seperti kontrasepsi oral, obat suntik sebulan sekali atau kondom sehingga pemakaian metode-metode ini berkurang seiring dengan waktu perjalanan untuk mendapatkan layanan (WHO, 2006).

2. Biaya

Biaya langsung yang dikeluarkan untuk suatu metode, mempengaruhi pemilihan jenis metode kontrasepsi. Suatu penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara pendapatan dan keputusan dalam memilih kontrasepsi, sebagian pasangan yang diteliti menyatakan bahwa mereka lebih memilih metode tradisional daripada metode modern karena perbedaan biaya. Penelitian lain menunjukkan biaya menjadi kendala utama dalam memilih metode sterilisasi (WHO, 2006).

Dengan adanya program Jamkesmas, keluarga miskin mendapatkan pelayanan

KB secara cuma-cuma baik obat maupun alat kontrasepsi. Program ini dimaksudkan

agar keluarga miskin tidak kesulitan dalam mengakses program KB, karena bila

pertambahan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka beban pembangunan akan

bertambah. Pelayanan yang diberikan Jamkesmas bersifat komprehensif berjenjang.

Pelayanan KB gratis termasuk dalam pelayanan yang diberikan di tingkat Puskesmas

(37)

3. Sumber Informasi KB

Salah satu faktor yang penting diperhatikan dalam layanan KB adalah faktor informasi. Informasi yang memadai mengenai berbagai metode KB akan membantu klien untuk menentukan pilihan alat kontrasepsi, baik informasi mengenai efek samping maupun alternatif metode KB. Pemberian informasi yang memadai mengenai efek samping alat kontrasepsi akan membantu klien mengetahui apakah alat tersebut cocok dengan kondisi kesehatan tubuhnya atau tidak. Selain itu, pemberian informasi yang memadai mengenai efek samping alat kontrasepsi, juga akan membantu klien menentukan pilihan metode alternatif lain yang sesuai dengan kondisinya. Petugas berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai berbagai alternatif metode KB agar klien memiliki kebebasan menentukan pilihan (Hastono, 2009). Pemberian informasi oleh petugas KB, bidan/perawat, dan petugas PKK yang memiliki asosiasi dengan penggunaan alat kontrasepsi (Sumini, Tsalatsa, Kuntohadi, 2009).

(38)

sehingga akan memiliki pengetahuan lebih tentang kontrasepsi (Withers, Kano, Pinatih, 2010). Media memiliki peran yang positif dalam mempromosikan penggunaan metode kontrasepsi modern (Qazi et al, 2009).

Keterpaparan komunitas terhadap pesan KB melalui media berkaitan dengan kemungkinan yang lebih tinggi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (Rahayu, Utomo, McDonald, 2009; Magadi & Curtis, 2003). Pasangan usia subur yang pernah dikunjungi petugas KB, secara signifikan lebih besar kemungkinannya menggunakan metode kontrasepsi modern atau metode kontrasepsi jangka panjang (Rahayu, Utomo, McDonald, 2009).

(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konseptual penelitian ini menggambarkan hubungan beberapa faktor dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Skema 3.1 Kerangka konseptual faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu (Bulatao, 1989; Laguna, Po, Perez, 2000).

Metode kontrasepsi yang dipilih PUS: 1. Pil

2. Suntik 3. IUD 4. Implant

5. Kontrasepsi Mantap 6. KB alamiah

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Tujuan kontrasepsi

(contraceptive goals): usia wanita, jumlah anak hidup, komposisi jenis kelamin anak, usia anak terkecil, jenis persalinan terakhir, usia pernikahan, tujuan reproduksi 2. Kompetensi kontrasepsi

(contraceptive competence): tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dukungan pasangan.

