Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA PASANGAN SUBUR (WPUS) TENTANG MASA SUBUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE KB ALAMI DENGAN PENDIDIKAN IBU DI RW 05 KELURAHAN MELONG
TAHUN 2017
Fitri Nurhayati1, Noviyanti1, Amalia1
1Prodi Kebidanan (D-3), Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi
ABSTRAK
Wanita Pasangan Usia Subur (WPUS) yang sudah lama menikah seharusnya memikirkan keberadaan seorang anak, namun karena ketidaktahuan tentang masa subur membuat seolah-olah untuk sulit mendapat keturunan. Sebagian WPUS yang berada di Wilayah Kelurahan Melong Cimahi Selatan masih belum banyak yang mengetahui tentang masa subur agar cepat memiliki keturunan dengan menggunakan metode lendir serviks, suhu tubuh, metode kalender dan simtotermal.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan wanita pasangan usia subur tentang masa subur dengan menggunakan metode KB alami dengan pendidikan ibu di Rw 05 Kelurahan Melong Tahun 2017. Rancangan yang digunakan adalah analitikcorelative menggunakan pendekatan cross- sectionaldengan sampel46 WPUS menggunakan teknik Purposive Sampling. Data diperoleh menggunakan kuesioner yang sudah dilakukan uji validitas, dianalisis secaraunivariatdan bivariatt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah WPUS memiliki pengetahuan cukup tentang masa subur dengan menggunakan metode KB alami (43,5%). Pendidikan WPUS tentang masa subur dengan menggunakan metode KB alami hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA) (41,3%). Responden yang berpendidikan menengah (SMA) hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup (42,1%) dan yang berpendidikan tinggi setengahnya memiliki pengetahuan cukup (50%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu WUS tentang masa subur dengan menggunakan KB alami dengan pendidikan ibu di RW 05 Kelurahan Melong Tahun 2017 (P=0,0001).
Kata kunci : Metode Kb alami, pendidikan, Pengetahuan
ABSTRACT
Couple woman of fertile age (WPUS) who has been married for a long time should think about the the present of the child, but because lack of knowledge about fertile period make it to hard to get a descent. Most WPUS located in the County Village Melong South Cimahi still not many people know about the fertile period in order to quickly have offspring by using cervical mucus, body temperature, the calendar method and simtotermal. A purpose of this research is to know To determine the relationship of the knowledge of women of fertile couples of fertile period using natural family planning method with based on the mother's education in 05 Village Rw Melong Year 2017. The design used is analytic corelative using cross-sectional sample with a sample of 46 WPUS using purposive sampling technique. The data were obtained using a questionnaire that was tested the validity,univariate and bivariate analysis. The results showed that nearly half WPUS have enough knowledge of the fertile period using natural family planning methods (43.5%).
WPUS education about fertility by using natural family planning method almost half of secondary education (high school) (41.3%). Respondents were secondary education (high school) almost half had sufficient knowledge (42.1%) and highly educated half had insufficient knowledge (50%). There is a relationship between maternal knowledge about fertility by using natural family planning method with mothers education (P = 0.0001). It is recommended that health workers can provide counseling on fertility and natural family planning method that works with the village so that all the goals get clear information about fertility and natural family planning methods.
Keywords: Knowledge, Method of natural Contraception, Study.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017 A. PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan salah satu fase dalam siklus hidup wanita yang sangat diharapkan oleh setiap perempuan yang sudah menikah. Hal ini perlu direncanakan sebelum kehamilan tersebut terjadi. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2014 menemukan data bahwa pengetahuan yang benar tentang siklus reproduksi sangat terbatas, dimana hanya 16 persen wanita pernah kawin dan wanita berstatus kawin memberikan jawaban yang benar tentang periode yang tepat ketika wanita mempunyai kemungkinan terbesar untuk menjadi hamil, yaitu pada pertengahan siklus ovulasi (BKKBN, 2014).
Diperkirakan 85%-90% pasangan yang sehat akan mendapat pembuahan dalam waktu 1 tahun. Hal itu terjadi jika hubungan seksual dilakukan pada masa subur (Pangkahila, 2007).
