• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KUA Kecamatan Sumowono

1. Gambaran umum KUA Kecamatan Sumowono

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sumowono sebagai tempat kegiatan perkantoran yang merupakan pusat perencanaan dan pengembangan kegiatan keagamaan serta pelayanan Nikah dan Rujuk di wilayah Kecamatan Sumowono, terletak di jaalan Makam Pahlawan No.22 Sumowono. Letaknya berdekatan dengan Puskesmas Sumowono, Kantor Polsek, Kantor Koramil, dan Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Sumowono. Bangunan permanen, luas bangunan 10cm x

12cm = 120 m2, di atas tanah TNI AD kurang lebih 300 m2, dibangun

dengan dana APBN tahun 1986 dengan Hak Guna Pakai No. 607 tahun 1985.Kecamatan Sumowono Merupakan Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Semarang, terletak di lereng gunung Ungaran sebelah barat daya. Jarak pusat pemerintahan dengan Ibukota Kabupaten Semarang sejauh 25 km. Kantor urusan Agama kecamatan Tuntang Mencakup beberapa desa diantaranya terdiri dari 16 desa yakni: Sumowono, jubelan, Bumen, Mendongan, Losari, Kemawi, Piyanggang,

Keseneng, Duren, Pledokan, Trayu, Kemitir, Candigaron, Lanjan, Ngadikerso, Kebonagung. Wilayah KUA Sumowono berbatasan dengan:

1) Di sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Kendal dan Kota

Semarang.

2) Di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bandungan dan

Kecamatan Jambu

3) Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambu dan

Kecamatan Pringapus Kabupaten Temanggung

4) Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung, Limbangan ,Kabupaten Kendal.

Luas Wilayah Kecamatan Sumowono adalah 5.563,3 Ha, dengan perincian:

Tabel 3.1

Data rincian Luas Wilayah Kecamatan Sumowono

No. Keterangan Luas

1. Tanah Sawah Tadah Hujan 135,79 Ha

2. Tanah Kering pekarangan dan tegal 3.442,09 Ha

3. Tanah Perkebunan Negara 190 Ha

Jumlah Penduduk Kecamatn Sumowono sebanyak 31.966 jiwa dengan Rincian pemeluk Agama sebagai berikut :

Tabel 3.2

Data jumlah jiwa berdasarkan agama KUA Kecamatan Sumowono Tahun 2015

No. Agama Jumlah

1. Islam 29.739Jiwa 2. Katolik 212 Jiwa 3. Kristen 924Jiwa 4. Hindu 1 Jiwa 5. Budha 929Jiwa 6. Konghuchu 1 Jiwa 7. Lain-lain 110Jiwa

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sumowono mempunyai komposisi pegawai 4 (Empat) orang yang terdiri:

Tabel 3.3

Data Pegawai KUA Sumowono Tahun 2015

No. Nama Jabatan

1. Huda Muttaqin, S. Ag, M.H. Kepala

2.

Ana Kholifatus Sa‟diyah, S.

Ag.

Penyuluh Agama Islam

3. Joko Teo Briliyanto, S. HI Penghulu Pertama

4. Arif Yunan Afandi, S. Sos. I

Penyusun Program Anggaran dan Pelaporan

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi KUA Sumowono

Kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama kecamatan Sumowono mengacu pada peraturan pemerintah, yaitu keputusan Menteri Agama RI Nomor 517 Tahun 2001. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sumowono merupakan tangan panjang dan ujung tombak dari pelaksanaan tugas-tugas dan Program Kerja Kantor Kementerian Agama dan sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor: 39/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama, bahwa KUA adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di Bidang Urusan

a) Kedudukan KUA Kecamatan Sumowono

“Kantor Urusan Agama kecamatan berkedudukan di wilayah kecamatan, bertanggung jawab kepada kepala kantor Departemen Agama kabupaten/kota yang dikoordinasi oleh kepala seksi Urusan