3. Evaluasi kontrasepsi (contraceptive evaluation): agama, efek samping kontrasepsi

4. Akses kontrasepsi (contraceptive access): fasilitas pelayanan

(40)
[image:40.595.78.559.162.751.2]

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel

Dependen: Metode kontrasepsi

yang dipilih

PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Suatu cara untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan yang

digunakan oleh PUS di Wilayah Kerja

Puskesmas Pancur Batu

Kuesioner 1. Pil 2. Suntik 3. IUD 4. Implant 5. Kontrasepsi

Mantap 6. KB alamiah

(senggama terputus dan menyusui) Nominal Variabel Independen: Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Empat faktor yang mempengaruhi

pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Kuesioner

1. Tujuan Kontrasepsi

Efek/pengaruh yang

diinginkan dari penggunaan kontrasepsi

Kuesioner

Subvariabel Tujuan Kontrasepsi

a. Usia wanita Umur istri PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

yang dihitung sejak lahir hingga penelitian dilakukan.

Kuesioner 1. ≤ 35 tahun 2. > 35 tahun

Ordinal

b. Jumlah anak hidup

Banyaknya anak yang masih hidup yang dimiliki PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Kuesioner 1. 1-2 orang 2. > 2 orang

(41)

c. Komposisi

jenis kelamin anak

Jenis kelamin anak yang masih hidup yang dimiliki PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Kuesioner 1. Laki-laki saja/Perempuan saja

2. Laki-laki dan perempuan

Nominal

d. Usia anak

terkecil

Usia anak yang lahir paling terakhir yang dimiliki PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Kuesioner 1. ≤ 5 tahun 2. > 5 tahun

Ordinal

e. Jenis persalinan terakhir

Cara bersalin yang terakhir kali dijalani istri PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Kuesioner 1. Normal

2. Sectio Caesaria

Nominal

f. Usia pernikahan

Lamanya waktu PUS di

Wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

menjadi pasangan suami istri yang sah.

Kuesioner 1. < 10 tahun 2. ≥ 10 tahun

Ordinal

g. Tujuan reproduksi

Alasan PUS di Wilayah

Kerja Puskesmas Pancur Batu

menggunakan suatu metode kontrasepsi.

Kuesioner 1. Menunda kehamilan/Meng atur jarak anak 2. Membatasi

kelahiran

Nominal

2. Kompetensi Kontrasepsi Kemampuan menggunakan suatu metode kontrasepsi secara efektif. Kuesioner

Subvariabel Kompetensi Kontrasepsi a. Tingkat

pendidikan

Jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki.

Kuesioner 1. Pendidikan

Tinggi (SMA, PT) 2. Pendidikan Rendah (Tidak pernah sekolah, SD, SMP) Ordinal

b. Tingkat pengetahuan

Hal-hal yang diketahui PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu mengenai metode kontrasepsi.

Kuesioner 1. Baik 2. Kurang

(42)

c. Dukungan pasangan

Persetujuan dan partisipasi suami PUS

di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu dalam memilih metode kontrasepsi dan mendampingi istri saat memperoleh pelayanan atau alat kontrasepsi.

Kuesioner 1. Baik 2. Kurang

Nominal

3. Evaluasi Kontrasepsi

Penilaian PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

terhadap metode kontrasepsi.

Kuesioner

Subvariabel Evaluasi Kontrasepsi

a. Agama Larangan kepercayaan yang dianut PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

terhadap suatu atau beberapa alat/metode kontrasepsi.

Kuesioner 1. Ada 2. Tidak ada

Nominal

b. Efek samping kontrasepsi

Pengaruh yang tidak menyenangkan atau merugikan yang disebabkan oleh metode

kontrasepsi yang digunakan oleh PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Kuesioner 1. Ada 2. Tidak ada

Nominal

4. Akses Kontrasepsi

Kemampuan untuk menjangkau kontrasepsi dari segi biaya, lokasi, dan informasi.

Subvariabel Akses Kontrasepsi a. Fasilitas

pelayanan kontrasepsi

Persepsi PUS tentang sarana pemerintah atau swasta apa saja yang menyediakan metode atau pelayanan kontrasepsi dan

jenis-jenis metode kontrasepsi yang

Kuesioner 1. Baik 2. Kurang

(43)

tersedia di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu serta yang

mampu dijangkau oleh PUS

b. Biaya Sejumlah uang yang dikeluarkan oleh PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu untuk mendapatkan metode kontrasepsi dan menjangkau lokasi fasilitas pelayanan kontrasepsi.