Jika sampai 1 tahun belum mempunyai keturunan, kemungkinan yang terjadi adalah jadwal atau waktu dalam berhubungan seksual tidak sesuai dengan jadwal siklus masa subur (Iwan, 2007).
Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi satu bulan sekali.
Wanita Pasangan Usia Subur (WPUS) yang ingin segera mendapatkan keturunan, perlu mengetahui masa subur ini. Sebaliknya, bagi yang ingin menunda, menghentikan atau tidak menghendaki kehamilan harus mengetahui masa subur ini untuk tidak melakukan hubungan seksual (Indiarti, 2008). Pada WPUS yang sudah lama menikah seharusnya memikirkan keberadaan kehadiran seorang anak, namun karena ketidaktahuan tentang masa subur membuat seolah-olah sulit untuk mendapat keturunan atau dikenal dengan sebutan infertile, padahal sebetulnya banyak diantara pasangan usia subur yang masih mungkin memiliki anak seandainya mereka mengetahui waktu subur pasangannya. Fenomena yang terjadi di Indonesia yaitu banyaknya pasangan setelah menikah yang menggunakan kontrasepsi
konvensional yang mengandalkan. Rekayasa hormone estrogen dan progresteron. Namun sebenarnya terdapat kontrasepsi alami yang dapat diterapkan pada pasangan baru jika tujuannya hanya untuk menjarangkan dan menunda kehamilan.
Kontrasepsi alami yang dapat diterapkan oleh wanita usia subur yaitu metode kalender, metode suhu, metode mukus dan metode simtotermal (Glasier, 2006). Metode kontrasepsi alami memiliki banyak manfaat, diantaranya lebih aman dan bebas efek samping serta tidak membutuhkan biaya apapun, namun permasalahan dilapangan ternyata banyak WPUS yang belum mengetahui cara melakukan kontrasepsi alami tersebut mengingat masih jarang petugas kesehatan yang melakukan penyuluhan pada WPUS dan kurangnya informasi yang diperoleh WPUS dari berbagai media seperti media cetak dan elektronik (Saifuddin, 2010).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan wanita pasangan usia subur tentang masa subur, salah satunya yaitu pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup (Budiman, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan (Notoatmodjo, 2014), dimana semakin tinggi pendidikan maka tingkat pengetahuan seseorang tentang KB alami akan semakin baik. Pendidikan adalah usaha secara sadar baik formal maupun informal yang dilakukan untuk menambah wawasan dan informasi dari luar tentang segala sesuatu yang bermanfaat (Mubarak, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) di Kelurahan Sari Rejo Medan tentang pengetahuan WPUS dalam menentukan masa subur, dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar wanita usia subur (WPUS) di Kelurahan Sari Rejo memiliki pengetahuan baik yaitu 56,7% dan sebanyak 43,3% wanita usia subur memiliki pengetahuan kurang baik.
Kesuburan merupakan kunci dari kehamilan.
Namun tidak semua perempuan tahu cara mendeteksi masa suburnya sendiri (Iskandar, 2007).
Tabel 1 Data WPUS di Wilayah Cimahi Kelurahan Jumlah
Pasirkaliki 4.638
Citeureup 9.860
Cipageran 11.908
Cimahi 3.135
Padasuka 10.406
Cibeureum 16.080
Melong 16.310
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Cimahi Tahun 2015 Berdasarkan tabel 1, sebaran wanita usia subur paling tinggi terdapat di Kelurahan Melong yaitu sebanyak 16.310 orang (11,41%).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 05 November 2016 di Kelurahan Melong terhadap 10 orang wanita pasangan usia subur didapatkan bahwa 4 WPUS
B. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik corelative yaitu merupakan rancangan penelitian yang bertujuan menerangkan hubungan antara variabel independen (pengetahuan ibu) dengan variabel dependen (pendidikan ibu) dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan pengukuran variabel independen dan dependen dalam waktu yang bersamaan.