Agama Islam/ Bimas dan Kelembagaan Agama Islam”.

b) Tugas KUA Sumowono

Dalam melaksanakan kegiatannya Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sumowono mempunyai tugas yaitu melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kantor Kementerian Agama dalam wilayah kecamatan berdasarkan Kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kebijakan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Peraturan Perundang-undangan. Sebagaimana umumnya suatu badan atau instansi pemerintah, maka KUA kecamatan Sumowono juga memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan hubungan antar personal dalam menyelesaikan tugas organisasi guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Struktur Organisasi KUA kecamatan Sumowono menganut sistem garis/ lini, yaitu dari atasan langsung bawahan. Organisasi berbentuk garis ini hanya mengenal satu perintah saja. Sehingga setiap pekerjaan dalam organisasi garis hanya mengenai satu pimpinan saja yang langsung memegang wewenang segala yang termasuk bidang kerja dari satuannya.

Kepala KUA Sumowono adalah bapak Huda Muttaqin, S.Ag, M.H. Beliau sebagai kepala KUA kecamatan Sumowono yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan yang

menjadi tugas dan fungsi KUA.

2) Mengadakan rapat yang dilaksanakan satu bulan sekali

3) Mengadakan pemeriksaan tentang pernikahan dan perwakafan.

4) Menerima laporan tentang pernikahan dan perwakafan.

c) Fungsi KUA Kecamatan Sumowono

Berdasarkan PMA Nomor: 39 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama, maka selain tugas pokok tersebut di atas, Kantor Urusan Agama Kecamatan Sumowono wajib melaksanakan tugas untuk menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan

nikah dan rujuk.

2) Penyusunan statistik, dokumentasi dan pengelolaan sistem

informasi manajemen KUA.

3) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga KUA.

4) Pelayanan bimbingan keluarga sakinah.

5) Pelayanan bimbingan kemasjidan.

7) Penyelenggaraan fungsi lain di bidang agama Islam yang

ditugaskan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/Kota.

3. Penentuan awal masa „iddah di KUA Sumowono

Setelah penulis melakukan wawancara kepada Bapak Huda Muttaqin, S.Ag, M.H sebagai kepala KUA Kecamatan Sumowono

mengenai penentuan awal masa „Iddah, penulis memperoleh kejelasan

bahwa ada beberapa faktor pertimbangan yang menjadikan KUA

Sumowono mengambil kebijakan dalam menentukan awal masa „Iddah.

Secara teori penetapan awal masa „iddah bukanlah wewenang KUA,

namun secara praktik, karna KUA adalah suatu lembaga yang berada dibawah Kantor Kementrian Agama dan sebagai pelaksana tugas pokok

dan fungsi kantor Kementrian Agama. “KUA hanya menjalankan tugas menentukan awal iddah dengan dasar putusan dari Pengadilan Agama”. „Iddah merupakan waktu tunggu bagi wanita yang perkawinannya putus

baik karena kematian, talak atau cerai gugat. Awal masa „iddah bagi

cerai mati dihitung sejak meningggalnya suami, sedangkan „iddah bagi

cerai talak dan cerai gugat dihitung setelah penetapan yang berkekuatan

hukum tetap. “Secara fiqh awal masa „iddah dimulai saat suami mentalaq

istrinya. Sedangkan secara undang-undang saat tanggal (BHT)”.