Kuesioner 1. Terjangkau 2. Tidak terjangkau

Nominal

c. Sumber informasi KB

Darimana saja PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

pernah

mendengar/melihat

tentang metode kontrasepsi.

Kuesioner 1. Banyak 2. Kurang

(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PUS dalam memilih metode kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

4.2Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS yang menjadi peserta KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu. Berdasarkan survei awal, terdapat 9200 PUS yang menjadi peserta KB aktif di wilayah tersebut.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan

(45)

Adapun kriteria inklusi yang ditentukan untuk subjek yang diteliti adalah wanita PUS berusia 20-49 tahun, menjadi peserta KB aktif minimal setahun, bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu dan bersedia menjadi responden penelitian. Sementara kriteria eksklusi adalah wanita dalam rentang usia subur tetapi sudah menopause, sudah tidak memiliki suami, pernah menjadi pengguna KB tetapi sudah drop out, atau sudah pindah dari Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara Rule of thumbs. Cara ini digunakan karena hasil penelitian dianalisis dengan teknik regresi logistik. Berdasarkan Rule of thumbs, besar sampel adalah 10 kali jumlah variabel bebas yang diteliti sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang.

4.3Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena tersedianya sampel yang memadai untuk penelitian, lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti dan belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah tersebut.

4.4Pertimbangan Etik

(46)

Setelah itu peneliti mengajukan surat permohonan tersebut ke Camat Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang untuk pengambilan data awal dan pengambilan data selama proses penelitian dan kepada komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh Ethical Clearance penelitian. Setelah mendapat surat izin penelitian dan Ethical Clearance, peneliti memulai proses pengumpulan data.

Penelitian ini memiliki beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden peneliti tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilakan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden (confidentially), dijaga dengan hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2008).

4.5Instrumen Penelitian

(47)

dianalisis sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi. Sedangkan faktor sisanya dimuat dalam bagian kedua kuesioner. Bagian ini terdiri dari pertanyaan yang terdiri dari 5 komponen yaitu pengetahuan (12 pertanyaan), efek samping metode (1 pertanyaan), dukungan pasangan (3 pertanyaan), fasilitas pelayanan kontrasepsi (3 pertanyaan), biaya (1 pertanyaan) dan sumber informasi KB (1 pertanyaan). Untuk komponen pengetahuan, bila jawaban benar diberikan nilai 1 dan jawaban yang salah nilainya 0. Pada pertanyaan positif untuk komponen dukungan pasangan, efek samping kontrasepsi, fasilitas pelayanan kontrasepsi dan biaya, jawaban Ya diberi nilai 1 sedangkan Tidak diberi nilai 0. Untuk pertanyaan negatif, jawaban Ya diberi nilai 0 dan jawaban Tidak diberi nilai 1. Untuk pertanyaan fasilitas pelayanan kontrasepsi dan sumber informasi KB, setiap kotak yang diberi tanda checklist diberi nilai 1.

(48)

4.6Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Sebuah instrumen dianggap valid jika benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Uji Validitas dilakukan dengan metode validitas isi, yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrumen penelitian membuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan atau divalidasi oleh ahli di bidangnya yaitu oleh seorang dosen dari departemen keperawatan maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan latar belakang pendidikan spesialis keperawatan maternitas.

(49)

sebagai sampel tetapi tidak menjadi sampel pada penelitian (Riwidikdo, 2008). Instrumen dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas tinggi jika memiliki nilai lebih dari 0,6.

Uji reliabilitas dilakukan di salah satu kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu yaitu Kelurahan Desa Lama. Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap 30 orang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel, didapatkan bahwa nilai reliabilitas instrumen pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi masing-masing sebesar 0,95 dan 0,70. Berdasarkan nilai yang diperoleh tersebut, instrumen pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi sudah reliabel.