Pada tahun 2011 American Infertility Association mengadakan kuisioner terhadap 213 orang wanita tentang masalah kesuburan. Dari jumlah tersebut hanya 1 orang wanita saja yang bisa menjawab hampir semua pertanyaan dengan benar (Dian, 2006).
tidak mengetahui metode sederhana dengan pengecekan atau pengukuran suhu tubuh (40%), 3 WPUS tidak mengetahui metode sederhana dengan metode mucus (lendir serviks) yaitu pengujian elastisitas mucus dan warna mukus (30%), 1 orang tidak mengetahui metode simtotermal yaitu dengan membandingkan suhu tubuh dengan lendir (10%) dan 2 WPUS lainnya mengetahui metode kalender (20%).
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan wanita pasangan usia subur (WPUS) tentang masa subur dengan menggunakan metode KB alami dengan pendidikan ibu di RW 05 Kelurahan Melong tahun 2017.
2. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini yaitu wanita pasangan usia subur dengan jumlah sebanyak 46 WPUS.Jumlah tersebut tersebar di RW 05 yang ada di Kelurahan Melong sehingga teknik pengambilan sampel selanjutnya menggunakan purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua populasi memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel yaitu 46 orang yang tersebar di 6 RT.
Tabel 2 Sebaran WPUS di RW05 Kelurahan Melong
RT Jumlah
WPUS Sampel yang diambil
1 12 12
2 8 8
3 7 7
4 9 9
5 6 6
6 4 4
Jumlah 46 46
3. Instrumen Penelitian
Data yang diambil adalah data primer yaitu data yang diambil secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang sudah dilakukan uji validitas di Kelurahan Cijerah dengan jumlah 20 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pendidikan adalah dengan menggunakan angket, sedangkan intrumen untuk mengukur pengetahuan yaitu dengan menggunakan kuesioner multiple choice (pilihan berganda).
4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Pada teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan meminta bantuan kader untuk mencari data-data WPUS di wilayah setempat. Kader terlibat hanya sebatas mengumpulkan responden (WPUS) di suatu tempat yaitu sekolah dasar Melong Kota Cimahi pada tanggal 09 Februari 2017 yang kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur (WPUS) Dalam Menentukan Masa Subur Dengan Menggunakan Metode KB alami
Pengambilan sampel tersebut berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi seperti berikut : 5. Kriteria Inklusi
a. Wanita usia subur yang sudah menikah b. Wanita yang berumur 16 sampai 50 tahun c. Wanita yang bersedia untuk dijadikan sebagai
responden penelitian 6. Kriteria Ekslusi
a. Wanita yang belum menikah
b. Wanita yang sudah memasuki usia menopause c. Wanita yang menolak dijadikan sebagai
responden penelitian.
Setelah dilakukan uji validitas terhadap 30 pertanyaan terdapat 11 pertanyaan yang tidak valid karena nilai r hitug < r tabel yaitu nomor 4,5,7,8,9,10,11,16,17,22 dan 26 selanjutnya dilakukan perbaikan pada 7 pertanyaan nomor 5,8,9,16,17,22 dan 26 sehingga jumlah pertanyaan yang digunakan menjadi 26 pertanyaan. Sementara itu nilai Cronbach alpha adalah 0,919 > 0,632 artinya semua pertanyaan pengetahuan telah reliabel.
peneliti membagikan kuesioner untuk di isi oleh responden, selanjutnya untuk mendapatkan responden yang lain kader membantu peneliti menunjukkan rumah dan alamat responden untuk door to door sampai jumlah responden terpenuhi.
Data diolah dengan menggunakan analisa univariat dan analisa bivariate .