Dari beberapa rincian kedudukan, tugas, dan fungsi KUA tersebut sebenarnya KUA Sumowono tidak berwenang dalam hal menetapkan

mendapati suatu permasalahan yang membuat KUA Sumowono harus mengambil langkah bijak dalam menetapkannya. Dalam keadaan tertentu terkadang KUA Sumowono berijtihat dengan menggunakan tanggal

bawah”. Penetapan yang dimaksud dalam pasal 153 ayat 4 adalah

penetapan perceraian. Pada pasal tersebut penetapan baru dihitung

sebagai awal masa „iddah apabila telah mempunyai kekuatan hukum

tetap apabila setelah 14 hari dari penetapan dan tidak ada upaya hukum baik berupa banding, peninjauan kembali atai kasasi jika kedua belah pihak hadir. Apabila salah satu pihak tidak hadir maka penetapan yang berkekuatan hukum tetap dimulai setelah 14 hari dari pemberitahuan kepada pihak yang tidak hadir dalam pembacaan putusan. Sebagai bukti perceraian Pengadilan Agama mengeluarkan Akta Cerai yang akan dikeluarkan selambat-lambatnya 7 hari setelah penetapan yang mempuanyai kekuatan hukum tetap. Secara teori pengadilan agama akan mengeluarkan akta cerai selambat-lambatnya 7 hari setelah penetapan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Namun praktiknya terkadang Pengadilaan Agama tidak segera mengeluarkan akta cerai, sehingga jarak antara tanggal atas dan tanggal bawah terpaut sagat jauh dan bisa sampai berbulan-bulan. (Wawancara dengan bapak Huda Muttaqin, S.Ag, M.H. pada tanggal 3 Januari 2016).

Dalam faktanya di KUA Sumowono pernah terjadi beberapa kasus misalnya suatu ketika ada seorang janda yang datang ke KUA Sumowono untuk mendaftar untuk menikah lagi. Dia mempunyai ayah

sekaligus wali yang sudah sangat tua dan sakit. Ayah sijanda tersebut mempunyai keinginan bahwa sebelum dia mati dia ingin sekali anaknya menikah lagi. Ketika dalam pengecekan berkas ternyata ketika

menggunakan tanggal atas „iddah-nya belum habis dan ketika

menggunakan tanggal bawah „iddah-nya sudah habis. Dalam situasi

seperti itu KUA mengambil kebijakan memakai taggal bawah. Disamping itu karna melihat ayah si janda yang sudah sekarat sehingga dimungkinkan pernikahan segera dilakukan secepatnya. Dalam siuasi tersebut kepala KUA Sumowono tidak langsung saja memutuskannya sendiri melainkan mendiskusikan terlebih dahulu masalah tersebut

kepada karyawan-karyawanya. “Dalam mengambil kebijakan saya sering

berkomunikasi dengan karyawan-karyawan disini. Sehingga hasil dari kebijakan disitu bukan semata-mata hanya dari inisiatif saya pribadi, namun itu adalah kebijakan kita bersama dalam mengambil

kemaslahatan” (Wawancara dengan bapak Huda Muttaqin, S.Ag, M.H.

pada tanggal 25 Mei 2016).

B. Kepala KUA Kecamatan Tuntang

1. Letak dan kondisi geografis KUA Kecamatan Tuntang

Secara historis, Kantor Kementerian Agama Kab. Semarang berdiri pada tahun 1974 dengan nama Kantor Perwakilan Depatemen Agama Kab. Semarang yang berlokasi di Salatiga. Pada saat itu Kepala Kantor Perwakilan Departemen Agama adalah Bp. M.Bakri Tolkhah.

Setahun kemudian, pada tahun 1975 hingga 1976 Kantor Perwakilan Departemen Agama berubah menjadi Kantor Departemen Agama Kab. Semarang. Kantor Departemen Agama ini masih berlokasi di Kota Salatiga dan masih dengan kepala yang sama yaitu M.Bakri Tolkhah.

Seiring dengan berkembangnya wilayah Kab. Semarang, pada tahun 1977 Kantor Departemen Agama Kab. Semarang memisahkan diri dengan Kantor Departemen Kota Salatiga. Pada saat itu pula Kantor Departeman Agama Kab. Semarang pindah dan berlokasi di Jl. Kauman Ungaran. Kantor ini menempati tanah dengan status Hak Milik No.12 Tgl 09 Agustus 1978. Dan karena kondisi geografis Kabupaten Semarang begitu luas, maka mulai rentang waktu tahun 1980 s/d 1995 berdirilah 17 Kantor Urusan Agama (KUA) di 17 (tujuh belas) kecamatan Se Kab. Semarang.