4.7Pengumpulan Data

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mendapatkan surat rekomendasi (izin) dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan mengajukan surat rekomendasi tersebut kepada Camat Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang untuk pengambilan data awal dan pengambilan data selama proses penelitian. Selain itu, juga diajukan surat permohonan Ethical Clearance kepada komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat Ethical Clerance dari komite etik FK USU dan surat izin penelitian dari Camat Pancur Batu, peneliti kemudian memulai proses pengambilan data.

(50)

yang telah ditentukan. Peneliti mencari calon responden dengan cara mendatangi secara langsung responden di rumah mereka masing-masing (door to door). Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Jika calon responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak responden tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner selama kurang lebih 10 menit untuk setiap responden. Setelah wawancara selesai, peneliti kemudian melakukan tahap terminasi (perpisahan) dengan responden. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul semuanya, peneliti melapor kembali ke Camat Pancur Batu untuk mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian.

4.8Analisa Data

Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini digunakan analisa data univariat, bivariat dan multivariat.

4.8.1 Analisa Univariat

Analisa univariat adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan dan memaparkan suatu variabel. Data kategorik disajikan dalam bentuk jumlah atau frekuensi tiap kategori (n) dan persentase tiap kategori (%) (Dahlan, 2008).

(51)

Analisa bivariat digunakan untuk melihat sejauh mana hubungan variabel independen yaitu faktor tujuan kontrasepsi (usia, jumlah anak, komposisi jenis kelamin anak, usia anak terkecil, jenis persalinan terakhir, usia pernikahan, tujuan reproduksi), faktor kompetensi kontrasepsi (tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dukungan pasangan), faktor evaluasi kontrasepsi (efek samping kontrasepsi, agama), dan akses kontrasepsi (biaya, fasilitas pelayanan kontrasepsi, sumber informasi KB) dengan variabel dependen (pemilihan metode kontrasepsi) dengan menggunakan uji chi-square. Jika data tidak memenuhi syarat untuk uji chi-square maka dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov (Dahlan, 2009).

4.8.3 Analisa Multivariat

Analisa multivariat dalam penelitian menggunakan model regresi logistik multinomial. Model regresi logistik digunakan untuk menganalisis variabel dependen yang bertipe kategorik. Sedangkan regresi logistik multinomial atau polytomous

logistic regression adalah sebuah analisis regresi untuk menyelesaikan masalah

dimana variabel terikatnya mempunyai kategori lebih dari dua dengan beberapa

(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak akhir bulan Mei sampai pertengahan bulan Juli di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu. Penyajian data hasil penelitian meliputi data demografi dan beberapa faktor yang mempengaruhi PUS dalam memilih metode kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu.

5.1.1 Karakteristik Responden dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

(53)

termasuk ke dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS, ditambah dengan faktor lainnya yaitu tingkat pengetahuan, dukungan pasangan, larangan agama, efek samping kontrasepsi, biaya, fasilitas pelayanan kontrasepsi dan sumber informasi KB.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas wanita berusia ≤ 35 tahun sebanyak 98 orang (65,3%), memiliki suami berusia > 35 tahun sebanyak 82 orang (54,7%), sebanyak 92 orang (61,3%) sudah menikah selama 10 tahun atau lebih, berpendidikan SMA sebanyak jumlah 80 orang (53,3%). Sebagian besar responden tidak bekerja, yaitu sebanyak 105 orang (70,0%), suku Batak dengan jumlah 93 orang (62%), beragama Islam dengan jumlah 80 orang (53,3%), berpenghasilan di atas UMR sebanyak 85 orang (56,7%), menggunakan KB selama > 3 tahun sebanyak 76 orang (50,7%).