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur (WPUS) dalam menentukan masa subur dengan menggunakan metode KB alami
Pengetahuan Frekuensi (F)
Prosentase (%)
Kurang 14 30,4
Cukup 20 43,5
Baik 12 26,1
Total 46 100
Berdasarkan tabel 3 dari 46 responden hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup tentang bagaimana menentukan masa subur dengan menggunakan metode KB alami sebanyak 20 orang (43,5%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 responden hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup tentang bagaimana menentukan masa subur dengan menggunakan metode KB alami yaitu sebanyak 20 orang (43,5%). Hal ini disebabkan karena banyak WPUS yang belum mengetahui cara melakukan atau mendeteksi masa subur dengan metode kontrasepsi alami tersebut mengingat masih jarang petugas kesehatan yang melakukan penyuluhan pada WPUS dan kurangnya informasi yang diperoleh WPUS dari media informasi seperti media cetak dan elektronik.
Selain itu WPUS kurang minat untuk memahami cara mendeteksi masa subur dengan KB alami seperti metode lender servik, suhu tubuh, kalender dan simptotermal dengan cara bertanya atau menanyakan langsung pada tenaga kesehatan yang ada di Kelurahan Melong.
Kurangnya minat disebabkan karena gencarnya promosi kesehatan melalui nakes dalam mensukseskan program dua anak di Indonesia sehingga banyaknya KB modern yang ditawarkan pemerintah yang secara praktis merubah paradigma masyarakat tentang kontrasepsi seperti pil, suntik, implant dan IUD.
Fenomena yang terjadi di Indonesia yaitu banyaknya pasangan setelah menikah yang menggunakan kontrasepsi konvensional yang mengandalkan rekayasa hormon estrogen dan progresteron. Kontrasepsi konvensional ialah kontasepsi yang di buat untuk kemudahan penggunaan dalam rangka mencegah kehamilan secara praktis dan mempunyai nilai yang harus di tebus dengan biaya tertentu. Bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi terdapat kontrasepsi alami yang dapat diterapkan pada pasangan baru jika tujuannya hanya untuk
menjarangkan dan menunda kehamilan.
Kontrasepsi alami yang dapat diterapkan oleh wanita usia subur yaitu metode kalender, metode suhu, metode mucus dan metode simtotermal (Glasier, 2006). Metode kontrasepsi alami memiliki banyak manfaat, diantaranya lebih aman dan bebas efek samping serta tidak membutuhkan biaya apapun, namun permasalahan dilapangan ternyata masih kurangnya minat ibu untuk mencari informasi mengenai metode KB alami ini dan masih jarang petugas kesehatan yang melakukan penyuluhan pada WPUS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat masih banyak yang belum paham tentang metode kontrasepsi alami yang sebenarnya sangat mudah untuk di identifikasi dan diterapkan, namun karena masyarakat pada saat ini lebih ingin cara cepat untuk menjarangkan, mengatur jarak, menunda dan menghentikan kehamilan yaitu dengan menggunakan kontrasepsi konvensional.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Menurut Budiman (2014) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya pendidikan, informasi/media massa, sosial, budaya, dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) di Kelurahan Sari Rejo Medan tentang pengetahuan WPUS dalam menentukan masa subur, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia subur (WPUS) di Kelurahan Sari Rejo memiliki pengetahuan baik yaitu 56,7% dan sebanyak 43,3% wanita
usia subur memiliki pengetahuan kurang baik.
Selain itu kesuburan merupakan kunci dari kehamilan. Namun tidak semua perempuan tahu cara mendeteksi masa suburnya sendiri (Iskandar, 2007). Pada tahun 2011
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Gambaran pendidikan Wanita Pasangan Usia Subur (WPUS) dalam menentukan masa subur dengan menggunakan metode KB alami
Pendidikan WPUS
Frekuensi (F)
Prosentase (%)
Dasar 17 27,0
Menengah 19 41,3
Tinggi 10 21,7
Total 46 100
Berdasarkan tabel 4 dari 46 responden hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 19 orang (41,3%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 responden hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 19 orang (41,3%). Pendidikan menurut Budiman (2014) adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup.
Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian.
