• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kecemasan

2.2.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif (Stuart, 2001). Kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati et al, 2005).

2.2.2. Penyebab Kecemasan

Suliswati et al (2005) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu :

a. Faktor predisposisi

Terdiri dari peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik, konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir

secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik yang dialami karena mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. b. Faktor presipitasi

Terdiri dari ancaman terhadap integritas fisik meliputi sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. Ancaman terhadap harga diri terdiri dari sumber internal meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru, berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber eksternal

meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.2.3. Tanda dan Gejala Kecemasan

Hawari (2001) menyatakan bahwa tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari berat atau tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum adalah sebagai berikut:

a. Perasaan cemas meliputi cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.

b. Ketegangan meliputi merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

c. Ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak. d. Gangguan tidur meliputi sulit untuk tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan meliputi kesulitan berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.

f. Perasaan depresi meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik atau fisik pada otot meliputi sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot dan suara tidak stabil.

h. Gejala somatik atau fisik pada sensorik meliputi tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler meliputi takikardi, berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi kuat, lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang atau berhenti sebentar.

j. Gejala respiratori meliputi rasa tertekan atau sesak di dada, rasa tercekik, sering menarik napas, napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal meliputi sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, kembung, mual, muntah, buang air besar konsistensinya lembek, konstipasi dan kehilangan berat badan.

l. Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan buang air kecil, gangguan menstruasi, darah haid berlebihan, darah haid sedikit, masa haid lama, masa haid pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, impotensi.

m.Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit.

n. Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar, dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang atau mengeras, nafas pendek dan cepat, wajah merah.

2.2.4. Respon Kecemasan

Menurut Stuart (2001) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yaitu:

a. Respon fisiologis

Terdiri dari sistem kardiovaskular meliputi palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. Pada sistem pernafasan meliputi nafas cepat dan pendek, nafas dangkal. Pada sistem gastrointestinal meliputi nafsu makan menurun, mual dan diare. Pada sistem neuromuskular meliputi tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing. Pada traktus urinarius meliputi sering berkemih. Pada sistem integumen meliputi gatal, wajah kemerahan.

b. Respon perilaku

Terdiri dari gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang kooordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

c. Respon kognitif

Terdiri dari perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.

d. Respon afektif

Terdiri dari mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu. Menurut Stuart (2001) rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik 2.2.5. Tingkat Kecemasan

Peplau (1963 dalam Stuart 2001) mengidentifikasi kecemasan dalam empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan.

a. Cemas ringan

Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya seperti melihat, mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Cemas sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi individu seperti penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam berkurang.

c. Cemas berat

Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

d. Cemas berat sekali/panik

Panik berhubungan dengan ketakutan. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Hal itu dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Individu yang mengalami panik juga tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.

Dokumen terkait