(54)
[image:54.595.111.479.554.729.2]

Dalam faktor kompetensi kontrasepsi, sebagian besar responden berpendidikan tinggi (SMA/PT) sebanyak 91 orang (60,7%) dan berpengetahuan baik sebanyak 125 orang (83,3%). Dalam faktor evaluasi kontrasepsi, semua responden yaitu sebanyak 150 orang (100%) menyatakan tidak ada jenis kontrasepsi yang dilarang dalam agama mereka, sebanyak 109 orang (72,7%) menyatakan tidak pernah mengalami efek samping dari KB yang mereka gunakan dan sebanyak 90 orang (60%) memiliki dukungan pasangan yang baik. Dalam faktor akses kontrasepsi, sebagian besar responden yaitu sebanyak 144 orang (96,0%) menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk KB terjangkau, seluruh responden yaitu sebanyak 150 orang (100,0%) menyatakan fasilitas pelayanan kontrasepsi di lingkungan mereka baik dan sebanyak 85 orang (56,7%) memiliki sumber informasi KB yang kurang bervariasi.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) (n=150)

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) Umur Istri

≤ 35 tahun > 35 tahun

98 52

65,3 34,7 Umur Suami

≤ 35 tahun > 35 tahun

68 82

45,3 54,7 Lama Menikah

< 10 tahun ≥ 10 tahun

58 92

(55)

SD SMP SMA Perguruan Tinggi 8 51 80 11 5,3 34,0 53,3 7,3 Status Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 45 105 30,0 70,0 Suku Batak Jawa Minang Lainnya 93 44 12 1 62,0 29,3 8,0 0,7 Agama Islam Kristen Katholik 80 62 8 53,3 41,3 5,3 Penghasilan

≤ Rp. 1.305.000,00/bulan > Rp. 1.305.000,00/bulan

65 85

43,3 56,7 Lama menggunakan KB

≤ 3 tahun > 3 tahun

74 76

49,3 50,7 Jumlah anak hidup

1-2 orang > 2 orang

66 84 44,0 56,0 Keguguran/anak meninggal Pernah Tidak pernah 25 125 16,7 83,3 Komposisi Jenis Kelamin Anak

Laki-laki saja/Perempuan saja Keduanya

54 96

39,3 60,7 Usia Anak Terkecil

≤ 5 tahun > 5 tahun

89 61

59,3 40,7 Jenis Persalinan Terakhir

(56)

Sectio Cesarea 44 29,3 Tempat Pelayanan KB

Puskesmas Bidan swasta Apotik/toko Rumah Sakit Tidak ada 44 51 14 26 15 29,3 34,0 9,3 17,3 10,0 Biaya KB Tidak ada/Gratis

Rp. 1000,00 - 99.000,00 Rp. 100.000,00 – 990.000,00 > Rp 1.000.000,00

58 60 11 21 38,7 40,0 7,3 14,0 Tingkat Pengetahuan Baik Kurang 125 25 83,3 16,7 Jenis Kontrasepsi yang dilarang

agama Ada Tidak ada 0 150 0,0 100,0

Efek Samping Kontrasepsi Ada Tidak ada 41 109 27,3 72,7 Dukungan Pasangan Baik Kurang 90 60 60,0 40,0 Biaya Terjangkau Tidak terjangkau 144 6 96,0 4,0 Fasilitas pelayanan kontrasepsi

Baik Kurang 150 0 100,0 0,0 Sumber Informasi KB

Kurang Banyak 85 65 56,7 43,3

(57)

5.1.2 Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

[image:57.595.113.405.418.533.2]

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 150 responden, terdapat 56 orang (37,3 %) responden yang menggunakan kontrasepsi suntik, yang merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak dipilih oleh responden. Sementara sisanya memilih sterilisasi wanita, sebanyak 26 orang (17,3 %), pil sebanyak 25 orang (16,7 %), susuk dan KB alami masing-masing sebanyak 15 orang (10 %), dan spiral sebanyak 13 orang (8,7 %).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pemilihan metode kontrasepsi pada PUS (n=150)

Jenis Kontrasepsi Frekuensi Persentase Suntik

Sterilisasi wanita Pil

56 26 25

37,3 17,3 16,7

Susuk 15 10,0

KB alami Spiral

15 13

10,0 8,7

(58)

5.1.3 Analisa Bivariat Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

1. Pengaruh Usia Wanita dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada

Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh usia dengan pemilihan metode kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013. Dimana p-value < 0,05 yaitu 0,013. Suntik merupakan metode yang paling banyak dipilih oleh wanita berusia ≤ 35 tahun sedangkan sterilisasi merupakan metode yang paling banyak dipilih oleh wanita berusia > 35 tahun.