Pada penelitian ini ternyata masih ada responden yang memiliki pendidikan dasar sebanyak 27%. Hal ini disebabkan karena usia WPUS yang sudah terlalu tua dan dilihat dari ekonomi masuk kedalam ekonomi rendah sehingga tidak dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
American Infertility Association mengadakan kuisioner terhadap 213 orang wanita tentang masalah kesuburan. Dari jumlah tersebut hanya 1 orang wanita saja yang bisa menjawab hampir semua pertanyaan dengan benar (Dian, 2006).
Sementara itu makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga dapat banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. (Notoatmdjo, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2010) bahwa sebagian besar responden ibu PUS yang menerapkan metode KB yaitu yang berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 76,3%. Penelitian yang dilakukan oleh Diah (2012) diperoleh hasil ibu yang berpendidikan tinggi ternyata lebih memilih metode kontrasepsi konvensional dari pada alami (78,5%), hal tersebut disebabkan oleh adanya kesibukan dan rasa takut jika metode itu akan gagal, selain itu metode alami juga memerlukan siklus menstruasi yang teratur dan tidak ada keluhan pada organ kewanitaan.
Pendidikan seseorang menurut Notoatmodjo (2014) akan mempengaruhi pola nalar sesuai dengan yang ada dalam pikirannya.
Oleh sebab itu untuk responden yang pendidikannya tinggi akan menemukan bagaimana cara terbaik untuk segera mendapatkan kehamilan yaitu dengan memperbaiki kualitas hubungan seksual, yaitu dengan melakukan hubungan seksual pada fase masa subur. Kualitas tidak di kaitkan dengan kuantitas. Jika kuantitas terlalu tinggi, kehamilan semakin sulit terjadi (Boy A. 2008).
c. Hubungan Pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur (WPUS) Dalam Menentukan Masa Subur Dengan Menggunakan Metode KB Alami dengan Pendidikan Ibu
Berdasarkan tabel 4 dari 17 responden yang berpendidikan dasar (SD dan SMP) hampir setengahnya memiliki pengetahuan kurang dan cukup masing-masing sebanyak 7 orang (41,2%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Gambaran pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur (WPUS) dalam menentukan masa subur dengan menggunakan metode KB alami berdasarkan pendidikan ibu
Hasil penelitian telah diketahui bahwa dari 17 responden yang berpendidikan dasar (SD dan SMP) hampir setengahnya memiliki pengetahuan kurang dan cukup masing-masing sebanyak 7 orang (41,2%). Dari 19 responden yang berpendidikan menengah hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup sebanyak 8 orang (42,1%) dan dari 10 responden yang berpendidikan tinggi setengahnya memiliki pengetahuan cukup sebanyak 5 orang (50%).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang baik untuk pengetahuan responden mengenai Kb alami, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula pengetahuan seseorang tersebut. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan pengetahuan ibu WUS dalam menentukan masa subur dengan Metode KB Alami dengan pendidika ibu dengan nilai P value
=0,0001
Dari 19 responden yang berpendidikan menengah (SMA) hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup sebanyak 8 orang (42,1%) dan dari 10 responden yang berpendidikan tinggi Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan pengetahuan ibu WUS dalam menentukan masa subur dengan Metode KB Alami dengan pendidika ibu dengan nilai P value =0,0001.
Pada hasil penelitian ternyata diperoleh hasil bahwa responden yang pendidikannya dasar namun memiliki pengetahuan yang baik sebenyak 17,6%. Hal ini disebabkan oleh minat responden dalam mencari informasi mengenai KB alami sangat tinggi pada petugas kesehatan yang ada di kelurahan Melong, selain itu responden telah memiliki lebih dari satu orang anak sehingga responden sudah memiliki pengalaman tentang KB alami.
Hasil penelitian juga ternyata ada responden yang pendidikannya tinggi namun pengetahuannya masih kurang sebanyak 20%.