Karena pertimbangan kondisi bangunan serta sarana dan prasarana, pada tahun 2000 dan 2001 pihak kantor mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun gedung baru. Dan berkat kerjasama tim penggagas gedung baru, maka pada tahun 2002 hingga 2004 dibangunlah Gedung Kantor Departemen Agama Kab. Semarang. Gedung ini merupakan bantuan peminjaman lokasi oleh Pemerintah Kab. Semarang. Secara kenotarian gedung ini berdasarkan pada Surat Hak Pakai : 593.6/03694 Tanggal 24 Juli 2000. Kantor Departemen Agama yang baru ini didirikan di atas tanah seluas 1.968m² dibiayai sepenuhnya dengan menggunakan dana anggaran APBN Pusat. Dan pada tahun 2004 Kantor

Departemen Agama Kab. Semarang resmi pindah di Jalan Candi Asri Ungaran. Mengingat lokasi wilayah yang begitu luas, maka pada tahun 2009 dilakukan pemekaran wilayah oleh pemerintah setempat dengan menambah jumlah kecamatan, yang semula 17 kecamatan menjadi 19 kecamatan. Untuk melakukan efektifitas tugas pelayanan kepada masyarakat maka jumlah KUA pun disesuaikan dengan jumlah kecamatan yang ada. Atas dasar PMA RI No.91 Tahun 2009, maka jumlah Kantor Urusan Agama (KUA) menjadi 19 kecamatan, salah satunya adalah KUA Kecamatan Tuntang.

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tuntang sebagai tempat kegiatan perkantoran yang merupakan pusat perencanaan dan pengembangan kegiatan keagamaan serta pelayanan Nikah dan Rujuk di wilayah Kecamatan Tuntang.

Dari segi geografis KUA Kecamatan Tuntang terletak di Jl. Fatmawati No. 82 A 50773. Letaknya berdekatan dengan Kantor Kecamatan Tuntang, Kantor Koramil, dan Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Tuntang. Bangunan permanen, luas tanah 200 m, luas bangunan, 16 m x 12 m =192 m. Dibangun dengan dana APBN tahun 1986 dengan Hak Guna Pakai No. 607 tahun 1985.

Kantor urusan Agama kecamatan Tuntang berdiri pada tahun 1986. Kecamatan Tuntang terdiri dari 16 desa yakni: Kalibeji, Gedangan, Sraten, Rowosari, Jombor, Candirejo, Kesongo, Lopait, Tuntang, Delik, Watuagung, Karanganyar, Tlogo, Karang Tengah, Tlompakan, Ngajaran.

Batas-batas wilayah kecamatan tuntang yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bawen, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Salatiga, Kecamatan Getasan, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bawen, Rawa Pening, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pabelan, Kecamatan Bringin.

Sebagai instansi yang mempunyai tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama, KUA Kecamatan Tuntang Mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :

a. Visi

Menjadikan KUA Kec. Tuntang sebagai garda terdepan dalam membangun serta meningkatkan SDM masyarakat dalam bidang keagamaan yang berkualitas dan dinamis.

b. Misi

Meningkatkan tingkat pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama masyarakat, yang meliputi :

1) Peningkatan kualitas pelayanan dan bimbingan kehidupan

beragama serta pengembangan kehidupan keluarga sakinah.

2) Peningkatan kualitas lembaga sosial dan keagamaan pada

masyarakat.

3) Peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan agama serta

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Tuntang

a. Kedudukan KUA Kecamatan Sumowono

Kedudukan, tugas, dan fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan Tuntang mengacu pada Peraturan Pemerintah, yaitu keputusan

Menteri Agama RI No. 517 tahun 2001, yaitu: “Kantor Urusan

Agama kecamatan berkedudukan di wilayah kecamatan,

bertanggung jawab kepada kepala kantor Departemen Agama kabupaten/kota yang dikoordinasi oleh kepala seksi Urusan Agama

Islam/ Bimas dan Kelembagaan Agama Islam”. Pembentukan KUA di suatu wilayah Kecamatan ditetapkan oleh Menteri Agama setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara. Pembentukan KUA Kecamatan juga dilakukan menurut keperluan dengan memperhatikan jumlah pemeluk agama Islam yang harus dilayani. Sehingga jika dipandang perlu Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi/setingkat dapat menetapkan satu KUA meliputi dua wilayah kecamatan atau lebih. Adapun struktur organisasi KUA kecamatan Tlogowungu adalah sebagai berikut:

1) Kepala

Kepala KUA Kecamatan Tuntang adalah bapak Drs. H. Ihdam Supama, M.H. beliau juga merangkap sebagai penghulu yang mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan yang menjadi tugas dan fungsi KUA.

b) Mengadakan rapat yang dilaksanakan satu bulan sekali

c) Mengadakan pemeriksaan tentang pernikahan dan

perwakafan

2) Staf KUA Kecamatan Tuntang

a) Pengelola Data Anggaran dan Pembendaharaan : Ibu

Mawarti

b) Petugas Ketatausahaan : Bapak Ahmad Thoreq Mawardi

c) Petugas Pengadministrasian : Ibu Titik Halimah, SH.

d) Petugas Anggaran, Pembendaharaan dan Laporan : Bapak

Ahmad Mujahidin, SH. dan Ibu Siti Rofiatun, SH.

3) Staf KUA Kecamatan Tuntang merangkap sebagai staf

pernikahan, wakaf dan administrasi. Adapun tugasnya pernikahan adalah:

a) Melayani calon mempelai yang akan mendaftarkan

persyaratan nikah

b) Mencatat pendaftaran nikah

c) Memindah arsip pendaftaran nikah kedalam buku besar.

d) Menerima laporan tentang pernikahan dan perwakafan.

b. Tugas KUA Kecamatan Tuntang

Dalam melaksanakan kegiatannya Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sumowono mempunyai tugas: melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kantor Kementerian Agama dalam wilayah kecamatan berdasarkan Kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kebijakan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Peraturan Perundang-undangan.

c. Fungsi KUA Kecamatan Tuntang

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana sebagian tugas- tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan, KUA Kec. Tuntang mempunyai beberapa fungsi, antara lain yaitu :

1) Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi

2) Menyelenggarakan surat-menyurat, pengurusan surat, kearsipan,

pengetikan dan rumah tangga KUA Kecamatan

3) Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan

membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping fungsi tersebut di atas, KUA Kec. Tuntang juga menyelenggarakan Program-program sebagai berikut :

1) Program Peningkatan Pelayanan Masyarakat

a) Melaksanakan bimbingan pernikahan dengan pokok

kegiatan antara lain yaitu bimbingan rumah tangga bahagia (RTB), bimbingan calon mempelai, remaja usia nikah, pelajar SLTA usia nikah, lembagalembaga kepemudaan dan masyarakat.

b) Membangun / merehab ruang kerja.

c) Mengoptimalkan peran Kantor Urusan Agama dalam

kegiatan kemasyarakatan dalam bidang keagamaan,

antara lain kegiatan Forum Ta‟mir Masjid se-Kecamatan serta kegiatan keagamaan di Desa-desa.

d) Mengikutsertakan Diklat dan Pelatihan bagi para

Tam‟mir Masjid, Khotib dan Remaja Masjid.