2. Pengaruh Jumlah Anak Hidup dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Ada pengaruh jumlah anak dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013 berdasarkan analisa dengan uji Chi-Square. Dimana p-value < 0,05 yaitu 0,003. Suntik merupakan metode yang

(59)

3. Pengaruh Komposisi Jenis Kelamin Anak dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh komposisi jenis kelamin anak dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013. Dimana p-value < 0,05 yaitu 0,000. Suntik merupakan metode yang paling banyak oleh wanita baik yang memiliki anak laki-laki atau perempuan saja maupun yang sudah memiliki keduanya.

4. Pengaruh Usia Anak Terkecil dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

(60)

5. Pengaruh Jenis Persalinan Terakhir dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Hasil analisa statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan ada pengaruh jenis persalinan terakhir dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013. Dimana p-value <0,05 yaitu 0,000. Suntik merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh wanita yang persalinan terakhirnya secara normal sedangkan sterilisasi merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh wanita yang persalinan terakhirnya secara sectio caesarea.

6. Pengaruh Usia Pernikahan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada

(61)

7. Pengaruh Tujuan Reproduksi dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh tujuan reproduksi dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013. Dimana p-value < 0,05 yaitu 0,000. Suntik merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh wanita yang ingin menjarangkan jarak anak maupun wanita yang ingin membatasi kelahiran.

8. Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur

Batu

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan tidak ada pengaruh tingkat pendidikan dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013. Dimana p-value >0,05 yaitu 0,943.

9. Pengaruh Tingkat Pengetahuan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur

Batu

(62)

10.Pengaruh Agama dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Agama tidak mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013, dimana semua responden menyatakan tidak ada jenis metode kontrasepsi yang dilarang dalam ajaran agama mereka.

11.Pengaruh Efek Samping Kontrasepsi dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja

Puskesmas Pancur Batu

Hasil analisa statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan ada pengaruh efek samping kontrasepsi dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013. Dimana p-value <0,05 yaitu 0,35. Suntik merupakan metode yang paling banyak tidak menimbulkan dan menimbulkan efek samping pada responden.

12.Pengaruh Dukungan Pasangan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

(63)

13.Pengaruh Fasilitas Pelayanan Kontrasepsi dengan Pemilihan Metode

Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Fasilitas pelayanan kontrasepsi tidak mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013, dimana semua responden menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kontrasepsi di lingkungan mereka baik.

14.Pengaruh Biaya dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan

Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

Hasil analisa statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak ada pengaruh biaya dengan pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu 2013. Dimana p-value >0,05 yaitu 1,000.

15.Pengaruh Sumber Informasi KB dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur

Batu

(64)

5.1.4 Analisa Multivariat Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

[image:64.595.133.419.470.669.2]

Analisa multivariat dilakukan dengan menggunakan analisa regresi logistik multinomial. Adapun variabel yang dimasukkan ke dalam analisa multivariat adalah variabel yang memiliki p-value < 0,25, yaitu variabel usia wanita, jumlah anak, komposisi jenis kelamin anak, usia anak terkecil, jenis persalinan terakhir, tujuan reproduksi, usia pernikahan, efek samping kontrasepsi, dan dukungan pasangan.

Tabel 5.3 Seleksi Bivariat faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode

Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

Noo Variabel P-value

1 Usia wanita 0,013

2 Jumlah anak 0,003

3 Komposisi jenis kelamin anak 0,000 4 Usia anak terkecil 0,021 5 Jenis persalinan terakhir 0,000

6 Usia pernikahan 0,002

7 Tujuan reproduksi 0,000 8 Tingkat pendidikan 0,943 9 Tingkat pengetahuan 0,599 10 Efek samping kontrasepsi 0,035 11 Dukungan pasangan 0,003

12 Biaya 1,000

13 Sumber informasi KB 0,518

(65)
[image:65.595.107.522.362.421.2]

yang > 0,05 akan dikeluarkan dimulai dari yang memiliki p-value terbesar. Jika setelah suatu variabel dikeluarkan Odds Ratio (OR) pada masing-masing variabel pada model multivariat yang baru perubahannya > 10% dari model multivariat yang lama, maka variabel yang dikeluarkan akan dimasukkan kembali ke dalam model.