Hal ini oleh kurangnya minat untuk mencari informasi pada tenaga kesehatan setempat tentang KB alami, hal tersebut di perburuk oleh kondisi lingkungan yang memang lebih banyak memilih menggunakan KB konvensional seperti suntik, pil dan implant yang praktis dan tidak perlu bersusah mendeteksi lendir servik, suhu tubuh dan mengatur kalender. Selian itu kurangnya pengalaman responden mengenai KB alami yang disebabkan termasuk baru menikah sehingga yang mereka pahami hanya sebatas kontrasepsi suntik dan pil untuk hormonal dan implant serta IUD untuk non hormonal.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup (Budiman, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan (Notoatmodjo, 2014), dimana semakin tinggi pendidikan maka tingkat pengetahuan seseorang tentang KB alami akan semakin baik.
Penelitian ini sejalan dengan Irmayati (2007) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, keterpaparan informasi, dan pengalaman. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik pengetahuannya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa yang paling banyak tahu tentang kontrasepsi dari total 25 responden yang memiliki pengetahuan baik adalah ibu usia>35 tahun, berpendidikan tamat SMA dan bekerja.
Hal ini sudah sesuai dengan teori-teori pengetahuan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula pengetahuannya.
Kesimpulan
1. Hampir setengah WPUS memiliki pengetahuan cukup tentang masa subur dengan menggunakan metode KB alami (43,5%).
2. Pendidikan WPUS tentang masa subur dengan menggunakan metode KB alami hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA) (41,3%).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
Billings. 2008. Metode Ovulasi Billings.Jakarta:Gramedia
BKKBN. 2013. Profil Kependudukan Dan Pembangunan Indonesia.Jakarta:
BKKBN
Budiman. 2014. Penelitian Kesehatan Buku Ajar Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1.LPPM Stikes Jenderal Achmad Yani
Dewi, P.R. 2009. Rahasia Kehamilan.
Jakarta:Shira Media
Glasier. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Penelitian yang dilakukan oleh Istianah (2010) didapatkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi mantap di BPM Ny. Umi Salamah Woko, AMd.Keb Desa Jatikalang Kecamatan Prambon Sidoarjo Tahun 2010.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) didapatkan bahwa tingkat pendidikan selalu berbanding lurus dengan pengetahuan wanita tentang faktor suatu objek.
3. Responden yang berpendidikan tinggi setengahnya memiliki pengetahuan cukup (50%).
4. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang masa subur dengan menggunakan metode KB alami dengan pendidikan ibu (p value : 0,0001)
Indiarti, M.T. 2008. 7 Cara Jitu Memilih Anak Laki-Laki atau Perempuan.
Yogyakarta:Elmatera Publishing
Istianah. 2010.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Kontrasepsi Mantap di BPM Ny.Umi Salamah Woko Amd.Keb Desa Jatikalang Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo.Jurnal Undip
Kurnia, N.S. 2009. Merancang Kelahiran Bayi.
Yogyakarta:Graha Pustaka
Manuaba. 2010.Ilmu Kebidanan: Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC
Mochtar. 2008.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Edisi 3.Jakarta:EGC
Mubarak. 2012. Pomosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nasandi. 2009.Talk Show Mendambakan Punya Momongan. http: medicastore.com diperoleh 3 Oktober 2016
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Metodologi
Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam. 2013.Metode Penelitian Keperawatan.Jakarta:Salemba
Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sari. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pendidikan Wanita Tentang Faktor Risiko Kanker Payudara di Rw 02 Komplek Taman Rempoa Indah tahun 2010.Jurnal Kedokteran UIN Jakarta
Simanungkalit. 2008. Cara Memilih Jenis Kelamin Bayi + Mengatasi Kesulitan Mendapatkan Anak.Jakarta : Papas Sinar Sinanti
Siregar. 2010. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) Dalam Menentukan Masa Subur di Kelurahan
Sari Rejo Medan Tahun
2010.http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/24877/1/Appendix.pdf.dia kses pada tanggal 12 Oktober 2016 Sugiyono. 2014.Statistik Untuk
Penelitian.Bandung:CVAlfabet
Wiknojosastro. 2012. Ilmu Kebidanan.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wirawan. 2009. Menentukan Masa Subur.
http://health.groups.yahoo.com.diperoleh 3 Oktober 2016
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017