2) Program Meningkatkan partisipasi lembaga-lembaga

keagamaan dalam kegiatan keagamaan.

a) Meningkatkan kualitas penyuluh, da‟i dan pemuka agama dengan memberikan pelatihan dan sejenisnya.

b) Membentuk FKAUB (Forum Kerukunan Antar Umat

Beragama)

c) Mengadakan peringatan Hari Besar Islam dengan

d) Peningkatan pemahaman dan pengamalan agama serta

kerukunan hidup antar umat beragama.

e) Membina kerukunan intern dan antar umat beragama

dengan mengadakan pertemuan FKUB bagi tokoh agama dan LSM agama di daerah.

f) Memberikan penyuluhan bimbingan kehidupan

beragama bagi masyarakat.

3. Penentuan awal masa „iddah di KUA Kecamatan Tuntang

Setelah penulis melakukan wawancara kepada Bapak Drs. H. Ihdam Supama, M.H sebagai kepala KUA Kecamatan Tuntang mengenai

penentuan awal masa „Iddah, penulis memperoleh kejelasan bahwa ada

beberapa faktor pertimbangan yang menjadikan KUA Sumowono

mengambil kebijakan dalam menentukan awal masa „Iddah.

Aturan awal masa „iddah merupakan salah satu pembaharuan hukum

yang bersifat administratif. Tujuan dari pembaharuan ini adalah agar tercipta tertib administrasi sehingga dapat memberikan kepastian hukum

kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Penentapan awal masa „iddah

dalam KHI hanya diatur secara umum, yang diatur secara terperinci

hanya durasi „iddah. Dahulu „iddah dihitung sejak terjadinya penetapan,

karena dianggap secara hakikat putusnya perkawinan dimulai sejak

redaksi kalimat dalam akta cerai. Redaksi kalimat dalam Model A.III.3 (akta cerai) adalah sebagai berikut :

“Panitera Pengadilan Agama . . . . . . menerangkan, bahwa pada hari ini . . . . . . ,tanggal . . . . . . . M, bersamaan dengan tanggal . . . . . . .H, berdasarkan . . . .Nomor. . . . . . . . .,tanggal . . . .. . . M, yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, terjadi perceraian antara: . . . . . . ”.

Kalimat di atas menggunakan susunan kalimat majemuk bertingkat. Terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Induk kalimatnya adalah :

“Panitera Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah . . . . . . . . .menerangkan, bahwa pada hari ini . . . , tanggal . . . .M, bertepatan dengan tanggal . . . .H,” Sedangkan anak kalimatnya adalah :

“berdasarkan . . . Nomor . . . . . tanggal . . . .M,

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.”

Menurut kaidah tatabahasa Indonesia, yang menjadi pesan utama dalam kalimat majmuk bertingkat adalah pesan yang terkandung dalam induk kalimat, bukan dalam anak kalimat. Pesan dalam anak kalimat merupakan bagian yang berada di bawah pesan utama induk kalimat sebagai tambahan keterangan. Dengan demikian, terjadinya perceraian

adalah tanggal yang tercantum dalam induk kalimat, bukan dalam anak kalimat. Tanggal yang tercantum dalam induk kalimat adalah tanggal terjadinya perceraian yang sekaligus sebagai tanggal akta cerai. Sedangkan tanggal yang tercantum dalam anak kalimat adalah tanggal putusan atau penetapan yang digunakan sebagai dasar pernyataan telah terjadinya perceraian. Jadi, tanggal terjadinya perceraian adalah sama

dengan tanggal dikeluarkannya akta cerai dan pada tanggal itu „iddah

dimulai.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tanggal yang berkekuatan hukum tetap adalah tanggal atas atau tanggal terjadinya perceraian. Maka pemakaian tanggal atas dalam penetapan awal masa

„iddah dirasa lebih aman, karena dimungkinkan tidak akan ada banding. (Wawancara dengan bapak Drs. H. Ihdam Supama, M.H Tanggal 5 April 2016).

BAB IV

ANALISIS PENENTUAN AWAL MASA ‘IDDAH DI KUA KECAMATAN

SUMOWONO DAN KUA KECAMATAN TUNTANG MENURUT

Dokumen terkait