Tabel 5.19 Uji signifikansi secara keseluruhan Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas Pancur Batu

Model -2 Log

Likelihood

Chi-Square Df Sig

Intercept Only 405,844

Final 237,916 167,928 45 0,000

(66)

5.2Pembahasan

5.2.1 Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Sebagian besar metode kontrasepsi yang dipilih wanita adalah jenis kontrasepsi modern. Adapun jenis kontrasepsi modern yang dipilih mayoritas responden adalah jenis kontrasepsi jangka pendek yaitu suntik dan pil. Hasil yang relatif sama didapatkan pada hasil analisis lanjut Mini Survei 2010 yang dilakukan oleh BKKBN. Salah satu faktor yang dianggap berkontribusi dengan kecenderungan pemilihan metode kontrasepsi jangka pendek adalah faktor penerimaan atau image terhadap kontrasepsi tersebut. Selain itu dari sisi penyedia pelayanan, metode kontrasepsi jangka panjang membutuhkan tenaga yang berkompeten, sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang memadai (Nasution, 2011).

(67)

5.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

1. Usia Wanita

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penggunaan metode kontrasepsi lebih banyak pada wanita berusia ≤35 tahun. Hasil ini sejal an dengan penelitian Kamal (2008) yang menyatakan penggunaan metode kontrasepsi lebih tinggi pada wanita berusia 25-35 tahun dibandingkan wanita yang lebih tua. Wanita yang lebih tua mungkin berhenti menggunakan kontrasepsi karena meyakini bahwa mereka tidak lagi berisiko mengalami kehamilan (Robinson, 2004). Umur wanita sangat besar pengaruhnya terhadap fertilitas, hal ini berkaitan dengan umur perkawinan pertama. Semakin bertambah umur wanita, semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan (Iswarati, 2009). Sehingga semakin bertambah usia wanita, semakin besar kemungkinan menggunakan kontrasepsi.

(68)

Hasil analisa multivariat menunjukkan ketika variabel lainnya dikontr

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional variabel Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dan Faktor-
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pemilihan metode kontrasepsi pada
Tabel 5.3 Seleksi Bivariat faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode
+2

Referensi

Dokumen terkait

“ ANALISIS PERBANDINGAN KESEHATAN KEUANGAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL ” dan diajukan untuk diuji pada tanggal 10 Maret 2017 adalah hasil karya saya.. Dengan ini saya

Setelah penulisan ilmiah ini selesai, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembuatan situs indiestorie ini sangat berguna untuk memberikan lebih banyak lagi informasi mengenai

Beberapa gending yang dibakukan dalam Wayang Golek Menak adalah Gending Kabor Topèng Laras Sléndro Pathet Nem, Playon Kembang Jeruk Laras Sléndro Pathet Nem/ Sanga, Playon

DALIL LIMIT PUSAT : Dalam pemilihan sampel acak sederhana dengan ukuran n dari suatu populasi yang berasal dari distribusi apapun (binomial, poisson, dll), maka distribusi rata

Optimasi jadwal pember- sihan bertujuan untuk menentukan berapa banyak pembersihan pada setiap penukar panas dalam periode yang ditinjau, yang dipengaruhi oleh biaya

Puisi yang dirangkai dari hasil imajinasi pengarang, membentuk susunan kalimat sering melibatkan manusia, hewan bahkan mahluk yang lainnya secara abstrak

Penelitian ini berawal dari rendahnya Keterampilan berhitung siswa mata pelajaran matematika di SDI Sabilil Falah Sukodono Sidoarjo. Proses pembelajaran yang kurang

Temuan dari penelitian adalah bahwa bentuk-bentuk upaya pengelolaan aset desa yang dilakukan di Desa Bakung Kabupaten Ogan Ilir belum sesuai dengan konsep